Anda di halaman 1dari 4

PARIWISATA BAHARI

A. KONSEP PARIWISATA BAHARI


Konsepsasi pariwisata bahari perlu dilihat dari penjabaran “pariwisata” dan “bahari”
itu sendiri. Umumnya “priwisata” merupakan kegiatan manusia bepergian untuk rekreasi
selama jangka waktu tertentu dengan adanya pola pengeluaran dan pendapatan. Sementara
“bahari” merupakan kegiatan di bentang darat, selama masih dipengaruhi oleh
lingkungan laut (intrusi air laut, pasang surut air laut, dan angin laut). Dengan itu
dapat ditarik garis kesimpulan bahwa, wisata bahari adalah perjalanan yang dilakukan
oleh seorang ataupun kelompok menuju laut dan lingkungan pesisir, melakukan aktivitas
di bentang laut dan atau bentang darat dengan tujuan untuk rekreasi, bersenang-senang,
mengembangkan diri, dan berinteraksi dengan budaya lokal dalam jangka waktu
sementara. Menurut (Orams, 1999) mendefinisikan wisata bahari meliputi kegiatan-
kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan jauh dari tempat seseorang tinggal dan
yang memiliki tuan rumah atau fokus pada lingkungan laut, di mana lingkungan laut
didefinisikan sebagai perairan yang memiliki salinitas (kadar garam) dan terpengaruh
pasang surut.
Aktivitas wisata bahari dapat dilakukan di bentang laut yang didominasi oleh perairan
baik di permukaan air maupun di dalam air. Aktivitas seperti berselancar, memancing,
menyelam, dan sebagainya dapat pula dilakukan di sungai dan danau. Aktivitas yang
serupa tersebut bila dilakukan bukan di lingkungan pesisir dan laut maka tidak dapat
dikategorikan ke dalam wisata bahari. Terdapat istilah yang lebih sesuai untuk aktivitas
wisata di perairan daratan, yaitu wisata tirta. Penjelasan di atas menjelaskan secara
eksplisit terkait lokasi/destinasi yang menjadi tujuan wisatawan, yaitu ekosistem pesisir
dan laut. Lokasi ini memiliki daya tarik berupa keanekaragamanan biota laut, lanskap
fisik yang unik, sosial, dan budaya masyarakat pesisir, dan lingkungan yang berbeda
dari daratan.
Desain wisata bahari diutamakan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem
dan dipadukan dengan kekhasan seni budaya serta karakteristik masyarakat. Seringkali
fokus wisatawan terhadap pariwisata bahari hanya pada kegiatan seperti snorkling, jet sky,
speed boat dan lain-lain. Padahal hakikatnya pariwisata bahari merupakan wisata yang
memanfaatkan sumber daya alam tanpa mengesampingkan potensi wisata lain yang
dimiliki suatu destinasi wisata. Selain keindahan alam dan ekosistemnya, keragamaan

1
sosial budaya bahari merupakan salah satu modal kuat dalam pengembangan wisata bahari
di Indonesia. Kekhasan budaya lokal dapat menjadi pengalaman tersendiri dari bagi
wisatawan. Bangsa Indonesia berasal dari berbagai etnik. Keragaman budaya telah
mempengaruhi bangsa ini dalam memahami pentingnya budaya bahari (Martin dan
Meliono, 2011).
Dalam konsep wisata bahari juga melibatkan ekowisata, yaitu dimana perjalanan
wisata ke lingkungan yang bersifat alami maupun buatan serta budaya yang ada bersifat
informatif dan partisipatif dengan tujuan untuk terjaminnya kelestarian alam dan sosial –
budaya tempat yang bersangkutan.

B. SEJARAH PARIWISATA BAHARI


Indonesia merupakan negara maritime dimana daerah territorial lautnya sangat luas,
bahkan jauh lebih luas dibandingkan daratan. Sejalan dengan luasnya lautan maka besar
pula kekayaan laut yang kita miliki. Potensi sumber daya kelautan Negara Indonesia
mencapai 75%. Kekayaan sumber daya alam laut Indonesia tergambar dari keragaman
ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove. Potensi bahari yang dimiliki oleh
Indonesia sebagai negara kepulauan meningkatkan ketertarikan wisatawan untuk
melakukan wisata bahari di Indonesia. Hal tersebut menjadikan pembangunan pariwisata
bahari menjadi sektor utama dan menjadi asset wisata yang diunggulkan baik bagi
pemerintah, swasta dan warga loka yang memiliki daya saing global. Presiden bahkan
menetapkan 10 Destinasi wisata yang disebut “Bali Baru” yang dimana tujuh diantaranya
merupakan pariwisata bahari.

C. PERKEMBANGAN PARIWISATA BAHARI


Potensi pariwisata bahari di Indonesia sangat tinggi namun pengembangannya tidak
sebanding dengan potensi besar yang ada. Pemerintah, swasta maupun warga lokal masih
kurang sensitif terhadap bagaimana mengemas dan mengelola daya tarik pariwisata bahari
secara lebih professional. Suber daya manusia yang ada kinipun masih perlu pelatihan
menyeluruh untuk menguasai pariwisata bahari.
Pembangunan wisata barahi harus dilakukan dengan ramah lingkungan dengan inti
utamanya yakni menjadi pariwisata berkelanjutan. Perlu adanya pencapaian kondisi
ekonomi yang optimal, kondisi sosial yang lestari, dan lingkungan yang berkelanjutan
di destinasi wisata bahari. Dalam pengembangan pariwisata bahari pentingnya peran
pemerintah ataupun swasta agar tidak hanya fokus untuk membangun infrastruktur atau
2
penggunaan akomodasi laut yang tidak sesuai dengan zonanya yang berpotensi merusak
biota laut atau terumbu karang, tapi meningkatkan peran serta masyarakat. Rencana
pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang
mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir tentu jauh lebih
memahami tentang kondisi obyektif wilayahnya, sebab itulah dalam pengembangan
kawasan wisata bahari, perlu melakukan pendekatan terhadap masyarakat setempat.
Wilayah Indonesia yang mayoritasnya terdiri dari wilayah perairan (±70%)
menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir dan
menggantungkan hidupnya dari laut serta membentuk suatu kebudayaan maritim
(Suryanegara dan Nahib, 2015). Hal ini sering kali luput dari perkembangan pariwisata
bahari, Indonesia kaya akan potensi budaya yang dapat dieksplorasi dengan murni sebagai
atraksi budaya maritime. Kearifan lokal masyarakat pesisir perlu dikemas apik, hal ini
sekaligus dapat menjadi batu loncatan untuk memperkenalkan budaya pesisir Indonesia
kepada dunia. Pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada
pemberdayaan (empowerment), yang memandang potensi masyarakat sebagai sumber
daya utama dalam pembangunan.
Potensi wisata bahari dan aktivitas ekonomi kreatif di masyarakat sebenarnya
merupakan hasil pengembangan produk budaya dan kearifan masyarakat lokal. Sebagai
bagian dari produk budaya dan kearifan lokal bahari, wisata bahari dan aktivitas ekonomi
kreatif dapat menjadi identitas dan ciri khas domestik di suatu wilayah.
Dalam pengembangan wisata bahari harus menekankan kualitas dibanding kuantitas
untuk mencegah overtourism. Pentingnya membangun ciri khas untuk menonjolkan suatu
daerah sebagai pariwisata bahari dengan minat khusus dibanding tempat wiata umum
yang bersifat open acsess. Menentukan zonasi dengan tepat, daerah mana yang tepat dan
unggul dalam melakukan melakukan aktivitas air. Keberhasilan pengembangan dan
pengelolaan pariwisata bahari ini dapat diukur melalui 2 indikator yaitu semakin
terkelolanya tujuan pariwisata dan semakin meningkatnya kualitas tujuan dan jumlah
wisatawan (Santosa, 2013). Penyedia layanan pariwisata perlu memastikan bahwa
pengalaman yang didapatkan merupakan pengalaman dengan memori yang berkesan baik
dan selalu diingat oleh wisatawan. Hal ini penting agar dapat mendorong wisatawan
berkunjung kembali (repeater) ke destinasi wisata. Dengan memori dan kesan yang positif
tersebut, dapat menjadi bahan rekomendasi wisatawan ke pihak lain.

3
DAFTAR PUSTAKA

Junaid, Ilham. Pariwisata Bahari: Konsep dan Studi Kasus. Makassar: Politeknik Pariwisata
Makassar, 2018.

Jussac M. Masjhoer. Pengantar Wisata Bahar. Yogyakarta: . Khitah Publishing, 2019.

Orams, M. (1999). Marine tourism: development, impactsand management. Retrieved from


https://books.google.co.id.

Muawanah, U., Kurniasari N., et al. (2020). Peran, Kepentingan Stakeholder dan Dukungan
Kebjikan Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Budaya Bahari di Malaumkarta,
Kabupaten Sorong. Jurnal Kebijakan Sosek KP, 10 (2), 157-168.
http://dx.doi.org/10.15578/jksekp.v10i2.8941

Anda mungkin juga menyukai