Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 4

1. Anisa Rahmawati (52019050054)


2. Sindu Danuaji (52019050055)
3. Rana Meishella (52019050056)
4. Rani Meisheli (52019050057)
5. Putri Sofiyani (52019050064)
6. Retha Viona D.N (52019050065)
7. Tatha Hadi Yala (52019050066)
Salep
Definisi Salep
• Menurut scoville’s (338)
 Salep adalah sediaan semi padat yang lembut biasanya
mengandung  bahan-bahan obat dan ditujukan untuk
penggunaan luar dari badan atau membran mukosa.
• Menurut FI IV (18)
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal  pada kulit dan selaput lendir
• Menurut FI III (33)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
Definisi Salep
• Menurut RPS 18th (1518)
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian luar pada kulit atau membran mukosa. Biasanya
tapi tidak selalu mengandung bahan-bahan obat.  
• Menurut Presc (228)
Salep adalah sebagai sediaan lemak dari konsistennya,
mudah digunakan  pada kulit dengan pengocokan.  
• Menurut Dop Cooper (192)
Salep adalah sediaan semipadat untuk penggunaan pada
kulit atau membran mukosa
Definisi Salep
• Menurut Amphar (315)
Salep adalah sediaan semi padat untuk penggunaan eksterna,
seperti konsistensinya salep dapat digunakan pada kulit
dengan mudah.
• Menurut lachman (532)
Salep adalah sediaan yang umumnya disusun dari
hidrokarbon cair yang dicampur dalam suatu kelompok
hidrokarbon padat dengan titik leleh yang lebih tinggi.
• Menurut DOM (822)
Salep adalah suatu sediaan setengah padat yang
menunjukkan karakteristik aliran plastis
keuntungan
• keutungan penggunaan salep, antara lain :
a) Sebagai bahan pembawa subtansi obat untuk
pengobatan kulit,
b) Sebagai bahan pemulas pada kulit
c) Sebagai pelindung kulit, yaitu mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair
dan rangsang kulit,
d) Sebagai obat luar
kerugian
kerugian penggunaan salep hanya terletak pada basisnya
saja.
1. salep kekurangan basis hidrokarbon. Sifatnya yang
berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian
serta kulit tercuci dan dibersihkan dari permukaan kulit.
2. salep kekurangan basis adsorpsi, sehingga kurang
tepat digunakan sebagai pendukung bahan-bahan yang
kurang stabil dengan adanya air. Selain iti salep
mempunyai sifat hidrofil atau mengikat air. (Widodo,
2013).
Basis salep

Faktor faktor yang perlu diperhatikan:

• Laju pelepasan obat yang diinginkan


• Keinginan peningkatan absorbsi obat oleh dasar
salep
• Kelayakan dasar salep dalam melidungi kelembapan
kulit
• Kestabilan obat dalam basisnya
• Pengaruh obat terhadap viskositas salep
penggolonggan
1. Menurut konsistensinya salep dapat dbagi
menjadi :
a) Unguenta
b) Cream ( krim )
c) Pasta
d)  Cereta 
e) Gelones/ spumae / jelly : 
penggolonggan
2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan
penetrasinya saleb dapat dibagi menjadi :
a) Salep Epidermis
b) Salep Endodermis
c) Salep Diadermis

3. Menurut dasar salepnya, dapat dibagi menjadi :


d) Salep Hidrofobik
e) Salep Hidrofilik
penggolonggan
4. Menurut formularium nasional (fornas)
a) Dasar salep 1 ( ds. Senyawa hidrokarbon)
b) Dasar salep 2 ( ds. Serap)
c) Dasar salep 3 ( ds. Yang dapat dicuci dengan
air atau ds. Emulsi M / A)
d) Dasar salep 4 ( dosis yang dapat larut dalam
air ) (Drso. H.A. Syamsuni, Apt., 2006 Ilmu
resep, Jakarta, November 2006)
METODE PEMBUATAN SALEP
• Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan
bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogeny.
• Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit
basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu,
kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa
basis.Ketentuan lain;
– Zat yang dapat larut dalam basis salep :  (Camphora,
Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)ad mudah larut dalam
minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak) ad homogenkan ad tambah sisa basis
– Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep
mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang
tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur
dengan basis salep yang dapat menyerap air.
METODE PEMBUATAN SALEP
• Salep yang dibuat dengan peleburan
– Dalam cawan porselen
– Salep yang mengandung air tidak ikut
dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
– Bila bahan bahan dari salep mengandung
kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kasa) ad lebihkan 10-
20%
cara pembuatan
a. Alat :
• Mortar
• Lumpang
• Cawan penguap
• Sendok spatel
• Cawan penguap

b. Bahan :
• Adepslanae
• Vaselin alba
• Sulfur pp
• Acid salicyl
• Vaselin flava
• Ichtiyol
cara pembuatan
Cara Kerja Pembuatan Salep
• Menimbang bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya, digerus
hingga halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki.
• Menimbang basis vaselin album dan adeps lanae, mencampurkan satu
sama lain dengan metode pencampuran kemudian digerus dalam mortir
hingga homogen.
• Menambahkan propilenglikol dan BHT kedalam basis yang sudah
tercampur.
• Menambahkan basis yang sudah tercampur sedikit sedikit ke dalam
mortir yang sudah diberi bahan berkhasiat.
• Mengaduk sampai homogen dan mencampurkannya sampai rata.
• Memasukkan kedalam pot dan diberi etiket.
• Melakukan evaluasi.
BAHAN YANG TIDAK TERCAMPUR & CARA
MENGATASI
• Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari (Anonim,
1995):
1) Peraturan salep pertama
• “Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak,
dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.
2) Peraturan salep kedua
• “Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada
peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air,
diharapkan jumlah air yang digunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep, jumlah air yang dipakai
dikurangi dari basis”.
BAHAN YANG TIDAK TERCAMPUR & CARA
MENGATASI

3) Peraturan salep ketiga


• “Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian
dapat larut dalam lemak dan air harus diserbuk
lebih dahulu, kemudian diayak dengan ayakan
no.B.40 (no.100)”.
4) Peraturan salep keempat
• “Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan,
campurannya harus diaduk sampai dingin”
Evaluasi salep biasanya dilakukan dengan
melakukan beberapa pengujian yaitu sebagai
berikut ini :
1. Uji Organoleptis
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya
perubahan fisik pada sediaan, yaitu timbulnya bau dan
perubahan warna.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sediaan dilakukan untuk mengetagui
apakah semua bahan telah tercampur secara sempurna
untuk menjamin zat aktif yang terkandung dalam bahan
telah terdistribusi secara merata pada saat dioleskan
sehingga kulit tidak berasa adannya bagian yang padat atau
tidak homogen
3. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui kualitas
dasar salep yang dapat menyebar pada saat salep digunakan.
Daya sebar yang baik dapat menjamin pelepasan obat yang
maksimal, dengan asumsi bahwa semakin luas daya sebar salep
maka semakin baik pula daya sebarnya pada kulit sehingga
dengan cepat pula melepaskan efek terapi yang diinginkan
4. Uji pH
Sediaan sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit,
yaitu sekitar 4,4 – 6,5 karena pH yang terlalu basa dapat
menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH terlalu asam
menyebabkan iritasi kulit
5. Uji Viskositas

Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk


mengalir. Jika viskositas salep meningkat massa salep akan
menjadi semakin padat. Semakin besar viskositas maka
akan semakin besar tahanan dari suatu senyawa obat
untuk berdifusi keluar dari basisnya, sehingga pelepasan
obat dari basisnya menjadi lambat. Tetapi sebaliknya bila
semakin rendah viskositasnya akan mudah untuk berdifusi
keluar menuju tempat yang akan diobati sehingga
pelepasan obat menjadi cepat. (Reyza Shintia, 2012)
FORMULASI
Salep ekstrak etanolik daun binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) basis absorpsi memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10%. Salah
satu upaya dalam meningkatkan aktivitas zat aktif ekstrak
etanolik daun binahong adalah dilakukan penyesuaian
berbagai basis formulasi salep. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fisik salep ekstrak daun binahong
dengan variasi basis hidrokarbon, absorpsi, dan larut air.
Ekstrak etanolik daun binahong diperoleh dengan metode
maserasi menggunakan etanol 70%. Salep dibuat dengan
variasi basis
FORMULASI
pembawanya yaitu hidrokarbon, absorpsi, dan larut air.
Salep yang telah dihasilkan selanjutnya diuji karakteristik
fisiknya meliputi uji organoleptis, pH, daya lekat, daya
sebar, viskositas, dan aktivitas antibakterinya terhadap
bakteri Staphylococcus aureus pada media agar plate. Data
hasil organoleptis dan pH dianalisis secara deskriptif. Data
viskositas, daya lekat dianalisis secara Anova satu jalan dan
dilanjutkan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%,
sedangkan hasil daya sebar secara Kruskal wallis dan Man
whitney. Hasil uji karakteristik fisik viskositas, daya lekat,
terdapat perbedaan bermakna dari masing-masing formula
salep ekstrak etanolik daun binahong, namun tidak
memiliki hasil yang berbeda signifikan pada karakteristik
fisik pH, organoleptis, homogenitas dan daya sebar.
FORMULASI

Anda mungkin juga menyukai