Anda di halaman 1dari 15

SEKSUALITAS PADA IKAN

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Perikanan yang diampu
oleh:
Dra. Titin Herawati, S.Pi., M.Si.

Oleh:
Haidar Fathurrahman
230110150159

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat dengan lancar menyusun paper ini sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Paper mengenai seklualitas pada ikan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Biologi Perikanan yang diampu oleh Dra. Titin Herawati, S.Pi., M.Si.
dengan harapan pembaca pada umumnya dan penyusun secara khususnya dapat
memahami apa yang dibahas dalam paper ini.
Penyusun sadari betul bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang didapati
dalam paper ini, untuk itu penyusun sampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan
untuk pembuatan paper yang lebih baik di kemudian hari.
Ucapan terimakasih tak lupa penyusun sampaikan kepada semua pihak yang
telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan paper ini. Akhir kata, semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun secara khususnya.

Jatinangor, Februari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan merupakan organisme tingkat tinggi yang memiliki nilai ekonomis dan
ekologi penting. Mengingat pentingnya keberadaan ikan dalam suatu ekosistem, maka
diperlukan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi, antara lain tingkat kematangan
gonad, fekunditas, hubungan panjang berat, seksualitas ikan, ruaya, pemijahan, awal
daur hidup, kebiasaan makanan dan cara memakan, persaingan dan pemangsaan,
pertumbuhan ikan, umur ikan, analisis populasi dan analisa saluran pencernaan yang
merupakan kunci penting dan harus diperhatikan untuk menjamin kelestarian
sumberdaya dan usaha budidaya ikan tersebut.
Secara garis besar, seksualitas pada ikan sama prinsipnya dengan seksualitas
pada hewan yang terdiri dari dua jenis, yaitu jenis jantan dan betina. Ikan dikatakan
jantan apabila ikan tersebut mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan
yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi homoseksual. Bila
populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Masalah-
masalah yang umum didapati dalam penentuan seksualitas ikan adalah proses penetuan
seksualitas ikan disuatu perairan harus berkali-kali karena secara keseluruhan terdapat
macam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protogini, hingga
gonokhorisma yang berdeferebsiasi maupun yang tidak.
1.2. Tujuan
Memahami seksualitas pada ikan secara garis besar
Mengetahui dan memahami ciri-ciri seksualitas pada ikan
Mengetahui dan memahami jenis-jenis seksualitas yang terdapat pada ikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Seksualitas pada Ikan


Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Kebutuhan bagi masyarakat semakin penting, maka semakin wajar
jika usaha perikanan harus dipicu untuk dikembangkan. Perkembangan usaha budidaya
ikan akan berpengaruh terhadap kemungkinan kesempatan kerja yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. (Murti Djo, 2001).
Secara garis besar, seksualitas pada ikan sama prinsipnya dengan seksualitas
pada hewan yang terdiri dari dua jenis, yaitu jenis jantan dan betina. Ikan dikatakan
jantan apabila ikan tersebut mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan
yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi homoseksual. Bila
populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun,
penetuan seksualitas ikan disuatu perairan harus berkali-kali karena secara keseluruhan
terdapat macam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protogini,
hingga gonokhorisma yang berdeferebsiasi maupun yang tidak (Wahyuningsih dan
Barus, 2006).
Populasi ikan yang hidup secara alami di perairan umumnya terdiri dari
kelompok individu ikan jantan dan ikan betina. Akan tetapi pada populasi ikan tertentu
di dalam populasi ikan itu terdapat juga beberapa individu yang bersifat hermaprodit
sinkroni, protandri dan ataupun protagini (Manda dkk,2011).
Penampakan ciri seksual yang dimiliki pada setiap individu spesies ikan terdiri
dari ciri seksual primer dan seksual sekunder. Penampakan ciri seksual sekunder pada
individu ikan ada yang bersifat permanen ada juga yang bersifat sementara (Manda dkk,
2011).
2.2. Sifat-sifat Seksualitas pada Ikan
Menurut Wahyuningsih dan Termala (2006), sifat seksualitas terbagi menjadi 2
yaitu:
2.2.1 Sifat Seksualitas Primer
Sifat seksual primer pada ikan di tandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada
ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Ciri seksual primer yaitu
alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi contoh:
Testes dan salurannya pada ikan jantan
Ovarium dan salurannya pada ikan betina

Gambar 1. Organ Reproduksi Ikan jantan dan betina

2.2.2 Sifat Seksualitas Sekunder


Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas,maka
spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan
jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual
dikromatisme.
Dimorfisme seksual
Ikan salmon (Oncorhynchus goburscha) jantan mempunyai punggung meninggi dan
rahang seperti kait dibandingkan dengan betina. Ikan lamadang (Coryphaena hippurus)
jantan bagian atas kepalanya melengkuh seperti kubah dan posisi sirip dorsal lebih
kedepan dibandingkan dengan sirip dorsal ikan betina. Genus sebastes (S. Melanops, S.
Flavidus, dan S. Serranoides) jantan memiliki mata yang lebih besar dan jari jari sirip
pektoral yang lebih panjang dari pada mata dan sirip pektoral betina. (Echeverria, 1986)

Gambar 2. Perbedaan Rahang pada Ikan salmon jantan dan betina sebagai salah satu
Dimorfisme Seksual

Dikromatisme seksual
Warna pada ikan sering merupakan ciri pengenalan seksual. Secara umum boleh
dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan
betina. Bagi ikan jantan warna berfungsi untuk menarik perhatian ikan betina. Variasi
warna yang menakjubkan di temukan pada banyak spesies siklid jantan pada berbagai
danau di Afrika (Kodric-Brown, 1998).
Pada ikan orange spotted sunfish (Lepomis humilis) jantan terdapat bintik jingga
yang lebih terang dan lebih banyak di bandingkan dengan ikan betina. Pinggiran
belakang sirip ekor ikan mujair (Oreochromis mossambicus) jantan berwarna merah.
Pinggiran belakang sirip ekor ikan mujair (Oreochromis mossambicus) jantan
berwarna merah.
Gambar 3. Perbedaan warna tubuh dan sirip ekor pada ikan mujair (kiri) dan orange spot pada
Lepomis humilis sebagai contoh dikromatisme seksual
Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari
pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim
pemijahan saja. Misalnya ovipositor, ikan Rhodeus amarus yaitu alat yang dipakai
untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya
pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada
spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan
Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.
b. Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada
sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada
ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada
golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta
dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan
sebagainya.
Gambar 4. Tanda Hitam pada ekor ikan Amia calva

Ciri seksual sekunder terdiri dari 2 jenis:


1. Tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi
Contoh:
Bentuk tubuh (betina lebih besar).
Buncak pemijahan pada ikan jantan minnow (Osmerus).
Sirip ekor lebih panjang pada jantan cinggir putri (Xiphophorus
helleri).
Warna tubuh lebih cemerlang pada jantan, misal pada (Lepomis humilis).
2. Alat bantu pemijahan
Contoh:
Gonopodium pada jantan ikan seribu (Lebistes reticulatus).
Modifikasi sirip dada heteorchir pada jantan Xenodexia untuk memegang
gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke oviduct betina.
Sirip perut yang termodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) pada
Elasmobranchii jantan menjamin fertilisasi internal.
Tenaculum (semacam clasper yang terdapat pada bagian atas kepala) pada ikan
Chimera jantan.
Ovipositor pada ikan Rhodes amarus dan Careproctus betina.
Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila
ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual
sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan.
Sebaliknya tanda bulatan hitan pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya
seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya
pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda
seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon
yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.

2.3. Jenis-jenis Seksualitas pada Ikan


2.3.1 Hermaprodit
Hermaprodit (hermaphrodite) adalah sifat seksual ikan yang membawa jaringan
jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan sprematozoa dan ovum secara
bersamaan. Spesies yang demikian disebut juga hermaprodit normal. Ikan dikatakan
hermaprodit, apabila gonad ikan mempunyai jaringan jantan dan betina. Jika seluruhnya
atau hampir seluruh individu tersebut mempunyai jaringan ovarium dan testis, maka
spesies tersebut adalah hermaprodit. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testis
yang terdapat dalam satu individu dapat menentukan jenis hermaproditismenya.
Berdasarkan sifat perubahannya, hermaprodit dibagi menjadi 3, yaitu
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protogini, dan hermaprodit protandri.
Hermaprodit sinkroni/simultaneous
Hermaprodit sinkroni adalah sifat pematangan sel kelamin jantan dan betina
pada waktu yang sama. Dalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel
kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan. Ikan
hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan
mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang
sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu
kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk
membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan
mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Di alam atau akuarium
yang berisi dua ekor atau lebih ikan ini, dapat menjadi pasangan untuk berpijah. Ikan
yang berfase betina mempunyai tanda warna yang bergaris vertikal, sesudah berpijah
hilang warnanya dan berubah menjadi ikan jantan. Contoh ikan hermaprodit sinkroni
yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae. Ikan yang tidak mengadakan pembuahan sendiri,
dalam satu kali pemijahan ia dapat berlaku sebagai ikan jantan dan dapat pula sebagai
ikan betina. Contoh Serranus cabrilla dan Hepatus hepatus.

Gambar 5. Ikan Serranus cabrilla sebagai contoh ikan Hermaprodit sinkroni


Hermaprodit protandri
Hermaprodit protandri adalah perubahan kelamin dari jantan menjadi betina.
Ikan ini mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase
betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis,
tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah
jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu
ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah
tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang
berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina.

Gambar 6. Penampang melintang hermaprodit protandri (Yamamoto, 1969)


Keterangan : A= fase jantan, B= fase transisi, C= fase betina
Contoh ikan yang termasuk Hermaprodit Protandri adalah ikan kakap putih
(Lates calcariver) dimana kakap jantan akan mengalami perubahan kelamin menjadi
betina, yang terjadi pada berat 2-4 kg. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi jantan
menurun seiring bertambahnya berat badan. Pada berat badan 2,4 kg terjadi peningkatan
jumlah betina dari jantan dewasa setelah mengalami perubahan kelamin (secondary
female). Ukuran biologi minimal induk jantan yang matang adalah 1,4 kg dan panjang
45 cm dan induk betina adalah 1,5 kg dan panjang 47 cm. Pengamatan ini juga
menunjukkan bahwa perubahan kelamin kakap putih dari jantan menjadi betina
berlangsung selang waktu antara umur 21-157 hari, dimana perubahan ini banyak
dijumpai pada ikan berukuran 2,0 3,0 kg. Dari hasil ini dapat diasumsikan bahwa pada
ukuran tersebut kakap putih mengalami masa transisi (intersex) atau masa perubahan
kelamin (Mayunar dan Ahmad,1994 dalam Kordi, 2010).

Gambar 7. Ikan Lates calcariver sebagai contoh ikan Hermaprodit protandri

Hermaprodit protogini
Hermaprodit protogini adalah sifat perubahan kelamin dari betina menjadi
jantan. Keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Pada beberapa ikan
yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan
ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang.
Ikan-ikan dari famili Serranidae dan famili Labridae tergolong hermaprodit
protogini. Ikan Kerapu (Cromileptes, Epinephelus, Pletropomus) dan ikan napoleon
(Cheilinus undulatus) merupakan ikan yang bersifat hermaprodit protogini. Perubahan
kelamin (change sex) dari betina ke jantan dipengaruhi oleh ukuran, umur dan
spesiesnya. Pada kerapu lumpur (Epinephelus suillus/ Epinephelus tauvina) transisi dari
betina ke jantan terjadi setelah ikan mencapai ukuran panjang badan 660-720 mm.
Testes mulai matang pada ukuran 740 mm atau berat 11 kg. Transformasi dari betina ke
jantan ini memerlukan waktu yang cukup lama dan dalam kondisi alami.
Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam
golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus). Ikan ini
memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah
menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang
hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan
yang berfungsi.
Gambar 8. Ikan Monopterus albus sebagai contoh ikan Hermaprodit protogini

Hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini sering disebut hermaprodit


beriring. Pada waktu ikan itu masih muda mempunyai gonad yang berorganisasi dua
macam seks, dimana terdapat jaringan testes dan ovarium yang belum berkembang
dengan baik. Proses suksesi kelamin dari satu populasi hermaprodit protandri atau
protogini terjadi pada individu yang berbeda baik menurut ukuran atau umur, tetapi
merupakan suatu proses yang beriring. Pada ikan Gobi didapatkan setelah suksesi itu
satu proses yang kembali kepada keadaan fase yang pertama.

2.3.2 Gonokhorisme
Gonokhorisme adalah kondisi seksual ganda, dimana pada ikan tahap juvenil
gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan atau betina (Effendi, 1979).
Sifat gonokhorisme pada ikan terbagi dua, yaitu ada yang berdiferensiasi dan ada
yang tidak berdiferensiasi. Pada spesies pertama, gonad yang berbeda langsung
berdiferensiasi menjadi testis dan ovarium. Pada spesies kedua, gonad yang tidak
berbeda mula-mula berkembang menjadi gonad yang menyerupai ovarium dan
kemudian lebih kurang setengahnya menjadi jantan dan setengahnya yang lain menjadi
betina (Effendi, 1979).
Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam ovarium, setelah itu
setengah dari individu ikan ikan itu gonadnya menjadi ovarium (menjadi ikan betina)
dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan jantan). Gonokhoris yang demikian
dinamakan gonokhoris yang tidak berdiferensiasi:, yaitu keadaannya tidak stabil dan
dapat terjadi interseks yang spontan. Misalnya Anguilla anguilla dan Salmo gairdneri
irideus adalah gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan gonokhorisme yang
berdiferensiasi sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara jantan dan betina yang
sifatnya tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak terdapat spesies yang
interseks (Rahardjo dkk, 2011).

Gambar 9. Ikan Anguilla anguilla sebagai contoh ikan Gonokhorisme


BAB III
PENUTUP

Secara garis besar, seksualitas pada ikan sama prinsipnya dengan seksualitas
pada hewan yang terdiri dari dua jenis, yaitu jenis jantan dan betina. Ikan dikatakan
jantan apabila ikan tersebut mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur.
Sifat seksual primer pada ikan di tandai dengan adanya organ yang
secaralangsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan
ikan betina.
Hermaprodit (hermaphrodite) adalah sifat seksual ikan yang membawa jaringan
jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan sprematozoa dan ovum secara
bersamaan. Berdasarkan sifat perubahannya, hermaprodit dibagi menjadi 3, yaitu
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protogini, dan hermaprodit protandri.
Gonokhorisme adalah kondisi seksual ganda, dimana pada ikan tahap juvenil
gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan atau betina.
DAFTAR PUSTAKA

Effendie, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.


Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan I. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
112 hlm.Dalam Nasution, S.H, Sulistiono, D.S Sjafei dan G.S

Haryani. 2004. Variasi Morfologi Ikan Endemik Rainbow Selebensis (Telmatherina


Celebensis Boulenger) Di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. J.Akuakultur
Indonesia, 3(2): 5-11 (2004)
Murtidjo, B.A. 2001. Budidaya Karper Dalam Keramba Jaring Apung. Kanisius,
Yogyakarta.
Wahyuningsih, H dan Barus,T.A. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi Fakultas MIPA
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Yudha, Sona. 2015. Seksualitas pada Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Anda mungkin juga menyukai