Anda di halaman 1dari 15

Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab.

Alor

PROPOSAL

USULAN KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA BAHARI


DI KABUPATEN ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2022
.

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kabupaten Alor merupakan salah satu dari 21 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa


Tenggara Timur dengan luas wilayah daerah 2.864.64 Km 2 dan luas perairan 10.773,62 Km 2.
Wilayah Kabupaten Alor yang terletak pada 123° - 225°, BT 8°,8 - 8°,36 LS, memiliki luas
laut yang lebih dominan dibanding daratan dan memiliki garis pantai 650.496 km2
memungkinkan kegiatan dibidang ekowisata bahari dapat menjadi andalan dalam
pembangunan ekonomi untuk pencapaian kesejahteraan rakyat.

Wilayah pesisir yang terdapat di


Kabupaten Alor memiliki panorama
yang indah untuk dapat dijadikan
sebagai obyek wisata yang menarik dan
menguntungkan, seperti pantai pasir
putih, ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang dengan
aneka ikan hiasnya. Pulau Alor, merupakan salah satu wilayah Nusa Tenggara Timur yang
memiliki potensi sumberdaya alam pesisir yang relatif alamiah, sehingga saat ini menjadi
salah satu alternatif tujuan wisata bahari setelah Pulau Bali (Bappeda NTT 2000).
Pembangunan pariwisata merupakan alternatif yang sangat mendukung pertumbuhan
ekonomi bagi masyarakat di Kabupaten Alor. Dengan diberlakukannya otonomi daerah,

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

maka pembangunan pariwisata di Kabupaten Alor diharapkan dapat menjadi salah satu
andalan sumber pendapatan daerah.

Namun demikian, dalam pembangunan pariwisata perlu dipertimbangkan bahwa


kegiatan pariwisata merupakan jasa pelayanan, sehingga dalam memanfaatkan sumberdaya
alam guna mendukung pelayanan pariwisata, maka haruslah: (i) tidak merusak tata
lingkungan hidup manusia; (ii) dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh, dan
(iii) memperhitungkan generasi yang akan datang (Reksohadiprodjo dan Brojonegoro 2002).
Dahuri et al. (2006) menambahkan, bahwa dalam perencanaan pengembangan pariwisata di
wilayah pesisir hendaknya dilakukan secara menyeluruh, termasuk diantaranya inventarisasi
dan penilaian sumberdaya yang cocok untuk pariwisata serta perkiraan tentang berbagai
dampak terhadap lingkungan pesisir, karena keindahan dan keaslian alam merupakan modal
utama bagi obyek wisata.

Secara umum, aktivitas pariwisata yang dikembangkan dewasa ini hanya berorientasi
pada aspek ekonomi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup. Hal ini
menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya alam, sehingga kegiatan tersebut
menimbulkan dampak terjadinya kerusakan sumberdaya alam. Demikian juga yang terjadi
di Kabupaten Alor, dimana seiring dengan pesatnya industri pariwisata yang dibangun di
daerah tersebut, dikhawatirkan akan banyak kawasan pesisir yang mengalami tekanan
ekologis yang semakin kompleks, baik berupa pencemaran, over eksploitasi sumberdaya
alam, degradasi keanekaragaman hayati maupun degradasi fisik habitat pesisir. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk pengelolaan pariwisata berkelanjutan di daerah ini
adalah melalui pengembangan kawasan wisata yang ditujukan bagi pemanfaatan yang tidak
bersifat eksploitatif, yaitu berkonsep ekowisata.

Menurut Western (2001) dan Lindberg (2003), ekowisata diartikan sebagai


perjalanan bertanggungjawab ke wilayah-wilayah alami, yang melindungi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Dalam hal ini terdapat penegasan bahwa
aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya pariwisata massal, tetapi lebih

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

cenderung pada pariwisata minat khusus dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Jadi,
ekowisata merupakan sebuah konsep pariwisata yang menggabungkan suatu komitmen
yang bertanggungjawab terhadap alam, ekonomi dan sosial.

Pengembangan ekowisata dapat menumbuhkan penyediaan kesempatan kerja dan


kesempatan berusaha serta tumbuhnya usaha-usaha baru yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Berkembangnya ekowisata juga diharapkan dapat
mendorong tumbuhnya upaya masyarakat untuk mengembangkan budaya lokal dan
kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Namun di sisi lain, pengembangan ekowisata
yang tidak didukung oleh pengelolaan yang tepat dapat berakibat pada kurangnya perhatian
terhadap keterlibatan masyarakat setempat, daya dukung kawasan dan kelestarian
lingkungan. Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya kerusakan dan pencemaran oleh
adanya kegiatan dan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga
dapat menurunkan nilai ekologi dan nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang
mendukung keberlanjutan usaha ekowisata tersebut.

Belum optimalnya pengelolaan ekowisata di kawasan pesisir Kabupaten Alor, maka


guna mendukung pengembangannya perlu adanya kajian mengenai potensi kawasan
tersebut sebagai daerah ekowisata, baik dari segi lingkungan, ekonomi maupun aspek
masyarakat setempat. Atas dasar pemikiran tersebut, maka mengusulkan proposal yang
akan menjadi topik kajian penelitian dengan judul “Kajian Potensi Pengembangan
Ekowisata Bahari di Kabupaten Alor”.

1.2 Rumusan Masalah


Aktivitas wisata telah ada di kawasan pesisir Kabupaten Alor sejak tahun 2000-an,
namun sejauh ini belum mengalami perkembangan yang berarti. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal, apakah dari segi potensi sumberdayanya, dari segi permintaannya atau
dari dukungan sosial masyarakatnya.

Dari segi potensi sumberdaya, kawasan pesisir Kabupaten Alor memiliki pantai
berpasir putih, ekosistem mangrove dan terumbu karang serta gugusan pulaupulau kecil.

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Potensi ini dimiliki oleh masing-masing lokasi dengan kondisi yang berbeda-beda, oleh
karena itu perlu diketahui bagaimana kondisi potensi sumberdaya alam di kawasan ini agar
dapat menentukan kegiatan ekowisata yang sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang
dimiliki oleh masing-masing lokasi. Pemilihan lokasi wisata yang sesuai dengan aktivitas
wisatawan akan berpengaruh pada tingkat kepuasan dan tingkat kunjungan wisatawan.
Pemilihan lokasi yang kurang sesuai dengan kegiatan wisatawan dapat menimbulkan
kekecewaan karena ternyata kondisi lokasi tidak seperti yang diharapkan oleh wisatawan,
yang pada akhirnya akan menurunkan intensitas kunjungan wisatawan.

Dari segi ekonomi, perlu dikaji bagaimana permintaan wisatawan di kawasan ini,
agar dapat diketahui nilai ekonomi pemanfaatan ekowisata di kawasan ini. Potensi alami di
kawasan ini dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dikelola dengan baik. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperkirakan daya tampung wisatawan di
kawasan pesisir di Kabupaten Alor, termasuk di pulau-pulau kecilnya. Jumlah daya tampung
wisatawan tersebut merupakan kondisi supply yang dapat berfungsi sebagai target jumlah
wisatawan untuk berkunjung ke kawasan pesisir Kabupaten Alor. Namun, jumlah wisatawan
yang berada di kawasan ini tidak boleh melebihi kapasitas daya tampungnya tersebut, agar
tidak menganggu keseimbangan ekosistem yang berada di kawasan ini, sehingga
permintaan ekowisata di kawasan ini dapat berkelanjutan.

Sedangkan dari segi sosial, perlu dilakukan kajian bagaimana dukungan masyarakat
terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini, baik dari masyarakat setempat maupun
masyarakat dalam arti luas, yaitu stakeholder yang terdiri dari para pelaku usaha, instansi
pemerintah dan lembaga non pemerintah serta akademisi. Hal ini karena dukungan
stakeholder sangat berpengaruh bagi prospek pengembangan ekowisata yang
berkelanjutan, agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi berbagai pihak.

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan


ekowisata di kawasan pesisir Kabupaten Alor adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai
peluang kegiatan ekowisata bahari di Kabupaten Alor?
2. Bagaimana memperkirakan daya tampung wisatawan sebagai kondisi supply bagi
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Alor?
3. Bagaimana keterlibatan dan peran stakeholder dalam mendukung pengembangan
ekowisata bahari di Kabupaten Alor?
4. Bagaimana rumusan straegi pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Alor?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
 Mengkaji indeks kesesuaian potensi untuk pengembangan ekowisata bahari di
Kabupaten Alor.
 Mengkaji daya dukung kawasan (DDK) untuk pengembangan ekowisata bahari di
Kabupaten Alor
 Untuk mengkaji peran dan kepentingan stakeholder dalam pengembangan ekowisata
bahari
 Merumuskan strategi pengembangan ekowisata bahari berbasis daya dukung lingkungan
di Kabupaten Alor

2. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, dalam pola pemanfaatan ruang laut bagi tata ruang wilayah pesisir (RTRW
Pesisir) Kabupaten Alor dan memberikan gambaran terkait pengembangan kawasan
pariwisata bahari yang optimal, serta memenuhi kriteria ekologis dan sosial.

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

II. METODE PENELITIAN

II.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Juli-
September 2021. Lokasi penelitian berada di Kawasan Pesisir di Kabupaten Alor, Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Titik pengambilan data ditentukan dengan teknik purposive
sampling (titik sampling yang ditentukan berdasarkan tujuan penelitian) pada daerah yang
memungkinkan untuk melakukan studi mendalam mengenai kajian potensi pengembangan
ekowisata bahari di Kabupaten Alor.

II.2 Analisis Kesesuaian Kawasan Potensi Ekowisata Bahari

Analisis terhadap kesesuaian kawasan ini ditujukan untuk kegiatan wisata bahari
berbasis ekologi. Kegiatan wisata bahari berbasis ekologi yang akan dikembangkan
hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukanya sehingga kawasan
tersebut harus memiliki persyaratan sumberdaya dan lingkunga yang akan dikembangkan.
Dalam penentuan parameter, pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan hasil studi
empiris dan justifikasi para ahli yang berkompeten dibidang wisata bahari. Langkah awal
yang perlu dilakukan adalah membangun sebuah matriks kriteria kesesuaian pemanfaatan
untuk mempermudah pembobotan (weighting) dan pengharkatan (scoring) yang di
dalamnya berisi informasi parameter, bobot, kategori kelas kesesuaian dan skor.
Nilai indeks kesesuaian wisata bahari dibagi menjadi empat kategori (Yulianda et al,
2010) yaitu; S1 (Sangat sesuai) dengan nilai 75%-100%, S2 (Sesuai) dengan nilai IKW 50%-
<75%, Kategori TS (S3 & N) dengan nilai IKW <50%.

 Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Snorkeling

Analisis matriks kesesuaian kawasan untuk ekowisata bahari kegiatan wisata


snorkeling digunakan 7 (tujuh) parameter dan 4 (empat) kategori penilaian. Parameter
kesesuaian untuk wisata snorkeling yakni kecerahan perairan, tutupan karang, jumlah

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman karang, lebar hamparan karang
(Yulianda et al, 2010). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks kesesuaian kawasan untuk ekowisata bahari kategori snorkeling
Kategori Kategori Kategori
No Parameter Bobot Skor Skor Skor N Skor
S1 S2 S3
Kecerahan
1 5 100 3 80-<100 2 20-<50 1 <20 0
Perairan (%)
Tutupan Karang
2 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0
(%)
Jumlah
3 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0
Lifeform
Jenis Ikan
4 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 <10 0
Karang
Kec. Arus
5 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0
(cm/dtk)
Kedalaman
6 1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 <1 0
karang (m)
1
Lebar hamparan
7 >500 3 >100-500 2 20-100 1 <20 0
karang (m)

Sumber : Yulianda et al. (2010)

Keterangan :
Nilai Maksimum = 57
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW : <50 %

 Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Selam (Diving)

Kesesuaian wisata selam mempertimbangkan 6 parameter dengan empat klasifikasi


penilaian. Parameter tersebut meliputi kecerahan perairan, tutupan komunitas karang,
jumlah lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang (Yulianda
et al, 2010) seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kesesuaian kawasan untuk kategori selam (diving)
Kategori Kategori Kategori
No Parameter Bobot Skor Skor Skor N Skor
S1 S2 S3
Kecerahan
1 5 >80 3 50-80 2 20-<50 1 <20 0
Perairan (%)
Tutupan
2 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0
Karang (%)
Jumlah
3 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0
Lifeform
Jenis Ikan
4 3 >100 3 50-100 2 20-50 1 <20 0
Karang
Kedalaman
5 1 6-15 3 15-20 2 >20-30 1 >30 0
karang (m)
6 Arus (cm/dt) 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0
Sumber : Yulianda et al. (2010)

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Keterangan :
Nilai Maksimum = 54
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW : <50 %

 Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Pantai

Kesesuaian wisata pantai mempertimbangkan 10 parameter penilaian. meliputi


Tipe pantai, Lebar Pantai, Kedalaman Perairan, Material dasar perairan, kecepatan arus,
Kemiringan pantai, Kecerahan perairan, Pasang surut, Penutupan lahan pantai, Biota
berbahaya, dan Kesediaan air tawar. (Yulianda et al, 2010) Tabel 3.
Tabel 3. Kesesuaian wisata bahari kategori pantai
Kategori Kategori Kategori
No Parameter Bobot Skor Skor Skor N Skor
S1 S2 S3
Kedalaman
1 5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 <10 0
Perairan (m)
Pasir
Pasir
hitam, Lumpur,
Pasir Putih,
2 Tipe Pantai 5 3 2 berkarang, 1 Berbatu, 0
Putih Sedikit
sedikit Terjal
Karang
terjal
Lebar Pantai
3 5 >15 3 <10-15 2 3-<10 1 <3 0
(m)
Material
Karang Pasir
4 Dasar 3 Pasir 3 2 1 Lumpur 0
Berpasir Berlumpur
Perairan
Kecepatan 0,17-
5 3 0-0,17 3 2 0,34-0,51 1 >0,51 0
Arus (m/det) 0,34
Kemiringan
6 3 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0
Pantai (0)
Kecerahan
7 1 >10 3 >5-10 2 3-5 1 <2 0
Perairan
Semak Hutan
Kelapa,
Penutupan belukar, Belukar Bakau,
8 1 Lahan 3 2 1 0
lahan pantai rendah, tinggi Pemukiman,
Terbuka
savana Pelabuhan,
Bulu Babi,
Biota Tidak Bulu Bulu Babi,
9 1 3 2 1 Ikan Pari, 0
Berbahaya Ada Babi Ikan Pari
Hiu
Ketersediaan
10 1 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2 1 >2 0
Air Tawar
Sumber : Yulianda et al. (2010)

Keterangan :
Nilai Maksimum = 90
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori S3 : Sesuai bersyarat nilai IKW : <50 %

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Kategori N :Tidak sesuai dengan nilai IKW : <50 %

 Indeks Kesesuaian Wisata

Indeks kesesuaian wisata (IKW) merupakan kelanjutan dari analisis matriks


kesesuaian wisata selam, wisata snorkeling dan wisata pantai. Estimasi yang digunakan
untuk kesesuaian wisata bahari (Yulianda et al, 2010) melalui persamaan dibawah ini :

IKW= Ʃ[Ni/Nmaks] x 100 %

Dimana :
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
Ni : Nilai Parameter Ke-1 (bobot x skor)
Nmaks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Nilai Indeks Kesesuaian IKW adalah sebagai berikut :


Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW : <50 %

Berdasarkan parameter-parameter tersebut di atas maka disusun kesesuaian kelas


pada matriks tersebut menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu kawasan tertentu.
Hasil yang diperoleh dari analisis kesesuaian kawasan serta daya dukungnya maka langkah
selanjutnya dilakukan pemetaan secara spasial untuk menunjukkan lokasi-lokasi yang sesuai
dengan arahan pengembangan kawasan wisata bahari, melalui pendekatan analisis spasial
(Sistem Informasi Geografis) dengan menggunakan software ArcGIS.

 Analisis Daya Dukung Kawasan

Analisis daya dukung (carring capasity) ditujukan untuk pengembangan wisata


bahari dengan memanfaatkan potensi kawasan sumber daya pesisir, pantai dan pulau-pulau
kecil. Menurut (Yulianda et al 2010) konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan
dua hal, yakni (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dan manusia,
dan (2) standar keahlian sumber daya alam.

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Metode yang dipakai dalam menghitung daya dukung untuk pengembangan


ekowisata bahari dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya dukung
kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung
dikawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam
dan manusia. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut (Yulianda et al.
2010).
DDK = K x Lp/LtxWt/Wp

Dimana :
DDK : Daya dukung kawasan (orang/hari)
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat di manfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap
Kegiatan

Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan
yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung harus
mempertimbangkan kemampuan alam untuk mentolerir pengunjung sehingga keaslian
tetap terjaga. Seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) dan
Prediksi waktu yang dibutukan untuk setiap kegiatan wisata bahari

Jenis Kegiatan K Lt Keterangan


Ʃ (org) Unit Area
Snorkeling 1 500 m2 Setiap 1 org dalam
100 m x 5 m
Diving 2 2000 m2 Setiap 2 orang dalam
100 m x 10 m
Wisata Pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m
panjang pantai

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari


di butuhkan WP Wt (Jam)
(Jam)
Snorkeling 3 6
Diving 2 8
Wisata Pantai 3 6
Sumber: Yulianda et al. 2010

Setelah diperoleh hasil kesesuaian kawasan serta daya dukungnya maka dilakukan
pemetaan secara spasial untuk menunjukkan lokasi-lokasi yang sesuai dengan arahan
pengembangan kawasan wisata bahari, di overlay melalui pendekatan analisis spasial
dengan menggunakan software ArcGIS.

 Analisis Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder

Analisis stakeholder merupakan suatu sistem untuk mengumpulkan informasi


mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan
menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan
terjadinya trade-off. Berdasarkan identifikasi stakeholder tersebut dilakukan analisis
kepentingan (importance) dan pengaruh (influence) masing-masing stakeholder dalam
kaitan dengan pengembangan wisata bahari. Kepentingan merujuk pada peran stakeholder
di dalam pencapaian output dan tujuan serta menjadi fokus pertimbangan terhadap
keputusan yang akan dibuat, sedangkan pengaruh merujuk pada kekuatan yang dimiliki
stakeholder yang teridentifikasi dari hasil analisis stakeholder. Kategori Stakaholder disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kategori Stakeholder

Stakeholder Subyek : Stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan


tinggi dan pengaruh rendah
Stakeholder Player : Stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan
tinggi dan pengaruh yang tinggi terhadap sebuah
fenomena

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Stakeholder Standar : Stakeholder yang memiliki kepentingan yang rendah


dan pengaruh rendah
Stakeholder Actor : Stakeholder yang memilikiu tingkat kepentingan
yang rendah dan pengaruh yang tinggi
Langkah selanjutnya untuk menentukan stakeholder mana saja yang bisa bekerja sama.
Kepentingan masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat keterlibatan, partisipasi dan
kontribusi. Untuk melihat tingkat kepentingan actor digunakan skala likert, dimana antara 1 sampai
5, dimana 5 = sangat tinggi, 4 = Tinggi, 3 = Cukup tinggi, 2 = kurang tinggi, 1 = rendah, sedangkan
pengaruh masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat pengaruhnya dalam proses penyusunan
kebijakan dan untuk penilaian tingkat pengaruh juga akan digunakan skala likert, yaitu dimana
antara 1 sampai 5, dimana, 5 = sangat kuat, 4 = kuat, 3 = cukup kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah.
Matriks pengaruh dan tingkat kepentingan masing-masing stakehoslder dapat di lihat pada gambar 1
di bawah ini

Gambar 1. Matriks pengaruh dan kepentingan Stakeholder

 Strategi Pengembangan Ekowisata Bahari

Metode yang digunakan untuk menentukan strategi pengembangan ekowisata


bahari di Kabupaten Alor dilakukan dengan pendekatan A’WOT yang merupakan gabungan

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

antara AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan analisis SWOT (strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Metode AHP diperlukan untuk memperoleh pendapat para pakar
yang memahami objek penelitian sehingga diperoleh suatu arahan yang tepat berdasarkan
pertimbangannya. Sedangkan analisis SWOT adalah untuk mendukung keputusan strategis
berdasarkan empat komponen, yaitu kekuatan (strength), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threat). Tujuan menerapkan AHP dan SWOT (A’WOT) adalah
untuk mengembangkan dan mengadopsi strategi yang cocok di antara ke empat faktor
tersebut, dimana SWOT memberikan kerangka dasar untuk melakukan analisis situasi
keputusan dan AHP membantu dalam menerapkan SWOT secara analitis (Kangas et a.
2001).

 Rekapitulasi/Rancangan Biaya

Rancangan Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian terkait kajian potensi
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Alor dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi/Rancangan Biaya
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Volume
Satuan (Rp)
I BIAYA LANGSUNG PERSONEL        
1 Ketua Tim OB 3 10.000.000 30000000
2 Anggota Tim OB 3 8.000.000 24000000
3 Teknisi OB 3 6.000.000 18000000
4 Enumerator Pesisir OB 3 5.000.000 15000000
5 Enumerator GIS OB 3 5.000.000 15000000
  Jumlah Sub I 102000000
II          
1 Sewa Alat Penelitian Ls 1 20.000.000 20000000
2 Belanja Bahan Penelitian Ls 1 20.000.000 20000000
3 Transportasi Ls 1 15.000.000 15000000
4 Akomodasi Ls 1 15.000.000 15000000
5 Seminar dan Workshop Ls 1 10.000.000 10000000
6 Pelaporan Hasil Penelitian Ls 1 10.000.000 10000000
  Jumlah Sub II 90000000
  Jumlah Total (I + II) 192000000

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

Dana yang dibutuhkan untuk kajian pengembangan ekowisata bahari adalah sebesar
Rp.192.000.000,- (Seratus Sembilan Puluh Dua Juta Rupiah).

III. PENUTUP

Dalam rangka mewujutkan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Alor,


maka perlu adannya upaya pemerintah daerah memfasilitasi kegiatan penelitian ini dan
sebagai upaya pengembangan usaha dimaksud tersebut, membutuhkan biaya yang kirannya
dapat didukung melalui kebijakan anggaran dari Pemerintah Daerah pada tahun anggaran
2022.
Demikian proposal ini dibuat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Alor, yang sejatinya mampu menjadi
primadona dalam pembangunan Ekonomi dan kesejahteraan rakyat Alor.

Kalabahi, 28 Januari 2021

Rektor Untrib Kalabahi,

ALVONSO F. GORANG,Sos,M.M
NIDN. 0815087801

11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Alor, 2012. Kabupaten Alor dalam Angka Tahun 2012. BPS Kabupaten Alor.
Kalabahi.

[Bappeda NTT] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTT. 2000. Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dahuri R, Rais J, Ginting, SP, Sitepu MJ. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Jakarta (ID) : Pradnya Paramita.

Daniel TC, Bostes RS. 1976. Measuring Lanscape Esthetic: The Scenic Beauty
Estimation Method. USDA Forest Service.tourism Planning. 2 Edition. The Nature
Conservancy, Arlington. Virginia, USA.

Lindberg K, Hawkins DE, editors. 2003. Ekoturisme. Petunjuk untuk Perencanaan dan
Pengelola. Penerjemah: Private Agencies Collaborating Together (PACT) dan Yayasan
Alami Mitra Indonesia. Terjemahan dari: Ecotourism. A Guide For Planners and
Managers. North Bennington :The Ecotourism Society.

Reksohadiprodjo S, Brodjonegoro ABP. 1992. Ekonomi Lingkungan: Suatu Pengantar.


Yogyakarta: BPEE.

The International Ecoturism Society (TIES). 2001. Regional Prefactory Conference For World
Ecotourism Summit. Belize : Belize-City.

Western D. 2001. Memberi Batasan tentang Ekoturisme. Ekoturisme: Petunjuk untuk


Perencanaan dan Pengelola. Di dalam: Lindberg K, Hawkins DE, editors. 1993.
Ecotourism. A Guide For Planners and Managers. North Bennington: The Ecotourism
Society. Penerjemah: Private Agencies Collaborating Together (PACT) dan Yayasan
Alami Mitra Indonesia.

Wilson J.R & Green.A. 2009. Metode Pemantauan Biologi untuk Menilai Kesehatan Terumbu
Karang dan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia
(terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia Marine Program No 1/09. 46 hal

Yulianda F. Fahrudin A, Hutabarat, Armin A, Harteti Sri, Kusharjani, Kang Ho Sang. 2010.
Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Book 3. Pusdiklat Kehutanan-
Departemen Kehutanan RI-SECEM- Korea International Coorporation Agency. Bogor.
Jawa Barat.

11

Anda mungkin juga menyukai