Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN SALEP

I . TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui formula dalam pembuatan salep


2. Memahami evaluasi pada sediaan salep

II. DASAR TEORI


2.1 DEFINISI SALEP
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian
luar. Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan
penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-
pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam
sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain. Preparat
setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan
air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang
mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang
lebih besar dari pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
            Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend
homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau
tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung
obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Kecuali
dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari
sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar
berikut: dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning
atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau
senyawa hidrokarbon lain yang cocok; dasar salep serap lemak bulu domba

1
dengan campuran 8 bagian kolesterol 3 bagian stearik alcohol 8 bagian
malam putih dan 8 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian Malam kuning
dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap yang dapat dicuci dengan air.
Emulsi minyak dan air; dasar salap yang dapat larut dalam air
Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
susunan yang homogen (Anif, 2000)

2.2 ALASAN PEMILIHAN BAHAN

2.3 PERSYARATAAN SEDIAAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


SALEP

PERSYARATAN SALEP MENURUT FI EDISI III


a. pemerian : tidak boleh bau tengik
b. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok harus menunjukan susunan yang homogen.
c. Stabil dalam penyimpanan
d. Lunak dan mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang
paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit ataupun mudah dicuci
e. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
f. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar
salep padat atau cair pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
g. Penandaan : etiket harus tertera ”obat luar “
a. Kelebihan
Adapun kelebihan menggunakan sediaan salep adalah :
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan
kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
4. Sebagai obat luar

2
b. Kekurangan
Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan berdasarkan basis di
antaranya yaitu :
1.    Kekurangan basis hidrokarbon 
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian
serta sulit tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2.    Kekurangan  basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan
antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .

2.4 KARAKTERISTIK SALEP

2.5 EVALUASI SALEP


Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:
1.   DAYA MENYERAP AIR

BA=100.KA100-KA
KA=100.BA100-BA

Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan


untuk mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan
sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas
air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam
jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan
secara manual. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitung satu ke dalam
yang lain melalui persamaan :      
2. KANDUNGAN AIR
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air
dalam salap.
•       Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air
digunakan ukuran kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung
pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).

3
•       Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan
menggunakan bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur
dengan air. Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau silen
yang disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
•       Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas
perubahan Belerang Oksida dan Iod serta air dengan adanya piridin
dan metanol menurut persamaan reaksi berikut:

I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4


 
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan
memungkinkan terjadinya reaksi secara kuantitatif.Untuk menghitung
kandungan air digunakan formula berikut :

% Air   =  f . 100 (a-


b) P
 

                                               
                        f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml),
                        a = larutan standar yang dibutuhkan (ml),
                        b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko (ml),
                        P = penimbangan zat (mg)      
3.  KONSISTENSI
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti
sifat lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka
ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai
berikut:
•       Metode penetrometer.
•       Penentuan batas mengalir praktis
4.   PENYEBARAN

4
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada
kulit. Penentuannya dilakukan dengan menggunakan entensometer.
5.   TERMORESISTENSI
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk
mempertimbangkan daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim
(tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.
6.   UKURAN PARTIKEL
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang
banyak dipakai dalam industri bahan pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak
sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi
setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode
rutin yang baik dan cepat pelaksanaann
7. Uji Kebocoran (Salep dalam tube)
Alat : Oven dan Kertas Penyerap
1. Ambil 8 tube salep, bersihkan permukaan luar tiap tube dengan
kertas penyerap

2. Letakkan tube diatas loyang posisi horizontal

3. Masukkan ke dalam oven diamkan selama 8 jam, temp 600 ± 30C


4. Tidak boleh terjadi kebocoran (Kertas Penyerap harus tetap kering)
8. Uji Homogenitas (F. Ind. Ed. III, 1979)
Alat : Objek Glass / Kertas Perkamen
1. Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen

5
DAFTAR PUSTAKA

Ansel C Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.  Jakarta : UI press

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi Keempat. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Soetopo dkk. (2002). Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi Kelima. Yogyakarta :


UGM Press

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri


Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press

Departemen Kesehatan RI. (1978). Formularium Nasional edisi Kedua. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI

C.F. Van Duin, Dr., (1947). Ilmu Resep edisi Kedua. Jakarta : Soeroengan

Moh. Anief, Drs. Apoteker. (2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres

6
7

Anda mungkin juga menyukai