Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No.

Dampak Pengembangan Pariwisata dan Sikap Nelayan di Desa Pangandaran

Impact of Tourism Development and Fisherman Attitudes in Pangandaran Village

Elbie Yudha Pratama1, Rilus A Kinseng1


1
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA)-IPB

Abstract

Development of coastal tourism can give directly impact on the social and cultural life of fisherman communities and influence the
attitudes of fishermen. This study intend to analyze the impact of tourism development on the social structure and cultural values
as well as analyzing the attitudes of fishermen towards the tourism development. The research was conducted in Pangandaran
village using survey methods. The results showed that the development of tourism impact on the social structure of fishermen
namely the growth of social organization, social stratification, migration and composition of the population, as well as the
livelihoods and incomes. Whereas the impact on the cultural value of fishermen include namely the waning tradition of local
fishermen, fishermen lifestyle changes, and increased knowledge of fishermen. Fishermen status and income level have a real
relationship with the attitude of fishermen, whereas age and education level did not have a real relationship with the attitude of
fishermen.

Keywords: tourism development, impact towards social structure, impact towards cultural values, and fisherman attitudes

Abstrak

Pengembangan pariwisata pesisir secara langsung dapat memberikan dampak pada kehidupan sosial budaya masyarakat nelayan
serta menyebabkan terbentuknya sikap nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengembangan pariwisata
terhadap struktur sosial dan nilai budaya nelayan serta menganalisis sikap nelayan terhadap pengembangan pariwisata. Penelitian
ini dilakukan di Desa Pangandaran dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan
pariwisata memberikan dampak pada struktur sosial nelayan yang meliputi tumbuhnya organisasi sosial, stratifikasi sosial,
migrasi dan komposisi penduduk, serta mata pencaharian dan pendapatan. Sedangkan dampak pada nilai budaya nelayan meliputi
memudarnya tradisi nelayan lokal, perubahan gaya hidup nelayan, dan bertambahnya pengetahuan nelayan. Status nelayan dan
tingkat pendapatan memiliki hubungan nyata dengan sikap nelayan, sedangkan usia dan tingkat pendidikan tidak memiliki
hubungan nyata dengan sikap nelayan.

Kata kunci: pengembangan pariwisata, dampak terhadap struktur sosial, dampak terhadap nilai budaya, dan sikap nelayan

Pendahuluan antara lain adalah keindahan terumbu karang yang


ada di setiap perairan laut dangkal, hutan mangrove
Indonesia merupakan negara yang memiliki yang memiliki keanekaragaman hayati dan berbagai
kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang sumberdaya laut lainnya seperti ikan, mineral, dan
melimpah. Indonesia juga dikenal sebagai negara bahan tambang yang bernilai tinggi. Potensi yang
maritim dan merupakan negara kepulauan terbesar besar ini memberikan peluang yang cukup besar
di dunia dengan luas laut 5,8 juta km² dan jumlah dalam perkembangan pariwisata karena dengan
pulau sekitar 17.504 buah yang dikelilingi oleh pengembangan pariwisata akan meningkatkan devisa
garis pantai sepanjang 81.290 km. Letak Indonesia negara.
yang sangat strategis menjadikan Indonesia dikenal Pengembangan bidang pariwisata tidak
sebagai zamrud khatulistiwa yang memiliki pesona hanya ditujukan untuk meningkatkan devisa bagi
keanekaragaman alam dan budaya. Berbagai negara, namun juga diharapkan dapat ikut berperan
keistimewaan yang dimiliki tersebut menjadikan sebagai pendongkrak pembangunan di Indonesia.
Indonesia memiliki berbagai potensi sumberdaya Adapun pengembangan pariwisata di Indonesia
alam khususnya wilayah pesisir dalam rangka memiliki delapan keuntungan, yaitu meningkatkan
mengembangkan pariwisata terutama pariwisata alam. kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan
Potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Indonesia kerja bagi warga meningkatkan penerimaan pajak,
1
Korespondensi penulis
E-mail: rilus.kinseng@gmail.com
10
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

meningkatkan pendapatan nasional, mempercepat Kondisi ekologis dan faktor sumberdaya alam yang
proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai masih terjaga kelestariannya juga merupakan salah
tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar satu faktor penetapan suatu daerah menjadi kawasan
produk dalam negeri, dan memberikan dampak desa wisata.
multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat Program Desa Wisata adalah suatu program
pengeluaran wisatawan, para investor maupun yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
perdagangan luar negeri (Bappenas, 2008). masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin di
Penelitin Retnowati (2004) menjelaskan bahwa pedesaan. Masyarakat miskin dapat ditemukan hampir
bidang pariwisata juga berpotensi memicu terjadinya di seluruh pedesaan di Indonesia, tidak terkecuali
perubahan perilaku masyarakat, memudarnya nilai dan pada masyarakat nelayan. Mubyarto, Soetrisno, dan
norma sosial, kehilangan identitas, dan juga konflik Dove (1994) mengatakan bahwa keluarga nelayan
sosial, pergeseran mata pencaharian dan pencemaran pada umumnya lebih miskin daripada keluarga
lingkungan. Berbagai hal tersebut rentan terjadi petani atau pengrajin. Pengembangan program desa
di masyarakat sebagai akibat dari perkembangan wisata diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
pariwisata. Namun berbagai dampak negatif yang umum di pedesaan khususnya masalah kemiskinan.
ditimbulkan dari perkembangan pariwisata dapat Desa wisata juga diharapkan dapat meningkatkan
diantisipasi oleh masyarakat itu sendiri. Hal-hal tersebut kesejahteraan masyarakat nelayan dengan melibatkan
tidak hanya terjadi pada pengembangan pariwisata di masyarakat sebagai objek dalam pengembangan desa
daerah persawahan, hutan, dan pegunungan akan tetapi wisata dan juga diharapkan dapat meningkatkan
dampak tersebut dapat terjadi di daerah pariwisata kondisi ekonomi masyarakat dengan mengembangkan
pesisir yang pada saat ini difokuskan untuk dijadikan potensi alam.
daerah tujuan wisata oleh pemerintah daerah. Penetapan Barlan (2013) mengungkapkan bahwa
wilayah pesisir dijadikan sebagai daerah tujuan wisata perubahan status desa menjadi desa wisata di Desa
tidak terlepas dari keindahan alam dan pesona laut Pangandaran memberikan dampak positif dimana
yang dimiliki sebagian besar laut di Indonesia. peluang lapangan pekerjaan meningkat dan akses
Perkembangan pariwisata di daerah pesisir terhadap sektor ekonomi kota juga semakin tinggi,
secara langsung maupun tidak akan memberikan namun ternyata hal ini tidak mampu sepenuhnya
dampak. Perkembangan pariwisata di daerah pesisir dimanfaatkan oleh masyarakat miskin yang ada di
secara langsung akan melibatkan masyarakat pesisir Desa Pangandaran. Desa Pangandaran merupakan
yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. salah satu Desa di Kecamatan Pangandaran,
Karakteristik sosial yang dimiliki masyarakat nelayan Kabupaten Ciamis yang pada saat ini telah difokuskan
berbeda dengan masyarakat lainnya secara umum. untuk dijadikan desa wisata. Posisi desa yang dekat
Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik dengan pantai menjadikan wilayah Pangandaran
sumberdaya yang dihadapi (Satria, 2002). Sejenak memiliki daya tarik wisata yang utama.Oleh karena
apabila kita perhatikan nelayan yang tinggal di daerah itu hampir seluruh kegiatan wisata dilakukan di
pedesaan di Indonesia memiliki banyak potensi untuk sepanjang kawasan pantai. Perkembangan wisata di
dijadikan objek pembangunan dalam berbagai sektor Desa Pangandaran secara langsung telah memberikan
terutama dalam sektor pariwisata. Berbagai macam dampak bagi kehidupan sosial, budaya dan ekonomi
jenis pariwisata dapat dikembangkan di Indonesia, nelayan. Berdasarkan alasan tersebut, menarik untuk
salah satunya adalah melalui program desa wisata. menganalisis dampak sosial, budaya dan menganalisis
Menurut penelitian Soemarno (2010), desa ekonomi nelayan Desa Pangandaran sebagai akibat
wisata biasanya merupakan kawasan pedesaan yang dari perkembangan desa wisata.
memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak
untuk dijadikan daerah tujuan wisata. Penetapan suatu Metode Penelitian
daerah menjadi kawasan desa wisata tidak terlepas
dari beberapa hal seperti ciri tradisi dan kebudayaan Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
yang khas yang ditunjukkan dengan makanan khas penelitian ini adalah kombinasi metode kualitatif
daerah, hubungan sosial antar masyarakat, dan sistem dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui
pertanian yang menjadi ciri dari sebuah desa wisata. wawancara mendalam dan pengamatan langsung

11
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

di lokasi penelitian untuk menggali pemahaman nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh (ABK)
responden secara subjektif. Pendekatan kuantitatif yang dikenal sebagai janggol pada masyarakat Desa
yang digunakan adalah penelitian survey yaitu Pangandaran. Nelayan juragan adalah nelayan yang
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi memiliki perahu dan alat tangkap, nelayan juragan
dan menggunakan kuesioner. Jenis data yang di Desa Pangandaran ada yang ikut melaut dan
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer adapula yang hanya mengontrol dari darat. Nelayan
dan data sekunder. buruh (ABK/Janggol) adalah nelayan yang tidak
Responden dalam penelitian ialah sebanyak memiliki perahu dan alat tangkap, dan biasanya hanya
50 orang nelayan. Pengambilan responden dengan mengeluarkan tenaga saja. Belakangan ini dikenal
menggunakan metode Stratified Random Sampling. sistem pengelompokkan nelayan di Desa Pangandaran,
Teknis analisis data yang dilakukan adalah analisis sistem pengelompokkan tersebut berhubungan dengan
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif baik kegiatan pariwisata yang ada di Desa Pangandaran.
data primer maupun sekunder yang telah didapatkan Berdasarkan sistem pengelompokkan tersebut nelayan
akan diolah melalui tiga tahap kegiatan analisis data terbagi menjadi nelayan pariwisata dan nelayan non
dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, pariwisata. Nelayan pariwisata adalah nelayan yang
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sitorus, bekerja di bidang pariwisata seperti menyewakan
1998). Analisis secara statistik dengan menggunakan perahu, menyewakan sarana olahraga air, dan biasanya
uji Rank Spearman. mencari ikan untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan
nelayan non-pariwisata adalah nelayan yang hanya
Hasil dan Pembahasan bekerja mencari ikan di laut dan tidak bersentuhan
dengan kegiatan pariwisata. Fokus pada penelitian
Desa Pangandaran merupakan salah satu desa ini adalah pada nelayan non pariwisata karena ingin
yang terletak di wilayah Kecamatan Pangandaran, melihat dampak yang diterima nelayan non-pariwisata
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desa akibat perkembangan pariwisata.
Pangandaran merupakan wilayah pesisir di pantai Selain objek wisata pantai, Pangandaran
selatan Jawa yang memiliki panjang pantai sepanjang juga memiliki berbagai macam objek wisata lainnya
7 km. Sebelah utara desa ini berbatasan langsung seperti Cagar Alam, Event Wisata, dan Pusat Kuliner
dengan Desa Babakan, sebelah selatan berbatasan serta Cenderamata. Objek wisata Cagar Alam
dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan merupakan satu-satunya objek wisata hutan yang
dengan Desa Pananjung dan sebelah timur berbatasan ada di Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Selain itu
dengan wilayah Samudera Indonesia. Wilayah Desa terdapat juga Event Wisata yang diadakan sebagai
Pangandaran terbagi menjadi 3 dusun, yaitu Dusun upaya meningkatkan daya tarik wisatawan untuk
Pangandaran Barat, Dusun Pangandaran Timur, dan berkunjung. Kegiatan yang ada di dalam Event Wisata
Dusun Parapat yang terbagi dalam 14 Rukun Warga antara lain adalah: (i) Pangandaran International Kite
dan 46 Rukun Tetangga. Festival, yang merupakan kegiatan festival layang-
Desa Pangandaran terdiri atas 46 RT yang layang yang diadakan pada saat musim liburan
tersebar dalam 3 dusun. Setiap dusun yang ada di sekolah yaitu sekitar bulan Juli-Agustus dan berlokasi
Desa Pangandaran dihuni oleh penduduk lokal yang di Pantai Timur dengan diikuti puluhan peserta dari
mayoritas berasal dari suku Sunda dan Jawa. Pendatang dalam dan luar negeri; (ii) Hajat Laut atau syukuran
di Desa Pangandaran umumnya berasal dari daerah nelayan. Kegiatan ini merupakan acara tradisi tahunan
Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Jumlah penduduk yang diadakan setiap malam jumat kliwon pada bulan
yang tinggal menetap di desa ini berjumlah 9.240 Muharram yang diadakan oleh masyarakat lokal
penduduk dengan proporsi 4.602 jumlah penduduk sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang
laki-laki dan 4.638 jumlah penduduk perempuan. Maha Esa atas rezeki dan keselamatan hidup yang
Sebagian besar wilayah Desa Pangandaran telah diberikan selama setahun. Acara pelepasan
merupakan wilayah pesisir dimana mayoritas sesaji yang berupa kepala binatang dan penaburan
penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. bunga ke tengah laut menjadi daya tarik tersendiri
Jumlah nelayan yang ada sebanyak 1.874 jiwa. Dalam bagi pengunjung yang datang untuk melihat.
pembagiannya terdapat dua kategori nelayan yaitu Kegiatan pariwisata tidak hanya memerlukan

12
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Sikap terhadap Perkembangan


Pariwisata di Desa Pangandaran Tahun 2013

Kategori Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)


Sangat Tidak 0 0,00
Setuju 0 0,00
Tidak Setuju 3 6,00

Setuju 23 46,00

Sangat Setuju 24 48,00

Total 50 100,00

objek pariwisata saja, namun diperlukan juga pengguna jumlah nelayan juragan menjadi semakin meningkat,
(subjek pariwisata) untuk menunjang keberlanjutan sebaliknya dengan berkembangnya sektor pariwisata
pariwisata di suatu daerah. Subjek pariwisata yang membuat banyak penduduk dari luar datang ke
dimaksud adalah para pelaku usaha yang berfungsi Pangandaran untuk merasakan dampak dari kegiatan
sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan oleh para pariwisata. Akan tetapi penduduk yang datang tersebut
wisatawan. Semakin berkembangnya pariwisata di tidak memiliki cukup modal dan pengetahuan untuk
Desa pangandaran membuat semakin bertambahnya menjadi nelayan juragan dan mereka hanya mampu
jumlah wisatawan yang datang. Wisatawan yang menjadi buruh yang membuat jumlah nelayan
datang tidak hanya wisawatan lokal bahkan tidak buruh terus mengalami peningkatan. Oleh karena
sedikit wisatawan mancanegara dari berbagai negara itu perkembangan pariwisata tidak sepenuhnya
juga datang ke Pangandaran. membawa perubahan pada stratifikasi sosial dalam
Keberadaan wisatawan di Desa Pangandaran masyarakat nelayan.
jelas membutuhkan suatu jasa yang dapat menyediakan Cohen (1984) menyebutkan bahwa salah satu
segala kebutuhan yang diperlukan selama berada disana. dampak sosial pariwisata adalah migrasi penduduk
Keadaan tersebut yang kemudian melatarbelakangi dari dan ke daerah pariwisata. Perkembangan
tumbuhnya organisasi-organisasi sosial yang mampu pariwisata di Desa Pangandaran secara langsung
menyediakan kebutuhan wisatawan dalam bidang jasa. menyebabkan kepadatan penduduk di daerah tersebut
Organisasi yang ada merupakan organisasi semakin bertambah. Hal tersebut disebabkan karena
formal berbadan hukum yang memiliki AD/ART Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata dapat
dalam pelaksanaannya. Organisasi yang terbentuk dijadikan sebagai tempat mendapatkan penghasilan.
sejak berkembangnya pariwisata tersebut bernama Awalnya sebelum sektor pariwisata belum mengalami
Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran (OP3) yang perkembangan pesat, hanya penduduk Pangandaran
didirikan pada tanggal 4 November 2009. Organisasi asli yang bekerja dan membuka usaha. Mereka
tersebut bersifat sosial kemasyarakatan yang didirikan umumnya membuka warung yang menjual makanan
dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat dan kecil, minuman, membuka kios pakaian, cendera
menumbuhkembangkan potensi masyarakat. Dalam mata, dan sebagainya.
pelaksanaannya organisasi tersebut mengadakan Semakin berkembangnya pariwisata di Desa
hubungan dan kerjasama dengan instansi pemerintah, pangandaran menyebabkan penduduk yang berasal
swasta, dan badan-badan lainnya guna mendukung dari luar Pangandaran yang bermigrasi ke Pangandaran.
kelancaran dalam mencapai maksud dan tujuan Penduduk yang datang pada umumnya berasal dari
organisasi. OP3 memiliki keanggotaan yang bergerak daerah di sekitar Pangandaran seperti, Ciamis, Garut,
di bidangnya masing-masing yaitu kelompok binaan Tasikmalaya, Cilacap dan bahkan ada yang berasal
budidaya perikanan, kelompok binaan dalam bidang dari Pulau Sumatera khususnya Medan. Kedatangan
lingkungan hidup wisata bahari, dan kelompok binaan penduduk dari luar tidak lain adalah untuk mencari lahan
bidang pariwisata. pekerjaan di Desa Pangandaran yang menyebabkan
Berkembangnya pariwisata tidak membuat terjadinya perubahan pada komposisi penduduk. Hal

13
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

Tabel 2 Nilai Signifikansi antara Karakteristik Individu dengan Sikap Nelayan terhadap
Perkembangan Pariwisata

Variabel pengaruh Variabel terpengaruh Signifikansi


Usia Sikap 0,351

Status Nelayan Sikap 0,015*

Tingkat pendidikan Sikap 0,880

Tingkat pendapatan Sikap 0,024*


Keterangan : *Berhubungan nyata pada p < 0,05
tersebut sejalan dengan teori dari Harper (1989) yang terlibat dalam sektor pariwisata.
mengatakan bahwa perubahan pada personal, dalam Perkembangan pariwisata memberikan
arti jumlah dan komposisi manusia yang dijelaskan manfaat tersendiri bagi nelayan Pangandaran, selain
dengan penduduk yang memiliki pengalaman hidup dapat menciptakan mata pencaharian baru bagi
berbeda masuk dan keluar dari suatu struktur sosial nelayan juga dapat meningkatkan harga penjualan
tidak membawa perubahan berarti pada struktur sosial. dari hasil tangkapan. Wisatawan pada umumnya
Qomaruddin (2012) dalam penelitiannya mulai ramai berdatangan pada saat libur akhir pekan,
menjelaskan bahwa sebelum dikembangkan menjadi dimana permintaan atas ikan dan udang meningkat.
kawasan wisata, masyarakat Karimun Jawa umumnya Meningkatnya permintaan atas ikan dan udang
bermata pencaharian sebagai nelayan, akan tetapi seiring membuat harga ikan dan udang melambung. Hal
berjalannya perkembangan pariwisata di Karimun Jawa tersebut dapat memberikan manfaat bagi nelayan yang
masyarakat beralih mata pencaharian kedalam bidang dapat meningkatkan hasil tangkapannya. Kondisi
jasa yang menunjang kegiatan pariwisata antara lain tersebut tidak hanya terjadi pada libur akhir pekan, pada
membuat penginapan, menyediakan penyewaan kapal saat libur hari raya, libur sekolah, dan libur nasional
dan alat menyelam, dan sebagian masih berhubungan jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dua
dengan perikanan seperti menjual ikan asin dan ikan kali lipat dari hari libur akhir pekan. Kondisi tersebut
bakar. sudah jelas akan memberikan keuntungan bagi
Masyarakat Pangandaran pada awalnya nelayan. Banyak para wisatawan yang dari jauh hari
menggantungkan hidupnya dari hasil melaut. sudah memesan ikan dan udang untuk dikonsumsi.
Menangkap ikan merupakan satu-satunya pekerjaan Hal tersebut dilakukan karena biasanya pada musim
yang dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat liburan ikan, udang, dan makanan laut lainnya akan
Desa Pangandaran yang berprofesi sebagai nelayan. lebih cepat habis dikonsumsi oleh pengunjung yang
Pendapatan yang diperoleh hanya berasal dari hasil datang. Harga ikan pada hari-hari biasanya dihargai
melaut yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan Rp 40.000,00 untuk dua ekor, tetapi jika musim ramai
hidup keluarganya. Penghasilan nelayan pada saat wisatawan harganya bisa mencapai Rp 120.000,00.
itu dapat dikatakan pas-pasan karena hanya dapat Perkembangan pariwisata selain memberikan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pengaruh pada kehidupan sosial masyarakat juga
pangan, dan papan. memberikan pengaruh pada nilai-nilai budaya yang
Berkembangnya pariwisata di Pangandaran dianut oleh masyarakat. Perubahan pada nilai-nilai
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat budaya masyarakat tidak terlepas dari tuntutan
lokal. Pariwisata diyakini oleh masyarakat dapat lingkungan sekitar masyarakat. Pariwisata yang
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. sudah mengalami perkembangan cukup lama secara
Penyerapan tenaga kerja akibat perkembangan tidak langsung menyebabkan semakin memudarnya
pariwisata di Desa Pangandaran selalu bertambah tradisi masyarakat lokal.
hampir di setiap sektor pekerjaan. Manfaat positif Salah satu tradisi masyarakat lokal yang
tersebut tidak hanya dirasakan oleh nelayan juragan dianut sejak dahulu adalah larangan melaut pada hari-
saja tetapi juga dirasakan oleh nelayan buruh meskipun hari tertentu. Hari-hari yang diyakini sakral untuk
tidak seluruh nelayan buruh mampu bersaing dan pergi melaut adalah setiap malam selasa dan malam

14
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

jumat termasuk pada malam kliwon pada kedua hari masyarakat dan lain sebagainya. Perubahan gaya
tersebut. Masyarakat Pangandaran pada zaman dahulu hidup pada masyarakat nelayan yang terjadi antara
selalu meyakini dan memegang teguh kepercayaan lain adalah meninggalkan kebiasaan bersilaturahmi
dari nenek moyang mereka bahwa setiap malam karena sudah digantikan dengan handphone, cara
selasa dan malam jumat dilarang untuk pergi melaut berpakaian, dan bangunan rumah.
dan apabila ada yang melanggar maka akan celaka. Masyarakat nelayan sudah banyak yang
Larangan dari nenek moyang untuk pergi melaut berkomunikasi dengan menggunakan alat komunikasi.
tersebut bukan tanpa alasan untuk dipatuhi dan ditaati Tata cara komunikasi langsung tatap muka berubah
oleh para nelayan. Larangan tersebut memberikan menjadi menggunakan alat komunikasi seperti
makna tersendiri bahwa hari-hari tersebut dapat telepon genggam. Hampir setiap nelayan memiliki
digunakan oleh nelayan untuk beri’tirakat di masjid, telepon genggam yang dapat digunakan untuk
beribadah dan di sisi lain memberikan waktu bagi ikan berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Hal tersebut
untuk dapat berenang bebas dan beristirahat. Tradisi telah menghilangkan kebiasaan untuk bersilaturahmi
tersebut lama kelamaan menjadi semakin memudar dengan teman, saudara, dan tetangga karena kebiasaan
dengan diikuti berbagai proses. tersebut telah hilang dan digantikan oleh perkembangan
Awalnya nelayan banyak yang masih teknologi.
mentaati larangan untuk melaut pada malam selasa Cara berpakaian masyarakat juga lambat
dan malam jumat termasuk pada malam kliwon, laun mulai mengalami perubahan. Perubahan cara
kemudian sebagian nelayan meninggalkan larangan berpakaian tersebut sebagian besar karena dipengaruhi
untuk pergi melaut pada malam selasa dengan oleh cara berpakaian wisatawan asing yang ada di
pergi melaut pada setiap malam selasa kecuali Pangandaran. Wisatawan asing yang datang dianggap
pada malam selasa kliwon. Larangan melaut setiap sebagai panutan dan dijadikan contoh bagi masyarakat
malam selasa kliwon kemudian ditinggalkan secara nelayan khususnya anak-anak nelayan. Anak-anak
perlahan oleh nelayan Pangandaran, mereka tetap nelayan kemudian mengikuti cara berpakaian yang
pergi melaut pada setiap malam selasa termasuk dianggap tidak senonoh. Sebagai sebuah desa yang
malam selasa kliwon. Semakin berkembangnya islami perilaku tersebut kemudian mendapat teguran
pariwisata memaksa nelayan untuk meningkatkan dari tokoh agama yang ada di Desa pangandaran.
hasil tangkapannya karena akan memberikan Teguran tersebut tidak hanya ditujukan bagi anak-
keuntungan ekonomis kepada nelayan. Hal tersebut anak nelayan yang melakukan penyimpangan,
membuat nelayan Pangandaran menjadi semakin tetapi juga ditujukan kepada wisatawan asing yang
meninggalkan tradisi-tradisi yang sudah diyakini membawa perilaku ‘barat’ ke Pangandaran.
sejak lama oleh para leluhur. Ancaman celaka Perubahan gaya hidup yang lain juga
apabila tidak mentaati larangan tersebut kini tidak ditunjukkan dari bentuk bangunan rumah nelayan.
dihiraukan lagi oleh para nelayan. Larangan untuk Perkembangan pariwisata membuat nelayan untuk
pergi melaut pada setiap malam jumat termasuk merenovasi rumahnya sehingga terlihat lebih mewah
malam jumat kliwon juga sudah perlahan-lahan dan juga dapat memberikan kenyamanan bagi para
ditinggalkan oleh para nelayan. wisatawan untuk beristirahat. Hampir di setiap rumah
Pengembangan pariwisata juga memberikan nelayan sudah menggunakan keramik, tersedia
dampak pada gaya hidup nelayan. Gaya hidup atau televisi, dan air panas di setiap kamar mandinya. Hal
kebiasaan hidup merupakan perilaku seseorang ini disebabkan karena perkembangan pariwisata yang
yang ditunjukkan dalam aktivitas khususnya yang menuntut para nelayan untuk bergaya hidup seperti
berkaitan dengan citra diri untuk dapat merefleksikan kebanyakan orang -orang di perkotaan. Perubahan
status sosialnya. Pariwisata di Pangandaran telah gaya hidup tersebut hanya terjadi pada sebagian
menyebabkan berubahnya gaya hidup dari sebagian nelayan saja yang memiliki modal cukup untuk
besar nelayan lokal terutama nelayan yang berprofesi merenovasi rumahnya yang pada umumnya adalah
sebagai nelayan juragan. Perubahan tersebut ditandai nelayan juragan, tetapi ada juga sebagian kecil nelayan
oleh berbagai hal seperti, berubahnya tata cara buruh yang dapat merenovasi rumahnya meskipun
berkelakuan, berubahnya pola hidup masyarakat tidak semua nelayan buruh mampu melakukannya.
yang diikuti dengan berubahnya status sosial Keberadaan sektor pariwisata di Pangandaran

15
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

menyebabkan semakin bertambahnya pengetahuan dan dan juga tingkat pendapatan. Setiap karakteristik
wawasan yang dimiliki oleh nelayan. Interaksi dengan dari individu yang diuji dihubungkan dengan sikap
wisatawan secara tidak langsung telah menyebabkan nelayan terhadap perkembangan pariwisata di Desa
bertambahnya pengetahuan nelayan mengenai informasi- Pangandaran. Karakteristik tersebut diuji melalui
informasi dari luar. Keberadaan homestay yang pada uji korelasi Rank Spearman untuk dapat mengetahui
umumnya disediakan oleh nelayan membuat nelayan ada atau tidaknya hubungan dengan sikap nelayan
tidak dapat terlepas dari interaksi dengan wisatawan terhadap perkembangan pariwisata. Uji korelasi Rank
ketika musim liburan. Wisatawan yang datang pun Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara
tidak jarang memberikan masukan-masukan tentang karakteristik individu yang meliputi usia, stratifikasi
bagaimana cara menggunakan alat tangkap yang cocok nelayan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan
baik, ramah lingkungan, dan tidak menganggu ekosistem dengan sikap terhadap perkembangan pariwisata.
yang lainnya. Status dari para nelayan memiliki hubungan
yang nyata dengan sikap merka terhadap perkembangan
Sikap Nelayan terhadap Perkembangan pariwisata. Semakin tinggi status nelayan maka akan
Pariwisata semakin positif sikap nelayan terhadap perkembangan
pariwisata. Sebaliknya semakin rendah status nelayan
Sikap terhadap perkembangan pariwisata maka akan semakin negatif pula sikapnya terhadap
adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan perkembangan pariwisata. Selanjutnya hubungan nyata
oleh nelayan terhadap perkembangan pariwisata. juga ditunjukkan oleh variabel tingkat pendapatan
Berdasarkan penilaian dari pernyataan yang diberikan, dengan sikap. Tingkat pendapatan nelayan yang
skor terendah dimiliki oleh responden (nelayan) meningkat karena penjualan ikan yang meningkat pada
yang menunjukkan sikap tidak setuju terhadap sikap nelayan terhadap perkembangan pariwisata.
perkembangan pariwisata, sedangkan skor tertinggi
dimiliki oleh responden yang menunjukkan sikap Kesimpulan
sangat setuju terhadap perkembangan pariwisata.
Sikap responden terhadap perkembangan Perkembangan pariwisata di Desa Pangandaran
pariwisata yang terjadi di Desa Pangandaran. Dari memberikan dampak terhadap struktur sosial nelayan
total responden, sebanyak 24 orang responden (48%) Desa Pangandaran. Dampak tersebut antara lain
menyatakan sikap sangat setuju terhadap perkembangan adalah munculnya organisasi-organisasi sosial yang
pariwisata, kemudian sebanyak 23 orang responden terbentuk guna menyediakan kebutuhan jasa bagi para
(46%) menyatakan sikap setuju terhadap perkembangan wisatawan yang melahirkan organisasi nelayan baru
pariwisata, lalu sebanyak 3 orang responden (6%) yaitu nelayan pariwisata, perubahan pada stratifikasi
menyatakan sikap tidak setuju terhadap pengembangan sosial nelayan yang ditunjukkan dengan perubahan
pariwisata, dan tidak ada responden yang memiliki dari nelayan buruh menjadi nelayan juragan, migrasi
sikap sangat tidak setuju terhadap pengembangan dan komposisi penduduk ke Desa Pangandaran
pariwisata yang terjadi di Desa Pangandaran. Hal semakin meningkat dan beragam yang didasari
tersebut menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata adanya kegiatan pariwisata di Desa Pangandaran,
di Desa Pangandaran cenderung disikapi positif oleh dan meningkatnya pendapatan nelayan dan penduduk
sebagian besar responden, namun terdapat 3 orang lokal, serta terbukanya peluang usaha dan lapangan
responden yang menyatakan sikap tidak setuju terhadap kerja. Perkembangan pariwisata di Desa Pangandaran
perkembangan pariwisata karena dirasakan tidak terlalu memberikan dampak terhadap nilai-nilai budaya
memberikan pengaruh pada kehidupan mereka. nelayan Desa Pangandaran. Dampak tersebut antara
lain adalah memudarnya nilai-nilai budaya yang dianut
Hubungan Antara Karakteristik Individu oleh nelayan lokal seperti melanggar larangan melaut
dengan Sikap terhadap Perkembangan pada hari-hari tertentu, meningkatnya pola pikir ke
Pariwisata arah komersialisme akibat pesatnya perkembangan
pariwisata, berubahnya gaya hidup nelayan lokal
Pada penelitian ini karakteristik individu yang akibat perkembangan pariwisata, dan bertambahnya
diuji adalah usia, status nelayan, tingkat pendidikan, wawasan nelayan lokal. Hasil uji statistik menunjukkan

16
Jurnal Penyuluhan, Maret 2013 Vol. 9 No. 1

bahwa sekitar 90% nelayan memiliki sikap setuju kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
terhadap pengembangan pariwisata, khususnya yang Pertiwi HD. 2011. Dampak keberadaan perusahaan
mendapatkan manfaat ekonomis secara langsung dari pertambangan terhadap ekologi, sosial, dan
adanya pariwisata, dan sisanya memiliki sikap tidak ekonomi masyarakat di era otonomi daerah
setuju terhadap pengembangan pariwisata karena (kasus : Kelurahan Sampaja Utara, Kecamatan
tidak mampu untuk bersentuhan secara langsung Samarinda Utara, Kota Samarinda). [skripsi].
dengan kegiatan pariwisata. Hasil pengolahan data Bogor: Institut Pertanian Bogor.
penelitian menunjukkan bahwa status nelayan dan Qomaruddin. 2012. Perubahan sosial dan peran serta
tingkat pendapatan memiliki hubungan nyata dengan masyarakat dalam pengembangan kawasan
sikap terhadap perkembangan pariwisata. Sedangkan wisata kepulauan Karimun Jawa. Makalah hasil
usia dan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan observasi
nyata dengan sikap nelayan terhadap perkembangan Sedarmayanti. 2005. Membangun kebudayaan dan
pariwisata. pariwisata. Bandung: Mandar Maju.
Soemarno. 2010. Desa wisata (Bahan ajar Universitas
Daftar Pustaka Brawijaya). http://marno.lecture.ub.ac.id/
files/2012/01/Desa-wisata.doc Diunduh pada
Acheson J. 1981. Anthropology of fishing. Annual tanggal 28 Januari 2013 pukul 15.00 WIB.
review of anthropology. Vol. 10 (1981). Sumarti dan Saharudin. 2001. Model kelembagaan
Barlan ZA. 2013. Desa wisata dan dampaknya ekonomi lokal untuk pemberdayaan masyarakat
terhadap terpinggirnya masyarakat nelayan, nelayan dalam pengelolaan pertanian kawasan
Studi kasus : masyarakat nelayan miskin pesisir dan pedesaan nelayan. Bogor: Laporan
Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, hasil penelitian hibah bersaing perguruan tinggi.
Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Makalah hasil Widodo J, Suadi. 2008. Pengelolaan sumberdaya
observasi. perikanan laut. Yogyakarta: Gajah Mada
Bappenas [Badan Perencanaan Pembangunan University Press.
Nasional]. 2008. Dampak pariwisata terhadap Winarni S. 2001. Hubungan karakteristik sosial
perekonomian nasional. [internet]. [dikutip 10 ekonomi petani dengan pemilihan ragam metode
Februari 2013]. Dapat diunduh dari : http:// penyuluhan. Surakarta: Sebelas Maret
kppo.bappenas.go.id/preview/282/ University Press.
Cohen E. 1974. Who is a tourist? A conceptual Yoeti OA. 1996. Pengantar ilmu pariwisata.
clarification. Sociological Review. Bandung: Angkasa.
_______. 1984. The sociology of tourism: _______ . 2008. Ekonomi pariwisata. introduksi,
approaches, issues, and finding annal of tourism informasi, dan implementasi. Jakarta: Kompas
research Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif
Harper CL 1989. Exploring social change. New pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis
Jersey : Prentice-Hall konservasi. Disampaikan pada seminar sains
Imron M. 2003. Kemiskinan dalam masyarakat 21 Februari 2007 pada Departemen Manajemen
nelayan dalam Jurnal masyarakat dan budaya. Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.
Jakarta: PMB – LIPI.
Kinseng RA. 2011. Konflik kelas nelayan di
Indonesia : Tinjauan kasus Balikpapan. Bogor:
IPB Press
Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan.
Bandung: Alfabeta.
Mathieson A, Wall G. 1990. Tourism, Economic,
Physical and Social Impact.
Mulyadi. 2007. Ekonomi kelautan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan perilaku

17

Anda mungkin juga menyukai