1. RILLA ANGGRIANI
2. ANGGUN LAILAKARIMAH
3. LASTRI APRILIA
4. NURHIDAYAH
NAMA PETANI:
JAIDIN RAMLI
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
HASIL WAWANCARA..........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
I.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
I.2 Tujuan penulisan......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................7
2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Bandeng.................................................................7
2.2 Pemilihan Lokasi Budidaya......................................................................................9
2.3 Persiapan Budidaya...............................................................................................10
a. Penyiapan Tambak...........................................................................................10
b. Penyediaan Benih.............................................................................................11
c. Prasarana Budidaya..........................................................................................12
2.4 Pemeliharaan........................................................................................................14
a. Penebaran Benih..............................................................................................14
b. Pengendalian Hama dan Penyakit....................................................................17
2.5 Panen dan Pasca Panen..........................................................................................19
BAB III PENUTUP..............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
LAMPIRAN........................................................................................................................24
HASIL WAWANCARA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Penyediaan Benih
Menurut WWF-Indonesia (2014) dalam penyediaan benih ikan dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan Kriteria Nener yang Baik
Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat. Gerakannya lincah. Jika
air diputar dalam bak, nener bergerak melawan arus. Warna tubuh transparan dan
isi perut terlihat penuh. Responsif terhadap pakan yang diberikan. Umur minimal
18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm. Sediakan nener yang unggul dan bebas
penyakit, berasal dari hatchery atau pembenihan yang sudah bersertifikat CPIB
(Cara Pembenihan Ikan yang Baik). Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber
dan kualitasnya.
2. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, agar
nener tidak stress akibat dari perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai
dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen, untuk menghindari nener
mengalami stress dalam pengangkutan. Bila perjalanan ditempuh lebih dari 3 jam,
turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24 C agar nener tidak aktif.
Kepadatan nener dalam kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai
gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak 2.500 ekor untuk waktu
tempuh 24 jam dengan volume air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong,
sedangkan untuk ukuran gelondongan (5 – 7 cm) kepadatan 500 ekor perkantong
(volume air 2-3 liter, 2/3 oksigen). Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, untuk menghidari stress akibat dari perbedaan suhu.
3. Ukuran Nener
Ukuran 2 - 3 cm : 1000 ekor per kantong (gelondongan semarangan)
Ukuran 5 - 7 cm : 500 ekor per kantong (gelondongan kasaran)
Ukuran 8 - 10 cm : 200 ekor per kantong (gelondongan semi)
Ukuran 10 - 12 cm : 50 ekor per kantong (gelondongan super semi)
Ukuran 13 - 15 cm :50 ekor per kantong (gelondongan balian/bandeng umpan).
c. Prasarana Budidaya
Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) prasarana
budidaya adalah sebagai berikut:
1. Sarana Pokok
a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian
rupa sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan
sarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan
dan pembuangan air perlu dibangun pada bak pemelihara induk, pemeliharaan
larva, pemeliharan pakan alami, laboratorium kering dan basah serta saran lain
yang memerlukan air tawar dan air laut serta udara (aerator). Laboratorium basah
sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan pemeliharaan larva dan
banguna kultur murni plankton serta diatur menghadap ke kultur masal plankton
dan dilengkapi dengan sistim pemipaan air tawar, air laut dan udara.
b. Bak Pemeliharaan Induk
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat
dengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan
dapat diletakkan di luar ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.
c. Bak Pemeliharan Telur
Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan
daya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per
liter.
d. Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur
dapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak
gelap, berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau
bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan di dalam
bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik.
e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami
Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan
larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar
ruangan yang dapat langsung mendapat cahaya matahari.
2. Sarana Penunjang
a. Laboratorium pakan alami
Seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat kultur murni
plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yang memerlukan ruangan
suhu rendah yakni 22~25 0C.
b. Laboratorium kering
Termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi sebaiknya dibangun
berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna sebagai bangunan stok kultur
dan penyimpanan plankton dengan suhu sekitar 22~25 0C serta dalam ruangan.
Untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran hasil dilengkapi dengan fasilitas
ruang pengepakan yang dilengpaki dengan sistimpemipaan air tawar dan air laut,
udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air, kardus, bak plastik, karet dan
oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat yang berfungsi untuk
memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus tersedia tetap dalam
keadaan baik dan siap pakai. Untuk pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan
peralatan dilengkapi dengan fasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air
dan blower, ruang pendingin dan gudang.
3. Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor,
perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang
makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan karyawan.
2.4 Pemeliharaan
Menurut WWF-Indonesia (2014) Pemeliharaan disesuaikan dengan tujuan
produksi yaitu: 1) Penggelondongan, 2) Konsumsi 3) Bandeng Umpan. Dalam hal
ini akan lebih dijelaskan pemeliharaan pembesaran bandeng.
a. Penebaran Benih
Penebaran Benih dengan pemeliharaan pembesaran yaitu setelah nener
mencapai ukuran gelondongan, serta pakan alami sudah tumbuh di tambak.
Lakukan penebaran dengan kepadatan sekitar 7.500 – 10.000 untuk gelondongan
10 cm, dengan target panen lebih 1 ton/ha. Dimana biasanya target 1 hektar
menghasilkan 1 ton bandeng, dengan daya hidup 90% dan berat 200 gram/ekor.
Produksi dapat mencapai 1,5 ton apabila pakan alami tersedia dengan lama
pemeliharaan 5 – 6 bulan. Tebarlah benih bandeng gelondongan yang memiliki
ukuran seragam. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Umumnya
dilakukan selama 15 - 60 hari. Lakukan penggelondongan pada nener sebelum
ditebar pada petak pembesaran. Apabila pakan alami sudah terlihat menipis,
segera lakukan pemupukan susulan, dengan dosis 30% dari dosis awal. Sebelum
pemupukan susulan dilakukan, ketinggian air tambak ditambah dan dipertahankan
ketinggiannya. Kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik
sebanyak 10% dari pupuk awal. Untuk menghindari timbulnya amoniak, lakukan
pemupukan susulan dengan melarutkan lebih dahulu, kemudian ditebar ke
permukaan air. Pupuk susulan dapat dilakukan pula dengan cara menempatkannya
dalam kantong yang berpori (karung) kemudian diapungkan pada kolom air. Jika
kondisi perairan tambak baik dan pakan alami cukup, maka dengan pemeliharaan
selama 3 - 4 bulan di petak pembesaran, maka ikan bandeng dapat mencapai
ukuran 300 - 350 g/ekor (3 ekor/kg). Lakukan pencatatan pengukuran
pertumbuhan ikan setiap 2 minggu pada petak pembesaran.
Gambar 3. Mujair
3. Hama Pemangsa: Burung-burung
Akibatnya memangsa ikan bandeng yang dipelihara pada kolam
penggelondongan. Cara Penanggulangannya adalah jaring pelindung (rumbai
rumbai), dan atau alat pengusir burung, menggunakan jaring dan tali penjebak,
meninggikan air minimal 70 cm.
Gambar 4. Burung
4. Hama Wereng (Jambret: Udang-udang Kecil)
Akibatnya mengganggu insang bandeng sehingga pertumbuhan menjadi
lambat. Cara penanggulangannya menangkap hama wereng dengan bantuan
lampu pada malam hari, dengan menggunakan serok. Melakukan penggantian air
dan mengganti saringan dengan ukuran mata jaring kecil.
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau yang
bernilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan.
2. Morfologi ikan bandeng yaitu bentuk tubuh memanjang, sirip ekornya
bercabang, pada bagian tubuhnya tersusun sisik-sisik kecil yang teratur
membentuk cycloid, tubuhnya berwarna putih keperakan terutama pada
bagian perut (ventral), sedangkan pada bagian punggung (dorsal) warnanya
biru kehitaman, mulut kecil dan tidak bergigi.
3. Faktor yang diperhatikan dalam budidaya bandeng adalah: 1) penempatan
lokasi harus bebas dari pencemaran, 2) perairan jernih sesuai dengan ambang
batas toleransi ikan, 3) terhindar dari angin kencang dan arus serta pasang
surut yang kuat, 5) mudah dijangkau dan dekat dengan pasar.
4. Untuk persiapan budidaya bandeng, hal-hal yang perlu dilakukan adalah 1)
penyiapan tambak (pengeringan tanah dasar tambak, pemupukan awal), 2)
penyediaan benih (pemilihan kriteria nener yang baik, transportasi nener,
ukuran nener), 3) prasarana budidaya (sarana pokok, sarana penunjang, dan
sarana pelengkap).
5. Tekhnik dalam memanen sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat usus
kosong dan menghindari kerusakan organ pencernaan. Apabila bandeng
dipanen pada pada siang maupun sore hari maka bandeng akan diawetkan
dengan menggunakan es balok dan dijual pada malam hari ataupun pada dini
hari dan apabila panennya pada malam hari atau pada dini hari maka ikan
bandeng akan bisa langsung dijual.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah adanya pembelajaran di
lapangan agar proses pembelajaran tidak hanya teori tetapi dapat dipraktikkan
oleh mahasiswa sehingga proses pembelajaran lebih mudah di fahami dan di
mengerti.
DAFTAR PUSTAKA