Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI FARMASI
Sterilisasi, Penyiapan Media, Teknik Laboratorium dan Teknik Isolasi
Mikroorganisme

Disusun oleh:

Dwi Putri
F1G018019

Diketahui,
Asisten Dosen Praktikan

Eliza Farestiani Dwi Putri


F1D015038 F1G018019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia yang serba modern saat ini, mikrob adalah salah satu makhluk
hidup yang memiliki peran sangat penting baik di bidang kesehatan, pertanian,
industri, bioteknologi, pendidikan, dan lain – lain. Salah satu hal yang sering
dilakukan terhadap mikroba adalah untuk penelitian atau pengamatan. Dalam
penelitian dan pengamatan mikroorganisme, peralatan laboratorium merupakan
unsur penting yang harus ada. Peralatan yang ada dalam laboratorium haruslah
steril agar dapat menunjang pekerjaan yang berhubungan dengan mikroorganisme
dan hal tersebut merupakan syarat mutlak. Artinya, pada peralatan yang akan
digunakan harus bebas dari mikroorganisme yang tidak diingikan yang dapat
merusak media atau koloni suatu mikroorganisme yang diinginkan. Untuk itu
perlu dilakukan sterilisasi.
Selain peralatan, dalam pengamatan mikrob juga sangat diperlukan sebuah
bahan yaitu media. Media merupakan bahan penting yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Penumbuhan mikroorganisme merupakan salah
satu langkah awal untuk melakukan pengamatan. Jika pada media terjadi
kontaminasi, maka hasil yang didapatkan tidak akan sempurna. Oleh karena itu
media juga harus disterilisasi sebelum digunakan. Pemilihan media yang sesuai
juga harus diperhatikan agar mikroorganisme yang diharapkan dapat tumbuh
dengan baik.
Pengamatan suatu mikrob selalu didasarkan atas penyelidikan sifat biakan
murni dari spesies mikrob tersebut. Sedangkan di alam, mikrob selalu dalam
bentuk bergabung dengan mikrob lainnya dan memiliki sifat omnipresent atau
terdapat dimana-mana. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk memisahkan
mikrob tersebut sehingga diperoleh biakan murni. Seperti yang telah disebutkan,
mikroba itu sifatnya berkoloni. Sehingga, saat melakukan penelitian atau
pengamatan, ditemukan kesulitan jika kita hanya ingin mengambil atau
menggunakan satu jenis bakteri saja. Atau jika kita ingin mengelompokkan
bakteri sesuai dengan jenisnya masing-masing, maka akan sangat sulit jika bakteri
masih dalam bentuk kelompok. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah teknik
yang disebut teknik isolasi.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis sterilisasi dan fungsi sterilisasi.
2. Untuk mengetahui teknik penyiapan media.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis teknik laboratorium dan macam-macam
teknik isolasi mikroorganisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Dalam mikrobiologi, segala proses yang berkaitan dengan mikroorganisme
khususnya bakteri harus dilakukan dengan sangat teliti dan bebas dari kontaminan
agar didapatkan hasil yang diharapkan. Bahan atau peralatan yang dipergunakan
dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak
didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu
kehidupan dan proses yang dikerjakan (Waluyo, 2008). Oleh karena itu, sebelum
melakukan prosedur seperti penelitian, harus melalui beberapa tahap terlebih
dahulu. Salah satunya adalah tahap atau teknik sterilisasi. Sterilisasi adalah
kegiatan atau proses, baik fisika maupun kimiawi untuk membunuh atau
menghilangkan segala bentuk makhluk hidup terkhususnya mikroorganisme
(Seymour et al., 1986).
Sterilisasi dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu mekanik, kimiawi, dan fisik.
Untuk mekanik contohnya adalah dengan penyaringan, kimiawi dengan
disinfektan, dan fisik dengan pemanasan dan penyaringan. Di bidang ilmu
mikrobiologi, cara yang paling sering digunakan adalah sterilisasi fisik dengan
pemanasan. Sterilisasi dengan pemanasan terbagi atas 4, yaitu:
a) Sterilisasi dengan pemijaran menggunakan lampu spiritus atau Bunsen
b) Sterilisasi dengan udara panas atau kering menggunakan oven
c) Sterilisasi dengan uap air panas atau basah menggunakan Arnold Stream
Sterilizer
d) Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan menggunakan autoklaf
Sterilisasi dengan pemijaran dapat digunakan untuk mensterilkan misalnya
jarum ose atau jarum inokulasi ataupun alat – alat yang terbuat dari platina/krom.
Alat yang disterilkan dibakar di atas api lampu pembakar misalnya lampu spiritus
sampai alat tersebut berwarna merah atau berpijar.
Faktor – faktor yang mempengaruhi sterilisasi (Nikhilesh et al., 2013),
antara lain:
a) Kekeringan alat yang akan digunakan
b) Temperatur dan kelembaban di sekitar tempat sterilisasi
c) Kesiapan alat untuk digunakan (apakah sudah tersambung dengan
sterilizer)
d) Sistem sterilizing agent
e) Kondisi sterilizer dan protokol pemeliharaan
f) Ketepatan metode dan siklus sterilisasi
Di dalam laboratorium mikrobiologi, alat yang sering digunakan untuk
sterilisasi adalah autoklaf dan oven. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang
digunakan untuk mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi (1210C) selama kurang lebih 15 menit. Sedangkan oven atau
drying oven adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi atau pembersihan dengan
menggunakan udara kering. Alat sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti Erlenmeyer, Petridish (cawan petri), tabung reaksi dan gelas lainnya.
Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat disterilkan dalam oven
tetapi dalam temperatur tertentu, pada umumnya temperatur yang digunakan pada
sterilisasi cara kering adalah sekitar 180˚C-210˚C selama paling sedikit 2 jam.
Perlu diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah alat
disterilkan dan ketahanan alat terhadap panas.

2.2 Penyiapan Media


Di dalam ilmu mikrobiologi sudah sangat akrab sekali dengan
mikroorganisme. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan di laboratorium
adalah pembiakan mikroorganisme khususnya bakteri. Pembiakan mikoorganisme
ini membutuhkan sebuah media yang berisi zat hara serta lingkungan
pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme (Lay, 1994). Media merupakan
bahan yang digunakan untuk menemukan mikrob yang terdapat di atas atau di
dalam media. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang
dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Unsur dasar dari media (Rouf et al.,
2017) antara lain:
a) Garam – garam anorganik
b) Karbohidrat
c) Asam amino
d) Vitamin
e) Asam lemak dan lipid
f) Protein dan peptida
g) Serum
h) Trace elements
Unsur – unsur di atas akan melakukan proses spesifiknya masing – masing.
Pada media juga dibutuhkan nutrient sepeni air, karbon, energi, mineral dan faktor
tumbuh.
Media berdasarkan komposisi dasarnya dibedakan menjadi 2 (Rouf et al.,
2017), yaitu:
a) Sintetik atau yang terdefinisikan secara kimia, adalah media yang berasal
dari bahan – bahan murni dan memiliki komposisi yang diketahui secara
pasti. Media sintetik bisa berupa kompleks maupun sederhana tergantung
dari komponen yang terkandung di dalamnya.
b) Non-sintetik atau yang tidak terdefinisikan secara kimia, adalah media
yang mengandung paling sedikit satu komponen baik yang tidak murni
maupun tidak sepenuhnya ditandai atau bahkan tidak konsisten sama
sekali dari batch ke batch. Biasanya adalah protein yang dicerna sebagian
dari berbagai organisme.
Selain itu, media juga diklasifikasikan berdasarkan konsistensinya, antara
lain:
a) Media padat
b) Media setengah padat
c) Media cair

2.3 Teknik Laboratorium dan Teknik Isolasi Mikroorganisme


Mikroorganisme atau mikroba yang terdapat di alam biasanya terdiri dari
berbagai macam jenis. Selain itu, mikroba akan selalu kita temukan hidup
berkoloni. Untuk itu, diperlukan beberapa teknik laboratorium untuk
mengisolasinya.
Teknik laboratorium mikrobiologi adalah serangkaian proses yang
dilakukan untuk mendukung kegiatan seperti penelitian, pengamatan, ataupun
isolasi yang berkaitan dengan mikroorganisme untuk memperkecil resiko
kontaminasi yang akan merusak hasil akhir yang kita inginkan. Teknik
laboratorium juga dapat didefinisikan sebagai teknik yang digunakan untuk studi
mikroba, termasuk bakteri, jamur mikroskopis dan protista. Merupakan teknik
untuk survei, kultur, pewarnaan, identifikasi, rekayasa dan memanipulasi mikroba.
Teknik laboratorium dasar yang paling penting adalah inokulasi. Inokulasi
adalah kegiatan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang
baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis. Inokulasi dilakukan
dalam kondisi aseptik, yakni kondisi dimana semua alat yang ada dalam
hubungannya dengan medium dan pengerjaan, dijaga agar tetap steril. Hal ini
untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inokulasi mikroba umumnya
menggunakan alat yang disebut sebagai jarum ose yang berfungsi menginokulasi
kultur mikrobia serta memindahkan suatu kultur mikroba (koloni) pada media satu
ke media lainnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi
biakan murni ataupun inokulasi mikroba antara lain:
a) Metode gores, merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau
menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme
dengan hati – hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai
dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung.
b) Metode tebar, merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan
yang mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
c) Metode tuang, merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit
sampel campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut
kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin
encer.
d) Metode tusuk
Selain teknik laboratorium, dikenal juga sebuah teknik yang disebut teknik
isolasi. Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam – macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat sel – sel mikroba akan membentuk suatu
koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo et al., 1996).
Beberapa faktor yang harus diperhatikan saat mengisolasi mikroba
(Dwidjoseputro, 1998), antara lain:
a) Sifat dan jenis mikroorganisme
b) Habitat mikroorganisme
c) Medium pertumbuhan
d) Cara menginokulasi dan inkubasi
e) Cara mengidentifikasi
f) Cara pemeliharaannya
Khusus untuk isolasi khamir dan jamur dikenal beberapa teknik inokulasi,
yaitu:
a) Teknik pengenceran
b) Teknik Hansen
c) Teknik Lindner
d) Mikromanipulator
e) Isolasispora dari sporangium
Setelah diisolasi dengan tahapan di atas, bakteri akan membentuk koloni.
Karakteristik koloni bakteri hasil inokulasi merupakan salah satu bagian dalam
identifikasi bakteri. Bentuk koloni bakteri antara lain:
a) Bundar
b) Tidak beraturan
c) Rhizoid (tersebar seperti akar).
Sedangkan bentuk bagian tepi koloni antara lain:
a) Rata (entire)
b) Tidak rata
c) Bergelombang secara beraturan (lobate)
d) Bergelombang (undulate)
e) Bergerigi (serrate)
f) Seperti filamen (filamentous)
Selain itu ada pula bentuk koloni bakteri dilihat dari samping atau tingginya,
antara lain:
a) Datar (flat)
b) Agak menonjol ke atas (raised)
c) Menonjol ke atas (convex)
d) Menonjol dengan bagian pusat yang lebih tinggi (umbonate)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16 September 2019 pukul
13.00 WIB, sampai dengan hari Kamis tanggal 19 September 2019 pukul 08.00
WIB, di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, erlenmeyer
250 ml, kertas label, lampu spiritus, tissue, kapas, cawan petri, alkohol 70%,
hot plate, timbangan analitik, kantong plastik, dan inkubator.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Media NA, PDA,
Aquades, dan agar.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Tutup autoklaf


dibuka, kondisi air yang ada pada autoklaf dicek (tinggi air maksimal
sampai batas tempat untuk meletakkan alat dan bahan yang akan
disterilkan). Lalu alat dan bahan yang telah dibungkus dengan kertas
dimasukkan ke keranjang autoklaf dan autoklaf ditutup dengan cara
mengencangkan skrupnya secara diagonal. Kemudian, power autoklaf
dihidupkan. Kran pembuang air/udara yang ada pada autoklaf ditutup
dengan cara diputar (manometer telah menunjukkan angka 5 lbs (pounds)).
Sterilisasi dilakukan sampai manometer menunjukkan angka 15 lbs,
temperature 121˚C dan dibiarkan selama 15 menit. Lalu, autoklaf dimatikan
dan manometer dibiarkan turun sampai angka 0 lbs. Kemudian autoklaf
dibuka dengan cara memutar sekrup secara diagonal. Akhirnya, alat dan
bahan yang sudah disterilkan dari autoklaf dikeluarkan.

3.3.2 Penyiapan Media


Pertama, media NA dan PDA ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik. Selanjutnya, media yang telah ditimbang dimasukkan ke
dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan aquades sebanyak volume yang
dibutuhkan. Lalu, media dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan
diaduk hingga homogen. Kemudian, media yang telah masak atau mendidih
ditutup menggunakan kapas yang dibungkus dengan aluminium foil. Setelah
ditutup, dilakukan sterilisasi pada media menggunakan autoklaf. Setelah
media steril, dilakukan penuangan media ke cawan petri dan dibiarkan
memadat. Setelah padat, media dibungkus dengan plastik seal. Kemudian
media dibungkus dengan plastik dan dimasukkan ke dalam kulkas.

3.2.3 Teknik Isolasi Mikroorganisme


Media NA dan PDA disiapkan. Selanjutnya, media dibawa ke toilet.
Saat di toilet, penutup atau sealer pada media dibuka, serta tutup pada cawan
petri juga dibuka. Kemudian, media dibiarkan di toilet atau sekitarnya
selama tiga puluh menit. Setelah selesai, media dibawa kembali ke
laboratorium untuk di seal dan diinkubasi selama 72 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada praktikum ini didapatkan hasil berupa tabel dan gambar media yang
diisolasi dari toilet Laboratorium Basic Sains Universitas Bengkulu.
Tabel 1. Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri dan Jamur pada Media NA dan
PDA di Toilet

∑ Bakteri ∑ Jamur
Media
U1 U2 U1 U2
NA 43 3 - -

PDA 5 6 - -

(a) (b)

Gambar 1. (a) Koloni bakteri yang tumbuh di media NA yang diisolasi dari toilet
dan diinkubasi selama 72 jam, (b) Koloni bakteri yang tumbuh di
media PDA yang diisolasi dari toilet dan diinkubasi selama 72 jam.
Tabel 2. Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri pada Media NA dan PDA di
Toilet

Morfologi Koloni
Spesies
Media Penampaka Permukaa
(Sp) Warna Tepi Elevasi
n n
Sp 1 Circular Putih susu Entire Flat Smooth
Putih
Sp 2 Irregular Undulate Flat Concentric
kekuningan
Putih
Sp 3 Circular Entire Flat Smooth
bening
Sp 4 Circular Cream Entire Flat Smooth
Sp 5 Circular Orange Serrated Flat Concentric
Sp 6 Circular Pink Entire Flat Smooth
NA Sp 7 Circular Kuning Entire Flat Smooth
Sp 8 Circular Putih Entire Flat Concentric
Putih
Sp 9 Pinpoint Entire Flat Concentric
kekuningan
Kuning
Sp 10 Irregular Undulate Flat Contoured
gelap
Putih Filamentou
Sp 11 Irregular Flat Smooth
kekuningan s
Sp 12 Irregular Putih Undulate Flat Concentric
Sp 1 Irregular Putih Lobate Flat Concentric
Sp 2 Irregular Cream Undulate Flat Smooth
Sp 3 Circular Orange Entire Flat Concentric
PDA
Sp 4 Circular Putih Entire Convex Smooth
Pulvinat
Sp 5 Circular Bening Entire Smooth
e

4.2 Pembahasan
Pada praktikum sterilisasi, penyiapan media, dan teknik isolasi ini didapatkan
hasil pada percobaan teknik isolasi. Teknik isolasi dilakukan di toilet, karena toilet
merupakan salah satu tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri ataupu jamur.
Media yang digunakan adalah media NA dan PDA. Media NA dipilih karena
merupakan media yang umum digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada
spektrum yang luas. Sedangkan bakteri PDA dipilih karena merupakan media
yang umum digunakan untuk menumbuhkan jamur pada spektrum yang luas dan
tidak tergantung jenis (Uthayasooriyan et al., 2016).
Dari isolasi yang dilakukan, didapatkan hasil berupa koloni bakteri yang
tumbuh pada media NA dan PDA. Pada media NA cawan 1 didapatkan 43 koloni
bakteri, dan di cawan 2 didapatkan 3 koloni bakteri. Sedangkan pada media PDA
cawan 1 didapatkan 5 koloni bakteri, dan pada cawan 2 didapatkan 6 bakteri. Baik
pada media NA maupun PDA tidak ditemukan adanya pertumbuhan jamur. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams et al. (2013), bahwa
pertumbuhan jamur pada permukaan tempat tertutup adalah rendah. Menurut
autoekologinya, jamur akan lebih sering tumbuh di tempat yang bukan merupakan
permukaan terbuka misalnya di balik dinding.
Pada media NA cawan 1 lebih banyak didapatkan koloni bakteri daripada di
cawan 2, hal ini disebabkan oleh perbedaan tempat meletakkan media saat isolasi
di toilet. Cawan 1 diletakkan pada pintu kedua yang lebih dekat dengan kloset,
dan cawan 2 pada pintu pertama yang merupakan akses keluar dari toilet. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiwari et al. (2015), bahwasanya
jumlah bakteri pada tempat tertutup lebih banyak daripada di tempat terbuka.
Selain itu, di media NA lebih banyak koloni bakteri yang didapatkan daripada
di media PDA. Hal ini dikarenakan media NA lebih cocok dan lebih umum
digunakan untuk membiakkan bakteri, sedangkan media PDA lebih disarankan
untuk membiakkan jamur, maka dari itu lebih banyak koloni bakteri yang tumbuh
pada media NA.
Pada praktikum ini dilakukan pula pengamatan morfologi dari koloni bakteri.
Berdasarkan data hasil, penampakan dari bakteri yang paling dominan adalah
circular. Sedangkan warnanya putih, tepinya entire, elevasinya flat, dan
permukaannya smooth. Data ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ely et
al. (2019) mengenai pengaruh jumlah pengunjung dengan bakteri di toilet. Hasil
koloni yang mereka dapatkan memiliki morfologi yang dominannya sama dengan
hasil yang didapatkan. Dan, dapat dikatakan bahwa bakteri yang dominan terdapat
di toilet memiliki morfologi penampakan circular, berwarna putih, tepinya entire,
elevasi flat, dan permukaannya smooth.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sterilisasi, penyiapan media, dan teknik isolasi
dari toilet ini adalah sebagai berikut:
1) Pada media NA cawan 1 didapatkan 43 koloni bakteri, di cawan 2
didapatkan 3 koloni bakteri. Sedangkan pada media PDA cawan 1
didapatkan 5 koloni bakteri, dan pada cawan 2 didapatkan 6 bakteri.
2) Pada kedua media didapatkan biakan koloni bakteri yang memiliki 17
macam morfologi koloni berbeda di kedua media baik NA dan PDA.
Biakan lebih banyak tumbuh pada media NA daripada media PDA. Dan,
tidak didapatkan biakan jamur pada kedua media.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan isolasi bakteri dari tempat
lain selain di sekitar laboratorium, misalnya di sekitar GB V Universitas
Bengkulu. Dan dapat digunakan media dalam konsistensi lain seperti media cair,
misalnya media NB, PDB, atau TSB.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, R.I., Marzia, M., John, W.T., and Thomas, D.B. 2013. The Diversity and
Distribution of Fungi on Residential Surfaces. Public Library of Science.
8(11): 1-9.
Ely, A.F.R., Rio, R., dan Muhammad, H.A. 2019. Pengaruh Jumlah Pengunjung
Terhadap Jumlah dan Jenis Koloni Bakteri pada Gagang Pintu Kamar Mandi
Dalam dan Keran Wastafel di Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Kota
Malang. Jurnal Bio Komplementer Medicine. 6(1): 45-53
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Nikhilesh, B., Zanwar, A.S., Trivedi, V., and Jain, D. 2013. A Review: Steam
Sterilization A Method of Sterilization. Journal of Biological & Scientific
Opinion. 1(2): 138-141.
Rouf, A., Varsha, K., HR, N., Bazilla, N., and Tahiya, Q. 2017. An Overview of
Microbial Cell Culture. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
6(6): 1923-1928.
Seymour, S.B., Carl, A.L., and Henry, K. 1986. Disinfection, Sterilization, and
Preservation. Fifth Edition. Pennsylvania: Lipincott Williams & Wilkins.
Tiwari, A., Divya, S., and Khan, A.H. 2015. Airborn Bacteria and Fungi Level in
Indoor and Outdoor Areas. International Journal of Scientific and
Innovative Research. 3(1):108-118.
Uthayasooriyan, M., Sevvel, P., Nirmala, R., and Sutharshiny, S. 2016.
Formulation of Alternative Culture Media for Bacterial and Fungal Growth.
Der Pharmacia Lettre. 8(1): 431-436

Anda mungkin juga menyukai