Anda di halaman 1dari 18

Tugas PKL

MINI RISET

PENGELOLAAN SAMPAH DI AIR TERJUN MORAMO


KOTA KENDARI

DISUSUN
KELOMPOK 3

NOVALIA WAROW (702523007)


HERLINDAH (702523008)
FERI NOVRIAL (702523009)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PASCASARJANA
PRODI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
2023
ABSTRAK
PENGELOLAAN SAMPAH DI AIR TERJUN MORAMO
KOTA KENDARI
Novalia Warow, Herlindah, Feri Novrial

Mini riset ini bertujuan untuk mengkaji sebaran dan volume sampah yang masuk di
kawasan wisata Air Terjun Moramo, mengevaluasi sistem pengelolaan sampah yang
telah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, dan mengkaji strategi pengelolaan di
kawasan wisata Air Terjun Moramo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode obervasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebaran sampah masih ada menumpuk di kawasan wisata Air Terjun Moramo,.
Sistem pengelolaan lingkungan hidup telah dinilai belum cukup efektif dan terlihat dari
belum terangkatnya sampah secara keseluruhan dalam satu hari ke tempat pembuangan
sampah. Petugas kebersihan setiap pagi memungut sampah sekali sehari. Ketersediaan
sarana dan prasarana persampahan yang masih sangat minim.
Kata Kunci : Air Terjun Moramo, Pengelolaan Sampah

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air terjun merupakan salah satu wisata alam yang menarik, Air Terjun
Moramo merupakan salah satu tempat wisata terkenal di Sulawesi Tenggara
dengan kondisi geologi yang unik karena tersusun oleh travertin yang masih
aktif terbentuk. Air terjun ini memiliki tujuh tingkatan utama yang terbagi
menjadi sekitar 34 tingkatan kecil dengan tinggi 0,3 – 3 meter.
Air terjun Moramo terdapat pada Kawasan Suaka Alam Suaka
Margasatwa tepatnya Tanjung Peropa di Desa Sumbersari Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan, dengan luas keseluruhan dari Alam Suaka ini
sekitar 38.937 hektar. Karena lokasinya tidak bisa dilalui kendaraan maka
pengunjung akan berjalan kaki dari lokasi kendaraan sepanjang 1.2 kilo meter
menuju Air Terjun Moramo. Air Terjun Moramo mempunyai keunikan air yang
bertingkat-tingkat, airnya yang sangat jernih dan pemandangan alam yang asri,
ditambah lagi tiket masuk yang sangat murah dengan tarif masuk Rp10.000,-
Minat terhadap destinasi berlibur yang berada di Kabupaten Konawe Selatan
dapat dilihat dari tingginya arus keluar masuk wisatawan lokal maupun asing.
Pariwisata telah terbukti dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
melalui peluang investasi, peluang kerja, peluang berusaha dan pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Martina, 2014). Pariwisata dapat
memberikan dampak positif pada bidang perekonomian, namun juga perlu
mendapat perhatian dalam upaya pengelolaan pariwisata disamping dampak
positif juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan
lingkungan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar diketahui bahwa
masyarakat mendapat dampak positif dengan adanya pengunjung wisata.
Dampak positif tersebut terlihat dalam bidang perekonomian. Beberapa
masyarakat menyediakan makanan dan minuman untuk dibeli para pengunjung.
Didapatkan potensi pencemaran lingkungan melalui penumpukkan
sampah yang terdapat di objek tersebut. Kesadaran pengunjung masih sangat

2
minim, ini terbukti adanya pengunjung yang membuang sampah sembarangan di
area air terjun bahkan di aliran sungai air terjun. Padahal masyarakat sudah
menyediakan tempat sampah diberbagai titik.
Volume sampah selalu meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
pelaku pariwisata maupun wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Pantai
Parangtritis. Timbulan sampah yang semakin hari semakin bertambah dan tidak
dapat terangkut setiap harinya, pada kenyataannya akan dibebankan kepada
pengelola yang bertanggung jawab akan kinerja pengelolaan sampah tersebut.
Kondisi ini diindikasikan dengan adanya anggapan bahwa kurang efektif dan
efisiennya sistem pengelolaan yang diterapkan oleh pihak pengelola, telah
mengakibatkan kondisi kawasan wisata Air Terjun Moramo menjadi kotor dan
menimbulkan gangguan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis stakeholder pengelolaan Pantai Nambo?
2. Bagaimana identifikasi para pihak yang berpengaruh dan berkepentingan
dalam pengelolaan Pantai Nambo?
3. Bagaimana identifikasi ekonomi masyarakat sekitar Pantai Nambo?
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis stakeholder pengelolaan Pantai Nambo
2. Untuk mengidentifikasi para pihak yang berpengaruh dan berkepentingan
dalam pengelolaan Pantai Nambo
3. Untuk mengidentifikasi ekonomi masyarakat sekitar Pantai Nambo

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pariwisata
Pariwisata di Indonesia menurut (Undang – Undang Republik Indonesia
No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan) pasal 1 (5) adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidangnya.
Indonesia kaya wisata bahari yang mempesona, keanekaragaman terumbu
karang bawah laut yang memikat wisatawan untuk berkunjung. Hal ini dapat
dilihat Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar.
Pembangunan pariwisata saat ini diarahkan kepada pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan. hal tersebut karena kebijakan pembangunan
pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan sumberdaya alam dan
penggunaan sumber daya manusia untuk jangka waktu panjang Sharpley (2000)

4
dalam Budiani, Sri Rahayu. Wahdaningrum, (2018). Negara Indonesia terdiri
dari berbagai macam ras, suku, bahasa dan budaya sehingga banyak negara-
negara tetangga yang ingin belajar dan mengenal lebih dekat bagaimana
pariwisata Indonesia. Beragam pariwisata yang ditawarkan mulai dari keindahan
alam dan budaya dari tiap-tiap daerah dari sabang sampai merauka seperti Bali
dan Lombok, Papua yang telah dikenal dunia karena pesona alamnya dan
budaya warga setempat.
Pariwisata di Indonesia semakin eksis dan berkembang. Suatu obyek
pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati
pengunjung, yaitu :
Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu
yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan
kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu
untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,
bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun
tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga
mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985:164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang
terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan
perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait
sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.
Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985:181),
mengatakan : Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang
sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan
yang beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain :

5
a. Perhubungan : jalan raya, pelabuhan udara dan laut, serta terminal.
b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih
c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, radio, televisi, dan kantor pos.
d. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun
pos- pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor
pemandu wisata. Dan lain-lain. (Yoeti, 1984:183).
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti,
1984:184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a. Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
b. Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau bus-bus yang
melayani khusus pariwisata saja. \
c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar
obyek wisata, dan
d. Toko- toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata.
Sultra Journal of Political Science 15 Yoeti, 1985:185-186 menerangkan bahwa
dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus
dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat
wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka
akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk
peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut
maupun pemerintah daerah.
2. Pantai Nambo
Pantai Nambo Momahe kini menjadi salah satu obyek wisata favorit bagi
warga kota Kendari. Letaknya yang tidak jauh dari Kota Kendari menjadikan
pantai ini jarang terlihat sepi apalagi pada saat hari libur. Bukan hanya warga
kota Kendari, wisatawan domestik bahkan mancanegara kerap berkunjung.
Pantai Nambo Momahe sebelum menjadi objek wisata seperti yang kita kenal

6
sekarang, awalnya bukan sebagai tempat permandian. Dulunya hanya sebagai
tempat menambat perahu bagi para nelayan usai melaut. Disekitar pantai hanya
ditumbuhi beberapa mangrove, pohon kelapa dan jambu mente yang merupakan
kebun warga.

Gambar 1. Pantai Nambo

Dibukanya Pantai Nambo sebagai tempat wisata tak lepas dari peran
H.Munir, seorang pengusaha lokal yang mencoba peruntungan dengan membeli
tanah masyarakat disekitar pantai Nambo, sekitar tahun 1994 dan saat itu diberi
nama Pantai Lemon Sari. Keinginan H. Munir berinvestasi di wilayah itu setelah
melihat ada potensi wisata di pantai Nambo dan berharap bila ditata akan
mendatangkan keuntungan. Setelah melakukan uji coba, ternyata naluri H.Munir
tak sia-sia, keberadaan tempat wisata tersebut mulai diperbincangkan banyak
orang, respon masyarakat yang datang berkunjung mulai terlihat.
Pantai Lemon Sari lambat laun mulai dikenal masyarakat, sehingga
Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari mulai melirik keberadaannya. Pada tahun
2000 Pemkot Kendari melakukan pembelian aset tanah seluas 7 Ha dari H.
Munir dimana lokasi Pantai Nambo berada. Pembelian aset tersebut dimotori
Jabar Hibali, Sekda Kota Kendari pada saat itu dimasa pemerintahan Abunawas,
Walikota Kendari.

7
Selama masa peralihan pengelolaan Pantai Lemon Sari sempat pakum
sejenak, nanti pada tahun 2003 Pantai Nambo resmi dikomersilkan oleh
Pemerintah Kota Kendari dan berganti nama dari Pantai Lemon Sari menjadi
Pantai Lemo Morini di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata Kota Kendari.
Berdasarkan SK Walikota No. 556 tentang Retribusi Obyek Wisata Pantai,
untuk tiket dewasa Rp 2500/orang dewasa, tiket anak-anak Rp1000/orang, tiket
mobil Rp. 1000, dan tiket motor Rp.500.
Pada perkembangannya, Pantai Lemo Morini mulai dikenal masyarakat.
Pemerintah Kota mulai melakukan promosi yang berisi ajakan-ajakan kepada
masyarakat. Pada saat itu awalnya hanya ada 17 buah Gazebo sebagai tempat
duduk santai yang terbuat dari kayu. Melihat adanya peningkatan kunjungan,
pemerintah kembali menambah jumlah Gazebo menjadi 25 buah. Tak hanya itu
pemerintah kembali menambah luas lahan menjadi 10,9 Ha pada tahun 2003.
Seiring perjalanan waktu Pantai Lemo Morini kemudian kembali
berganti nama menjadi Pantai Nambo Momahe. Kata Nambo Momahe diambil
dari bahasa Tolaki, bahasa suku asli masyarakat kota Kendari. Nambo berarti
nama daerah dimana lokasi pantai itu berada, sedangkan Momahe dapat berarti
cantik atau indah.
Tahun 2004 pembenahan terus berlanjut, mulai dari penimbunan lahan,
penanaman pohon trambesi, pembangunan sebuah Villa, pengadaan Sumur bor,
panggung pentas, pembuatan pos, gapura permanen, serta kamar bilas. Pantai
Nambo lokasinya tak jauh dari pusat keramaian kota, terletak di Kecamatan
Abeli atau 12 km arah selatan dari kota Kendari dapat dilalui menggunakan
kendaraan roda dua dan roda empat dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, dan
dapat pula menggunakan perahu tadisional (koli-koli) dari pelabuhan kota
Kendari dengan menyeberangi teluk kendari. Bila anda melalui pesisir
disepanjang jalan akan disuguhkan rumah-rumah nelayan di atas laut yang
umumnya dihuni suku Bajo.
Pantai Nambo menyuguhkan suasana alam yang nyaman untuk bersantai.
Ombak laut yang tidak begitu besar sangat cocok untuk berlibur bersama
anggota keluarga. Angin laut serta cuaca panas yang terhalang oleh rimbunnya

8
pepohonan yang tumbuh di area wisata seperti Trembesi cukup membuat betah
para pengunjung. Biasanya pengunjung banyak menghabiskan waktu dengan
bermain di atas pasir putih yang landai dan bermain air sambil menikmati
indahnya panorama laut. Tidak hanya sekadar atraksi wisata konvensional
seperti berenang, berjemur, berfoto dan lain sebagainya, dapat juga dinikmati
keindahan bawah laut dengan aneka biota laut seperti terumbu karang dan aneka
jenis ikan. Pantai Nambo sendiri memiliki jenis ikan yang cukup unik. Warga
sekitarnya menyebut sebagai ikan langka.
Mereka yang berminat untuk melakukan snorkeling dan scuba diving,
saat ini pengelola telah menjalin kerjasama dengan pihak TNI – AL, baik dalam
hal penyelaman maupun menjaga kelestarian terumbu karang dan biota laut
pantai Nambo agar tetap lestari. Ditunjang lahan yang luas, serta sarana
panggung yang memadai, Pantai Nambo cocok untuk penyelenggaraan sebuah
eventbesar. Seperti kegiatan tahunan Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata &
Ekonomi Kreatif, berupa Festival Pantai Nambo dengan melibatkan instansi
pemerintah, swasta, sekolah-sekolah se Kota Kendari dan pelaku industri kreatif
lainnya dalam kegiatan seni budaya dan hiburan lainnya, mampu menyedot dan
menampung ribuan pengunjung. Kegiatan besar lainnya, ribuan umat Hindu dari
berbagai daerah hadir di Pantai Nambo dalam rangkaian upacara menyambut
hari raya Nyepi.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pantai Nambo merupakan objek wisata andalan di Provinsi Sulawesi Tenggara.


Pantai ini terletak di Kecamatan Abeli, kurang lebih 12 kilometer dari pusat Kota
Kendari. Pantai berpasir putih nan halus di sepanjang bibir pantai dengan kondisi yang
landai ini menjadi salah satu objek wisata favorit di Kota Kendari yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan. Tidak hanya wisatawan lokal, seringkali wisatawan asing
juga singgah dan menikmati keindahan pantai ini.
Pantai Nambo memiliki ombak yang tidak terlalu besar, sehingga para
wisatawan dapat berenang di sekitar pantai. Selain berenang, para wisatawan juga bisa
bermain pasir di pinggir pantai, berjalan-jalan menelusuri tepian pantai, berjemur di atas
pasir sambil menikmati semilir angin yang berhembus dan bercanda gurau bersama
teman ataupun keluarga. Daya tarik lain dari objek wisata ini adalah adanya pohon nyiur
yang tumbuh di sepanjang pantai. Pohon-pohon ini seringkali dijadikan sebagai tempat

10
berlindung dari terik matahari. Fasilitas-fasilitas yang ada di objek wisata ini sudah
cukup memadai, seperti banyaknya penginapan-penginapan dengan harga yang
bervariasi, warung makan, toilet umum, gazebo-gazebo yang berdiri di sepanjang pantai
A. Analisis Stakeholder Pengelolaan Pantai Nambo
Maryono (2005) stakeholder dalam pengembangan objek wisata Pantai
terdiri dari stakeholder primer, stakeholder kunci dan stakeholder sekunder.
Stakeholder primer meliputi Warga Kelurahan Nambo dan masyarakat.
Kegiatan pengembangan objek wisata Pantai Nambo menimbulkan dampak positif
antara lain :
1. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi warga Kelurahan Nambo. Mayoritas warga
membuka warung makan, mendapatkan pekerjaan sebagai petugas parkir,
petugas karcis, petugas kebersihan dan penyewaan wahana perainan.
2. Adanya interaksi antara warga dengan wisatawan, sehingga terjadinya
pertukaran informasi dan budaya.
3. Keterlibatan warga dalam kegiatan kepariwisataan seperti mengikuti sosialisasi
yang diselenggarakan oleh OPD Pemkot Kendari serta partisipasi dalam
kegiatan kelompok sadar wisata.
Stakeholder kunci meliputi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kendari
yang merupakan unsur perangkat daerah yaitu memiliki tugas salah satunya dalam
mengurusi bidang pariwisata yakni diantaranya menyiapakan dukungan keuangan
dan infrastrukur pengembangan Pantai Nambo, melakukan promosi kepada para
wisatawan agar lebih tertarik lagi dalam mengunjungi Pantai Nambo.
Stakeholders sekunder meliputi pihak eksternal antara lain Polisi Pariwisata,
Bhabinkamtibmas, Babinsa dan personel BNPB yang berjaga tiap harinya. Mereka
memiliki kepedulian untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bagi seluruh
pengunjung di Pantai Nambo.
B. Identifikasi Para Pihak Yang Berpengaruh Dan Berkepentingan Dalam
Pengelolaan Pantai Nambo
1. Pemerintah Daerah Kendari
Lembaga daerah yang berperan penting dalam pengelolaan Pantai Nambo Yakni
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kendari, Polisi Pariwisata,

11
Bhabinkamtibmas, Babinsa dan personel BNPB. Lembaga instansi tersebut
terlibat dalam :
Menyiapakan dukungan keuangan dan infrastruktur dalam pengembanagan
Pantai Nambo
Melakukan promosi kepada para wisatawan lokal dan wisatawan asing agar
lebih tertarik dalam mengunjungi Pantai Nambo
Menjaga keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung Pantai Nambo
2. Masyarakat Lokal
Berpasrtisipasi langsung dalam menjaga keindahan Pantai Nambo
Terlibat langsung dalam kegiatan kepariwisataan dan langsung berinteraksi
dengan wisatawan asing sehinggan terjadi pertukaran informasi dan budaya
3. Pengunjung dan Wisatawan
Meningkatkan pendapatan daerah melalui tiket masuk dan sarana
pendukung lainnya.
Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal yang berjualan dan dari hasil
sewa menyewa sarana dan prasarana yang ada di Pantai Nambo
Dapat mempengaruhi popularitas Pantai Nambo
4. Pihak Swasta (Perusahaan atau Donatur)
Berkontribusi dalam bentuk sponsor kegiatan kepariwisataan Pantai Nambo
Berkontribusi dalam dana CSR pengembangan Pantai Nambo
5. Media Lokal
Mempunyai peran dalam memberikan informasi dan promosi terkait Pantai
Nambo
C. Identifikasi Ekonomi Masyarakat Sekitar Pantai Nambo
Adanya kegiatan kepariwisataan sudah dapat dipastikan akan membuka
lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya di bidang prasarana dan sarana yang berarti memberi peluang kepada
pekerjaan untuk dapat menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut. Banyaknya
wisatawan yang berkunjung ke Kelurahan Nambo ini,khusunya di Pantai Nambo
dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat, dimana pada saat sebelum
pengembangan kawasan wisata pantai masyarakat banyak yang bekerja sebagai

12
nelayan, petani dan ada pula yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan,
namun sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat yang
tadinya merantau banyak yang kembali untuk beraktivitas di sektor pariwisata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja
sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk
memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata pencaharian itu tentu
akan membuat mereka betah tinggal di kampong halaman serta dengan
meningkatnya kunjungan wisatawan dapat merubah keadaan perekonomian
masyarakat ke arah yang lebih baik dibanding sebelum adanya pengembangan
obyek wisata.

Gambar 2. Wawancara Langsung dengan masyarakat lokal

Berdasarkan hasil penelitian jenis pekerjaan tambahan responden sesudah


adanya obyek wisata pantai yang bergerak di sektor pelayanan jasa kepariwisataan
dimana responden telah mendapatkan pekerjaan tambahan yang akan menambah
aktivitas responden kearah yang lebih baik dan akan menambah pendapatan yang
lebih besar dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan wisata pantai.

13
Beberapa tarif fasilitas di obyek wisata pantai yang disiapkan oleh
masyarakat untuk wisatawan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai Nambo
No Jenis Usaha Tarif (Rp)
1 Penyewaan Tikar 15.000
2 Penyewaan Gazebo 100.000
3 Penginapan 200.000
4 Penyewaan WC 5.000
5 Ruang Bilas 2.500
6 Penyewaan Ban 5.000 dan 10.000

Dari table diatas menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang ada di obyek
wisata pantai yang sangat berkembang dan memberikan dampak terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada Mini Riset “Pantai
Nambo” terkait Stakeholder Pengelola dan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Sekitarnya, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Stakeholder pengelolaan Pantai Nambo yaitu Dinas Kebudayaan dan
Parwisata Kota Kendari, Polisi Pariwisata, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan
personel BNPB, serta masyarakat sekitar yang berpartisipasi sebagai penjual
makanan/minuman dan kebersihan.
2. Pihak yang berpengaruh dan berkepentingan dalam pengelolaan Pantai
Nambo yaitu Pemerintah Daerah Kendari, Masyarakat Lokal, Universitas
Masyarakat Lokat, Pengunjung dan Wisatawan, Pihak Swasta (Perusahaan
atau Donatur), dan Media Lokal.
3. Pengembangan obyek wisata pantai Nambo memberikan dampak positif
terhadap aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum pengembangan
wisata pantai Nambo, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan
nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata pantai aktivitas

15
ekonomi meningkat. Masyarakat mendapat pekerjaan tambahan sebagai
pedagang makanan dan minuman serta penyedia jasa berupa fasilitas yang
di sewakan untuk wisatawan seperti gazebo, penyewaan tikar, ruang bilas,
ban pelampung, banana boat dan penginapan

B. Saran
Dalam pengelolaan kepariwiswataan bahari di Kota Kendari terutama di
Pantai Nambo didalamnya masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi
berupa:
1. Sistem promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Kendari belum efektif
dan kurang kreatif sehingga kurang memberikan efek ‘penasaran’ kepada
para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara
untuk mengunjungi dan melihat keindahan panorama wisata baharinya.
2. Sikap pegawai yang belum mencerminkan profesionalitas dalam
pengorganisasian dan masih memerlukan bimbingan untuk kegiatan yang
pada dasarnya sudah sering mereka lakukan.
Untuk lebih meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Pantai
Nambo maka pemkot harus lebih peka terhadap masalah-masalah dalam
pengelolaannya khususnya dalam bidang pengorganisasian dari anggotanya.
Untuk para pegawai agar lebih peka dalam melakukan tugasnya dengan baik,
selain itu mau menerima setiap arahan atau bimbingan yang diberikan oleh
atasannya. Untuk pemerintah agar lebih memberikan perhatian yang serius
terhadap sektor pariwisata. Dengan potensi yang luar biasa itu, seharusnya
dibutuhkan dana yang cukup untuk memaksimalkan upaya pengembangan dan
pengelolaan kepariwisataan di Kota Kendari tanpa terkecuali, sehingga target
yang ditetapkan dapat tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aditama A Musaddad, Okta Y Rahayu, Erry Pratama, Supraptiningsih, dan Evi


Wahyuni. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Di Indonesia. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Manajemen. UPN “Veteran” Jawa Timur
Budiani, S. R., Wahdaningrum, W., Yosky, D., Kensari, E., Pratama, H. S., Mulandari,
H., … Kusmiati, Y. (2018). Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Desa Sembungan, Wonosobo,
Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia, 32(2), 170–176.
https://doi.org/10.22146/mgi.
Haeriyah K. Pengelolaan Pariwisata Bahari di Kota Kendari. Sultra Jurnal Of Politik
Sains Volume 1 Nomor 1. April 2019. Universitas Sulawesi Tenggara.
Iis Yuliarsih. Dampak Wisata Pantai Nambo Terhadap Perekonomian Masyarakat Di
Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan
Geografi Volume 4 No.1 Januari 2019. Universitas Halu Oleo
Yoeti. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkas

17

Anda mungkin juga menyukai