Anda di halaman 1dari 31

REPRODUKSI IKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sektor perikanan mengacu kepada pembangunan Nasional yang di selaraskan dengan kondisi wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung konsep untuk meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar kekuatan sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai perairan tropis, memiliki plasma nuftah perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan air tawar sangat beragam, ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Sebagian diantaranya dapat dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan yang berukuran besar. Kalimantan Tengah pada umumnya dan Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang sangat besar dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tersebut dengan semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan sentra produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan wilayah tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar benar maksimal. Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi. Sebagaimana ilmu ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.

Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisme dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses reproduksinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Anonim (2006), ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateral. 2.2 Teknologi Budidaya Menurut Irzal Effendi (2010), sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produsi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Sedikitnya terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk memproduksi ikan. Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jarring tancap, karamba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit, bak-tangki-akuarium, dan ranching (restocking). Menurut Khairul Amri, et al (2008) ada 4 (empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu pembenihan secara tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara hypofisasi (kawin suntik), dan pemijahan ala cangkringan. 2.3 Reproduksi Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat

melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun. Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain : 1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya. 2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. 3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.

III. PEMBAHASAN 3.1 Seksualitas Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu : 1. Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina. 2. Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan atau betina. Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba. Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri

seksual primer sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata. Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang. Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.

Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya. 3.2 Perkembangan gamet jantan Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif. Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon. Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis spermatid menjadi spermatozoa. Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya

spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang dimulai dengan kromosom berpasangan,

yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid (n). Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik ke dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan sperma. Perangsangan perkembangan sperma tidak terlepas dari peran serta hormon androgen, yaitu testosteron. Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama pada spermatogenesis dan spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan spermatogenesis. 3.3 Perkembangan gamet betina Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II. Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli.

Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil kolesterol. Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan awal adalah terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan. Tahap pembentukan kantung telur dicirikan dengan terbentuknya kantung atau vesikel. Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan membentuk kortikal alveoli yang berisi butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan dengan terbentuknya zona radiata, perkembangan ekstraseluler dan bakal korion. Vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yaitu kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin ini disintesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh darah dan ditransfer ke dalam sel telur secara endositosis. Selama proses vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa dan theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis 17 -hydroxyprogesterone dan testosteron yang oleh sel-sel granulosa diubah menjadi 17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3one (17,20-p dan estradiol-17 ). Sirkulasi estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit yang selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.

Tahap akhir perkembangan telur adalah tahap pematangan, yakni setiap tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II. Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah telur mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi lubang mikrofil berpisah sehingga spermatozoa dapat menembus korion setelah telur dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan mediator aksi gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel. Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup pendek, akan mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes dan Gambusia affinis mencapai kematangan seksual pada umur kurang dari satu tahun pada panjang kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan pada umur satu tahun. Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih. Yang termasuk kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass (Micropterus) dan sunfishes (Lepomis). Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 10-13 tahun dengan panjang lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons baru mencapai kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan panjang satu meter.

Bilamana ikan sudah dewasa secara seksual, produk seksual akan matang dan kegiatan reproduksi akan berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam diri ikan itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari lingkungannya (faktor eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya. 3.4 Pemijahan Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan dua cara. Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal). fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya oleh ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Cara yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk (Fertilisasi internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii dan juga sebagian kecil golongan teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae). Untuk fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh ikan pada waktu melakukan kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada ikan-ikan yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan yang melakukan fertilisasi internal. Hal ini merupakan adaptasi terhadap kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh. Berdasarkan tempat embrio berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan ovovivipar. Golongan ovipar adalah golongan ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur untuk

memenuhi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa dikatakan hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar, kandungan telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar, sudah hampir menyerupai induk dewasa. 3.5 Pembuahan (fertilisasi) Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masingmasing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid). Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk. Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan korion dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan zigot yang sedang berkembang. Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur. Selain itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik spermatozoa ke arahnya.

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa: 1. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. 2. Perkembangan gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis kemudian pembelhana miosis untuk membentuk gamet yang haploid. 3. Spermatozoa bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur dengan air. 4.2 Saran Untuk menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar dapat menjaga kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air budidaya di tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan bahan kimia beracun yang dapat merusak kualitas air.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Ichtiologi. Universitas Hasanuddin Makasar: Makasar. Ahira, Anne. 2011. Mengenak Reproduksi Ikan. anneahira.com. Amri, Khairul; Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. AgroMedia Pustaka : Jakarta. Effendi, Irzal. 2009. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta. Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). PT. Rineka Cipta : Jakarta.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reproduksi merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru (Affandi dan Tang, 2002). Hal-hal yang perlu diketahui dalam proses reproduksi ciri reproduksi dan anatomi reproduksi. Pengetahuan tentang ciri reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan gonad untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan reproduksi. Ikan-iakn yang digunakan dalam praktiku ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias batrachus). Pengetahuan tentang ciri reproduksi tidak akan sempurna apabila tidak diiringi dengan pengetahuan anatomi reproduksi baik jantan maupun betina. Serta proses-proses pembentukan sel kelamin sampai terjadinya kematangan gonad yang biasanya disebut tingkat kematangan gonad (TKG) perlu diinformasikan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, praktikum mengenai ciri reproduksi dan anatomi reproduksi perlu dilaksanakan. 1.2. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cirri reproduksi dan anatomi reproduksi ikan mas dan ikan lele.

II. METODOLOGI 2.1. Waktu daan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 14.00 s.d 17.00 WIB tanggal 05 September 2009, bertempat di Laboratorium Babakan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Perikanan. 2.2. Alat dan Bahan Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias batrachus), dan larutan alkohol. Sedangkan alat yang digunakan baki setiap kelompok 3 buah, alat nedah masing-masng individu, golok atau pisau minimal 1 buah perkelompok, tissue dan serbet 1 buah perkelompok. Alat-alat yang disediakan asisten adalah boto film, dan tusuk gigi. 2.3. Prosedur Kerja 2.3.1. Pengamatan Gonad Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sebelum dilakukan pengamatan gonad, ikan mas dimatikan terlebih dahulu. Cara yang dilakukan yaitu kepala dipotong di belakang operkulum sampai tulang vertebrae terputus. Selanjutnya ikan mas dibelah dari anus ke atas sampai di atas linear lateralis Dilanjutkan ke depan sampai di belakang operkulum, daging dibuka hingga kelihatan organ dalam ikan mas. 2.3.2. Pengamatan Gonad Ikan Lele (Clarias batrachus) Sebelum dilakukan pengamatan gonad, ikan lele dimatikan terlebih dahulu. Cara yang dilakukan yaitu bagian kepala di dekat otak ditusuk dengan menggunakan tusukan sehingga terbentuklah sudut 450. Tusukkan digoyang-goyang dab ditunggu beberapa menit sampai ikan lele tidak bergerak lagi. Untuk pembelahan ikan lele berbeda dengan ikan mas. Pembelahan dilakukan dari lubang anus ke depan menuju belakang operkulum lalu dipotong ke atas dan ke bawah. Organ dalam bisa terlihat maka daging perut dipotong sehingga organ dalam mudah diamati. 2.3.3. Pengambilan Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio) Setelah ikan mas diamati organ dalamnya kemudian diambil hipofisanya dengan cara, kepala dibelah bagian atas mata sampai kelihatan otaknya. Lemak yang ada dalam otak dibersihkan terlebih dahulu dengan tissue kemudian diambil otaknya dengan tusuk gigi dengan cara ikan dihadapkan ke atas, telunjuk dimasukkan kedalam mulut ikan untuk memudahkan kerja). Sisa-sisa lemak dibersihkan lagi dengan tissue, setelah bersih barulah hipofisa diambil dengan tusuk gigi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut menurut Saanin (1989) dalam Astuti (2000): Kelas : Pisces Subkelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidei Family : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L

Letak gonad betina ikan mas membesar mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir memenutupi organ-organ tubuh saat melakukan pengamatan sebelum dilakukan pemburaian dan berwarna kuning kecoklatan. Organ-organ yang teramati yaitu gelembung renang, hati, dan lambung. Sehingga gonad ikan mas dari pengamatan yang dilakukan pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV (Khairuman dan Amri, 2007).

Seperti pada gonad betina, gonad jantan ikan mas besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut atau hamper menutupi orga-organ yang lain sebelum dilakukan pemburaian. Gonad mengembung, memanjang ke depan dan berwarna putih jernih. Sehingga gonad ikan mas dari pengamatan yang dilakukan pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV (Khairuman dan Amri, 2007). 3.2. Ikan Lele (Clarias batrachus) Ikan lele adalah ikan yang hidup diperairan umum dan merupakan ikan yang bernilai

ekonomis serta disukai masyarakat. Budidaya ikan ini banyak mengguanakan sistem tradisional maupun intensif (Abidin, 2006 dalam Rachmiwati, 2008). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Silarvidae Famili : Clariidaae Subfamili : Cyprininae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.

Gonad betina ikan lele ini terletak didekat anus memanjang ke depan dirongga badan. Gonad hanya berkembang sebelah dan sebelahnya lagi tidak berkembang. Pada gonad yang berkembang memiliki ciri TKG IV yaitu Gonad membesar dengan panjang, berwarna kuning kecoklatan, mengisi dua pertiga rongga perut tetapi kurang jelas unutk diamati butiranbutiran telur. Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Menurut Effendie (2002) dalam Anonim (2009), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 1025 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 510 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima oleh

sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini menyebabkan hipofisa melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad. Akibat kerja hormon gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron dan estradiol-. Estradiol- selanjutnya akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut kemudian dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh Oosit. Akibat menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian berhenti apabila mencapai ukuran maksimum (pada ikan mas, ukuran oosit adalah 900-1000 mikron meter). Setelah mencapai ukuran tersebut, telur tidak mengalami perubahan apapun. Pada kondisi ini dikatakan bahwa telur telah berada pada fase Dorman atau istirahat dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan. Lingkungan tempat hidup ikan bisa menghasilkan sinyal yang kemudian diterima oleh sistem saraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus ini melepaskan hormon GnRH. Hormon ini selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Akibatnya, hipofisa ini menyekresikan hormon Gondotropin II yang bekrja pada gonad. Akibat hormon gonadotropin-II, goanad menyintesis hormon steroid pemicu pematangan (naturation inducing steroid) yang menyebabkan inti telur mengalami migrasi dan peleburan, lalu dilanjutkan dengan proses ovulasi. Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses ovulasi tersebut telah mencapai kamatangan fisiologis dan siap dibuahi oleh sperma. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan didasarkan pada perkembangan gonad, perubahan warna telur, dan pengisian pada rongga perut. Pengertian tingkat kematangan gonad ikan betina I sampai dengan IV sebagai berikut : 1. TKG I (belum matang) Gonad kecil dan memanjang 10-15 mm, warna bening, dan butir-butir telur belum berbentuk. Kalaupun sudah terbentuk, warnanya masih transparan. 2. TKG II (mulai matang) Gonag semakin besar dan berwarna kuning. Butir-butir telur sudah mulai terllihat dan panjang gonad 15-20 mm. 3. TKG III (matang) Gonad lebih besar, panjang 20-30 mm, berwarna kuning agak kecokelatan. Butir-butir telur mengisi lebih setengah rongga perut dan mulai mendesak alat pencernaan kea rah dorsal (punggung). 4. TKG IV (matang sekali) Gonad membesar dengan panjang 30-50 mm, berwarna kuning kecoklatan, mengisi dua pertiga rongga perut. Pengertian tingkat kematangan gonad ikan jantan I sampai dengan IV sebagai berikut: 1. TKG I (belum matang) Gonad kecil dengan panjang 5-12 mm, berwarna putih, dan permukaan gonad mulai tidak rata.

2. TKG II (mulai matang) Gonag semakin besar dengan panjang 12-30 mm, warna mulai berubah putih jernih, dan berbentuk gerigi mulai terlihat jelas. 3. TKG III (matang) Gonad lebih besar, dengan panjang 20-45 mm dan mengisi dua pertiga rongga perut. Warna jernih dan gerigi pada gonad semakin besar. 4. TKG IV (matang sekali) Gonad besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut. Gonad mengembung dan berwarna jernih. (Khairuman dan Amri, 2007) Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Bentuk hipofisa adalah bulat kecil dan terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH (Growth Hormone) yang berfungsi dalam mengatur pertumbuhan dan nafsu makan, ACTH (Adrenocorticotrophic Hormone) yang berfungsi dalam mengatur kelenjar adrenalin dan merangsang produksi kortisol (saat stres), GTH (Gonadotropine Hormone) terbagi menjadi dua yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormone) yang berfungsi saat vitologenesis dan LH (Luteinizing Hormone) yang berfungsi saat pematangan gonad, Thyrotropine, Prolactin, dan MSH (Melanofor Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk perubahan warna (Budiyanto, 2002). Gambar 2. Letak hipofisa Teknik pengawetan hipofisa ada dua yaitu metode basah dan metode kering. Perbedaan dari metode pengawetan ini adalah pada metode basah menggunakan alcohol absolute dan sedangkan pada metode kering menggunakan aseton. Dimana pada metode kering dibagi menjaadi dua cara yaitu dilakukan pada suhu kamar dan pada suhu rendah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Mengetahui ciri-ciri reproduksi dan anatomi reproduksi sangat penting dalam bidang budidaya. Butiran-butiran gonad betina ikan mas lebih mudah diamati dari pada gonad betina ikan lele. Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang penting karena mengahsilkan hormone-hormon yang diperlukan dalam tubuh. Letak hipofisa tersembunyi dibawah otak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. 4.2. Saran Perlakuan pembedahan ikan mahasiswa disarankan lebih hati-hati dan teliti agar tidak merusak organ di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA Affandi R dan Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press Astuti, Neni. 2000. Studi tentang Karakteristik Tepung Ikan Mas (Cyprinus carpio) Hasil Reaksi Hidrolisi/Plastein Enzim Bromelin Imobil. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Budiyanto. 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstraks Kelenjar Hipofisa Ikan Patin Terhadap Laju Pertumbuhan Harian Ikan Koi yang Dipelihara Dalam Sistem Resirkulasi. (Skripsi tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan IPB. Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Agro Media : Jakarta. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reproduksi merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru (Affandi dan Tang, 2002). Hal-hal yang perlu diketahui dalam proses reproduksi ciri reproduksi dan anatomi reproduksi. Pengetahuan tentang ciri reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan gonad untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan reproduksi. Ikan-iakn yang digunakan dalam praktiku ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias batrachus). Pengetahuan tentang ciri reproduksi tidak akan sempurna apabila tidak diiringi dengan pengetahuan anatomi reproduksi baik jantan maupun betina. Serta proses-proses pembentukan sel kelamin sampai terjadinya kematangan gonad yang biasanya disebut tingkat kematangan gonad (TKG) perlu diinformasikan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, praktikum mengenai ciri reproduksi dan anatomi reproduksi perlu dilaksanakan. 1.2. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cirri reproduksi dan anatomi reproduksi ikan mas dan ikan lele.

II. METODOLOGI 2.1. Waktu daan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 14.00 s.d 17.00 WIB tanggal 05 September 2009, bertempat di Laboratorium Babakan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Perikanan. 2.2. Alat dan Bahan Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias batrachus), dan larutan alkohol. Sedangkan alat yang digunakan baki setiap kelompok 3 buah, alat nedah masing-masng individu, golok atau pisau minimal 1 buah perkelompok, tissue dan serbet 1 buah perkelompok. Alat-alat yang disediakan asisten adalah boto film, dan tusuk gigi. 2.3. Prosedur Kerja 2.3.1. Pengamatan Gonad Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sebelum dilakukan pengamatan gonad, ikan mas dimatikan terlebih dahulu. Cara yang dilakukan yaitu kepala dipotong di belakang operkulum sampai tulang vertebrae terputus. Selanjutnya ikan mas dibelah dari anus ke atas sampai di atas linear lateralis Dilanjutkan ke depan sampai di belakang operkulum, daging dibuka hingga kelihatan organ dalam ikan mas. 2.3.2. Pengamatan Gonad Ikan Lele (Clarias batrachus) Sebelum dilakukan pengamatan gonad, ikan lele dimatikan terlebih dahulu. Cara yang dilakukan yaitu bagian kepala di dekat otak ditusuk dengan menggunakan tusukan sehingga terbentuklah sudut 450. Tusukkan digoyang-goyang dab ditunggu beberapa menit sampai ikan lele tidak bergerak lagi. Untuk pembelahan ikan lele berbeda dengan ikan mas. Pembelahan dilakukan dari lubang anus ke depan menuju belakang operkulum lalu dipotong ke atas dan ke bawah. Organ dalam bisa terlihat maka daging perut dipotong sehingga organ dalam mudah diamati. 2.3.3. Pengambilan Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio) Setelah ikan mas diamati organ dalamnya kemudian diambil hipofisanya dengan cara, kepala dibelah bagian atas mata sampai kelihatan otaknya. Lemak yang ada dalam otak dibersihkan terlebih dahulu dengan tissue kemudian diambil otaknya dengan tusuk gigi dengan cara ikan dihadapkan ke atas, telunjuk dimasukkan kedalam mulut ikan untuk memudahkan kerja). Sisa-sisa lemak dibersihkan lagi dengan tissue, setelah bersih barulah hipofisa diambil dengan tusuk gigi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut menurut Saanin (1989) dalam Astuti (2000): Kelas : Pisces Subkelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidei Family : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L

Letak gonad betina ikan mas membesar mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir memenutupi organ-organ tubuh saat melakukan pengamatan sebelum dilakukan pemburaian dan berwarna kuning kecoklatan. Organ-organ yang teramati yaitu gelembung renang, hati, dan lambung. Sehingga gonad ikan mas dari pengamatan yang dilakukan pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV (Khairuman dan Amri, 2007).

Seperti pada gonad betina, gonad jantan ikan mas besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut atau hamper menutupi orga-organ yang lain sebelum dilakukan pemburaian. Gonad mengembung, memanjang ke depan dan berwarna putih jernih. Sehingga gonad ikan mas dari pengamatan yang dilakukan pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV (Khairuman dan Amri, 2007). 3.2. Ikan Lele (Clarias batrachus) Ikan lele adalah ikan yang hidup diperairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai masyarakat. Budidaya ikan ini banyak mengguanakan sistem tradisional maupun intensif (Abidin, 2006 dalam Rachmiwati, 2008). Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Silarvidae Famili : Clariidaae Subfamili : Cyprininae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.

Gonad betina ikan lele ini terletak didekat anus memanjang ke depan dirongga badan. Gonad hanya berkembang sebelah dan sebelahnya lagi tidak berkembang. Pada gonad yang berkembang memiliki ciri TKG IV yaitu Gonad membesar dengan panjang, berwarna kuning kecoklatan, mengisi dua pertiga rongga perut tetapi kurang jelas unutk diamati butiranbutiran telur. Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Menurut Effendie (2002) dalam Anonim (2009), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 1025 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 510 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini

menyebabkan hipofisa melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad. Akibat kerja hormon gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron dan estradiol-. Estradiol- selanjutnya akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut kemudian dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh Oosit. Akibat menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian berhenti apabila mencapai ukuran maksimum (pada ikan mas, ukuran oosit adalah 900-1000 mikron meter). Setelah mencapai ukuran tersebut, telur tidak mengalami perubahan apapun. Pada kondisi ini dikatakan bahwa telur telah berada pada fase Dorman atau istirahat dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan. Lingkungan tempat hidup ikan bisa menghasilkan sinyal yang kemudian diterima oleh sistem saraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus ini melepaskan hormon GnRH. Hormon ini selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Akibatnya, hipofisa ini menyekresikan hormon Gondotropin II yang bekrja pada gonad. Akibat hormon gonadotropin-II, goanad menyintesis hormon steroid pemicu pematangan (naturation inducing steroid) yang menyebabkan inti telur mengalami migrasi dan peleburan, lalu dilanjutkan dengan proses ovulasi. Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses ovulasi tersebut telah mencapai kamatangan fisiologis dan siap dibuahi oleh sperma. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan didasarkan pada perkembangan gonad, perubahan warna telur, dan pengisian pada rongga perut. Pengertian tingkat kematangan gonad ikan betina I sampai dengan IV sebagai berikut : 1. TKG I (belum matang) Gonad kecil dan memanjang 10-15 mm, warna bening, dan butir-butir telur belum berbentuk. Kalaupun sudah terbentuk, warnanya masih transparan. 2. TKG II (mulai matang) Gonag semakin besar dan berwarna kuning. Butir-butir telur sudah mulai terllihat dan panjang gonad 15-20 mm. 3. TKG III (matang) Gonad lebih besar, panjang 20-30 mm, berwarna kuning agak kecokelatan. Butir-butir telur mengisi lebih setengah rongga perut dan mulai mendesak alat pencernaan kea rah dorsal (punggung). 4. TKG IV (matang sekali) Gonad membesar dengan panjang 30-50 mm, berwarna kuning kecoklatan, mengisi dua pertiga rongga perut. Pengertian tingkat kematangan gonad ikan jantan I sampai dengan IV sebagai berikut: 1. TKG I (belum matang) Gonad kecil dengan panjang 5-12 mm, berwarna putih, dan permukaan gonad mulai tidak rata. 2. TKG II (mulai matang) Gonag semakin besar dengan panjang 12-30 mm, warna mulai berubah putih jernih, dan berbentuk gerigi mulai terlihat jelas.

3. TKG III (matang) Gonad lebih besar, dengan panjang 20-45 mm dan mengisi dua pertiga rongga perut. Warna jernih dan gerigi pada gonad semakin besar. 4. TKG IV (matang sekali) Gonad besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut. Gonad mengembung dan berwarna jernih. (Khairuman dan Amri, 2007) Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Bentuk hipofisa adalah bulat kecil dan terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH (Growth Hormone) yang berfungsi dalam mengatur pertumbuhan dan nafsu makan, ACTH (Adrenocorticotrophic Hormone) yang berfungsi dalam mengatur kelenjar adrenalin dan merangsang produksi kortisol (saat stres), GTH (Gonadotropine Hormone) terbagi menjadi dua yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormone) yang berfungsi saat vitologenesis dan LH (Luteinizing Hormone) yang berfungsi saat pematangan gonad, Thyrotropine, Prolactin, dan MSH (Melanofor Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk perubahan warna (Budiyanto, 2002). Gambar 2. Letak hipofisa Teknik pengawetan hipofisa ada dua yaitu metode basah dan metode kering. Perbedaan dari metode pengawetan ini adalah pada metode basah menggunakan alcohol absolute dan sedangkan pada metode kering menggunakan aseton. Dimana pada metode kering dibagi menjaadi dua cara yaitu dilakukan pada suhu kamar dan pada suhu rendah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Mengetahui ciri-ciri reproduksi dan anatomi reproduksi sangat penting dalam bidang budidaya. Butiran-butiran gonad betina ikan mas lebih mudah diamati dari pada gonad betina ikan lele. Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang penting karena mengahsilkan hormone-hormon yang diperlukan dalam tubuh. Letak hipofisa tersembunyi dibawah otak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. 4.2. Saran Perlakuan pembedahan ikan mahasiswa disarankan lebih hati-hati dan teliti agar tidak merusak organ di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R dan Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press Astuti, Neni. 2000. Studi tentang Karakteristik Tepung Ikan Mas (Cyprinus carpio) Hasil Reaksi Hidrolisi/Plastein Enzim Bromelin Imobil. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Budiyanto. 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstraks Kelenjar Hipofisa Ikan Patin Terhadap Laju Pertumbuhan Harian Ikan Koi yang Dipelihara Dalam Sistem Resirkulasi. (Skripsi tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan IPB. Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Agro Media : Jakarta. II.

Anda mungkin juga menyukai