Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IKHTIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH:
1. RIFQAH ATHIYYAH (L 231 15 307)
2. DIAN PURNAMASARI ANWAR (L 231 15 309)
3. NURUL WAHYU MUSTAFA (L 231 15 311)
4. NURAZISAH TAUFIQ (L 231 15 313)
5. MONISA TEJAYA (L 231 15 315)
6. MUHAMMAD DZULFAQARRAHMAN PUTRA (L 231 15 309)
7. YUNISA PUTRI ANDARI (L 231 15 513)
8. A. RAHMI RAJA PUTRI (L 231 15 519)
9. ISNAINUL AMALIAH (L 241 15 001)
10. INDRAWATI (L 241 15 005)

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang ..……..…………………………………………………………1

1.2 Tujuan …………………………………………………………………………..2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………..3

2.1 Ikan ……………………………………………………………………………..3

BAB III. PEMBAHASAN …………………………………………………………5

3.1 Seksualitas …………………………………………………………………...…5

3.2  Perkembangan gamet jantan ...............................................................................7

3.3  Perkembangan gamet betina ...............................................................................9

3.4  Pemijahan .........................................................................................................12

3.5  Pembuahan (fertilisasi) .....................................................................................13

BAB IV. PENUTUP …………………………………………………………….. 16

4.1  Kesimpulan …………………………………………………………………...16

4.2 Saran …………………………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..iv


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun tugas ini dapat di selesaikan. Tugas

ini disusun untuk di ajukan sebagai tugas Mata KuliahIkhtiologiyang berjudul

“SISTEM REPRODUKSI ”.

Terima kasih disampaikan kepada Dosen mata Kuliah Ikhtilogi   yang telah

membimbing dan memberikan kuliah demi kelancaran tugas ini dan teman-teman

yang turut berpatisipasi dalam proses penulisan makalah ini. Penulis sadar masih

terdapat sangat banyak kekurangan pada makalah ini, untuk itu diharapkan kritik

dan sarannya.

Demikian tugas ini disusun semoga bermanfaat.

Makassar 15 November 2016

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pembangunan di sektor perikanan mengacu kepada pembangunan

Nasional yang di selaraskan dengan kondisi wilayah dengan tidak lepas dari

kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung konsep untuk meningkatkan daya

tahan ke daerahan atas dasar kekuatan sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai

perairan tropis, memiliki plasma nuftah perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan

air tawar sangat beragam, ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil.

Sebagian diantaranya dapat dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan

konsumsi, terutama ikan yang berukuran besar.

Sulawesi Selatan pada umumnya memiliki potensi yang sangat besar

dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki

tersebut dengan semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun

perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut

diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan sentra

produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor – sektor strategis yang

diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan

perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam

pengembangan wilayah tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar –


benar maksimal. Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan

semakin meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan

teknologi.

Sebagaimana ilmu – ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan

teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai,

antara lain fisiologi. Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan

dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisme

dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah

reproduksi.

1.2  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem

reproduksi ikan dan proses reproduksinya.


BAB II

 TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Ikan

Anonim (2016), ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah

mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung

atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Yushinta Fujaya (2004),

ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki

oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ – organ

ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup

di air, baik itu perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus

dapatmengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan

organ yang dikenal sebagai linea lateral.

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat

melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet

jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi

generasi baru (Fujaya,2004).

Menurut Anonim (2016), meskipun tidak semua individu mampu

menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian

besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada

ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan
ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal

itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa

bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.

Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :

1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan

berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.

2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio

ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk

dewasa.

3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio

berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk

dewasa.
BAB III

 PEMBAHASAN

3.1  Seksualitas

Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina

(biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang

sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua

kelompok yaitu :

1.  Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan

gonad belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.

2. Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis

kelaminnya apakah jantan atau betina.

Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam

tubuh individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis

gonad ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat

matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit

sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus

subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus

auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun

semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai

hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk


individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah

menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba.

Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri

seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri

seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi

secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta

ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan

pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder

lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga

tidak memberikan hasil yang nyata.

Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai

hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat

tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder

yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama

ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal

tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada

saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul

tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh

kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang

memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus

helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni.

Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan
jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga

ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang.

Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa

spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent).

Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-

ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan

dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga

memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang

suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang

berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan

Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.

Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas.

Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan

betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga

yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya.

3.2  Perkembangan gamet jantan

Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya.

Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi

testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-

batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan

dalam lobule yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan

testis, berguna untuk membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya

adalah saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital

papilla. Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung

seminal, tetapi pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi

mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon.

Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa

melalui dua tahap, yaitu spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis

adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid. Sedangkan

spermiogenesis adalah metamorfosis spermatid menjadi spermatozoa. Awal

spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali

melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer.

Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang dimulai dengan kromosom

berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n). Satu

spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid (n).

Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen

lobulus masuk ke dalam saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh

kenaikan tekanan hidrostatik ke dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan

oleh sel-sel sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian

didorong ke dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan

sperma.
Perangsangan perkembangan sperma tidak terlepas dari peran serta hormon

androgen, yaitu testosteron. Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama

pada spermatogenesis dan spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron

selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi

pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan spermatogenesis.

3.3  Perkembangan gamet betina

Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam

ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali

melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya

terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui

proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.

Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan

pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk

yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan

tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada

perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri

atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas

gliserol dan sejumlah kecil kolesterol.

Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal

pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan

tahap pematangan. Pertumbuhan awal adalah terjadinya pelepasan hormon

gonadotropin yang dicirikan dengan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah


nukleolus. Sejumlah besar dari RNA disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai

bekal bagi embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan.

Tahap pembentukan kantung telur dicirikan dengan terbentuknya kantung

atau vesikel. Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan

membentuk kortikal alveoli yang berisi butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan

dengan terbentuknya zona radiata, perkembangan ekstraseluler dan bakal korion.

Vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang

berasal dari luar sel, yaitu kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin

ini disintesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calcium kompleks dan

hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh

darah dan ditransfer ke dalam sel telur secara endositosis.

Selama proses vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona

radiata, sel-sel granulosa dan theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis

17 -hydroxyprogesterone dan testosteron yang oleh sel-sel granulosa diubah

menjadi 17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one (17,20-p dan estradiol-17 ).

Sirkulasi estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam

hepatosit yang selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.

Tahap akhir perkembangan telur adalah tahap pematangan, yakni setiap

tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle

breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II.

Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah telur mengalami pematangan

dan mengakibatkan pecahnya dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel


mikrofil yang menutupi lubang mikrofil berpisah sehingga spermatozoa dapat

menembus korion setelah telur dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel

ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin

merupakan mediator aksi gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding

folikel.

Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan

seksual) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual

antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang berbeda. Secara umum

ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup pendek, akan

mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih muda daripada ikan yang

mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes dan Gambusia affinis

mencapai kematangan seksual pada umur kurang dari satu tahun pada panjang

kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan pada umur satu tahun.

Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali

pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih.

Yang termasuk kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass

(Micropterus) dan sunfishes (Lepomis). Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai

kematangan seksual pada umur 10-13 tahun dengan panjang lebih dari 60-100 cm.

Ikan sturgeons baru mencapai kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan

panjang satu meter.

Bilamana ikan sudah dewasa secara seksual, produk seksual akan matang

dan kegiatan reproduksi akan berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi


peristiwa ini, yang secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu yang timbul dalam diri ikan itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari

lingkungannya (faktor eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis

ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya.

3.4  Pemijahan

Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma

bisa terjadi dengan dua cara. Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di

luar tubuh induk (fertilisasi eksternal). fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya

oleh ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Cara

yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk (Fertilisasi

internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii dan juga

sebagian kecil golongan teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae). Untuk

fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh ikan pada waktu melakukan

kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.

Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh

lebih banyak pada ikan-ikan yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan

dengan ikan-ikan yang melakukan fertilisasi internal. Hal ini merupakan adaptasi

terhadap kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh.

Berdasarkan tempat embrio berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu

ovipar, vivipar dan ovovivipar. Golongan ovipar adalah golongan ikan yang

mengeluarkan telur pada waktu pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan

ovovivipar adalah ikan-ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada golongan


ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur untuk memenuhi

kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa dikatakan hanya menyediakan tempat

perlindungan. Pada golongan vivipar, kandungan telur sangat sedikit dan

perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada tahap

awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh

golongan ikan vivipar, sudah hampir menyerupai induk dewasa.

3.5  Pembuahan (fertilisasi)

Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk

zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma.

Kedua inti ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan)

sebanyak satu sel (haploid).

Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur

(monosperm). Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan

dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-

satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos

mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada

saluran mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah

spermatozoa yang lain masuk.

Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah

terjadinya reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang

bertumpuk pada saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi
membersihkan korion dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu

proses pernafasan zigot yang sedang berkembang.

Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu

spermatozoa yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak

setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur.

Selain itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik

spermatozoa ke arahnya.
BAB IV

 PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa:

1. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai

upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya.

2. Perkembangan gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis

kemudian pembelahan miosis untuk membentuk gamet yang haploid.

4.2  Saran

Untuk menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar

dapat menjaga kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air

budidaya di tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan – bahan

kimia beracun yang dapat merusak kualitas air.


DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2011. Reproduksi Ikan. Dikutip dari


http://www.anneahira.com/2016/02/ reproduksi-ikan.html.Diakses pada
hari Minggu tanggal 13November 2016 pukul 10.50WITA. di Makassar.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Psycologi mania. 2016. sistem reproduksi pada ikan. dikutip dari


http://www.psychologymania.com/2016/05/sistem-reproduksi-ikan.html.
Diakses pada hari Minggu tanggal 13November 2016 pukul 10.32 WITA.
di Makassar.

Anda mungkin juga menyukai