Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah krim secara tradisional telah digunakan sebagai sediaan semi-padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair dan diformulasikan sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemebrian obat melalui vaginal (Depkes
RI, 1995).

Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat yang mengandung


dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan
yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain,
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan mencakup zat
emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat
penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat
warna (Lubis, 2012).

Selain itu krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi


kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Tipe krim ada dua yaitu :

1. Krim tipe air-minyak (A/M) contohnya sabun polivalen, span, adeps


lanae, kolesterol dan cera.
2. Krim tipe minyak-air (M/A) contohnya sabun monovalen
seperti triethanolaminum stearat, natrium stearat, kalium stearat
dan ammonium stearat (Anief, 2005).
Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata
pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Ansel, 2005).
Krim dapat digunakan pada luka yang basah, karena bahan pembawa
minyak di dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan
luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu
lapisan tipis yang semipermeabel, setelah air menguap pada tempat yang
digunakan. Tetapi emulsi air di dalam minyak dari sediaan semipadat
cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit (Lachman, 2008).

Stabilitas krim akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem


campurannya terutama disebabkan perubahan suhu, perubahan komposisi
dan disebabkan juga oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim
yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Dalam
penandaan sediaan krim, pada etiket harus tertera “Obat Luar” dan pada
penyimpanannya harus dalam wadah tertutup baik atau tube dan
disimpan di tempat sejuk (Depkes RI, 1979).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat krim dengan baik?

2. Bagaimana evaluasi stabilitas fisik sediaan krim?

C. Tujuan Formulasi
1. Untuk mengetahui cara membuat krim dengan baik.

2. Untuk mengetahui evaluasi stabilitas fisik sediaan krim.

D. Manfaat Formulasi
Dapat memberikan informasi terkait cara pembuatan krim agar
memenuhi stabilitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat,

Penerjemah: Farida Ibrahim, Penerbit UI Press, Jakarta

Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design Second
Edition 530, ELBS Fonded by British Govenment, 499-530.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Depkes RI., 1979,Farmakope Indonesia, Edisi III, 8-9, 33, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Lachman, L., 2008, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Penerbit UI-Press,

Jakarta.

Lubis, E.S& Reveny, J., 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali [

Citrus maxima (Burm.) Osbeck] Natural Skin Moisturizer From Pomelo

Juice [Citrus maxima (Burm.) Osbeck]. Journal of Pharmaceutics and


Pharmacology, 1(2), pp.104–111

Anda mungkin juga menyukai