Alor
PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
maka pembangunan pariwisata di Kabupaten Alor diharapkan dapat menjadi salah satu
andalan sumber pendapatan daerah.
Secara umum, aktivitas pariwisata yang dikembangkan dewasa ini hanya berorientasi
pada aspek ekonomi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup. Hal ini
menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya alam, sehingga kegiatan tersebut
menimbulkan dampak terjadinya kerusakan sumberdaya alam. Demikian juga yang terjadi
di Kabupaten Alor, dimana seiring dengan pesatnya industri pariwisata yang dibangun di
daerah tersebut, dikhawatirkan akan banyak kawasan pesisir yang mengalami tekanan
ekologis yang semakin kompleks, baik berupa pencemaran, over eksploitasi sumberdaya
alam, degradasi keanekaragaman hayati maupun degradasi fisik habitat pesisir. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk pengelolaan pariwisata berkelanjutan di daerah ini
adalah melalui pengembangan kawasan wisata yang ditujukan bagi pemanfaatan yang tidak
bersifat eksploitatif, yaitu berkonsep ekowisata.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
cenderung pada pariwisata minat khusus dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Jadi,
ekowisata merupakan sebuah konsep pariwisata yang menggabungkan suatu komitmen
yang bertanggungjawab terhadap alam, ekonomi dan sosial.
Dari segi potensi sumberdaya, kawasan pesisir Kabupaten Alor memiliki pantai
berpasir putih, ekosistem mangrove dan terumbu karang serta gugusan pulaupulau kecil.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Potensi ini dimiliki oleh masing-masing lokasi dengan kondisi yang berbeda-beda, oleh
karena itu perlu diketahui bagaimana kondisi potensi sumberdaya alam di kawasan ini agar
dapat menentukan kegiatan ekowisata yang sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang
dimiliki oleh masing-masing lokasi. Pemilihan lokasi wisata yang sesuai dengan aktivitas
wisatawan akan berpengaruh pada tingkat kepuasan dan tingkat kunjungan wisatawan.
Pemilihan lokasi yang kurang sesuai dengan kegiatan wisatawan dapat menimbulkan
kekecewaan karena ternyata kondisi lokasi tidak seperti yang diharapkan oleh wisatawan,
yang pada akhirnya akan menurunkan intensitas kunjungan wisatawan.
Dari segi ekonomi, perlu dikaji bagaimana permintaan wisatawan di kawasan ini,
agar dapat diketahui nilai ekonomi pemanfaatan ekowisata di kawasan ini. Potensi alami di
kawasan ini dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dikelola dengan baik. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperkirakan daya tampung wisatawan di
kawasan pesisir di Kabupaten Alor, termasuk di pulau-pulau kecilnya. Jumlah daya tampung
wisatawan tersebut merupakan kondisi supply yang dapat berfungsi sebagai target jumlah
wisatawan untuk berkunjung ke kawasan pesisir Kabupaten Alor. Namun, jumlah wisatawan
yang berada di kawasan ini tidak boleh melebihi kapasitas daya tampungnya tersebut, agar
tidak menganggu keseimbangan ekosistem yang berada di kawasan ini, sehingga
permintaan ekowisata di kawasan ini dapat berkelanjutan.
Sedangkan dari segi sosial, perlu dilakukan kajian bagaimana dukungan masyarakat
terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini, baik dari masyarakat setempat maupun
masyarakat dalam arti luas, yaitu stakeholder yang terdiri dari para pelaku usaha, instansi
pemerintah dan lembaga non pemerintah serta akademisi. Hal ini karena dukungan
stakeholder sangat berpengaruh bagi prospek pengembangan ekowisata yang
berkelanjutan, agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi berbagai pihak.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
2. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, dalam pola pemanfaatan ruang laut bagi tata ruang wilayah pesisir (RTRW
Pesisir) Kabupaten Alor dan memberikan gambaran terkait pengembangan kawasan
pariwisata bahari yang optimal, serta memenuhi kriteria ekologis dan sosial.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Analisis terhadap kesesuaian kawasan ini ditujukan untuk kegiatan wisata bahari
berbasis ekologi. Kegiatan wisata bahari berbasis ekologi yang akan dikembangkan
hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukanya sehingga kawasan
tersebut harus memiliki persyaratan sumberdaya dan lingkunga yang akan dikembangkan.
Dalam penentuan parameter, pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan hasil studi
empiris dan justifikasi para ahli yang berkompeten dibidang wisata bahari. Langkah awal
yang perlu dilakukan adalah membangun sebuah matriks kriteria kesesuaian pemanfaatan
untuk mempermudah pembobotan (weighting) dan pengharkatan (scoring) yang di
dalamnya berisi informasi parameter, bobot, kategori kelas kesesuaian dan skor.
Nilai indeks kesesuaian wisata bahari dibagi menjadi empat kategori (Yulianda et al,
2010) yaitu; S1 (Sangat sesuai) dengan nilai 75%-100%, S2 (Sesuai) dengan nilai IKW 50%-
<75%, Kategori TS (S3 & N) dengan nilai IKW <50%.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman karang, lebar hamparan karang
(Yulianda et al, 2010). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks kesesuaian kawasan untuk ekowisata bahari kategori snorkeling
Kategori Kategori Kategori
No Parameter Bobot Skor Skor Skor N Skor
S1 S2 S3
Kecerahan
1 5 100 3 80-<100 2 20-<50 1 <20 0
Perairan (%)
Tutupan Karang
2 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0
(%)
Jumlah
3 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0
Lifeform
Jenis Ikan
4 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 <10 0
Karang
Kec. Arus
5 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0
(cm/dtk)
Kedalaman
6 1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 <1 0
karang (m)
1
Lebar hamparan
7 >500 3 >100-500 2 20-100 1 <20 0
karang (m)
Keterangan :
Nilai Maksimum = 57
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW : <50 %
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Keterangan :
Nilai Maksimum = 54
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW : <50 %
Keterangan :
Nilai Maksimum = 90
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100%
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - <75%
Kategori S3 : Sesuai bersyarat nilai IKW : <50 %
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Dimana :
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
Ni : Nilai Parameter Ke-1 (bobot x skor)
Nmaks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Dimana :
DDK : Daya dukung kawasan (orang/hari)
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat di manfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap
Kegiatan
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan
yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung harus
mempertimbangkan kemampuan alam untuk mentolerir pengunjung sehingga keaslian
tetap terjaga. Seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) dan
Prediksi waktu yang dibutukan untuk setiap kegiatan wisata bahari
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Setelah diperoleh hasil kesesuaian kawasan serta daya dukungnya maka dilakukan
pemetaan secara spasial untuk menunjukkan lokasi-lokasi yang sesuai dengan arahan
pengembangan kawasan wisata bahari, di overlay melalui pendekatan analisis spasial
dengan menggunakan software ArcGIS.
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
antara AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan analisis SWOT (strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Metode AHP diperlukan untuk memperoleh pendapat para pakar
yang memahami objek penelitian sehingga diperoleh suatu arahan yang tepat berdasarkan
pertimbangannya. Sedangkan analisis SWOT adalah untuk mendukung keputusan strategis
berdasarkan empat komponen, yaitu kekuatan (strength), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threat). Tujuan menerapkan AHP dan SWOT (A’WOT) adalah
untuk mengembangkan dan mengadopsi strategi yang cocok di antara ke empat faktor
tersebut, dimana SWOT memberikan kerangka dasar untuk melakukan analisis situasi
keputusan dan AHP membantu dalam menerapkan SWOT secara analitis (Kangas et a.
2001).
Rekapitulasi/Rancangan Biaya
Rancangan Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian terkait kajian potensi
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Alor dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi/Rancangan Biaya
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Volume
Satuan (Rp)
I BIAYA LANGSUNG PERSONEL
1 Ketua Tim OB 3 10.000.000 30000000
2 Anggota Tim OB 3 8.000.000 24000000
3 Teknisi OB 3 6.000.000 18000000
4 Enumerator Pesisir OB 3 5.000.000 15000000
5 Enumerator GIS OB 3 5.000.000 15000000
Jumlah Sub I 102000000
II
1 Sewa Alat Penelitian Ls 1 20.000.000 20000000
2 Belanja Bahan Penelitian Ls 1 20.000.000 20000000
3 Transportasi Ls 1 15.000.000 15000000
4 Akomodasi Ls 1 15.000.000 15000000
5 Seminar dan Workshop Ls 1 10.000.000 10000000
6 Pelaporan Hasil Penelitian Ls 1 10.000.000 10000000
Jumlah Sub II 90000000
Jumlah Total (I + II) 192000000
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
Dana yang dibutuhkan untuk kajian pengembangan ekowisata bahari adalah sebesar
Rp.192.000.000,- (Seratus Sembilan Puluh Dua Juta Rupiah).
III. PENUTUP
ALVONSO F. GORANG,Sos,M.M
NIDN. 0815087801
11
Proposal Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kab. Alor
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Alor, 2012. Kabupaten Alor dalam Angka Tahun 2012. BPS Kabupaten Alor.
Kalabahi.
[Bappeda NTT] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTT. 2000. Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Dahuri R, Rais J, Ginting, SP, Sitepu MJ. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Jakarta (ID) : Pradnya Paramita.
Daniel TC, Bostes RS. 1976. Measuring Lanscape Esthetic: The Scenic Beauty
Estimation Method. USDA Forest Service.tourism Planning. 2 Edition. The Nature
Conservancy, Arlington. Virginia, USA.
Lindberg K, Hawkins DE, editors. 2003. Ekoturisme. Petunjuk untuk Perencanaan dan
Pengelola. Penerjemah: Private Agencies Collaborating Together (PACT) dan Yayasan
Alami Mitra Indonesia. Terjemahan dari: Ecotourism. A Guide For Planners and
Managers. North Bennington :The Ecotourism Society.
The International Ecoturism Society (TIES). 2001. Regional Prefactory Conference For World
Ecotourism Summit. Belize : Belize-City.
Wilson J.R & Green.A. 2009. Metode Pemantauan Biologi untuk Menilai Kesehatan Terumbu
Karang dan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia
(terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia Marine Program No 1/09. 46 hal
Yulianda F. Fahrudin A, Hutabarat, Armin A, Harteti Sri, Kusharjani, Kang Ho Sang. 2010.
Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Book 3. Pusdiklat Kehutanan-
Departemen Kehutanan RI-SECEM- Korea International Coorporation Agency. Bogor.
Jawa Barat.
11