Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN SEMISOLIDA
BLOK 20 PRAKTIKUM 1

DISUSUN OLEH:
1. Dessy Ratnasari
2. Renza Rahmawaty
3. Harwandy
4. Maretiya Azzahra Sani
5. Maulinda Raisha
6. Ayudya Mayang Kartika
7. R. Wahyu Asa
TANGGAL PRAKTIKUM : 01 November 2016
DOSEN :
KOMPONEN MAKSIMUM NILAI
Cover 2
KONTROL LAPORAN
Tujuan 3
PENGUMPULAN Dasar Teori 10
Alat & Bahan 5
PENGAMBILAN Cara Kerja 5
Data 10
PENYERAHAN Pembahasan 40
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 10
Lampiran 5
Total

PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
A. TUJUAN
1. Mahasiswa melakukan teknik pembuatan beberapa jenis sediaan semisolida
(Salep, Gel, Krim),
2. Mahasiswa Melakukan beberapa uji fisik sediaan semisolid,
3. Mahasiswa melakukan uji pelepasan obat dari sediaan semisolida,
4. Mahasiswa mampu membandingkan cara pembuatan, karakteristik fisik dan
pelepasan obat dari berbagai janeis (basis) sediaan semisolida.

B. DASAR TEORI

SALEP

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok
yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat
dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah
satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin
putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan
kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan
terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan
(Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air antara
lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut Krim. Dasar ini dinyatakan juga dapat
dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan dilap basah, sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif
menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari
dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan termatologik (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga disebut
sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis
ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel (Dirjen POM, 1995).

Kualitas dasar salep yang ideal adalah:


a. Satabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam
kamar.

b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan
ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit

d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau
menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah
yang diobati.

e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan

f. Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif (Anief, 2007).

Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:


1. Pemerian: tidak boleh berbau tengik

2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras,
kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan
obat dan tujuan pemakaian salep.

4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan: pada etiket harus tertera obat luar (Syamsuni, 2006).

Evaluasi sediaan salep


A. Evaluasi fisik
1. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok
harus menunjukkan susunan yang homogen
2. Konsistensi
3. Bau dan warna
Menunjukkan untuk melihat terjadinya perubahan fasa
4. pH
berhubungan dengan stabilitas zat aktif efektifitas pegawet, dan keadaan
kulit
5. isi Minimum
berkaitan langsung dengan dosis atau jumlah zat aktif dalam basis
6. Pengujian difusi bahan aktif dari sediaan salep

B. Evaluasi kimia

Identifikasi zat aktif

Penetapan kadar zat aktif

C. Evaluasi biologi

Uji penetapan potensi antibiotik

Pengukuran potensi beberapa zat aktif

KRIM

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu
krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim
digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik,
dan nonionik (Anief, 2000).

Menurut (Ditjen POM,1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat


mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal.

Krim disebut juga salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan
perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi
kental berupa emulsi M/A atau emulsi A/M. Krim lebih mudah dibersihkan dari kulit
dari pada salep yang menggunakan vaseline sebagai vehikulum (Joenoes, 1990).

Pada kulit kering pada keadaan kelembaban udara sangat rendah, penguapan air
dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit tertentu yang menyebabkan
kulit menjadi kering dan kasar, krim dapat mengurangi kekeringan kulit dan
mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja, 1997).

Krim berisi minyak nabati atau minyak hewani, yang terkadang bersifat
komedogenik. Tentu saja minyak pengganti tidak dapat sepenuhnya menggantikan
peran minyak alamiah yang keluar dari kelenjar palit, namun setidaknya dapat
membantu dalam segi fisik proteksi dan pelembut kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Penggolongan krim berdasarkan tipe ada 2 yaitu tipe M/A atau O/W dan Tipe
A/M atau W/O.

Tipe M/A atau O/W

Krim M/A atau O/W ( Vanishing krim) yang di gunakan melalui kulit akan
hilang tanpa bekas. Pembuatan krim M/A atau O/W sering menggunakan zat
pengemulsi campuran dari surfraktan (jenis lemah ayng ampifil) yang
umumnya merupakan rantai panjang alkohol walaupun untuk beberapa
sediaan kosmetik pemakaian asam lemaklebih populer.

Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifikseperti adeps


lane, wool alkohol atau ester asam lemak dengan garam dan asam lemak
dengan logam bervalensi 2 misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan
emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi
pembalikan fasa.

Jenis-Jenis Krim Menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut:


1. Krim pendingin (cold cream)
Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat
menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam
minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax,
mineral oil, paraffin, dan spermaceti.

2. Krim vitamin (vitamin cream)


Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A, C,
D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan manfaatnya
karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien dibanding
bila diberikan per oral.

3. Krim urut (massage cream)


Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak
dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim
A/M.

4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)


Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut
dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab
biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA,
atau vitamin.

5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream or skin food cream)


Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi
hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara
permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau
corn oil.

Evaluasi sediaan krim ada 3 yaitu evaluasi fisik, evaluasi kimi dan evaluasi
biologi.
A. Evaluasi Fisik
1. Penampilan
2. Homogenitas
3. Viskositas dan Rheologi
4. Ukuran partikel
5. Stabilitas Krim
6. Isi minimum
7. Penentuan tipe emulsi
8. Penetapan pH
9. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan
10. Uji kebocoran tube

B. Uji Kimia
1. Identifikasi
2. Uji penetapan kadar

C. Uji Biologi
1. Uji penetapan potensi antibiotik

GEL

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung
dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria. Secara
luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan
juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk
perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat
ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari
kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam
sistem dua fase (Ansel, 1989). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat
gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat,
serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan
gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan
suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk,
1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua
fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan
menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar
dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah
hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari
bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan
hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung
komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Keuntungan sediaan gel :


Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:
- kemampuan penyebarannya baik pada kulit
- efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
- tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
- kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
- pelepasan obatnya baik

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya


kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan
pengawet. Untuk upaya stabilisasi dari segi mikrobial di samping penggunaan bahan-
bahan pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis ini sangat cocok
pemakaian metil dan propil paraben yang umumnya disatukan dalam bentuk larutan
pengawet. Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan terhadap penguapan yaitu
untuk menghindari masalah pengeringan. Oleh karena itu untuk menyimpannya lebih
baik menggunakan tube. Pengisian ke dalam botol, meskipun telah tertutup baik tetap
tidak menjamin perlindungan yang memuaskan (Voigt, 1994).

Evaluasi sediaan krim ada 3 yaitu evaluasi fisik, evaluasi kimi dan evaluasi
biologi
A. Evaluasi Fisik
1. Penampilan
2. Homogenitas
3. Viskositas
4. Distribusi ukuran partikel
5. Uji kebocoran
6. Isi minimum
7. Penetapan pH
8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel
9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel
10. Stabilitas gel
B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. Penetapan kadar zat aktif
C. Evalusi Biologi
1. Uji penetapan potensi antibiotik
2. Uji sterilitas.
C.ALAT DAN BAHAN

ALAT
Mortir, Stemper, Cawan Porselen, Gelas Arloji, Botol Timbang, Gelas ukur 10 ml,
sudip, spatula, beker glass, Kertas saring, alat daya sebar, milimeter blok, ayat daya
lekat, perlengkapan uji disolusi, spektrofotometer, kuvet, pot salep,

BAHAN
Parafin padat atau cair, Cetil alkohol, vaselin, propilen glikol, PEG 4000, PEG 400,
CMC-Na, HPMC, Tween 80, Span 80, Gliserin, Asam Salisilat, FeCl3 Liquid, PP,
KOH 0,1 N (NaOH), Alkohol 96%, Aquades, Kantong dialisis (selullosa asetat
hidrofil).

D.Cara Kerja

FORMULA 2
PEG 4000 di lelehkan pada waterbath + PEG 400

Asam Salisilat 5 gr di masukkan ke dalam mortir + Etanol qs di gerus halus hingga


kristal jarum hilang

Masukkan lelehan PEG 4000+PEG 400 ke dalam mortir yang berisi Asam Salisilat

Homogenkan

FORMULA 4
HPMC dilarutkan dengan sejumlah air yang ada

Asam Salisilat 5 gram dimasukkan ke dalam mortir + Etanol secukupnya digerus


halus hingga kristal jarum hilang

Masukkan campuran basis secara geometris

Homogenkan, kemudian ad aqua 50 ml


FORMULA 6
Asam Salisilat 5 gram dimasukkan kedalam mortir

Ditambahkan Etanol secukupnya digerus halus hingga kristal jarum hilang

Ditambahkan propilen glikol 5 gram

Masukkan basis (vaselin) ad 50 gram secara geometris

Gerus, Kemudian homogenkan

FORMULA 8
CMC-Na yang sudah dikembangkan dilarutkan dengan air yang ada

Masukkan asam salisilat kedalam mortir ditambahkan dengan Etanol secukupnya


kemudian tambahkan propilen glikol digerus

Masukkan basis (CMC-Na ) secara geometris

Homogenkan kemudian ad aqua 50 ml

FORMULA 10
Fase minyak : Cetil alkohol dan vaselin dilelehkan pada waterbath

Fase hidrofil : Propilen glikol dan aqua dipanaskan pada suhu 70 C

CMC-Na dicampurkan ke dalam fase minyak pada suhu 70 C, Homogenkan

Masukkan asam salisilat kedalam mortir tambahkan Etanol secukupnya

Masukkan campuran fase minyak dan CMC-Na kemudian digerus

Masukkan fase air (Propilen glikol) kemudian ad aqua 50 ml sambil digerus hingga
homogen
E.DATA PENGAMATAN

1. Uji Daya Sebar


Formula 2

Replikasi Tanpa Beban (cm) Beban 50 gram (cm) Beban 100 gram
(cm)

1 2,3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,5 2,6 2,6 2,7

2 2,4 2,3 2,4 2,5 2,4 2,5 2,7 2,6 2,8

3 2,5 2,4 2,5 2,5 2,5 2,6 2,8 2,8 2,8

Total 7,2 7,0 7,4 7,4 7,3 7,6 8,1 8,0 8,3

Rata-rata 2,4 2,3 2,4 2,4 2,4 2,5 2,7 2,6 2,7

Replikasi Beban 200 gram Beban 300 gram Beban 500 gram
(cm) (cm) (cm)

1 2,8 2,9 2,8 2,9 2,9 2,9 3,1 3,2 3,2

2 2,8 2,9 2,9 3,0 2,9 3,0 3,2 3,3 3,3

3 2,9 3,0 3,0 3,0 3,0 3,1 3,3 3,4 3,5

Total 8,5 8,8 8,7 8,9 8,8 9,0 9,6 9,9 10

Rata-rata 2,8 2,9 2,9 2,9 2,9 3.0 3,2 3,3 3.3

Formula 4

Replikasi Tanpa Beban (cm) Beban 50 gram (cm) Beban 100 gram
(cm)

1 3,0 2,9 2,8 3,1 3,3 3,2 3,1 3,5 3,6

2 3,0 3,0 3,1 3,1 3,2 3,2 3,1 3,4 3,6

3 3,1 3,0 3,1 3,1 3,2 3,3 3,1 3,4 3,5

Total 9,1 8,9 9,0 9,3 9,7 9,7 9,3 10,3 10,7

Rata-rata 3,0 2,9 3,0 3,1 3,2 3,2 3,1 3,4 3,5
Replikasi Beban 200 gram Beban 300 gram Beban 500 gram
(cm) (cm) (cm)

1 5,5 3,5 5,1 5,6 3,6 5,2 6,1 3,6 6,2

2 5,4 3,4 5,1 5,7 3,5 5,1 6,1 3,6 6,3

3 5,4 3,4 5,1 5,7 3,5 5,2 6,1 3,5 6,3

Total 16,3 10,3 15,3 17,0 10,6 15,5 18,3 10,7 18,8

Rata-rata 5,4 3,4 5,1 5,6 3,5 5,1 6,1 3,5 6,2

Formula 6

Replikasi Tanpa Beban (cm) Beban 50 gram (cm) Beban 100 gram
(cm)

1 3,7 3,4 3,4 4,0 4,2 4,0 4,4 4,3 4,4

2 3,8 3,5 3,8 4,5 4,6 4,2 4,6 4,6 4,5

3 4,0 3,7 3,8 4,7 4,8 4,3 4,8 4,7 4,5

Total 11,5 10,6 11 13,2 13,6 12,5 13,8 13,6 13,4

Rata-rata 3,8 3,5 3,6 4,4 4,5 4,1 4,6 4,5 4,4

Replikasi Beban 200 gram Beban 300 gram Beban 500 gram
(cm) (cm) (cm)

1 4,6 4,6 4,6 4,8 4,7 4,3 4,9 5,0 4,8

2 5,0 4,7 4,7 5,2 4,8 4,8 5,4 5,0 4,9

3 5,1 4,7 4,7 5,3 5,0 4,8 5,5 5,1 4,9

Total 14,8 14,0 14,0 15,3 14,5 14,3 15,8 15,1 14,6

Rata-rata 4,9 4,6 4,6 5,1 4,8 4,7 5,0 5,0 4,8
Formula 8

Replikasi Tanpa Beban (cm) Beban 50 gram (cm) Beban 100 gram
(cm)

1 3,5 3,6 3,6 3,6 3,7 3,6 3,8 3,8 3,8

2 3,6 3,6 3,7 3,7 3,7 3,7 3,9 3,9 3,9

3 3,6 3,6 3,7 3,7 3,8 3,8 4,0 4,0 4,1

Total 10,7 10,8 11 11 11,2 11,1 11,7 11,7 11,8

Rata-rata 3,5 3,6 3,6 3,6 3,7 3,7 3,9 3,9 3,9

Replikasi Beban 200 gram Beban 300 gram Beban 500 gram
(cm) (cm) (cm)

1 4,0 4,0 4,1 4,0 4,0 4,1 4,0 4,1 4,0

2 4,1 4,0 4,1 4,2 4,1 4,2 4,2 4,3 4,2

3 4,2 4,1 4,2 4,3 4,2 4,3 4,4 4,5 4,4

Total 12,3 12,1 12,5 12,5 12,3 12,6 12,6 12,9 12,6

Rata-rata 4,1 4,0 4,1 4,1 4,1 4,2 4,2 4,3 4,2

2. Uji Daya Rekat


Formula Replikasi Rata-rata
1 2 3 (detik) (detik)
2 >3 menit >3 menit >3 menit >3 menit
4 0,4 detik 0,6 detik 0,5 detik 0,5 detik
6 1 detik 1 detik 1,1 detik 1,03 detik
8 0,9 detik 0,8 detik 0,7 detik 0,8 detik

3. Uji Daya Proteksi

Formula Muncul
warna pink
2 1 detik
4 8 detik
6 1 detik
8 1 detik
4. Uji Homogenitas Fisik Formula 2,4,6 dan 8
Dari keempat formula, dilihat secara fisik homogenitasnya telah menunjukkan
bentuk sediaan yang homogen. Jika diurutkan viskositasnya dari yang lebih besar
ke yang lebih kecil, maka urutannya yaitu formula 2 > formula 6 > formula 8 >
formula 4
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

1. Sediaan semisolid yang dibuat pada praktikum ini adalah salep, krim dan gel.
Salep pada formula 6, gel pada formula 2, formula 4 dan formula 8 serta krim
pada formula 10.
2. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
3. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
4. Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan
yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi.
5. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi uji daya sebar, uji daya rekat,
uji daya proteksi, dan uji homogenitas.
6. Pada uji daya sebar dihasilkan rata-rata daya sebar formula 4 > formula 8 >
formula 6 > formula 2. Semakin luas penyebaran sediaan pada permukaan
kulit maka absorpsi dari bahan obat yang terkandung akan semakin
meningkat.
7. Hasil uji homogenitas yang diperoleh adalah semua formula yang dibuat
adalah homogen dilihat secara fisik, tidak terdapat partikel yang mengumpal.
8. Hasil rata-rata uji daya lekat sediaan yaitu formula 2 > formula 6 > formula 8
> formula 4, yaitu 2 menit > 1,03 detik > 0,8 detik > 0,5 detik. Semakin lama
kemampuan melekat pada kulit, maka konsentrasi obat yang diabsorbsi oleh
kulit juga meningkat sehingga efek terapi yang diberikan relative lebih lama.
9. Uji daya proteksi pada formula 2, 4, 6, dan 8 yakni secara berturut-turut 1
detik, 8 detik, 1 detik, dan 1 detik menimbulkan noda merah pada kertas
saring.
10. Pada pembuatan krim di formula 10 tidak berhasil dikarenakan pengemulsi
terlalu sedikit sehingga fase minyak dan fase air tidak tercampur.
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Penimbangan Uji
bahan Penyebaran

Uji Potensi
Formula
10

Formula
2,4,6 dan 8
Daftar Pustaka

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI

Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi,


S.N., UGM Press, Yogyakarta.

Lachman, L., Lieberman H. A., Kanig, J. L., 1994., Teori dan Praktek Farmasi
Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi III, Universitas Indonesia, Jakarta

Herdiana, Y., 2007, Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin dalam Aktifitas sebagai
Pencerah Kulit. Karya ilmiah. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Swastini, D.A., 2011, Uji Sifat Fisik Cold Cream Kombinasi Buah Manggis, Daun
Binahong, dan Herba Pegagan sebagai Antiluka Bakar. Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai