3.) Mekanisme umpan balik ginjal yang mengatur konsentrasi dan osmolaritas natrium
cairan ekstraselular, seperti pada Perubahan osmolaritas dan volume cairan tubulus
sewaktu cairan melewati berbagai bagian nefron. Adapun pembagiannya yaitu
Tubulus Proksimal. Sekitar 65 persen elektrolit yang difiltrasi akan
direabsorbsi di tubulus proksimal. Akan tetapi, membran tubulus sangat permeabel
terhadap air, sehingga setiap kali zat terlarut direabsorbsi, air juga berdifusi melalui
membran tubulus secara osmosis. Oleh sebab itu, osmolaritas cairan yang tersisa
kurang lebih sama dengan filtrat glomerulus, yaitu 300 mOsm/L.
Pars Desendens Ansa Henle. Osmolaritas cairan yang mengalir melalui pars
desendens akan meningkat secara bertahap hingga hampir sama dengan cairan
interstisial di sekitarnya, yaitu sekitar 1.200 mOsm/L bila konsentrasi ADHdarah
tinggi.
Segmen Tipis Pars Asendens Ansa Henle segmen tipis ini impermeabel
terhadap air tetapi dapat mereabsorbsi sejumlah natrium klorida dimana terjadi difusi
pasif natrium klorida dari segmen tipis pars asendens ke interstisium medula. Jadi,
cairan tubulus menjadi lebih encer sewaktu natrium klorida berdifusi keluar dari
tubulus dan air tetap tinggal di tubulus.
Segmen Tebal Pars Asendens Ansa Henle. Segmen tebal pars asendens ansa
Henle juga hampir impermeabel terhadap air, tetapi sejumlah besar natrium, klorida,
kalium, dan ion-ion lain ditranspor secara aktif dari tubulus ke dalam interstisium
medula. Segmen Awal Tubulus Distal. Segmenini mirip mirip dengan segmen tebal
pars asendens ansa Henle, sehingga terjadi pengenceran cairan tubulus lebih lanjut
sampai kira-kira 50 mOsm/L sewaktu zat terlarut direabsorbsi sedangkan air tetap
tinggal di tubulus. Segmen Akhir Tubulus dan Duktus Koligens Kortikalis. Pada
segmen akhir tubulus distal dan duktus koligens kortikalis, osmolaritas cairan
bergantung pada kadar ADH. Dengan kadar ADH yang tinggi, tubulus-tubulus ini
sangat permeabel terhadap air, dan air akan direabsorbsi. Akan tetapi, ureum, tidak
begitu permeabel di bagian nefron ini sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi
ureum sewaktu air direabsorbsi.
4.) Mekanisme rasa haus dan keinginan garam yang menentukan asupan air dan garam,
yang juga membantu mengatur volume cairan ekstraselular, osmolaritas, dan
konsentrasi natrium. di sepanjang dinding anteroventral ventrikel ketiga yang
meningkatkan pelepasan ADH juga merangsang rasa haus. Ada juga suatu daerah
kecil yang terletak anterolateral nukleus preoptik, yang bila dirangsang secara listrik,
segera menyebabkan kegiatan minum yang berlanjut selama rangsangan berlangsung.
Semua daerah ini disebut pusat rasa haus. Neuron-neuron di pusat rasa haus memberi
respons terhadap penyuntikan larutan garam hipertonik dengan cara merangsang
perilaku minum. Sel-sel ini hampir pasti berfungsi sebagai osmoreseptor untuk
mengaktivasi mekanisme rasa haus, dengan cara yang sama saat osmoreseptor
merangsang pelepasan ADH. Peningkatan osmolaritas cairan serebrospinal di
ventrikel ketiga memberi pengaruh yang pada dasarnya sama, yaitu menimbulkan
keinginan untuk minum. Organum vaskulosum lamina terminalis yang terletak tepat
di bawah permukaan ventrikel pada ujung inferior daerah AV3V, agaknya ikut
memperantarai respons tersebut.