Anda di halaman 1dari 6

BAB l

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan percobaan


Mengetahui cara pembuatan semi solid dengan beemacam basis semi solida.
1.2 Dasar teori
Tujuan penggunaan semi solida adalah sediaan setengah padat yang di buat untuk pengobatan
melalui kulit. Untuk mengembangakan bentuk sediaan semi solida yang baik harus diperhatikan
beberapa factor antara lain konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah obat yang dapat
beradadi atas permukaan kulit, kemampuan menyimpan obat dalam pembawa semi solida dan
penerimaan pasien terhadap formula yang di buat. Faktor-faktor yang harus diperhatikan sediaan semi
solida sebagai berikut:
1. Struktur kulit
2. Prinsip formulasi sediaan semi solid
3. Cara pembuatan
Stratum komeum merupakan lapisan pada epidermis yang merupakan factor penentu absorpsi
obat melalui kulit, oleh karena itu selalu dalam percobaan invitro absorpsi obat melaui kulit dipakai
membrane yang dibuat menyerupai statum integument. Fungsi kulit yang utama adalah sebagai
pelindung tubuh dari pengaruh factor luar. Untuk sediaan topical serta ketersediaan yaitu sediaan
topical dan fungsi pertahanan tubuh dari pengaruh luar merupakan kendala utama yang harus
diperhatikann degan seksama. Formulasi umum untuk sediaan semi solida terdiri dari:
1. Zat aktif
2. Pembawa
3. Zat tambahan
Perbedaan bentuk untuk sediaan semi solida didasarkan pada perbedaan kekentalan hasil jadi.
Macam-macam bentuk sediaan semi solid salah satunya:
Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. ( FI
III)Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau
selaput lendir. (FI IV). Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam proses absorpsi melalui kulit

antara lain adalah:


1. Koefisien partisi dari pada obat.
2. Kelembaban dan suhu kulit.
3. Jenis penyakit yang terdapat pada kulit.
4. Konsentrasi bahan berkhasiat.
5. Dasar salep/cream yang dipakai.
Macam-macam dasar salep antara lain :

Dasar salep hidrokarbon,


Dasar salep ini yaitu terdiri antara lain vaselin putih, Vaselin kuning, Paravin encer, Paravin
padat, Jelene, Minyak tumbuh-tumbuhan, Campuran Vaselin dengan malam putih, malam
kuning.

Dasar salep serap


Dasar salep ini dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar yang
dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Paraffin hidrofilik dan
Lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat

bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin)


Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih
tepatnya disebut krim. dasar salep ini mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga

lebih dapat diterima untuk bahan dasar kosmetik.


Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Krim
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan
menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan krim tipe air dalam minyak
(a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.
Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan
untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium

stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Berdasar zat aktif yang akan digunakan dan keadaan kulit tempat perberiaan sediaan
topical tersebut, dipilih pembawa yang sesuai. Untuk bahan tambahan selama sediaan topical
pada umumnya dapat dikelompokan dalam:
1. Memberiaan konsistensi
2. Pengawet
3. Pendapar
4. Pengawet
5. Antioksidan
6. Pengompleks
7. Peningkat penetrasi
Pada prinsipnya metode pembuatan sediaan semi solida dibagi menjadi 2 macam metode
pembuatan, yaitu:
Metode pelelehan (fusion)
1.Timbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran partikel
yang dikehendaki.
2. Timbang basis yang tahan pemanasan, panaskan di atas penangas air hingga diatas titik leleh
3. Untuk sediaan krim, pemanasan fase air dan fase minyak dilakukan terpisah masing-masing
dilakukan pada suhu 70 0C
4.
Setelah dipanaskan, masukkan ke dalam mortir hangat (dengan cara membekar alkohol di
dalam mortir), aduk sampai dingin dan terbentuk masa semisolid.
5.
Tambahkan basis yang sudah dingin sedikit demi sedikit ( dengan metode pengenceran
geometris ) ke dalam bahan berkhasiat, aduk sampai homogen dan tercempur rata.
Metode triturasi
1. Timbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran partikel
yang dikehendaki
2. Timbang basis, campurkan satu sama lain dengan metode pencampuran geometris, sambil
digerus dalam mortir sampai homogen.
3. Tambahkan basis yang sudah tercampur sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang sudah
berisi bahan berkhasiat
4. Aduk sampai homogen dan tercampur rata.
5. Cara pencampuran bahan berkhasiat dengan basis :
Bahan berkhasiat berupa serbuk yang telah diayak dengan pengayak B40 didispersikan ke

dalam bahan pembawa.


Bahan berkhasiat dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap atau pelarut yang dapat
diserap dan bercampur dengan basis sesuai jumlah yang digunakan.

Untuk menjaga stabilitas bahan berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan antara lain
temperatur penyimpanan, kontaminasi dengan mikroorganisme dan pengotor, kemungkinan
hilangnya komponen yang mudah menguap, atau faktor sifat bahan kemasan seperti adsorpsi
sediaan oleh wadah.

Data pengamatan
Hari pengamatan

Hail pengamatan

Salep (fusion): bergelembung, stabil, tidak


berbau

Salep (triturasi): Homogen, stabil, tidak


berbau

Hari pembuatan, 26 juni 2013

Krim (fusion): tidak homogeny, tidak


stabil, tidak berbau

Salep (fusion): bergelembung, stabil,


sedikit berbau

Hari pertama, 27 juni 2013

Salep (triturasi): Homogen, stabil, tidak


berbau

Krim (fusion): tidak homogeny, tidak


stabil, berbau tengik

Salep (fusion): tidak homogen, stabil,


tidak berbau

Salep (triturasi): Homogen, stabil, tidak


berbau

Hari kedua, 28 juni 2013

Krim (fusion): tidak homogeny, tidak


stabil, berbau tengik

Salep (fusion): tidak homogen, stabil,


tidak berbau

Hati ketiga, 29 juni 2013

Salep (triturasi): Homogen, stabil, tidak


berbau

Krim (fusion): tidak homogeny, tidak


stabil, berbau tengik

Salep (fusion): tidak homogen, stabil, tidak


berbau

Hari ke empat, 1 juli 2013

Salep (triturasi): Homogen, stabil, tidak


berbau

Krim (fusion): tidak homogeny, tidak


stabil, berbau tengik

Anda mungkin juga menyukai