OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
judul “Bioekologi Rumput Laut” tepat pada waktunya. Makalah ini guna untuk
kata-kata masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sehingga
berguna bagi kita semua. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
3
Isi Halaman
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
4
adalah laut dan lautan dengan 13.667 buah pulau besar maupun kecil, serta
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia, yaitu kurang lebih 80.791,42 km.
Selain itu, kekayaan alam di dalamnya pun luar biasa banyaknya, terutama dengan
tambang dan mineral. Apalagi tingkat pencemaran laut indonesia relatif kecil, yaitu
hanya sekitar 0,2 persen bila dibandingkan dengan pencemaran laut yang terjadi
diseluruh dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor rumput laut
yang cukup penting di Asia (Anonim, 2005). Sebagai negara yang dikelilingi oleh
Sulistyowati, 2003).
Rumput laut (sea weed) merupakan hasil perikanan yang bukan berupa ikan,
tetapi berupa tanaman. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti
agar agar, karaginan dan algin. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai
mengingat potensi rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor nonmigas
5
ternyata mempunyai prospek ekonomi yang cukup cerah. Sehingga marilah kita
Sedangkan tujuan masalah dari masalah diatas adalah agar dapat mengetahui
sifat biologi rumput laut E. Cottonii dan sifat ekologi fisik, kimia dan biologi
Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam
dengan sebutan thallus. Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang
bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain
sebagainya. Thallus tersusun oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang sederhana tidak
bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti
gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak
(Soegiarto et al, 1978). Sejak tahun 1986 sampai sekarang jenis rumput laut yang
rumput laut penghasil karaginan. Nama istilah ini resmi bagi spesies Eucheuma
yang ditentukan berdasarkan kajian filogenetis dan tipe karaginan yang terkandung
di dalamnya. Jenis Eucheuma ini juga dikenal dengan Kappaphycus (Doty, 1973).
berikut:
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran)
karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gamet. Ujungnya
runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spine E. cottonii tidak
warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari
stabil, terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) dan pasir kasar serta bebas
dari lumpur. Jenis rumput laut dan sebaran-sebarannya menurut data Stastict
Research and Development, dapat di bagi dari segi keanekaragaman. Jenis rumput
8
laut di perairan Indonesia cukup tinggi tetapi pada saat ini baru dikenal lima jenis
yang bernilai eksport tinggi, yaitu Gelidium, Gelidiella, Hypnea, Eucheuma, dan
Indonesia, yaitu Eucheuma dan Gracilaria. Jenis-jenis numput laut secara ekonomi
karaginan (karaginofit) dan penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah
(Phaeophyceae). Secara umum rumput laut yang tersebar luas diperairan Indonesia
sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk makanan dan obat
terdapat pada thallusnya. Nutrisi terbawa oleh arus air yang menerpa rumput laut
Perkembangbiakan rumput laut melalui dua cara yaitu generatif dan vegetative
(Junaedi, 2004).
Daya dukung lingkungan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut harus
ditempatkan pada daerah yang terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang
yang kuat biasanya terletak di teluk dan terlindung oleh karang penghalang atau
pulau di depannya. Gerakan arus yang ideal untuk pertumbuhan rumput laut yaitu
20-40 cm/detik. Jika kecepatan arus melebihi 40 cm/detik atau kurang dari 20
cm/detik maka pertumbuhan rumput laut akan lambat. Arus yang lemah dapat
menghambat pertumbuhannya.
9
rumput laut. Tingkat kecerahan yang tinggi diperlukan dalam budidaya rumput laut
yaitu ± 5 – 10 meter, agar penetrasi cahaya matahari dapat masuk ke dalam air.
Intensitas sinar yang diterima secara sempurna oleh thallus merupakan faktor utama
dalam proses fotosintesis. Kondisi air yang jernih dengan tingkat transparansi tidak
kurang dari 5 meter cukup baik untuk pertumbuhan rumput laut. Kecerahan
perairan yang ideal untuk pertumbuhan rumput laut yaitu 30 meter sedangkan nilai
antara 215 m pada saat surut terendah untuk metode apung. Hal ini akan
penetrasi sinar matahari secara langsung pada waktu air pasang. Kenaikan
temperatur yang tinggi mengakibatkan thallus rumput laut menjadi pucat kekuning-
kuningan yang menjadikan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu suhu perairan yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 20-28 °C
dengan fluktuasi harian maksimum 4 °C. Intensitas hujan yang cukup tinggi dapat
Pada perairan, untuk budidaya Eucheuma dipilih perairan yang secara alami
ditumbuhi oleh komunitas dari berbagai makro algae seperti Ulva, Caulerpa,
10
Padina, Hypnea. Adanya komunitas makro algae tersebut merupakan salah satu
sebaiknya bebas dari hewan air lainnya yang besifat herbivora terutama ikan
baronang/lingkis (Siganus sp.), penyu laut (Chelonia midas) dan bulu babi yang
Rumput laut tumbuh dengan baik pada salinitas yang tinggi. Penurunan
salinitas akibat air tawar yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan rumput laut
menjadi tidak normal. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut
sebaiknya jauh dari mulut muara sungai. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii adalah 28- 35 ppt (Ditjenkan Budidaya, 2005).
baik bila berada pada kisaran 0,10-0,20 mg/1 sedangkan nitrat dalam kondisi