Anda di halaman 1dari 4

Jenis Rehabilitasi Terumbu Karang

Tinggalkan Balasan

1. Transplantasi Terumbu Karang

Salah satu cara dalam merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak adalah dengan
melakukan transplantasi terumbu karang. Transplantasi karang merupakan salah satu upaya
rehabilitasi terumbu karang yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan
karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau
menciptakan habitat baru. Teknik ini semakin populer baik di pihak pemerintah maupun di
kalangan masyarakat.

Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu :

 Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak


 Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias)
 Untuk perluasan terumbu karang
 Untuk tujuan pariwisata
 Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang
 Untuk tujuan perikanan
 Terumbu karang buatan
 Untuk tujuan penelitian.

Tercatat hampir seluruh dinas perikanan kota maupun provinsi di Indonesia yang memiliki
kawasan terumbu karang dan mulai rusak mempunyai program rehabilitasi karang melalui teknik
transplantasi karang.

Transplantasi Terumbu Karang


REPORT THIS AD

Seiring dengan berjalannya kegiatan ini di lapangan, telah muncul beberapa persepsi yang
cenderung salah kaprah mengenai teknik transplantasi karang tersebut. Program rehabilitasi
yang tidak didukung dengan sosialisasi mengenai pentingnya terumbu karang membuat program
rehabilitasi ini diartikan sebagai salah satu cara yang paling efektif atau bahkan sebagai satu-
satunya cara yang efektif untuk merehabilitasi karang. Sehingga teknik ini menjadi populer dan
muncul persepsi di masyarakat bahwa jika terumbu karang mulai rusak maka saatnya dilakukan
transplantasi karang. Beberapa kasus terjadi ketika nelayan sadar bahwa tangkapan ikan
karangnya mulai menurun, dan mereka menganggap bahwa transplantasi karang dapat
mengembalikan stok ikan karang dengan cepat. Di sisi lain praktik perikanan yang tidak lestari
masih terus berlangsung. Padahal kegiatan tersebut merupakan faktor utama yang
menyebabkan kerusakan karang yang pada akhirnya stok ikan karang pun menurun. Sehingga
usaha-usaha perlindungan kawasan menjadi pilihan yang tidak populer dan menurut mereka
cenderung merugikan karena adanya pembatasan mengenai penggunaan alat tangkap maupun
pembatasan fishing ground.

Persepsi yang telah terbentuk terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang
arti pentingnya terumbu karang. Kurangnya proses kesadaran masyarakat terhadap esensi dari
transplantasi yang telah mengakibatkan salah persepsi di kalangan masyarakat mengenai
transplantasi. Karena di sisi teknik transplantasi tersebut mempunyai manfaat yang sangat besar
bagi keberlangsungan ekosistem terumbu karang Indonesia di masa yang akan datang jika
dilakukan pada sasaran yang tepat. Diantaranya:

 Transplantasi karang untuk tujuan pariwisata. Beberapa manfaat yang dapat diambil
adalah peningkatan awareness kepada pihak yang terlibat langsung dengan ekosistem
terumbu karang. Teknik ini biasanya di lakukan dengan memadukan unsur konservasi
dengan artistik.
 Transplantasi karang untuk tujuan meningkatkan kepedulian terumbu karang,
meningkatkan rasa memiliki dan kesiapan untuk melindungi sumber daya terumbu
karang. Transplantasi yang melibatkan masyarakat nelayan yang sudah menyadari
dampak negatif yang dideritanya akibat rusaknya terumbu karang di sekitarnya. Kegiatan
ini dapat meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya terumbu karang terhadap mata
pencahariannya di masa yang akan datang, sehingga masyarakat nelayan akan dengan
sadar melindungi terumbu karang dari kerusakan.
 Transplantasi untuk penelitian.
 Pemanfaatan terumbu karang secara lestari / perdagangan karang hias.

Kegiatan perdagangan karang hias di Indonesia merupakan salah satu industri yang mempunyai
potensi. Tetapi aktivitas ini mempunyai resiko yang bisa menyebabkan kerusakan karang apabila
karang yang dijual diambil langsung dari alam. Transplantasi karang merupakan alternatif untuk
mengurangi resiko kerusakan karang tanpa menghentikan salah satu mata pencaharian nelayan
Indonesia.

2. Biorock

Biorock adalah suatu proses deposit elektro mineral di dalam laut yang baisa juga disebut akresi
mineral. Pada tahun 1974 teknnlogi ini dikembangkan oleh Prof. Wolf H. Hilbertz, seorang arsitek
berkebangsaan Jerman. Teknologi ini awalnya dikembangkan untuk mendapatkan bahan
bangunan jenis baru. Tapi pada tahun 1988, Prof. Wolf H. Hilbertz bertemu dengan ahli ekologi
karang, Dr. Thomas J. Goreau dan mendirikan Global Coral Reef Alliance (GCRA) dan mulai
melakukan riset untuk mengembangkan teknologi biorock dengan focus pada
perkembangbiakan, pemeliharaan, dan restorasi terumbu karang serta struktur proteksi pesisir.

Biorock bekerja menggunakan proses elektrolisis air laut, yaitu dengan meletakkan dua
elektroda di dasar laut dan dialiri dengan listrik tegangan rendah yang aman sehingga
memungkinkan mineral pada air laut mengkristal di atas elektroda. Biorock dibentuk dengan
menggunakan struktur ram besi non-galvanisasi sebagai katoda dan karbon, timah atau titanium
sebagai anoda. Saat dialiri listrik, struktur biorock ini menimbulkan reaksi elektrolitik yang
mendorong pembentukan mineral di struktur katoda. Mineral yang mengendap adalah kalsium
karbonat dan magnesium hidroksida. Kedua mineral ini penting karena merupakan struktur dasar
dari terumbu karang. Karena pengakresian mineral yang terjadi secara cepat, bibit terumbu
karang yang ditanamkan ke struktur biorock dapat tumbuh secara cepat. Endapan mineral ini
juga melekatkan struktur dengan dasar laut dan memperkuat struktur.

Biorock

REPORT THIS AD

Dilihat dari proses pembentukan deposit mineralnya, akresi mineral bukanlah suatu reaksi
oksidasi langsung seperti elektroplatting, tetapi merupakan suatu proses yang tidak langsung,
dimana pengendapan mineral terjadi karena suatu hasil sampingan dari perubahan pH di sekitar
katoda ketika terjadi proses elektrolisis pada air laut. Ketika klorin dan oksigen terkumpul di
sekitar anoda, maka mineral magnesium dan kalsium yang melimpah di air laut akan
mengendap di katoda.

Ada beberapa alternatif sumber tenaga yang digunakan untuk menjalankan sistem ini, baik
dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga matahari (solar cell), pembangkit listrik tenaga
pasang surut, generator, aki maupun listrik rumah tangga. Tenaga yang digunakan adalah arus
DC dengan kisaran antara 1-24 Volt. Pada beberapa penelitian digunakan tegangan dengan
kisaran 6-12 Volt

Indonesia telah melakukan upaya rehabilitasi terumbu karang dengan teknologi ini sejak tahun
2000, yaitu di daerah Pemuteran Bali. Kegiatan ini dipelopori oleh “Karang Lestari Pemuteran”
bekerjasama dengan dive shop, pengelola hotel, restoran, para nelayan dan para ilmuan yang
memilki kepedulian tinggi terhadap kelestarian terumbu karang. Struktur Biorock yang dipasang
di Pemuteran berjumlah 22 struktur dengan bentuk yang sama seperti struktur yang ada di pulau
Kwadule, Kuna Yala, Panama. Struktur ini ditempatkan pada kedalaman 120 kaki.
Biorock di Pemuteran Bali memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi dari 19 negara lain yang
juga menerapkan metode biorock ini, oleh karena itu Biorock di Pemuteran telah 5 kali meraih
penghargaan baik lokal maupun internasional. Kunci keberhasilan Biorock di Pemuteran Bali
adalah karena keterlibatan dari berbagai pihak terutama masyarakat sekitar terutama kelompok
nelayan dan Pecalang laut (polisi desa/adat).

Keberhasilan penerapan biorock di daerah Pemuteran, Bali dapat menjadi tolak ukur bagi
rehabilitasi situs-situs terumbu karang lain di seluruh Indonesia. Sayangnya teknologi biorock ini
masih dalam masa paten dan masih sedikit diterapkan sehingga biayanya relatif mahal. Rata-
rata suatu struktur biorock memerlukan biaya perawatan sekitar 5 juta per bulan. Untuk ke
depan, diharapkan biorock dapat menjadi teknologi tepat guna yang bebas diterapkan oleh
masyarakat pesisir untuk melestarikan terumbu karang mereka.

3. Kampanye Penyelamatan

Melalui kampanye penyelamatan yang dilakukan di wilayah terumbu karang hidup, diharapkan
keadaan masyarakat dan pemerintah terhadap arti penting dan nilai strategis terumbu karang
terutam adi Indonesia akan meningkat. Program kampanye-kampanye untuk menjaga
kelestarian terumbu karang saat ini sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan
menisiasi adanya daerah Coral Triangle Initiative (CTI) yang mencakup daerah di Indonesia,
Filipina, Australia dan New Guinea.

4. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis masyarakat merupakan salah satu strategi


pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam. Selain itu strategi ini dapat membawa efek positif secara ekologi
dan sosial. Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas
lokal sangatlah tepat diterapkan, selain karena efeknya yang positif juga mengingat komunitas
lokal memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang dilakukan
akan diusahakan demi kebaikan daerahnya dan tidak sebaliknya. Seiring trend di dunia yang
sedang giat-giatnya mengupayakan penguatan institusi lokal dalam pengelolaan laut (pesisir).

Laut tidak semata merupakan sebuah sistem ekologi, tetapi juga sistem sosial. Karena itu,
pengembangan kelautan dengan memperhatikan sistem ekologi-sosial mereka yang khas
menjadi penting. Kuatnya institusi lokal di pesisir merupakan pilar bangsa bahari. Bila mereka
berdaya, aturan lokal mereka bisa melengkapi kekuatan hukum formal, mereka bisa menjadi
pengawas laut yang efektif, menjadi pengelola perikanan lokal karena didukung pengetahuan
lokal (traditional ecological knowledge) serta pendorong tumbuhnya ekonomi pesisir.

Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis Masyarakat ini bukanlah sesuatu yang baru bagi
masyarakat. Sejak dahulu, komunitas lokal memiliki suatu mekanisme dan aturan yang
melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam
termasuk di dalamnya sumberdaya kelautan. Hukum tidak tertulis ini tidak saja mengatur
mengenai aspek ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya kelautan, namun juga mencakup aspek
pelestarian lingkungan dan penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai