Anda di halaman 1dari 10

I.

INFORMASI PRODUK
Nama Obat Jadi :
Bentuk Sediaan : Injeksi
Kemasan : Botol 500 ml
Nama Perusahaan :
Indikasi : memenuhi kalori pada pasien yang mengalami gangguan hemostasis
(keseimbangan cairan tubuh), dehidrasi tahap kronis serta terapi
untuk pasien hipoglikiemia

II. FORMULA UNTUK PEMBUATAN SEDIAAN


Sumber: Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Sterile Products, Volume
6, Edisi Kedua
Formula 1
Dextrose injection 5% and 10% LVP
Bill of Materials (Batch Size 1 L)

Scale/mL Item Material Quality UOM

50.00 mg 1 Dextrose Anhydrous, USP, 10% excess 52.50 g

0.15 mg 2 Activated Charonal, NF 0.15 g

QS mL 3 Water for Injection, USP, QS to 1.00 L

Formula 2

Dextrose with Sodium Chloride Injection LVP

Bill of Materials (Batch Size 1 L)

Scale/mL Item Material Quality UOM

50.00 mg 1 Dextrose Anhydrous, USP, 10% excess 55.00 g

9.00 mg 2 Sodium Chloride, USP, 4% excess 9.33 g

0.50 mg 3 Activated Charonal, NF 500 mg

QS mL 4 Water for Injection, USP, QS to 1.00 L


Kegunaan masing-masing bahan:
1. Dextrose Anhidrat : Zat aktif
2. Sodium Chloride : Pengisotonis untuk memberikan kenyamanan dalam
penggunaan
3. Activated Charonal : adsorbsi zat warna organik dan basa nitrogen
4. Water for Injection : zat pembawa dan pelarut

III. CARA PEMBUATAN SEDIAAN


Sumber: Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Sterile Products, Volume
6, Edisi Kedua
1. Gunakan API yang baru disiapkan, tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam pada suhu
80°C. Tambahkan Dextrosa ke API pada suhu 60°C dan diaduk selama 15 menit.
2. Ditambahkan Karbon aktif dan diaduk dengan kuat selama 15 menit.
3. Disaring campuran tersebut menggunakan presterilized filter yang sesuai untuk
menyaring arang sehingga dihasilkan larutan yang bebas pengotor.
4. Disaring dengan filter yang setidaknya berukuran 0,45 mm,sebelum dilakukan filtrasi
akhir menggunakan filter ukuran 0,22 mm ke dalam wadah kaca tipe I.
5. saat pengisisan sediaan ke dalam botol,suhu dijaga pada 450C hingga 500C dan segera
ditutup dengan menggunakan sumbat karet butil abu-abu yang sudah dicuci dan disterilkan
pada suhu 1160C selama 30 menit.
6. Disterilkan botol yang berisi sediaan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 20
menit;suhu dijaga agar tidak naik hingga 30C.
7. Diperiksa pH larutan (4,0-4,3); sebelum diautoklaf pH larutan adalah 5,5 sampai 6,5.

IV. IDENTITAS BAHAN AKTIF


Zat Aktif : Dekstrosa monohidrat
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbu, hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau,
rasa manis.
Identifikasi : Tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 ml tembaga(II)
tartrat alkali LP, panas, terbentuk endapan merah tembaga oksida.
Warna larutan : Larutkan 25 g zat dalam air hingga 50,0 ml, warna larutan tidak lebih
intensif dari larutan yang dibuat sebagai berikut : campur 1,0 ml kobalt(II)
klorida LK; 3,0 ml besi(III) klorida LK dan 2,0 ml tembaga(II) sulfat LK
dengan air hingga 10 ml. Encerkan 3,0 ml larutan dengan air hingga 50 ml.
Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada alas
dasar putih dalam tabung pembanding warna yang selaras.
Keasaman : Larutkan 50 g zat dalam 50 ml air bebas karbondioksida P, tambahkan
fenolftalein LP, dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV hingga
terjadi warna merah muda; diperlukan tidak lebih dari 0,30 untuk di
netralisasi.
Kelarutan
Kelarutan pada suhu
Pelarut
200
Kloroform Praktis tidak larut
Ethanol (95%) 0.083333333
Ether Praktis tidak larut
Gliserin Larut
Air 1:01

Tabel 2.2 Kelarutan dekstrosa


Pelarut Kelarutan
Air mendidih Sangat mudah larut
Air Mudah larut
Etanol mendidih Larut
Etanol Sukar larut

(Depkes RI, 1995).

Rotasi Jenis : antara +52,6o dan +53,2o, dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan
penatapan menggunakan larutan yang mengandung 10 g zat dan 0,2
ml amonium hidroksida 6 N per 100 ml.
Stabilitas : Dekstrosa atau glukosa memiliki daya tahan yang baik terhadap
cahaya, namun dalam penyimpanan diusahakan terlindung dari sinar
matahari. Dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi karena dapat
terdegradasi menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya
berubah menjadi asam lavulanik. Dekstrosa dapat disimpan pada
suhu 2oC-25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14
bulan) (McEvoy, 2002). Dekstrosa stabil pada pH 3,5 sampai 6,5
(Depkes RI, 1995). Jika pH terlalu asam akan menyebabkan
terbentuknya karamel dan akan terdekomposisi dan berwarna coklat
pada pH yang lebih basa (Kibbe, 2000).

Titik Lebur dan : Dekstrosa memiliki titik lebur 83oC (Kibbe, 2000) dan harus
Penyimpanan disimpan pada suhu 2oC-25oC dan terlindungi dari sinar matahari
(McEvoy, 2002).
Inkompatibilitas : Jika larutan i.v glukosa dicampur dengan cyanocobalamin,
kanamycin sulfat, novobiocin sodium dan warfarin sodium akan
menyebabkan terjadi kekeruhan. Glukosa dapat bereaksi dengan
amin, amida, asam amino, peptida. Vitamin B kompleks akan
terdekomposisi bila dipanaskan dengan dekstrosa, eritromisisn
gluceptate tidak stabil pada larutan glukosa dengan pH 5,05. Apabila
sediaan dekstrosa bereaksi dengan senyawa alkali kuat dapat
menyebabkan perubahan warna menjadi coklat dan penguraian pada
sediaan (McEvoy, 2002).

V. IDENTITAS BAHAN TAMBAHAN


2.1 Karbon Aktif
Definisi :
Pemerian : Serbuk hitam, tidak berbau. Diperoleh dari residu destilasi dekstruktif
berbagai bahan organik, diolah untuk peningkatan kapasitas adsorpsi zat
warna organik dan basa nitrogen.
Ukuran partikel dan : dalam 1 gram karbon akti f, pada umumnya memiliki luas
Luas Permukaan permukaan seluas 500-1500m2, sehingga sangat efektif
dalam menangkap partikel–partikel yang sangat halus
berukuran 0,01-0,0000001 mm. Sifat
adsorptif karbon aktif diperhatikan oleh adanya permukaan (1)
makropori dengan diameter > 50 nm, (2) mesopori diameter 2-50
nm dan mikropori diameter lebih kecil dari nm.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol
Stabilitas : Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
(Depkes RI, 1995).
2.2 Sodium Chloride
Narium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% NaCl
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Tidak mengandung zat tambahan

Pemerian: hablur kubus, tidak bewarna atau serbuk hablur putih; rasa asin
Kelarutan: mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam
gliserin; sukar larut dalam etanol
Identifikasi: larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Natrium cara A dan B, dan klorida
cara A, B dan C seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum.
Menunjukkan reaksi natrium dengan cara:
A. Tambahkan kobalt uranil asetat LP sejumlah lima kali volume kepada larutan yang
mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah menjadi klorida
atau nitrat: terbentuk endapan kuning keemasan setelah dikocok kuat-kuat beberapa
menit. Untuk garam natrium dari sefalosporin dan penisilin tambahkan asam sulfat P,
arangkan, abukan, pijarkan dan larutkan sisa dalam asam klorida 1 N sebelum
penambahan kobalt uranil asetat LP.
B. Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang tidak
berwarna.
Menunjukkan reaksi klorida dengan cara:
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan: terbentuk endapan putih seperti dadih
yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam ammonium hidroksida 6 N
sedikit berlarut.
B. Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan ammonium hidroksida 6 N, saring,
asamkan filtrat dengan nama asam nitrat P, dan lakukan seperti yang tertera pada uji
A.
C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot sama, basahi
dengan asam sulfat P, dan panaskan perlahan-lahan: terbentuk klor yang
menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.

Keasaman atau kebasaan: Larutan 50,0 g dalam 200 ml air bebas karbon dioksida P,
tambahkan 10 tetes indikator Ph biru bromotimol LP. Jika larutan bewarna kuning
membutuhkan tidak lebih dari 1,0 ml natrium hidroksida 0,020 N untuk menghasilkan warna
biru. Jika larutan bewarna biru atau hijau, membutuhkan tidak lebih dari 3,12 ml asam
klorida 0,020 N untuk menghasilkan warna kuning.
Susut pengeringan: tidak lebih dari 0,5% lakukan pengeringan pada suhu 105 derajat selama
2 jam.
Sumber: Farmakope Indonesia Edisi IV.

2.3 Water for Injection


Menurut Farmakope Indonesia IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang
disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau
bahan tambahan lainnya (Depkes RI, 1995).
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau
Sterilisasi : disterilisasi dengan cara panas basah (autoklaf)
Kegunaan : Air injeksi dapat digunakan untuk bahan pembawa dan pelarut.
Alasan pemilihan : dapat digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan
Cara pembuatan : Air injeksi dapat dibuat dengan mendidihkan aqua dan diamkan
selama 30 menit kemudian dinginkan.

VI. MENENTUKAN KADAR ATAU POTENSI ZAT AKTIF


Protap Metode Analisa Zat Aktif
Nama Obat Jadi: PROTAP METODE Lembar ke:
ANALISA ZAT AKTIF
No

Nama Industri Farmasi Tanggal:

1. Nama Obat Jadi :


2. Bentuk Sediaan : Injeksi
3. Golongan Obat : Keras
4. Cara Pemberian : Intravena
5. Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna, bebas
partikel asing dan steril
6. Formulasi :
Material Quality

Dextrose Anhydrous, USP, 10% excess 55.00 g

Sodium Chloride, USP, 4% excess 9.33 g

Activated Charonal, NF 500 mg

Water for Injection, USP, QS to 1L

Zat Aktif:

Dekstrosa Anhidrat

Pemerian:

Serbuk, putih sampai kekuningan

Kelarutan:

Sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut dalam air, larut dalam etanol
mendidih, sukar larut dalam etanol.
VII. MENENTUKAN KADAR OBAT JADI
Nama Obat Jadi: PROTAP METODE Lembar ke:
ANALISA OBAT JADI
No

Nama Industri Farmasi Tanggal:

1. Nama Obat Jadi :


2. Bentuk Sediaan : Injeksi
3. Golongan Obat : Keras
4. Cara Pemberian : Intravena
5. Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna, bebas
partikel asing dan steril
6. Formulasi :
Material Quality

Dextrose Anhydrous, USP, 10% excess 55.00 g

Sodium Chloride, USP, 4% excess 9.33 g

Activated Charonal, NF 500 mg

Water for Injection, USP, QS to 1L

Injeksi Dekstrosa adalah larutan steril dekstosa dalam Air untuk injeksi.
Mengandung dekstrosa C6H12O6H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dekstrosa tidak mengandung
bahan mikroba.

Baku Pembanding Endotoksin BPFI; [catatan bersifat pirogenik, penanganan


vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua
isi; larutan bisa digunakan selama 14 hari. simpan larutan dan vial yang belum
dibuka di lemari pendingin

pH Antara 3,2 dan 6,5; lakukan penetapan menggunakan 100 ml zat yang telah
ditambahkan 0,30 ml larutan jenuh kalium klorida P dan jika perlu encerkan
dengan air hingga kadar dekstrosa tidak lebih dari 5%.
Penetapan Kadar

Penetapan Kadar Injeksi Dekstrosa

Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan 2-5 g dekstrosa, masukkan dalam
labu tentukur 100 ml. Tambahkan 0,2 ml ammonium klorida 6 N. Encerkan
dengan air sampai tanda. Ukur rotasi optik dalam tabung polarimeter yang sesuai
pada suhu 24o seperti tertera pada Penetapan Rotasi Optik dan Rotasi Jenis.
Hitung persentase (g per 100 ml) dekstrosa C6H12O6H2O, dalam injeksi dengan
rumus :

100
AR = (52,9) (198,17
180,16
)

A adalah perbandingan bilangan 100 mm dibagi dengan panjang tabung


polarimeter yang digunakan, dalam mm; R adalah rotasi yang dialami derajat; 100
adalah persentase; 52,9 adalah titik tengah tentang rotasi jenis dekstrosa anhidrat;
198,17 dan 180,16 berturut-turut adalah bobot molekul dekstrosa monohidrat dan
dekstrosa monohidrat.

Sumber: Farmakope Indonesia Edisi IV.

VIII. PARAMETER MUTU OBAT JADI


Parameter Pengujian Kriteria Pengujian

pH 3,2-6,5

Sterilitas Sesuai FI IV

Identifikasi: Sesuai FI IV
Dekstrosa
Penetapan Kadar: tidak kurang dari 95,0% dan tidak
Dekstrosa lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket
IX. UJI STABILITAS OBAT
Protokol Uji Injeksi Dextrosa No. Dok

Berlaku

Disusun oleh Disetujui oleh Mengganti No :


Tanggal :

Supervisor Manager QC Departemen


QC QC

1. Cara Penyimpanan
Dekstrosa atau glukosa memiliki daya tahan yang baik terhadap cahaya,
namun dalam penyimpanan diusahakan terlindung dari sinar matahari.
Dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi karena dapat terdegradasi
menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya berubah menjadi asam
lavulanik. Dekstrosa dapat disimpan pada suhu 2oC-25oC atau disimpan
pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan) (McEvoy, 2002). Dekstrosa
stabil pada pH 3,5 sampai 6,5 (Depkes RI, 1995). Jika pH terlalu asam
akan menyebabkan terbentuknya karamel dan akan terdekomposisi dan
berwarna coklat pada pH yang lebih basa (Kibbe, 2000).

2. Analiasis dipercepat
Uji stabilitas ini dilakukan terhadap produk baru maupun produk
yang sudah dipasarkan. Uji stabilitas mencakup uji stabilitas
dipercepat (400 ± 20C/ 75% ± 5% RH) dan uji stabilitas jangka
panjang (300 ± 20C/ 75% ± 5% RH).

Anda mungkin juga menyukai