Anda di halaman 1dari 23

SKEMA PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR

DARI PERSPEKTIF PEMERINTAH

NAMA: DERLIN HAUTEAS

NIM : 1813020013

KELAS: A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS

NUSA CENDANA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun


1990 pasal 1 (5) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidangnya. Pada dasarnya Indonesia
umumnya memiliki kekayaan bahari yang ber- limpah, yang mencakup
kehidupan sekitar 28 ribu species flora,
350 species fauna, 110 ribu species mikroba, serta sekitar 600 species
terumbu karang. Keanekaragaman terumbu karang di In- donesia
mencapai 600 species dari 400 genera, jauh lebih kaya dari yang
dikandung Laut Merah yang hanya memiliki 40 species. Laut Indonesia
memiliki ratusan titik harta karun. Benda-benda ber- harga itu berasal dari
muatan kapal yang tenggelam. Bagi Indone- sia wilayah pesisir memiliki
arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat
dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan
yang sangat kaya. Kekayaan sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik
bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai
instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Wilayah pesisir memiliki potensi lain berupa keunikan dan
keindahan alam yang dapat menjadi daya tarik wisata sehingga ak- tivitas
pariwisata pun dapat dikembangkan dan menghasilkan dam- pak positif
dengan ikut meningkatkan perekonomian kawasan. Pengembangan
pariwisata pesisir sendiri pada dasarnya difokus- kan pada pemandangan,
karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik
masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing – masing
daerah. Reaksi atas pengembangan pariwisata ini dapat berupa
implikasi negatif berupa terdegradasinya lingkungan akibat eksploitasi
sumber daya untuk aktivi- tas pariwisata, sehingga diperlukan pengelolaan
dan pengem- bangan pariwisata bahari yang berkelanjutan yang
memperhatikan kebutuhan generasi saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang
akan datang. Pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan juga dapat
mem- berikan implikasi positif bagi kelestarian lingkungan pesisir.

1.2 Tujuan penulisan

Untuk mengetahui Skema pengembangan pariwisata pesisir dari per- spektif


pemerintah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PARIWISATA PESISIR BERKELANJUTAN

Konsep pariwisata pesisir berkelanjutan (sustainable coastal tour- ism)


adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun
daerah tujuan wisata pada masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong
kesempatan serupa dimasa yang akan datang. Pari- wisata berkelanjutan
mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga
kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara
integritas kultural, proses ekologi es- sensial keanekaragaman hayati dan
sistem pendukung kehidupan (WTO 1980).

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: Km.


67/Um.001/Mkp/2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pari- wisata
menyatakan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan ada- lah
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di
daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan
pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata
berkelanjutan dicitrakan menjadi pa- tokan dalam pengaturan sumberdaya
sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika tercapai, dengan tetap
menjaga integritas budaya proses-proses dan keanekaragaman hayati.
Selanjutnya pariwisata berkelanjutan dapat dicapai bila pertumbuhan yang
selaras antara ekologi, ekonomi dan sosial serta instansi-instansi yang terkait.

Commonwealth Coastal Action Program (1997) menyatakan bahwa


pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable coastal tourism)
adalah pengembangan pariwisata yang memper- hatikan wilayah konservasi
dan perubahan komunitas ekologi yang ditimbulkannya, meliputi perlindungan
terhadap satwa liar dan menjaga
kualitas kehidupan yang ada di lingkungan tersebut untuk generasi
yang akan datang. Jadi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sangat
erat kaitannya dengan keramahan lingkungan di sekitarnya.

Prinsip-Prinsip Pariwisata Pesisir Berkelanjutan

1. Prinsip Keseimbangan
Pengelolaan pariwisata harus didasarkan pada komitmen pola
keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial budaya dan
konservasi.
2. Prinsip Partisipasi
Masyarakat Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan usaha
pariwisata.
3. Prinsip Konservasi
Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap
pelestarian lingkungan (alam dan budaya). Pengembangan ha- rus
diselenggarakan secara bertanggung jawab dan mengikuti kaidah-
kaidah ekologi serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya
dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
4. Prinsip Keterpaduan
Pengelolaan memperhatikan kondisi ekosistem dan disinerjikan dengan
pembangunan berbagai sektor.
5. Prinsip Penegakan Hukum
Pengelolaan pariwisata harus dikembangkan sesuai dengan aturan-
aturan yang ada,serta dilaksanakan dengan penegakan hukum maupun
peraturan yang berlaku untuk menjamin kepas- tian hukum dalam
pengelolaan pariwisata.
2.2 INDIKATOR PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR BERKE-
LANJUTAN

INDIKATOR KETERANGAN
(SUSTAINABLE COASTAL
TOURISM (SCT)
1. Konservasi kawasan yang • Mengelola sumber daya
mampu melindungi dan memeliha- ra perikanan dan kelautan tanpa
ekosistem wisata pesisir merusak atau mem- bahayakan
ekosistem
• Melestarikan hutan man-
grove sebagai sabuk hijau
untuk mencegah abrasi
• Mengelola kualitas dan
kuantitas air yang baik yang
kawasan pesisir dapat
mempertahankan jumlah dan
jenis biota perairan
• Keterlibatan pemerintah,
swasta dan masyarakat da- lam
pengelolaan sumber
daya kawasan pesisir
2. Pemberdayaan masyarakat ter- • Mengembangkan dan men-
hadap kontribusi ekonomi ciptakan lapangan peker- jaan
masyarakat pesisir melalui pem- sesuai potensi pesisir yang
anfaatan potensi wisata pesisir mampu memberikan
penghasilan yang kontinyu
(tidak musiman)
• Mendorong berkem- bangnya
usaha perdagangan dan jasa
pen-
dukung aktivitas wisata
pesisir lainnya
• Membantu peningkatan
pengetahuan dan ketrampi- lan
masyarakat seperti pelatihan
untuk mem- berdayakan
masyarakat da- lam
pemanfaatan wisata pesisir
• Menanamkan kesadaran
masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan pesisir
• Mengembangkan atraksi
budaya setempat sebagai
daya tarik wisata
• Melestarikan nilai-nilai
adat/tradisi masyarakat
pesisir

3. Peningkatan jumlah pengunjung • Keindahan panorama pesisir


dilokasi wisata pesisir pantai sebagai em- brio
atraksi wisata alam.
• Kondisi fisik pantai yang
menunjang kegiatan
pengunjung dalam ber-
wisata
• Terdapat fasilitas ekonomi
yang mendukung daya tarik
wisata
4. Kebudayaan masyarakat lokal • Terdapat kebudayaan
yang kuat dan berkesinambungan setempat yang dil-
sebagai daya tarik pengunjung. aksanakan secara berkala
sebagai daya tarik
pengunjung.
• Terdapat kehidupan khas
bernelayan.

2.3 PENGEMBANGAN PESISIR DARI PERSPEKTIF PEMERINTAH

1. Atraksi

Salah satu bentuk pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang


berkelanjutan adalah pendekatan pengembangan sarana dan prasarana.
Sehingga dalam pengembangan kawasan wisata pesisir dalam menunjang
atraksi yang ada harus tetap memerlukan sarana dan prasana guna
mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

2. Wisatawan

Untuk mendatangkan wisatawan pada kawasan wisata maka dibu- tuhkan


sarana dan prasaran yang menunjang aktifitas berwisata pada wisatawan.

3. Aksesibilitas dan Transportasi

Kondisi aksesibitas Pantai mendukung pariwisata yang ada untuk


menciptakan sebuah lokasi wiata yang berkelanjutan diperlukan
aksesibilitas yang terjaga dengan baik kondisinya. salah satu cara untuk
mengatasi permasalah ini adalah dengan mengaplikasi kon- sep carrying
capacity yang di ambil dari teori teori pemanfaatan lingkungan alam secara
berkelanjutan yaitu dengan:

• Menentukan jumlah perahu yang ideal agar tidak melebihi daya


tampung perairan pariwisata bahari
• Mengatur dan memanfaatkan akses jalan umum sebaiknya tanpa
merugikan pihak lain.
• Menentukan daya tampung parkir yang dapat di toleransi.
• Manajemen aksesibilitas tidak boleh di tentukan oleh salah satu
pihak, pemerintah yang berhak mengatur dan membuat peraturan.

4. Promosi dan Informasi

Media promosi dan informasi merupakan salah satu elemen yang


diperlukan untuk menunjang keberlanjutan sebuah lokasi wisata.

5. Pelayanan

fasilitas-fasilitas yang memberikan rasa nyaman kepada wisatawan.


Fasilitas yang ada yaitu:

• Fasilitas utama wisata bahari seperti usaha-usaha tirta, ke-


lompok nelayan, persatuan pencinta olahraga pantai, live guard,
non government organization, yang semua ini ber- peran aktif
dalam kegiatan pariwisata bahari.
• Fasilitas umum (public facilty) dalam penelitian ini seperti:
kamar mandi umum, ruang ganti dan shower, tempat sam- pah,
parkir, alat komunikasi, papan- papan informasi dan
pengaturan.
• Fasilitas penunjang wisata bahari yaitu usaha-usaha yang
menawarkan produk ataupun jasa non wisata bahari yang ada di
sekitaran pantai seperti: Hotel, restoran, bar, mini market, art
shop, jasa pijat, warung-warung non permanen dan pedagang kaki
lima.
BAB III
KESIMPULAN
Strategi pengembangan pesisir dari perspektif pemerintah adalah
Sustainable Coastal Tourism yang merupakan kon- sep
pengembangan pariwisata yang yang dapat memenuhi kebutuhan
wisatawan maupun daerah tujuan wisata pada masa kini, sekaligus
melindungi dan mendorong kesempatan serupa dimasa yang akan
datang dengan memanfaatkan po- tensi kawasan pesisir yang
memiliki karakteristik yang unik dan sumber daya alam yang
berlimpah. Pengembangan wisata pesisir yang berkelanjutan
membutuhkan partisipasi dari beberapa stakeholder, baik itu
masyarakat, pihak swasta ataupun lembaga masyarakat. Juga
dengan berbagai indikator dalam pengembangan wilayah pesisir.
DAFTAR PUSTAKA

Mudana, I. Wayan. "KOLABORASI MASYARAKAT EKONOMI,


POLITIK, DAN SIPIL DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI
UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR DI BA-
LI." Jurnal Candra Sangkala 1.2 (2020).

Zahra, Hanifah Suhailah. EVALUASI PENGELOLAAN WISATA DI


PANTAI ALAM INDAH KOTA TEGAL DILIHAT DARI PERSPEKTIF PEM-
BANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Diss. Fakultas Teknik
UNISSULA, 2018.

Siswanto, Aries Dwi, and Wahyu Andy Nugraha. "IDENTIFIKASI


PERMASALAHAN DAN POTENSI PESISIR DALAM PERSPEKTIF
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI KABUPATEN BANGKALAN."

Purnadi, Purnadi. STRATEGI PEMERINTAH DESA DALAM


PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BERBASIS MASYARAKAT (COM-
MUNITY BASED TOURSM) STUDY WISATA HIU PAUS DESA
LABUHAN JAMBU KECAMATAN TARANO KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN 2018. Diss. Universitas Muhammadiyah Mataram, 2019.

Fahmi, Teuku, et al. "PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK


DESA (BUMDES) BERSAMA PADA KAWASAN WISATA BAHARI DA-
LAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PESISIR." (2019): 296-302.

Junaid, Ilham. "PERAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN


DESA WISATA: STUDI DI KAMPUNG NELAYAN, TANJUNG BINGA,
KABUPATEN BELITUNG." Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas
dan Perjalanan 4.2 (2020): 60-71.
DAYA TARIK PRODUK DALAM PENGEMBANGAN
PARIWISATA

NAMA: DERLIN HAUTEAS

NIM ; 1813020013

KELAS : A

MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN FAKULTAS KELAUTAN

DAN PERIKANAN UNIVERSITAS

NUSA CENDANA

2021
BAB I

PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Pariwisata Merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk


sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain
dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan
maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-
mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam
dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan
program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset
yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa
alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual
untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja
yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut
sebagai objek dan daya tarik wisata.

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan


bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang
merupakan bagian integral dari pembangunan jangka panjang nasional (pasal
8 ayat (1) dan (2)). Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tersebut
diatur dalam peraturan pemerintah atau peraturan daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota. Pasal 8 UU No. 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan PP No 50 tahun 2011. perlu direncanakan agar dapat memenuhi
tujuan dan sasaran pembangunan kepariwisataan perlu direncanakan agar dapat
memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan. Pembangunan kepariwisataan
jelas merupakan bagian dari pembangunan nasional yang utuh, pembangunan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang tak terbatas kepada
pembangunan fisik saja.
1.2 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana daya tarik produk dalam pengembangan


pariwisata
BAB
II

PEMBAHASA
N

2.1 konsep potensi pariwisata

Potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah tujuan
wisata, dan merupajan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke
tempat tersebut (Mariotti dalam Yoeti 1996:160-162). Sedangkan pengertian
potensi wisata menurut Sukardi (1998:67), potensi wisata adalah segala sesuatu
yang dimiliki oleh suatu daerah untuk daya tarik wisata dan berguna untuk
mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut.

Sukardi (1998), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai


potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan
berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Potensi
wisata menurut Pendit (1994) merupakan segala sesuatu yang didapat di daerah
tujuan wisata atau tourist resort. Daerah tujuan wisata adalah tempat yang
karena atraksinya, situasi alam hubungan lalu lintas dan fasilitas kepariwisataan
menyebutkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kunjungan wisatawan.
potensi wisata yang merupakan segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata dan memiliki atraksi wisata yang berguna untuk pengembangan daerah
tujuan wisata.

Sementara itu, Sujali (dalam Amdani, 2008) menyebutkan bahwa potensi


wisata sebagai kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan, seperti alam, manusia serta hasil karya
manusia itu sendiri.

Macam -macam Potensi Wisata

Potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1. Potensi Wisata Alam


Yang dimaksud dengan potensi wisata alam adalah keadaan, jenis flora dan
fauna suatu daerah, bentang alam seperti pantai, hutan, pegunungan dan lain-
lain (keadaan fisik suatu daerah).

2. Potensi Wisata Kebudayaan

Yang dimaksud dengan potensi wisata kebudayaan adalah semua hasil cipta,
rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenia,
peninggalan sejarah berupa bangunan (Contoh monumen).

3. Potensi Wisata Buatan Manusia

Potensi wisata manusia juga sebagai daya tarik wisata berupa, pementasan
tarian, pementasan atau pertunjukan seni budaya suatu daerah.

2.2 konsep daya tarik wisata

Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,


keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Menurut Yoeti (1988), suatu daya tarik pada daerah tujuan wisata di samping
harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik,
yaitu: sesuatu yang bisa dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan
(something to do), sesuatu yang bisa dibeli (something to buy). Dengan
perkembangan pariwisata yang makin luas, maka syarat tersebut masih perlu
ditambah, antara lain: sesuatu yang dapat dinikmati, yaitu hal – hal yang
memenuhi selera dan cita rasa wisatawan dalam arti luas, dan sesuatu yang
berkesan, sehingga mampu menahan wisatawan tinggal lebih lama atau
merangsang kunjungan ulang. daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki
nilai konsumtif bagi wisatawan dan memiliki keunikan untuk dinikmati sebagai
daerah yang patut untuk dikunjungi.
Menurut Cooper pada Febrina (2015), daya tarik wisata harus mempunyai
empat komponen yaitu: Attraction (Atraksi), accessibilities (Aksesibilitas),
amenities (Amenitas atau fasilitas), dan ancillary service (jasa pendukung
pariwisata)”.

a. Atraksi wisata / data tarik Adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan
dapat membuat wisatawan terkesan yang berupa rasa puas, rasa
nyaman, dan rasa nikmat pada wisatawan yang melihatnya atau
melaksanakannya. Dalam hal ini dapat berupa daya tarik alam, budaya, dan
daya tarik buatan manusia.

b. Aksesibilitas (kemudahan) Sarana yang memberikan kemudahan


mencapai daerah tujuan wisata. Tempat tersebut mudah dijangkau,
sarana yang diperlukan wisatawan mudah ditemukan, misalnya transportasi
ke tempat tujuan, jalan yang akan dilewati aman atau nyaman. Hal
itu harus dipertimbangkan dengan mendalam karena itu sangat
membantu kemudahan wisata.

c. Amenitas Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti penginapan, restoran,


tempat hiburan, transportasi lokal, alat-alat transportasi, fasilitas
perbankan, fasilitas kesehatan dan lain-lain.

d. Ansilieri Aktifitas adalah jasa pendukung yang ada di destinasi wisata.


Jasa pendukung ini dapat berupa guide lokal, pijat, penyewaan alat dan lain
sebagainya Sedangkan menurut pendapat Yoeti (2002) Daya tarik atau
atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: atraksi alam
(landscape, pemandangan laut, pantai, iklim dan fitur geografis lain dari
tujuan), daya tarik budaya (sejarah dan cerita rakyat, agama, seni dan acara
khusus, festival), atraksi sosial (cara hidup, populasi penduduk, bahasa,
peluang untuk pertemuan sosial), dan daya tarik bangunan (bangunan,
arsitektur bersejarah dan modern, monumen, taman, kebun, marina).

2.3 konsep pengembangan


Menurut Paturusi (2001) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah
suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga
dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Selanjutnya
Suwantoro (1997) menjelaskan bahwa pengembangan bertujuan untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.

Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang


dinamis dan berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih tinggi dengan cara
melakukan penyesuaian dan koreksi berdasar pada hasil monitoring dan evaluasi
serta umpan balik implementasi rencana sebelumnya yang merupakan dasar
kebijaksanaan dan merupakan misi yang harus dikembangkan. Perencanaan dan
pengembangan pariwisata bukanlah system yang berdiri sendiri, melainkan terkait
erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara inter sektoral dan
inter regional.

Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya


dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling
menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung
lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995). Indonesia sebagai negara yang
sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri
pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri
yang berimbang. Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak hanya untuk
menambah devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga
diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan
lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Pariwisata dapat
menaikkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tujuan wisata tersebut
melalui keuntungan secara ekonomi, dengan cara mengembangkan fasilitas yang
mendukung dan menyediakan fasilitas rekreasi, wisatawan dan penduduk setempat
saling diuntungkan. Pengembangan
daerah wisata hendaknya memperlihatkan tingkatnya budaya, sejarah dan ekonomi
dari tujuan wisata.

Pariwisata bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga merupakan faktor
dalam menentukan lokasi industri dalam perkembangan daerah-daerah yang
miskin sumber-sumber alam sehingga perkembangan pariwisata adalah salah satu
cara untuk memajukan ekonomi di daerah-daerah yang kurang berkembang
tersebut sebagai akibat kurangnya sumber-sumber alam (Yoeti,
1997). Gunn (1988), mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang
harus dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan
(supply side). Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa keberhasilan dalam
pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat tergantung kepada
kemampuan perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara
berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata.

Menurut Robert (Toety, 1990). Kelincahan dalam berusaha harus dilakukan


agar pendapatan selama musim kedatangan wisatawan bisa menjadi penyeimbang
bagi musim sepi wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap
ekonomi ada dua ciri, pertama produk pariwisata tidak dapat disimpan, kedua
permintaanya sangat tergantung pada musim, berarti pada bulan tertentu ada
aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-bulan yang lain hanya ada sedikit
kegiatan.
BAB III

KESEMPULA

Macam -macam Potensi Wisata


1. Potensi Wisata Alam
Yang dimaksud dengan potensi wisata alam adalah keadaan, jenis flora dan
fauna suatu daerah, bentang alam seperti pantai, hutan, pegunungan dan lain-
lain (keadaan fisik suatu daerah).
2. Potensi Wisata Kebudayaan
Yang dimaksud dengan potensi wisata kebudayaan adalah semua hasil cipta,
rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenia,
peninggalan sejarah berupa bangunan (Contoh monumen).
3. Potensi Wisata Buatan Manusia
Potensi wisata manusia juga sebagai daya tarik wisata berupa, pementasan
tarian, pementasan atau pertunjukan seni budaya suatu daerah.
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Menurut Yoeti (1988), suatu daya tarik pada daerah tujuan wisata di samping
harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik,
yaitu: sesuatu yang bisa dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan
(something to do), sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).

Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang


dinamis dan berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih tinggi dengan cara
melakukan penyesuaian dan koreksi berdasar pada hasil monitoring dan evaluasi
serta umpan balik implementasi rencana sebelumnya yang merupakan dasar
kebijaksanaan dan merupakan misi yang harus dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Paturusi, Samsul. 2001. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata


(Kajian Pariwisata Program Pascasarjana). Denpasar: Universitas Udayana.

Anugrah, K., & Sudarmayasa, I. W. (2017). Pembangunan Pariwisata


Daerah Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Gorontalo. Jurnal
Master Pariwisata (Jumpa).

Triyono, J., Damiasih, D., & Sudiro, S. (2018). Pengaruh Daya Tarik dan
Promosi Wisata terhadap Kepuasaan Pengunjung Kampoeng Wisata di Desa
Melikan Kabupatean Klaten. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah, 12(01), 29-40.

Rizkianto, N., & Topowijono, T. (2018). Penerapan konsep community


based tourism dalam pengelolaan daya tarik wisata berkelanjutan (Studi pada Desa
Wisata Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek). Jurnal
Administrasi Bisnis, 58(1), 20-26.

Hermawan, H. (2017). Pengaruh daya tarik wisata, keselamatan, dan


sarana wisata terhadap kepuasan serta dampaknya terhadap loyalitas
wisatawan: studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran.
Media Wisata, 15(1).

Aulia, A. N., & Hakim, L. (2017). Pengembangan Potensi Ekowisata


Sungai Pekalen Atas, Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten
Probolinggo. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 5(3), 156-167

Anda mungkin juga menyukai