Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MATA KULIAH DINAMIKA POPULASI DAN

PENDUGAAN STOK
IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus)

Disusun oleh : Rico dwi gala Gautama


C1101191028
DOSEN : Dr. Ir Mardan Adijaya, M. Sc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Dinamika Populasi dan Pendugaan Stok. Adapun judul dari laporan pada makul ini adalah
Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat berperan
penting dalam proses kegiatan praktikum ini, terutama pada Dosen Pengampun Dr. Ir Mardan
Adijaya, M. Sc selaku dosen Matakuliah Dinamika Populasi dan Pendugaan Stok. yang telah
memberi bimbingan dan arahan kepada kami selama pembelajaran berlangsung.

. Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan ini. Atas
perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Baung.......................................................2
2.2 Tingkat Ikan Baung pada Rantai Makanan.............................................3
2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung........................................3
2.4 Kompetitor dan Pemakan Ikan Baung......................................................3
2.5 Habitat dan Penyebaran Ikan Baung.........................................................4
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................6
GAMBAR SKETSA IKAN BAUNG
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan baung (Mystus nemiirus CV) adalah komoditas perikanan air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pekembangan budidaya ikan baung yang sangat lambat
antara lain disebabkan karena kurang dikuasai teknologi pembenihannya, sehingga
pembesarannya masih mengandalkan benih dari alam yang masih memiliki jumlah dan
kualitas tidak terkontrol.Ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr.) adalah salah satu komoditas
ikan air tawar yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya. Jenis
ikan ini dapat dipelihara di kolam atau dalam karamba jaring apung (KJA) dan dapat
menyesuaikan diri terhadap pakan buatan (Hardjamulia dan dan Kalimantan (Surayanti,
2002). Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung
hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan
baung dikenal sebagai salah satu jenis ikan ekonomis penting air tawar dengan harga berkisar
antara Rp sampai Rp per kilo (Anonim, 2010). Pengembangan budidaya ikan baung yang
produktif membutuhkan persediaan benih yang memadai dan berkesinambungan. Salah satu
upaya penyediaan benih yang memadai dan berkesinambungan adalah melalui pemeliharaan
larva dengan manajemen pakan yang tepat baik kualitas maupun kuantitasnya (Muhammad,
2003). Pada stadia larva, ikan baung sangat sensitif terhadap ketersediaan pakan dan faktor
lingkungan. Pakan yang sesuai dengan bukaan mulut dan pencernaan larva dibutuhkan untuk
membantu meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva baung (Muchlisin, 2003).
Pakan alami hewani dan nabati yang digunakan sebagai pakan bagi larva baung tersedia
cukup banyak di alam maupun pasaran. Menurut Cholik (2005) pakan alami yang sering
digunakan selama pemeliharaan larva baung diantaranya adalah Artemia, kutu air, dan cacing
sutera. Menurut Arnosarkun (1998); Muchlisin (2003) Artemia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini ialah :
1. Untuk mengetahui Kompetitor atau saingan dan Pemakan Ikan Baung
2. Untuk mengetahui Habitat dan Daerah Penyebaran Ikan Baung
3. Untuk mengetahui deskripsi dan klasifikasi ikan baung
4. Untuk mengetahui Tingkatan Rantai Makanan Ikan Baung
5. Untuk mengetahui Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Spesies : Hemibagrus nemurus
Baung adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus,
suku Bagridae. Baung masih sekerabat dengan lele (bangsa Siluriformes). Nama marganya,
Hemibagrus, berasal dari kata bahasa Latin hemi yang berarti “setengah” atau “separuh”, dan
bagrus, yang dipungut dari pelafalan Muzarab bagre atas perkataan Yunani pagros, yakni
nama sejenis ikan laut. Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu dengan marga
Mystus (ikan-ikan keting atau lundu), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Macrones.
Marga ini dipisahkan, salah satunya ialah karena anggotanya yang dewasa umumnya
memiliki tubuh yang berukuran besar. Baung bertubuh licin tanpa sisik di tubuhnya dan
serupa dengan lundu dan patin, baung memiliki tiga duri yang berbisa (patil), yakni pada
sepasang sirip dadanya, dan sebuah lagi berada di awal sirip punggungnya. Ukuran terkecil
ikan baung matang kelamin 32 cm, namun pada ikan yang dipelihara di kolam dapat
ditemukan ikan betina yang matangh kelamin dengan ukuran 20 cm dan bobot 101 g.
Fekunditas induk betina dengan bobot 327 g adalah 20.815 butir telur, sedangkan pada ikan
yang bobotnya 1.584 g adalah 87.118 butir (Muflikhah et al., 1995), ikan betina yang
matang kelamin mempunyai indek gonad somatik 11 – 16 % (Aryani et al., 2002). Warna
telur belum matang putih kecoklatan atau kuning kecoklatan, sedangkan yang telah matang
berwarna coklat tua atau coklat kemerahan. Pemijahan di alam terjadi saat air meluap, ikan
bermigrasi dari sungai ke genangan-genangan baru, dimana pada lahan tersebut banyak
tersedia pakan alami baik untuk larva, benih sampai dengan induk, terutamna dihutan rawa,
ini terlihat banyak ditemukan larva benih bahkan ikan remaja dan induk ikan baung dengan
segala ukuran (Utomo et al., 1992; Samuel dan Said 1995).
2.2 Tingkat Ikan Baung pada Rantai Makanan
Rantai makanan Makanan adalah suatu ekosistem makhluk hidup yaitu perpindahan
energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang
makan dimana suatu organisme memakan satu sama lain untuk mendapatkan energi dan
nutrisi dari organisme yang dimakan. Ikan baung termasuk golongan konsumen sekunder,
konsumen sekunder yang kemudian disebut juga sebagai konsumen tingkat dua. Konsumen
di tingkat ini merupakan makhluk hidup yang memakan konsumen tingkat pertama.
Konsumen sekunder biasanya hewan karnivora atau hewan pemakan daging seperti singa,
ular dan ikan-ikan berukuran sedang di suatu perairan.
2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasukjenis ikan karnivora
dengan susunan makanan yang terdiri atas ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus,
sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Susunan makanan ikan baung dewasa berbeda
dengan susunan makanan ikan baung anakan. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas
ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Tetapi,
Djajadiredja et al. (1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora
dengan makanan terdiri atas anak ikan, udang, remis, insekta, moluska, dan rumput. Makanan
utama ikan baung yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas udang dan makanan pelengkapnya
berupa ikan dan serangga air, sehingga digolongkan dalam jenis ikan kamivora.
2.4 Kompetitor dan Pemakan Ikan Baung
Kompetitor atau saingan ikan baung dalam mencari mangsa atau makanannya ialah
ikan-ikan yang hidup di perairan yang sama dengan ikan baung, yaitu ikan yang hidup di
perairan umum seperti air tawar dan air payau dll. Saingannya seperti ikan gabus dan ikan
betik dan ikan-ikan lainnya. Sama halnya dengan ikan baung , ikan gabus dan ikan betik
dapat hidup dan bertahan di perairan mana saja. Umumnya ikan – ikan ini ditemukan di
rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan
air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka. Ikan ini memangsa aneka serangga
dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Ikan – ikan ini jarang dipelihara dan lebih
sering ditangkap sebagai ikan liar. Ikan baung atau yang lebih di kenal dengan ikan lundu ini
termasuk ke dalam ikan predator. Ikan predator ialah ikan yang memangsa hewan lain atau
ikan yang lebih kecil untuk menjadi makanannya. Namun di alam ikan baung dapat di makan
oleh ikan-ikan lainnya yang berukuran lebih besar darinya. Umumnya Ikan baung ini banyak
di konsumsi masyarakat karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan memiliki
tekstur daging yang lebih enak dan gurih.
2.5 Habitat dan Penyebaran Ikan Baung
Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan danau, juga
terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan
baung berhasil hidup dalam kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan (Madsuly, 1977).
Di Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang
airnya cukup dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100 %. Distribusi geografis ikan baung,
selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.
Ikan baung adalah sejenis ikan catfish yang hidup di perairan umum seperti danau dan
sungai. Menurut Tang (2003) ikan baung memiliki habitat di sungai, danau, waduk, situ dan
rawa juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya di temukan di daerah
banjir dan perairan yang keruh. Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis.
Daya adaptasinya tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungannya dan
serangan penyakit. Ketidaktahanan pada keduanya terutama pada fase benih ikan yaitu
ukuran 0,5-2 cm. Ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1000 m diatas.
BAB III

KESIMPULAN
Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah ikan baung.
Ikan baung adalah sejenis lele (catfish) yang hidup di perairan umum, seperti sungai (dari
hulu sampai ke muara) dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat
digemari oleh konsumen, khususnya di Sumatra dan Kalimantan karena berdaging tebal dan
memiliki rasa yang khas.

Baung adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus,
suku Bagridae. Ikan baung memiliki habitat di sungai, danau, waduk, situ dan rawa juga
terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya di temukan di daerah banjir dan
perairan yang keruh. Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis. Baung bersifat
noktural, artinya aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dan aktivitas lainnya) lebih
banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di
dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan
pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan
carnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil
(Arsjad, 1973 dalam Muflikhah et al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Muflikhah, N., S. Nurdawati, and S. N. Aida. 1998. Domestikasi ikan Baung
(Mystusnemurus). Jurnal Litbang Pertanian, 17 : 53-59 Muflikhah,N; S.N. Aida.
1995. Pengaruh perbedaan jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan Baung (Mystus
numerus CV) di kolam rawa.
Muflikhah, N., S.N. Aida, 1995. Pengaruh perbedaan jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan
baung (Mystus numerus CV) di kolam rawa. Kumpulan makalah seminar penyusunan
pengolahan hasil perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hal 155-
158.
Samuel., A. Said, 1995. Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan baung (Mystus
numerus CV) di DAS Batanghari. Kumpulan makalah seminar penyusunan
pengolahan hasil penelitian perikanan di perairan umum. Dept Pertanian. Jakarta.
Kumpulan makalah seminar penyusunan pengolahan hasil perikanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian hal 155-158. Muflikhah, N., S. Nurdawati dan S.N. Aida.
2005. Pengaruh pakan yangberbeda terhadap pematangan gonad ikan baung (Mystus
nemurus CV) dalam karamba, kualitas telur dan sintasan larva. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 8 (1) : 1 -10.
GAMBAR SKETSA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus)

FOTO SELFI :

Anda mungkin juga menyukai