Anda di halaman 1dari 19

BOOKLET PENYULUH PERIKANAN

BUDIDAYA IKAN GABUS


(Channa striata)

DI SUSUN :

ALFIAH, SPi

PUSLATLUH KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN PERIKANAN
SATMINKAL BPPP BITUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena dengan berkat dan rahmat-Nya penyusunan materi
penyuluhan dalam bentuk booklet ”Budidaya Ikan Gabus”
dapat diselesaikan. Booklet ini disusun dengan tujuan untuk
dijadikan sebagai bahan kajian/masukan/informasi dalam
kegiatan usaha perikanan para pembudidaya ikan dan sebagai
referensi bagi Penyuluh Perikanan dalam pelaksanaan
tugasnya di lapangan.
Sangat disadari, substansi penulisan masih sangat jauh
dari yang diharapkan; kemampuan pengemasan dan akurasi
data, masih belum sempurna; data-data yang disajikan dalam
tulisan ini terdiri dari data sekunder diperoleh dari buku-buku,
laporan dan internet yang berhubungan dengan topik yang
diangkat; penulisan kembali beberapa brosur perikanan dan
merubahnya dalam bentuk booklet; guna dapat dibaca kembali
dan disebarkan informasinya lebih luas. Dari semua
keterbatasan tersebut serta dukungan penuh semua pihak
booklet ini dapat hadir. Karenanya, umpan balik dan masukan
guna memperkaya buku kecil ini, sangat diharapkan. Semoga
booklet ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Pohuwato, Mei 2018


Penyusun,

Alfiah, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................... i
DAFTAR ISI ............................................................ II
A. PENDAHULUAN ....................................... 1
B. BIOLOGI IKAN GABUS ........................... 2
C. TEKNIK BUDIDAYA ...................................... 11
D. HAMA DAN PENYAKIT ........................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 15
RIWAYAT SINGKAT PENULIS............................... 16

ii
I. PENDAHULUAN

Ikan gabus (Channa striata Bloch) merupakan salah


satu jenis komoditas perairan tawar yang hidup di perairan
sungai utama, sungai mati, danau, rawa banjiran, yang
merupakan rawa hutan,rawang dan lebung atau cekungan di
daerah rawa (Utomo et al, 1992), dan tersebar di Indonesia,
seperti Sungai Musi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Papua, Jawa Timur, Gorontalo dan maupun dibeberapa
daerah lainnya di Indonesia.
Daerah rawa banjiran merupakan salah satu tipe
ekosistem yng produktif bagi perikanan air tawar (welcomme,
1985). Pada perairan rawa banjiran tinggi air (volume air)
sangat bervariasi sepanjang tahun, karena dipengaruhi oleh
musim hujan. Pada saat musim kemarau volume air kecil
hanya tinggal di sungai utama, cekungan-cekungan tanah
(lebung) dan danau.Pada saat musim penghujan air meluap
menutupi permukaan tanah dapat mencapai 3 -4 meter.
Keadaan ini akan mempengaruhi sifat biologi dan ekologi pada
daerah tersebut. Pada musim kemarauikan tinggal di
cekungan -cekungan tanah (lebung), danau dan sungai utama,
sedangkan pada saat air banjir ikan menyebar keseluruh
penjuru perairan.Fungsi vegetasi di perairan rawa pada saat
air besar sebagai tempat mencari makanan bagi ikan dan
1
sebagai tempat asuhan serta sebagai tempat untuk
melekatkan telur bagi ikan-ikan yang sedang memijah, puncak
musim pemijahan umumnya terjadi pada awal musim
penghujan (Utomo et al, 1992; MRG, 1994).

II. BIOLOGI IKAN GABUS

2.1. Morfologi
Berdasarkan Kottelat et al. (1993), Syafei,et al. (1995);
ICLARM (2002), ikan gabus (gambar dibawah ini) di kelompok
ke dalam ordo Pleuronecti formes dan famili Channidae
mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik
sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir undar di bagian
depan dan piph tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan
berkepala ular (snakedhead). Ikan ini mampu menghirup udara
dari sungai atmosfer karena memiliki organ napas tambahan
pada bagian atas insangnya.Hal ini juga yang memuat ikan
tersebut mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim
kemarau untuk mencari sumber air.

Gambar 1. Ikan Gabus

2
Ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai
panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular
(sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di
atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru
kendali. Sirippunggung memanjang dan sirip ekor membulat di
ujungnya.
Sisi atas tubuh --dari kepala hingga ke ekor-- berwarna gelap,
hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai
dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata,
bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali
menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-
gigi besar dan tajam.

2.2. Distribusi
Berdasarkan FAO (2002) dan Allington (2002), ikan gabus
mempunyai distribusi yang luas dari China hingga India dan
Srilangka, kemudian India Timur dan Philipina, juga Nepal,
Burma, Pakistan, Banglades, Singapura, Malaysia dan dan
Jawa).Indonesia (Sumatera, Kalimantan).

2.3. Ukuran dan Habitat


Menurut Allington (2002), di alam panjang ikan gabus
dapat mencapai 1 meter dengan ukuran rata-rata mencapai
antara 60-75 cm. Panjang larva sekitar 3,5 mm, pasacalarva
3
setelah 4 minggu dengan panjang antara 10-20 mm, setelah 6
minggu ikan mempunyai ukuran 4-5 cm.
Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat
hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran,
sawah bahkan parit dan air payau (Syafei et al, 1995; Anonim,
2002). Menurut Le fish Corner(1999); Allington (2002), bahwa
ikan gabus sangat toleran terhadap kondisi anaerobik, karena
mereka mempunyai sistim pernapasan tambahan pada bagian
atas insangnya. Berdasarkan Syafei et al. (1995) yang
melakukan penelitian perairan umum Jambi, ikan gabus hidup
dengan kondisi perairan yang mempunyai : pH 6,2-7,8 dan
temperatur 26,5-31,5 0C.

2.4. Penangkapan
Berdasarkan Prasetyo et al. (1993), alat tangkap yang
dipergunakan oleh nelayan di perairan umum sangat beraneka
ragam, cara pengoperasiannya ada yang pasif dan ada yang
aktif. Ditambahkan oleh Utomo dan Arifin (1991), di DAS musi,
penangkapan ikan di daerah rawa atau lebak lebung
kebanyakan menggunakan alat tangkap yang bersifat pasif,
sedangkan di sungai adalah alat tangkap yang bersifat aktif.
Menurut Nasution dan Rupawan (1997), alat tangkap yang
tergolong pasif adalah empang (barrier and trap), corong
(Filtering device), bingkai bila (bamboo pot trap), dan rawai
4
(hooks and line). Alat tangkap yang bersifat aktif adalah jala
(cast net), jaring (gillnet) dan langgian (scoop net).
Beberapa jenis alat tangkap yang biasa digunakan untuk
menangkap ikan gabus oleh nelayan di daerah rawa banjiran
berdasarkan Samuel etal.(1997), Nasution dan Rupawan
(1997) adalah jala, penggilar kawat,bengkirai bilah, tajur, rawai
dan empang.

2.5. Makanan
Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan
utamanya adalah udang, katak, cacing, serangga dan semua
jenis ikan. Menurut Allington (2002), pada masa larva ikan
gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingeling,
makanannya berupa seraangga, udang dan ikan kecil.
Sementara itu menurut Anonim (2002), pada fase pascalarva
ikan gabus memakan makanan yang mempunyai kuantitas
yang lebih besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan
ikan dewasa akan memakan udang, serangga, katak, cacing
dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) di sungai
Banjiran Jawa Tenga, diketahui makanan ikan gabus dengan
kisaran panjang total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air,
potongan hewan air, udang dan detritus. Sementara itu
berdasarkan penelitian Buchar (1998) di danau Sabuah
Kalimantan Tengah, makanan ikan gabus adalah potongan
5
hewan air, siput air, rotifera dan Rhizopoda.

2.6. Hubungan Panjang dengan Bobot


Pola pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan
isometrik, yaitu pertambahan bobot seimbang dengan
pertambahan panjang, dan pola pertumbuhan allometrik yaitu
pertambahan bobot tidak seimbang denganpertambhan
panjang. Berdasarkan hasil penelitian Kartamihardja (1994),
ikan gabus yang diperoleh sebanyak 241 ekor dengan panjang
total berkisar antara 15,2 – 62,8 cm dan bobot berkisar antara
45 – 1950 gr. Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut
mengikuti persamaan W=0,0213L2,743. pola pertumbuhan ikan
gabus di waduk kedungombo bersifat allometrik (b3).
2.7. Faktor Kondisi
Hile (1936) dalam weatherley (1972), melakukan
penelitian pada populasi ikan cisco (Leucichthys artedi) di
beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya menunjukan
bahwa perbedaan populai akan berpengaruh terhadap kondisi
ikan tersebut. Sedangkan hasil penelitian Allen (1951) dalam
Weatherley (1972) padaikan Trout di sungai Harokiwi
menyatakan bahwa faktor kondisi ikan juga di pengaruhi oleh
musim, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik
di bandingkan pada musim lain. Di tambahkan juga oleh
Weathersley (1972), yang melakukan penelitian di Tasmania,
6
bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan ukuran 20 – 30 cm
juga di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.

2.8. Pertumbuhan
Dengan pertumbuhan ikan gabus pada beberapa jenis
perairan yang di nyatakan dalam persamaan Von Beartalanffy
adalah sebagai berikut : padaa perairan waduk kedungombo
jawa tengah yaitu Lt = 66,93 {l-e-1,1(t-to)} dan di danau Tondano
Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 {l - -1,1(t-to) }.
Pertumbuhan ikan gabus di danau Tondano lebih rendah
di bandingkan pertumbuhan ikan gabus di waduk
kedungombo, keadaan tersebut dapat di lihat dari nilai Loo
ikan gabus di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu
66,93 cm di bandingkan di danau Tondano yaitu 47,7 cm
(Kartamihardja, 1994 ; 2000).

2.9. Reproduksi
Ikan gabus membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau
pingiran perairan yang dangkal. Sarang ikan gabus
membentuk busa di antara tanaman air di periran yang
berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000). Berdasarkan
Anonim (2002), di Srilangka ikan gabus di alam memijah
beberapa kali dalam setahun, sedangkan di Philipina ikan
gabus dapat memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh

7
Allington (2002), ikan gabus dapat memijah pada umur 9 bulan
dengan panjang total sekitar 21 cm. Musim pemijahan ikan
gabus di Thailand antara bulan mei sampai oktober, dengan
puncaknya pada bulan juli sampai september. Sementara itu
berdasarkan duong nhut Long et al.I (2002), yang melakukan
penelitian terhadap ikan gabus di delta Mekong, diperoleh ikan
gabus yang matang kelamin lebihdahulu adalah ikan gabus
betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja (1994), di waduk
kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang
kelamin pada ukuran panjang total 16,5 cm.
Umumnya telur-telur yang telah dibuahi akan menetas
dalam waktu 24 jam (pada kondisi alami) sedangkan pada
kondisi laboratorium atau budidaya telur akan menetas setelah
48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga
sarang dan telur selama periode inkubasi paling lama 3 hari.
Benih ikan akan bergerombol dan salah satu dari induknya
akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al, 1985;
Allington, 2002).

2.10. Tingkat Kematangan Gonad


Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak
selalu sama (Effendie, 1979). Menurut Blay dan Egeson
(1980), perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan kondisi
ekologis perairan.
8
Menurut Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga
et al. (2000), ikan gabus dan jenis ikan rawa lainnya
melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim hujan.
Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian
di waduk Kedungombo Jawa Tengah di peroleh indeks
kematangan gonad ikan gabus betina meningkat mulai dari
1,16% pada tingkat kematangan I sampai mencapai 4,15%
pada tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam
pada tingkat kematangan VI, yang menunjukkan penurunan
berat gonad karena terjadinya pelepasan telur pada saat
memijah.

2.11. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang
akan dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al, 1992).
Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung meningkat
fekunditas secara linier. Sebagai ikan mas (Cyprinus carpio)
dengan panjang 15 cm mempunyai fekunditas 13512 butir,
dan panjang 60 cm mempunyai fekunditas 2945000 butir
(Bardach et al., 1972).
Menurut Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian
biologi reproduksi populasi ikan gabus di Waduk Kedongombo
Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus di
daerah tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan
9
dan betina 1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24
individu dengan kisaran panjang total antara 18,5-50,5 cm,
kisaran bobot antara 60-1020 g dan kisaran bobot gonad
antara 2,70 -16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir.
Fekunditas tersebut lebih besar dari rata-rata fekunditas ikan
gabus yang terdapat di rawa-rawa Pekanbaru Riau yang
berkisar antara 1190-11307 butir telur. Hal ini karena ukuran
ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu
antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g dan bobot
gonad antara 0,82-7,84 g.

2.12. Diameter Telur


Pengukuran diameter telur pada gonad yang sudah
matang berguna untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu
dengan modus penyebarannya. Telur -telur ikan gabus yang
telah dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tersebut
sekitar 1,5 mm (Anonim, 2002). Sedangkan berdasarkan
Duong Nhut Long et al., (2002) ukuran telur ikangabus rata-
rata pada TKG IV adalah antara 0,10-1,6 mm.

10
III. TEKNIK BUDIDAYA

3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan


Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan gabus sebaiknya
ukurannya tidak terlalu luas.Hal ini untuk memudahkan
pengontrolan dan pengawasan.Bentuk dan ukuran kolam
pemeliharaan bervariasi, tergantung dari selera pemilik dan
lokasinya.Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam
dibuat permanen.
Pada minggu ke I samapi ke VI air harus dalam keadaan
jernih, kolam bebas dari pencemaran meupun fitoplankton.Ikan
gabus pada umur 7 – 9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan.Pada minggu ke 10 air dalam batas-batas
tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukan kadar
bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk
mengukur kekeruhan air disebut secchi disk.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia ikan gabus
(minggu) sesuai dengan angka secchi :
- Usia 10 – 15 minggu, angka secchi = 30 - 50
- Usia 16 – 19 minggu, angka secchi = 30 – 40
- Usia 20 – 24 minggu, angka secchi = 30

3.2. Penyiapan Bibit


1) Menyiapkan Bibit
a. Pemilihan Induk
b. Syarat induk yang baik
11
c. Induk harus sipa untuk memijah
d. Perawatan induk ikan gabus
e. Pemijahan

3.3. Pemeliharaan dan Pembesaran

1). Pemupukan
a) Sebelum digunakan, kolam terlebiha dahulu
dipupuk. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton yang menjadi pakan
alami bagi benih ikan gabus.
b) Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang
(kotoran ayam). Dengan dosis 500 – 700
gram/m2. dapat pula ditambah dengan Urea 15
gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan Amonium Nitrat
15 gram/m2. selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c) Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula
30-50 cm dan dibiarkan selamaz 1 minggu
sampai warna pada air kolam berubah menjadi
kecoklatan atau kehijauan yang menunjukkan
jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan
alami benih ikan gabus.
d) Secara bertahap ketinggian air ditambah,
sebelum benih gabus ditebar.

12
2). Pemberian Pakan
Makanan alami yang berupa zooplankton, larva, cacing-
cacing dan serangga air.Makanan berupa fitoplankton adalah
Gomponema spp (golongan Diatome), anabaena spp
(Golongan Cyanophyta), Navicula spp (golongan
Diatome).Ikan gabus juga menykai pakan busuk yang
berprotein serta kotorang yang berasal dari kakus.
Makanan tambahan dapat diberikan sisa-sia makanan
keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang
dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan
ikan rucah (9 : 1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot
(2 : 1 : 1).
Pakan buatan (pellet) dapat diberikan dengan komposisi (%
berat) : tepung ikan = 27; bungkil kacang kedelai 20; tepung
terigu 10,50; bungkil kacang tanah 18; tepung kacang hijau 9;
tepung darah 5; dedak 9; vitamin 1; mineral 0,5. cara
pemberian pakan pellet mulai dikenalkan pada benih ikan
gabus pada umur 6 minggu dan diberikan 10 – 15 menit
sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung. Pada
minggu ke 7 dan seterusnya sudah dapat diberikan pakan
berpa pellet.Hindarhan pemberian pakan pada saat terik
matahari, karena suhu suhu tinggi dapat mengurangi nfsu
makan ikan gabus.

13
IV. PENYAKIT

4.1. Jenis Penyakit


Penyakit yang sering menyerang ikan gabus adalah
parasit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti
virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Namun, jenis penyakit yang
dibahas dalam buku ini adalah sebagai berikut:

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002.Budidaya Ikan Air Tawar.Deputi Manegeristik


Bidang Pendayagunaan dan Kemasyarakatan IPTEK.
Jakarta.
Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.

http://m.epetani.deptan.go.id/budidaya/studi-pembuatan-
konsentrat-protein-ikan-gabus-1941
http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2011/05/budidaya-
ternak-ikan-gabus.html
Sentis Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan
“Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.
Siswoyo, Pujo. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat.
Absolut.Yogyakarta.

Skripsi hasil penelitian Mahasiswa IPB tahun 2003.

15
RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Nama ALFIAH, S.Pi. Dilahirkan di Bungi


Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan tanggal 25 Mei 1976,
menyelesaikan Pendidikan terakhir
Starata Satu (S.1) Perikanan di
Universitas Hasanuddin pada Bulan
Desember 1999.
Sejak Tahun 2011 sampai Tahun 2017 telah bertugas sebagai
Penyuluh Perikanan di Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo, dan Pertengahan Tahun 2017 dialihkan
menjadi Penyuluh Perikanan KKP RI. Status sudah
berkeluarga Isteri satu, dan Anak satu. Selama jadi penyuluh
perikanan ada beberapa penghargaan yang saya peroleh
diantaranya Penas XIII Kutai Kertanegara Kaltim Tahun 2911,
Penas XIV Malang Jatim Tahun 2014, Penas XV Aceh
Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2017, dan Juara I Penyuluh
Teladan tingkat Provinsi Gorontalo Tahun 2016.
Menulis bukan sebagai hobi atau karena bakat, tetapi sebagai
profesi untuk menopang hidup sebagai Penyuluh Perikanan
Lapangan. Disini tergambar hidup adalah perjuangan, dan
perjuangan itu pasti berhasil apabila disertai kerja keras, tekun
dan Tawakal.
Kejujuran adalah mata uang yang sangat berharga yang
sangat berharga, dimana hendaklah kamu jujur, karena
kejujuran dapat membawa kita kepada kebaikan dunia dan
akhirat.

16

Anda mungkin juga menyukai