Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke

wilayah-wilayah yang masih alami dengan tujuan konservasi atau melestarikan

lingkungan dan memberi penghidupan pada penduduk lokal serta melibatkan

unsur pendidikan (TIES dalam Koroy et al., 2017). Pengelolaan ekowisata bahari

yang berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek ekologi yang menjadi objek

bagi suatu kegiatan, dengan melibatkan unsur social sebagai pelaku wisata dalam

pengelolaan, sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi (Lindberg dan

Hawkins, 1995) menyatakan bahwa ekowisata merupaka hal tentang menciptakan

dan memuaskan suatu keinginan akan alam, tentang mengeksploitasi potensi

wisata untuk konservasi dan pembangunan dan tentang mencegah dampak

negatifnya terhadap ekologi, kebudayaan dan keindahan. Rumusan ekowisata juga

dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 yang menyatakan

bahwa ekowisata adalah perjalanan ke tempat-tempat yang masih alami dan relatif

belum terganggu atau tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi

dan menikmati pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi

budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini (Anonim

dalam Koroy et al., 2017). Salah satu wilayah yang memiliki keindahan dan

keunikan tersendiri banyak ditemukan dipulau-pulau kecil. Daya tarik pulau

kecil, umumnya terdapat keunikan dan keindahan yang tersebar di wilayah pesisir

dan laut, sehingga kegiatan yang tepat dikembangkan adalah ekowisata bahari.

Definisi ekowisata bahari ialah sebagai suatu konsep pemanfaatan berkelanjutan

sumberdaya alam pesisir dengan sistem pelayanan jasa lingkungan yang


mengutamakan sumberdaya alam pesisir sebagai objek pelayanan (Yulianda et

al., 2010).

Kabupaten Pesisir Selatan terletak di bagian selatan Sumatera Barat dengan

ibukota Painan. Wilayah ini memanjang dari utara ke selatan dengan panjang

garis pantai 234 km. Wilayah ini dapat dicapai melalui penerbangan dari Jakarta

ke Padang selama 1 jam 40 menit menuju Bandara Internasional Minangkabau

(BIM). Kemudian dilanjutkan melalui darat dari BIM ke Painan selama 2,5

jam.Ada beberapa objek wisata alam yang terkenal di Kabupaten Pesisir Selatan

ini, diantaranya Kawasan Mandeh, Jembatan akar, Air Terjun Bayang Sani, Pantai

Carocok Painan, Air Terjun Timbulun dan Pantai Sago. Pantai Carocok Painan

terletak di kecamatan IV Jurai. Kawasan ini berhadapan dengan dua pulau yaitu

Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuak, dari kejauhan juga Nampak pulau

Semangki. Keunikan kawasaan pantai carocok adalah jembatan yang

menghubungkan kawasan Pantai Carocok ke Pulau Batu. Sehingga

mempermudah akses para wisatawan untuk mengunjungi dan melihat keindahan

pulau tersebut.

Salah satu objek wisata pariwisata yang terus dikembangkan oleh pemerintah

yaitu objek wisata Pantai Carocok Painan. Kawasan wisata bahari ini terletak di

Kabupaten Pesisir Selatan provinsi Sumatera Barat. Objek wisata Pantai Carocok

Painan ini merupakan salah satu objek wisata yang termasuk ke dalam Rencana

Induk Nasional Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas), yaitu sebuah

program pemerintah pusat untuk memfokuskan pengembangan sebuah objek

pariwisata dalam negeri secara signifikan.


Pantai Carocok Painan merupakan salah satu objek wisata bahari yang ada

di Pesisir Selatan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan

Nomor 10 tahun 2002. Pantai Carocok ini merupakan ikon pariwisata Pesisir

Selatan yang berada disisi barat kota Painan dengan jarak 77 km dari Padang dan

dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan darat. Pantai ini selalu berada ditingkat

pertama sebagai objek pariwisata yang paling banyak di kunjungi wisatawan di

Kabupaten Pesisir Selatan dan telah menyumbangakan banyak pemasukan bagi

daerah, jumlah pengunjungnya juga selalu mengalami peningkatan setiap tahun.

Berdasarkan Penelitian oleh Abror, et al. (2013) memperoleh informasi dari

petugas yang ada di kawasan wisata Pantai Carocok Painan tersebut diketahui

bahwa pengunjung kawasan wisata Pantai Carocok Painan pada umumnya adalah

wisatawan lokal yang berasal dari daerah Pesisir Selatan sendiri. Sangat sedikit

wisatawan yang berasal dari daerah lain terlebih wisatawan asing. Hal tersebut

bisa menjadikan usaha promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan sia-

sia, dengan kata lain, kegiatan promosi haruslah diiringi dengan perbaikan

kualitas layanan.

Berdasarkan observasi oleh salah satu tim penulis terhadap kondisi objek

wisata Pantai Carocok Painan terlihat bahwa kawasan wisata bahari tersebut

hingga saat ini sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dimana terjadi

kunjungan wisatawan dari luar daerah Painan seperti Pekanbaru, Medan, dan

lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Abror, et al. (2013) menunjukkan hal

sebaliknya, bahwa kondisi objek wisata Pantai Carocok Painan belum dikelola

secara optimal sehingga kualitas layanan yang diterima oleh wisatawan juga

belum maksimal. Hal tersebut sangat mempengaruhi kepuasan wisatawan yang


berkunjung ke kawasan wisata bahari tersebut dan pada akhirnya juga akan

berdampak pada keinginan mereka untuk melakukan kunjungan ulang atau

penyebaran informasi kurang baik bahkan negatif terhadap calon wisatawan yang

lainnya.

I.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan laporan ini ialah untuk mengetahui potensi ekowisata

bahari dan persepsi masyarakat lokal di kawasan perairan pantai Carocok.

Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan mahasiswa tentang teknik pengumpulan data primer (wawancara,

kuesioner) dan data sekunder (instansi terkait). Selain itu, untuk memperoleh

informasi tentang potensi ekowisata bahari di kawasan perairan pantai Carocok.


II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Ekowisata Bahari

Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik

alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kegiatan wisata bahari secara langsung berupa kegiatan diving, snorkeling,

berenang, berperahu dan lain sebagainya. Sedangkan wisata bahari secara tidak

langsung seperti kegiatan olah raga pantai dan piknik menikmati atmosfir laut

(Nurisyah 1998).

Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991) ekowisata

adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi

atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal.

Berdasarkan definisi tersebut, mengindikasikan bahwa kegiatan ekowisata bahari

dilakukan dengan memenuhi kaidah-kaidah pelestarian lingkungan.

Konsep ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal dan mencegah

terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial dan budaya masyarakat

karena masyarakat berperan sebagai pelaku dan penerima manfaat utama,

disamping itu ekowisata juga mendukung upaya pengembangan ekonomi yang

berkelanjutan karena memberikan kesempatan kerja dan menjadi salah satu

sumber penghasilan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ekowisata

merupakan perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih

asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya


konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan

sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal (Western 1995).

Ekowisata mempunyai dua pengertian, yakni sebagai perilaku dan industri.

Sebagai perilaku, pengertian ekowisata dapat diartikan sebagai kunjungan ke

daerah-daerah yang masih bersifat alami dimana kegiatan wisata bahari yang

dilakukan mengahargai potensi sumberdaya dan budaya masyarakat lokal.

Pengertian ini menumbuhkan istilah ekowisata yang sering kita dengar yaitu

wisata alam. Pengertian ekowisata sebagai suatu industri telah mengembangkan

pemahaman bahwa kegiatan wisata di wilayah yang masih alami harus dilakukan

dengan membangun kerjasama antara seluruh pelakunya, pemerintah, swasta dan

masyarakat dan manfaat yang diperoleh selayaknya kembali tidak hanya kepada

para pelakunya namun terutama kepada usaha-usaha untuk melestarikan wilayah

tersebut dan mensejahterakan masyarakatnya (Fandeli dan Mukhlison 2000).

Ekowisata merupakan sebagian dari sustainable tourism. Sustainable

Tourism ialah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup

sektor–sektor pendukung kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari

(Beach and sun teorism), wisata pedesaan (rural and agro tourism) atau,

perjalanan bisnis (business travel). Menurut Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata Republik Indonesia, ekowisata merupakan konsep pengembangan

pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya

pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada

masyarakat dan pemerintah setempat. (Zulukhu : 2009)


Ekowisata berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakni wisata pedesaan, wisata

alam dan wisata budaya. Menurut deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari

anggotan TIES di Quebec, Kanada tahun 2002), Ekowisata adalah sustainable

Tourism yang secara spesifik memuat upaya–upaya :

a) Kontribusi aktif dalam konservasi alam dan budaya.

b) Partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan dan

operasional kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan.

c) Transfer pengetahuan tentang warisan budaya dan alam kepada pengunjung.

d) Bentuk wisata independen atau kelompok wisata berukuran kecil.

Adanya unsur plus - plus di atas yaitu kepedulian, tanggung jawab dan

komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan

masyarakat setempat ditimbulkan oleh :

a) Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang

bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.

b) Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.

c) Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif

masyarakat setempat.

d) Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh

manfaat ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari.

e) Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat - tempat yang

masih alami itu memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk

mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter,

membuka homestay, pondok ekowisata (eco lodge), warung dan usaha -

usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, agar dapat meningkatkan


kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal, baik

secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.

Hubungannya dengan budaya–budaya yang berbeda memiliki sistem–sistem

nilai yang berbeda dan karenya itu menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga

menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan,

dan norma yang ada pada masing–masing budaya. Jadi sebenarnya dalam setiap

kegiatan komunikasi kita dengan orang lain mengandung potensi komunikasi

lintas budaya, antar budaya karena kita selalu berada pada dan berhubungan

dengan “budaya” yang relatif berbeda dengan budaya orang lain. Perbedaan itu,

termasuk dengan teman yang berasal dari suatu negara tapi berbeda daerah dan

suku seberapapun kecilnya perbedaan itu pasti ada. (Kusherdyana : 2011)

II.2. Daerah wilayah Pesisir

Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi

oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan

ke arah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang

ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat

wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang

masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan

air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran(Carlos, 2011).

Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa

ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai

kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi.

Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan

manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak

langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri, Rais,

Ginting dan Sitepu, 1996).

Menurut Bengen (2002), hingga saat ini masih belum ada definisi wilayah

pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum bahwa wilayah

pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau

dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas

(boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang

tegak lurus garis pantai (cross shore). Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke

arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah

perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation

zone) atau pengelolaan keseharian (day to day management). Batas wilayah

perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan

manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap

lingkungan dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah

perencanaan lebih luas dari wilayah pengaturan.

Adapun definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah

wilayah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-

sifat laut seperti pasang surut, anginlaut dan perembesan air asin, sedangkan

kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air

tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran (Aqilah, 2011).


III. METODOLOGI

III.1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan adalah metode survei. Sumber data terdiri atas data

primer (observasi/pengamatan secara langsung di lapangan dan penyebaran

kuesioner kepada responden) dan data sekunder (berbagai sumber seperti buku,

artikel di beberapa jurnal, koran atau majalah, internet, hasil laporan tahunan dan

instansi terkait yang berhubungan dengan praktikum lapangan).

III.2. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum: kuestioner, tabel potensi

ekowisata. Peralatan yang digunakan seperti kamera digital dan alat tulis.

III.3. Prosedur Pelaksanaan

Data potensi ekowisata bahari dan persepsi masyarakat lokal diperoleh

dengan mengamati potensi kawasan (Tabel 1, 2, 3) dan menyebarkan kuestioner

kepada beberapa orang responden. Data primer dan data sekunder selanjutnya

dianalisis secara deskriptif dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Daya tarik kawasan ekowisata bahari

Daya Tarik Kawasan Kawasa Kawasan Kawasa Kawasan


nI II n III IV
Pemandangan alam x
Panorama yang indah x
Ekosistem hutan mangrove -
Ekosistem terumbu karang x
Satwa liar/dilindungi -
Biodiversitas (flora, fauna) x
Peninggalan sejarah/musium x
Adat istiadat/tradisi x
masyarakat lokal
Taman rekreasi x
Seni budaya lokal x
Sumber: Data primer (2020)
Note: x : Ada
- : Tidak ada
 Isi kawasan I saja

3.1.2. Aktivitas Ekowisata Bahari

Aktivitas Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan


I II III IV
Alami: x
- Berkhemah
- Fotografi
- Berjalan kaki
- Melintasi jalan setapak/
pelantar
- Memancing ikan
- Mengamati flora/fauna
- Menyusuri sungai/pantai
dengan perahu/sampan
- Pengembaraan
- Penelitian
- Resort/peristirahatan
Budaya Lokal x
- Mengamati seni budaya
- Melihat pembuatan
kerajinan tangan
- Melihat aktivitas nelayan
- Menikmati dan belajar
masakan setempat
- Mengunjungi rumah
tradisional/musium
- Mempelajari
bahasa/budaya setempat
Olah raga x
- Berenang
- Joging
- Badminton/bola kaki
- Bersepeda
- Snorkling/diving
- Berselancar/banana boat
Sumber: Data primer (2020)
Note: x : Ada
- : Tidak ada
 Isi kawasan I saja

4.1.2 Fasilitas Ekowisata Bahari

Fasilitas Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan


I II III IV
Resort/rumah pondok x
Ruang pertemuan -
Jalan raya/setapak x
Pelantar/kanopi trail x
Warung makanan/minuman x
Kios kerajinan tangan x
Studio mangrove/ruang -
dokumenter
Penyewaan perahu x
Mushola x
Mesjid x
Papan tanda/informasi x
Tempat parkir x
Auditorium -
Ruang seminar/rapat -
Mess tamu -
Ruang komputer/internet -
Lapangan olahraga x
Toilet/kamar mandi x
Puskesmas/rumah sakit x
Tempat/pusat informasi x
wisatawan
Kantor/gedung pengelolaa x
kawasan
Sumber: Data primer (2020)
Note: x : Ada
- : Tidak ada
 Isi kawasan I saja

4.1.3 Promosi kawasan ekowisata bahari

Promosi Kawasa Kawasan Kawasan Kawasan


II III IV
nI
Secara langsung X
- Paket kunjungan ekowisata
- Film dokumenter
- Papan tanda/informasi/
larangan
- Iklan melalui media
elektronik
- Iklan melalui media cetak
Secara tidak langsung: x
- Seminar
- Pameran ekowisata bahari
- Ekspor produk ekowisata
Sumber: Data primer (2020)
Note: x : Ada
- : Tidak ada
 Isi kawasan I saja

3.1.5. Parameter kualitas perairan pantai


Parameter Kawasa Kawasan Kawasa Kawasan
nI II n III IV
Suhu -
pH -
Salinitas -
Kecerahan -
Kedalaman -
Kecepatan arus -
Sumber: data primer (2020)
 Isi kawasan I saja

4.1.4 Responden Masyarakat Setempat


3.2. Pembahasan

Data yang ditemukan tentang daya tarik kawasan ekowisata pantai carocok

painan yaitu kawasan tersebut memiliki pemandangan alam, panorama yang

indah, wisata flora atau fauna, peninggalan sejarah, adat istiadat, taman rekreasi
dan seni budaya loka. Tetapi pantai carocok tidak memiliki kawasan untuk

berwisata hutan mangrove dan satwa liar yang dilindungi. Kegiatan seni budaya

lokal yang diadaka hanya setiap hari sabtu dan minggu. Dari data aktivitas

ekowisata kawasan wisata pantai carocok semua kegiatan yang ada pada data

tersebut dimiliki oleh kawasan pantai carocok seperti kegiatan alami, budaya lokal

dan olah raga. Selain itu daya tarik kawsan pantai carocok juga memiliki tempat

untuk melakukan kegiatan paralayang yang di adakan di bukit langkisau, kegiatan

tersebut diadan setiap hari sabtu dan minggu, kegiatan paralayang juga dilakukan

untuk melatih atlit paralayang yang berasal dari painan, untuk kegiatan bertanding

paralayang nantinya.

Sedangkan dari data fasilitas dan promosi kawasan wisata pantai carocok,

fasilititas yang tidak dimiliki oleh kawasan pantai carocok yaitu ruang pertemuan,

auditorium, ruang seminar, mess tamu, dan ruang computer atau internet

dikarenakan kawasan wisata pantai carocok masih dalam perkembangan untuk

kegiatan wisata yang lebih baik untuk kedepannya, sehingga suatu saat nanti

kawasan wisata pantai carocok sudah dimasukkan kedalam data wisata

internasional. Tetapi kegiatan promosi untuk kawasan wisata pantai carocok

sudah dipromosikan secara langsung dan tidak langsung seperti kegiatan paket

berkunjung,seminar, pameran ekowisata bahari, dan lain-lainnya. Kegiatan

pameran yan di adakan setiap sekali setahun yang langsungkan secara bersamaan

dengan hari ulang tahun Kabupaten Pesisir Selatan.

Untuk parameter kualiatas perairan kawasan pantai carocok tidak ada,

karena tidak adanya kegiatan pengukuran parameter kualitas perairan. Sehingga

parameter perairan tidak dapat di tuliskan. Tetapi dari data yang didapatkan di
internet (jurnal), data parameter kualitas perairan yang didapatkan dari data tahun

2017 yaitu suhu perairan pantai carocok yaitu 30°C, pH 8, salinitas 30, kecerahan

80. Semua data parameter perairan tersebut, kawasan pantai carocok bisa

digolongkan baik atau bersih.

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi

tiga (Marine Ecotourism for the Atlantic Area/META, 2002), yaitu:

1. Wisata Alam (nature tourism), yakni aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya;

2. Wisata Budaya (culturaltourism), yakni wisata dengan kekayaan budaya

sebagai objek yang menekankan pada aspek pendidikan.

3. Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism), yakni wisata

yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan

sumber daya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

Kawasan pesisir umumnya mempunyai potensi sumber daya alam yang

beragam dan melimpah seperti tempat mencari ikan, pemukiman, dan tempat

wisata atau rekreasi, sehingga bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Pemanfaatan kawasan pesisir memberikan dampak yang berbeda

terhadap sumber daya yang ada maupun sosial masyarakat, yakni salah satunya

dalam bentuk pemanfaatan untuk kegiatan wisata (Yulianda, 2007).

Menurut Hall (2001), konsep pariwisata pesisir (coastal tourism) atau

pariwisata bahari (marinetourism) meliputi hal-hal yang terkait dengan kegiatan

wisata, leisure, dan rekreasi yang dilakukan diwilayah pesisir dan perairan
laut(PariwisataPesisirdanLaut/PPL). Menurut Kusumastanto (2003), objek utama

yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai (seaside tourism),

wisata alam (pantai), wisata budaya (cultural tourism), wisata pesiar (cruise

tourism), wisata alam (ecotourism), wisata olahraga (sport tourism), dan wisata

bisnis (bisnis tourism).

Berdasarkan data dari hasil responden 3 orang masyarakat atau pelajar

yang tinggal di daerah kawasan wisata pantai carocok painan, Kabupaten Pesisir

Selatan Sumatera Barat yaitu Fitriani yang berumur 17 tahun yang berstatus

sebagai pelajara, Asmaul Husna yang berumur 32 tahun yang bekerja sebagai

seorang perawat atau bidan di rumah sakit Painan dan Dedi Harianto berumur 39

tahun yang bekerja sebgai seorang guru honrer di salah satu sekolah di painan.

Mereka semua merupakan warga asli yanng sudah menetap dari kecil di daerah

painan kawasan wisata panati carocok tersebut.

Dari hasil responden mereka semua, mereka sangat merasa beruntung

atau setuju diadakannya kegiatan wisatawa di kawasan pantai carocok tersebut

karenakan keberadaan kawasan Carocok Painan sebagai tempat wisata membuka

lapangan pekerjaan baru, seperti lapangan usaha baru dan lapangan pekerjaan

untuk karyawan pengelola usaha. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,

diketahui bahwa terdapat beberapa lapangan usaha yang tercipta karena

keberadaan kawasan Carocok Painan sebagai tempat wisata, baik di bidang wisata

maupun di luar wisata, seperti rumah makan, outlet penjualan pulsa, usaha atraksi

wisata (bananaboat, jetski, perahudonat, dan lainlain),outlet penjualan cindera

mata,danlain sebagainya. Keberadaan usaha ini juga memberikan peluang

lapangan pekerjaan, karena untuk menjalan kanusaha dibutuhkan karyawan,


seperti untuk mengoperasikan wahana atraksi wisata dibutuhkan instruktur, rumah

makan membutuhkan pelayan, dan sebagainya. Lapangan usaha baru dan

lapangan pekerjaan baru dari keberadaan kawasan Carocok Painan ini

memberikan manfaat karena bisa mengurangi pengangguran dan memberikan

mata pencaharian baru bagi masyarakat lokal. dan meningkatkan perekonomian

masyarakat setempat dan mereka juag bisa memperkenalkan kegiatan budaya

yang ada di daerah painan itu sendiri.

Tetapi dari data responden tersebut juga yang ditakutkan para masyarakat

atau penduduk setepat setempat akan munculnya masalah atau dampak negatif

dari kegiatan wisata di pantai carocok tersebut rata-rata dari jawaban respoden

mereka, yang mereka takutkan nantinya yaitu berupa kerusakan lingkungan laut

dan pencemaran sampah atau membuang sampah sembarang yang nantinya juga

akan berdampak bagi masyrakat setempat. Karena apabila kerusakan tersebut

telah terjadi secara terus-menerus maka wisatawan yang akan datang kepantai

carocok tersebut akan berkurang sehingga pendapatan mesyarakat yang bergatung

pada wisatawan dipantai carocok juga akan berkurang. Tetapi kerusakan yang

paling ditakuti oleh para masyrakat yaitu kerusaka pada lingkungan laut karena

apabila lingkungan laut sudah tercemra maka perairan tersebut akan susah atau

sulit untuk dikembalikan seperti semula dan akan membutuhkan waktu yang

sangat lama dalam pemuliahan laingkungan laut itu tersendiri.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke

wilayah-wilayah yang masih alami dengan tujuan konservasi atau melestarikan

lingkungan dan memberi penghidupan pada penduduk lokal serta melibatkan

unsur pendidikan. Konsep ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal dan

mencegah terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan social, lingkungan dan

budaya masyarakat.

5.2 Saran

Sebaiknya perlu diadakan survei langsung ke lapangan agar praktikan dapat

melihat dengan jelas aktivitas ekowisata bahari yang ada di daerah Painan.

Diharapkan juga kepada setiap pengunjung tidak merusak lingkungan, nilai

budaya dan sosial disekitar kawasan ekowisata.


DAFTAR PUSTAKA

Abror, G. Tabrani, R. D. Elfani. 2013. Pengaruh Kualitas Layanan Kawasan


Wisata Pantai Carocok Painan Terhadap Kepuasan Wisatawan. Jurnal
Kajian Manajemen Bisnis. Universitas Negeri Padang. Vol.2(2): 19-31.
Padang.

Aqilah, Z. 2011. Wilayah Pesisir dan Ekosistem Mangrove.


http://zalfaaqilah.wordpress.com/wilayahpesisirdanekosistemmangrove.
Diakses 21 Mei 2020

Bengen,D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta
Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan.Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Carlos, C. 2011. Konsep dan Definisi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kelautan.
http://carolina carlos. mhs. upnyk. ac. Id / pesisir / konsep dan definisi
pengelolaan wilayah pesisir dan kelautan. Diakses 21 mei 2020

Dahuri, M., J.Rais., S.P. Ginting., dan M.J. Sitepu. 1996. Konsep Pembangunan
Berkelanjutan dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir. PPLH-
LP, IPB. Bogor
Fandeli, Chafiddan Mukhlison.(2000). Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta:
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Hall, C. M. (2001). Trends in ocean and coastal tourism: the end of the last
frontier?. Ocean & coastal management,44(9–10), 601–618. DOI:
https://doi.org/10.1016/S09645691(01)00071-0.
Koroy, K., F. Yulianda, N. A. Butet. 2017. Pengembangan Ekowisata Bahari
Berbasis Sumberdaya Pulau-pulau Kecil di Pulau Sayafi dan Liwo,
Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan. Vol. 8(1): 1-17. Bogor.

Kusherdyana, Pemahaman Lintas Budaya, Alfabeta, Bandung, 2011.

Kusumastanto, T. (2003). Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era


Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lindberg K, Hawkins DE. 1995. Ekoturism: Petunjuk Untuk Perencana
dan Pengelola. The Ecoturism Society. North Bennington,
Vermont. Penerjemah. Jakarta (ID): Yayasan Alam Mitra
Indonesia. Terjemahan dari: The Ecoturism Society.

META. (2002). Planning for Marine Ecotourism in The Eu


AtlanticArea:GoodPracticeGuidance.MarineEcotourismfor the Atlantic
Area – Co-financed by the European Regional Development Fund
(ERDF). Bristol, UK: University of the West of England. Diakses dari
http://eprints.uwe.ac.uk/10203/. Tanggal akses 23 Desember 2015.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Penerbit Djambatan, Jakarta:
367 hal

Nurisyah, Siti(1998).Rencana pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di


Wilayah Pesisir Indonesia. Bulletin Taman danLanskap Indonesia.
Perencanaan,Perancangan dan Pengelolaan. Volume3, Nomor 2, 2000

Sukawati Zalukhu, Buku Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata Kabupaten


Nias Selatan. Dinas Pariwisata, Kabupaten Nias Selatan, Nomor
UHJAK/2009/PI/9. Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan. http:// www. ekowisata.info/definisi _ ekowisata. Html
diakses pada 21 mei 2020.

Yulianda F, Fahrudin A, Hutabarat AA, Harteti S, Kusharjani, Kang HS.


2010. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu
(Integrated Coastal and Marine Management). Bogor (ID):
Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan Ri, Secem–Korea
International Cooperation Agency

Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan


Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. MakalahSeminar
SainspadaDepartemen ManajemenSumberdaya Perairan, 21 Februari
2007, Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Anda mungkin juga menyukai