Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN REPRODUKSI
MenurutYushinta Fujaya (2004), Reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan

keturunan

sebagai

upaya

untuk

melestarikan

jenisnya

atau

kelompoknya. Untuk melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina.
Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru.
Organ utama pada ikan jantan berupa testis yang nantinya akan menghasilkan
spermatozoa. Organ utama pada ikan betina berupa ovarium yang nantinya akan
menghasilkan ovum. Ketika gamet jantan yaitu spermatozoa dan gamet betina yaitu
ovum bila terjadi pembuahan akan menghasilkan zigot (individu baru) dan terjadi
perkembangan embrio di dalam telur.
B. ORGAN REPRODUKSI
Organ reproduksi ikan disebut gonad. Pada ikan jantan gonad disebut testis dan
pada ikan betina disebut ovarium.
a. Testis
Testis berbentuk memanjang dan menggantung pada bagian atas
rongga tubuh dengan perantaraaan mesokrium. Pada ikan yang mempunyai
gelembung gas atau udara testis terletak disebelah gelembung udara. Testis
berjumlah sepasang dan bentuknya lebih kuarang sama besar. Pada
Chondrichthyes seringkali ukuran testis yang satu lebih besar daripada
pasangannya. Testis tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran dan warna testis berfariasi tergantung pada tingkat
perkembangannya. Pada awal perkembangannya testis akan berbentuk seperti
pita. Pada beberapa ikan (Siluriformes) seperti ikan lele, pita tadi membentuk
lekukan-lekukan, tetapi pada ikan lain tanpa lekukan.
Struktur genital pada Chondrichthyes dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang

berasal dari testis terlebih dahulu melalui vasa efferentia (saluran berbentuk
kumparan), epididymis, vasa deferentia ( saluran sperma, saluran Wolffian),
seminal vesikel (organ penampung sementara), urogenital sinus, dan
urogenital papilia. Pada sisi seminal vesikel terdapat kantung sperma.
b. Ovarium
Ovarium berbentuk memanjang, terletak dibawah atau disamping
gelembung gas (bila ikan tersebut memiliki gelembung gas) dan biasanya
berjumlah sepasang. Ovarium bergantung pada bagian atas rongga tubuh
dengan perantara mesovaria. Ukuran dan perkembangannya bervariasi
tergantung dengan kematangannya. Ovariu sebagian besar berwarna keputihputihan pada waktu masih muda, dan menjadi kekuning-kuningan pada
waktu sudah matang atau siap dipijahkan.
Pada chondrichtyesoviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk
(ostium tubae abdominale) di ujungnya terletak dirongga tubuh bagia depan.
Telur melewati oviduct menuju kloaka dan keluar melalui lubang genital.
Kapsul ovarian tidak bersambungan dengan oviduct, keadaan ini disebut
gimnovarian. Pada Chondrichtyes yang ovipar, bagian depan jaringan
oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shall gland), sedangkan
pada kelompok vivipar bagian belakang oviduct membesar menjadi semacam
uterus tempat penyimpanan anak ikan selama perkembangan embrioniknya.
Contoh : Ikan Dipnoi, Acipenceriformes, dan bowfin (Amia). Sebagian besar
Osteichthyes mempunyai kapsul ovarian yang bersambung dengan oviduct,
yang disebut sistovarian. Telur keluar dari dalam ovarium langsung ke
saluran telur, tanpa melalui rongga seperti yang terjadi pada Chondrichtyes.

C. SEKSUALITAS
1. Perbedaan Seksualitas
Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina
(biseksual/dioecious) dimana sepanjang hiduonya memiliki jenis kelamin yang

sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua
kelompok yaitu :
1. Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu junevil, jaringan
gonad belom dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2. Kelompok yang berdeferensiasi, artinya sejak junevil sudah tampak jenis
kelaminnya apakah janta atau betina.
Perbedaaan seksulitas pada ikan dapat dilihat dari cicri-ciri seksualnya. Ciri
seksual pada ikan dapat dibagi atas ciri seksual primer dan seksual sekunder, yaitu:

Seksual Primer adalah alat atau organ yang berhubungan dengan proses
reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testis dan salurannya
pada ikan jantan dan ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual
primer memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaanya.

Seksual Sekunder terdiri atas dua jenis. Jenis pertama menyangkut oragan
yang merupakan alat bantu pada pemijahan seperti alat bantu kopulasi,
penempatan telur (ovipositor), dan pengeraman. Jenis kedua adalah oragan
yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara
keseluruhan. Yaitu berupa ciri bentuk dan waran bagian tubuh ikan tertentu.
Perbedaan seksual antara jantan dan betina berdasarakn perbedaan bentuk
disebut dimofisme seksual, sedangkan yang berdasarkan perbedaan warna
disebut dikromatisme seksual.

2. Hermafrodit
Ikan

bersifat hemafrodit yaitu didalam tubuh individu ditemukan 2 jenis

gonad (jantan dan betina).


1. Hemafrodit Sinkroni yaitu, bila kedua jenis berkembang secara serentak
dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang secara bersamaan atau
bergantian. Contoh : Seranus cabrillia, Seranus subligerius, dan Hepatus
hepatus.
2. Hermafrodit Beriring adalah golongan ikan yang semasa hidupnya
mengalami perubahan dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin lain.

Perubahan ini terjadi setelah ikan mengalami kematangan seksual.


Golongan ini dapat dibedakan menjadi hemfrodit Protandri dan
Hemafrodit Protogini.

Hemafrodit

Protandri

yaitu,

ikan

yang

pada

awalnya

berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin


menjadi betina.

Hemafrodit

Protogini,

yaitu

ikan

yang

pada

awalnya

berkelamin betina namun semakin tua akan berubah kelamin


menjadi jantan. Contoh : ikan belut dan fluta alba.
3. Uniseksualitas
Unseksealitas adalah keadaaan dimana ikan berkelamin tunggal yaitu
kelamin betina, fenomena ini merupakan sifat dari sejumlah ikan. Pembentuk
keturun unseksualita ini disebut sebagai partenogenesis ( partheos : perawan, dan
genesis : kejadian) yang mencakup dua bentuk yaitu gigonesis dan
hibridogenesis. Contoh yaitu ikan molly mexico dari famili Poeciliidae dan
Poeciliopsis.
Faktor yang menyebabkan unseksualitas masih melimpah, antaralain :

Heterosis (kekuatan hibrida) yang diperlihatkan oleh hibrida-hibrida


tersebut (misal : ukuran lebih besar, laju sintesis lebih tinggi).

Potensi reproduksi populasi yang semua betina meningkat

Kemampuan spesies untuk beradaptasi dengan aspek tertentu suatu


lingkungan, sehingga tumbuh pesat didalam lingkungan setempat
yang sangat khas.

D. PROSES REPRODUKSI
1. Kematangan Seksual

Kematangan seksual pada ikan dpengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
spesies, umur dan ukuran tubuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan yang
mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup pendek akan
mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda daripada ikan yang
mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Umumnya pertambahan berat gonad
ikan betina sebesar 10-15% dari berat tubuhnya, dan jantan sebesar 5-10%. Tiaptaip spesies ikan pada waktu pertamakali gonadnya masak tidak sama ukurannya.
2. Spermatogenesis
Spermatozoa dibentuk dari sel induk sperma (spermatogonia) melalui
sederetan tahap sitologis, pembentukana spermatozoa dibagi menjadi 2 tahap
yaitu spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap
perkembangan sprematogonium memjadi spermatid, sedangkan Spermiogenesis
adalah metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa.Proses ini meliputi
perbanyakan (proliferasi) spermatogonia melalui pembelahan mitosis yang
berulang-ulang dan tumbuh membentuk spermatosit primer, kemudian melalui
pembelahan reduksi (meisosis) membentuk spermatosit sekunder. Spermatosit
sekunder membelah menjadi sprematid, yang selanjutnya bermetamorfosis
menjadi gamet yang dapat bergerak dengan bantuan ekornya. Gamet ini disebut
spermatozoa. Proses metamorfosis spermatid sering dinamai spermiogenesis.
Pada proses pembentukan spermatozoa tidak lepas dari peran serta hormone
androgen yakni testosteron. Testosteron merangsang peran utama pada
spermatogenesis dan spermiasi adalah 11-ketostestosteron (11-KT). !!-KY
selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi
pembelahan meiosis spermatogonia dan menyampurnakan spermatogenesis.
3. Oogenesis
Oogenesis adalah proses perkembangan telur yang terjadi didalam ovarium.
Oogenia berasal dari sel kelamin primodial. Oogenesis diawali dengan
berkembang bikanya oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk
berkembang menjadi oosit primer, lalu terjadi pembelahan meiosis I membentuk
oosit sekunder, melalui meisosis II oosit sekunder menjadi ovum. Selama
oogenesis sel epitel disekelilingnya menyediakan sejumlah makanan cadangan

dalam bentuk kuning telur (protein) dan lemak yang berbentuk tetes minyak.
Telur yang terbentuk dikeluarkan kerongga ovarium atau rongga peritoneal,
proses ini dinamakan ovulasi.
4. Telur Ikan
Telur ikan mempunyai diameter yang kisarannya sangat beragam
tergantung pada spesies. Selain ukuran, telur ikan mempunyai bentuk yang
beraneka macam bergantung kepada jenis ikan, namun umumnya berbentuk
bulat. Bentuk bulat ini tampaknya merupakan bentuk dasar sebagian besartelur
hewan. Telur ikan ikan bertulang sejati umumnya bulat, tetapi telur yang
memanjang dapat ditemukan pada anchovy (sejenis ikan teri) dan ikan gobi.
Elasmobranchi mempunyai telur dengan berbagai bentuk dan struktur
tambahan.
Bentuk telur maupun struktur tambahan pada telur berkaitan dengan sifat
telur. Banyak ikan penghuni sungai mempunyai telur yang berat. Dan
beberapa telur mempunyai sifat melayang pada kolom air dan mempuyai berat
jenis yang sama dengan berat jenis air, misal telur cod (Gadus).
5. Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses persatuan sperma dengan sel telur.
Berdasarkan tempat terjadinya fertilisasi ikan dapat dipisahkan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama, sperma menyatu dengan sel telur di luar tubuh
induk atau dinamakan fertilisasi eksternal. Yang termasuk kelompok ini antara
lain Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Kelompok ke dua, sperma
menyatu dengan sel telur di dalam tubuh induk yang disebut fertilisasi internal.
Contoh kelompok ini ialah Elasmobranchii dan sebagian kecil Teleostei
(Anablepidae dan Poecilidae). Pada proses fertilisasi internal, ikan
menggunakan beberapa organ tambahan pada saat kopulasi seperti
gonopodium, miksopterigium, dan tenakulum.
Ketika sel telur dan spermatozoa dikeluarkan dari tubuh ikan dan masuk
ke dalam air, mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang semula tidak aktif akan
bergerak dengan menggunakan ekornya yang berupa cambuk. Petbedaan

tekanan osmotic air lingkungan dengan cairan fisiologis sperma dalam tubuh
merangsang spermatozoa untuk bergerak.
Air yang masuk melalui mikropil menyebabkan terlepasnya sel telur yang
dibungkus oleh selaput plasma dari selaput vitelin (korion-korion) karena
terbentuk ruang perivitelin diantara kedua selaput tersebut. Mikropil terbentuk
berupa corong sebagai akibat meregangnya selaput vitelin. Corong tersebut
mengarah kedalam, yang bagian dalamnya (bawahnya) hanya cukup untuk
dilewati oleh satu buah kepala spermatozoa. Inti sel telur matang yang semula
tepat berada di depan mikropil akan bergerak, karena dengan adanya ruang
perivitelin, kuning telur dan inti yang dibungkus oleh selaput plasma akan
lebih mudah bergerak. Zat gimnogamon I atau fertilizing yang dihasilkan oleh
sel telur tersebut, sedangkan zat gimnogamon II akan mengumpulkan dan
menahan sel-sel jantan pada permukaan telur tersebut.
Spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel
telur. Mikropil terletak di atas kutub anima telur dan terlalu sempit bagi lebih
dari satu sperma lewat. Oleh karena itu hanya ada satu spermatozoa yang
melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada fertilisasi terjadi percampuran
inti sel telur dengan inti sel jantan . dua macam inti masing-masing
mengandung gen (pembawa sifat keturunan) bersifat haploid.
Kepala spermatozoa, dimana terdapat intinya, menerobos mikropil dan
menyatu dengan inti sel telur; sementara ekornya tetinggal pada saluran
mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel jantan
yang lain ikut masuk. Percampuran inti sel sel telur dan spermatozoa terjadi
dalam sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronukei) tersebut melengkapi
proses fertilisasi. Kromosom dari sel betina dan dari sel jantan bersatu dalam
proses yang disebut amfimiksis.
Sesudah sperma masuk, mikropil menutup dan korion mengeras untuk
mencegah polispermi. Spermatozoa yang menempel pada korion harus
dibuang

karena

mengganggu

proses

pernafasan

zigot

yang

sedang

berkembang. Cara pelepasan spermatozoa dilakukan dengan reaksi kortex.


Selaput pembungkus telur (kortex) yang kurang mengeras akan mengeras
dengan masuknya air. Konsentrasi ion Ca menentukan kecepatan pengerasan

tersebut (semakin tinggi konsentrasi ion Ca maka semakin cepat proses


pengerasan). Pengerasan korion mengakibatkan butir kortex akan meloncat
keluar dari lekukan dan mendorong spermatozoa yang menempel berjatuhan
dan mati. Perkembangan sel telur yang telah dibuahi sampai kepada saat
menetas

dan

selanjutnya

tumbuh

menjadi

larva

dinamakan

masa

perkembangan hidup awal.


E.

Tempat Perkembangan Embrio


Dalam kaitannya dengan reproduksi, ikan dapat digolongkan berdasarkan
tempat embrio berkembang. Dalam hal ini terdapat dua golongan ikan, yakni
golongan ovipar dan golongan vivipar.
1

Ikan ovipar
Golongan ikan ovipar adalah ikan yang embrionya berkembang diluar
badan ovarium, sehingga telur dikeluarkan pada saat pemijahan. Sebagian besar
jenis ikan termasuk golongan ini. Ikan mas, mujair, gurami, kakap, dan tongkol
merupakan contoh ikan ovipar.

Ikan vivipar
Golongan ikan vivipar adalah ikan yang embrionya berkembang dalam
ovarium, sehingga embrio atau larva dikeluarkan pada saat pemijahan. Dari
pengertian tesebut dapat dikatakan ikan vivipar melahirkan anak dalam pola
reproduksinya. Umumnya ikan bertulang rawan (ikan cucut dan ikan pari)
merupakan golongan vivipar.
a

Matrotrofik
Perkembagan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada
tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya, juga untuk membentuk
formasi pseudoplasenta.

Lesitotrofik
Ikan lesitotrofik merupakan golongan ikan yang juga melahirkan anak seperti
halnya

ikan

matrotrofik,

namun

anak

yang

dikandung

selama

perkembangannya mendapat makanan dari persediaan kuning telur yang non-

plasental. Induk hanya memberikan perlindungan kepala perkembangan telur


tadi.

F. Peran Hormon dalam Reproduksi


Ukuran keberhasilan reproduksi ikan dapat dikatakan berhasil apabila ikan
dapat berkembang biak dan anaknya mampu tumbuh dan berkembang. Kunci dari
keberhasilan reproduksi ialah berpijah pada waktu dan tempat yang tepat. Saraf
dan hormone merupakan system yang mengindikasikan kondisi dan situasi
lingkungan. Dua faktor yang menonjol ialah suhu dan cahaya. Keberhasilan
reproduksi tidak hanya bergantung kepada sinkronisasi produksi gamet berkaitan
dengan lingkungan. Tingkah laku reproduksi yang bertalian dengan tahap
perkembangan gamet juga dapat menjadi penentu keberhasilan reproduksi. Tingkah
laku ini terkait dengan peran hormon (Stacey,1983). Tingkah laku seksual dapat
erubah karena penghilangan kelenjar hormon.
G. PEMIJAHAN
Pemijahan ikan dapat ditinjau dari berbagai hal seperti dari titik pandang daur
pemijahan, sistem pemijahan dan tipe pemijahan.
1. Daur Pemijahan
Beberapa kali ikan memijah selama hidupnya., sulit untuk dinyatakan
secara pasti. Sebagian besar ikan melakukan pemijahan beberapa kali dalam
masa hidupnya. Ikan golongan ini dinamakan kelompok ikan iteroparous
(itero=berulang, parous = melahirkan). Kelompok ika iteroparous ada yang
memijah setahun sekali. Namun diantara kelompok ini ada yang pemijahannya
berulang lebih dari satu kali dalam setiap tahun, misalnya ikan mujair. Bahkan
Labistes memijah pada interval empat minggu (Lagler et al.,1977).
Beberapa spesies ikan, seperti Sidat (Anguilla) dan salmon pasifik
(Onchorhynchus), yang melakukan pemijahan hanya sekali dalam masa
hidupnya dan kemudian sesudahnya ia akan mati, dinamakan kelompok
semelparous. Ikan salmon menetas di perairan tawar kemudian beruaya ke laut
untuk periode sekitar empat tahun, dan kemudian kembali ke perairan tem ia
dulu ditetaskan untuk memijah dan mati.
Sebagian besar ikan mempunyai musim pemijahan yang pasti. Ikan-ikan
di daerah bermusim empat umumnya memiajh pada musim semi dan musim

panas. Ikan tropik memijah sepanjang tahun, namn sebagia memijah pada
awal musim penghujan terutama ikan penghuni sungai.
2. Sistem Pemijahan
Yang dimaksud dengan sistem pemijahan disini adalah jumlah pasangan
yang terlibat dalam perkawinan pada satu musim pemijahan. Dalam pemijahan
terdapat tiga kategori, yakni promiscuous, poligami, dan monogami.
A. Ikan Promiscous
Ikan ini tidak melakukan kawin dengan pasangan tertentu, melainkan
kawin campur diantara mereka dengan dengan banyak pasangan.
Beberapa ikan termasuk ke dalam kelompok ini antara lain Clupeidae,
Poeciliidae, Serranidae, Pomacentridae, dan Labridae.
B. Poligami
Pada sistem poligami, satu individu dari satu jenis kelamin mengawini
banyak individu dari jenis kelamin lain. Poligami dapat mewujud
dalam bentuk poliandri yaitu satu individu betina kawin dengan banyak
individu jantan, atau poligini yakni satu individu jantan kawin dengan
banyak individu betina. Poligini merupakan bentuk yang paling umum.
Poligini juga dapat berkembang menjadi formasi harem. Pada formasi
ini, si jantan memiliki dan mengawasi beberapa betina. Harem banyak
ditemukan di antara ikan-ikan karang, seperti tilefishes, damselfishes,
dan surgeonfishes.
C. Monogami
Monigami adalah satu perkawinan antara satu individu jantan dan satu
individu betina dan pasangan ini bersifat tetap tidak berganti-ganti.
Sistem monogami banyak dianut oleh butterflyfishes yang bepasangan
bersama selama hidupnya. Pada ikan karang melakukan perkawinan
tanpa memelihara keturunannya, sedangkan ikan cichild kawin dan
kemudian keduanya cenderung menjaga anaknya.
3. Tipe Pemijahan
Ikan dapat dibagi menjadi dua kelompok dilihat dari cara pengeluaran
telur(pemijahan), yakni pemijah serempak dan pemijah bertahap. Pemijah
serempak adalah ikan-ikan yang mengeluarkan telurnya sekaligus bersamaan
pada satu musim pemijahan. Termasuk dalam kelompok pemijah serempak
antara lain ikan blama, tetet, motan, dan selais. Sebaliknya, pemijah bertahap
adalah ikan yang mengeluarkan telurnya beberapa kali dalam satu musim
pemijahan. Contohnya ikan petek dan ikan pelangi arfak.

4. Pola Pemijahan
Mengelompokkan ikan dalam suatu hirarki pola pemijahan dari ikan yan
tidak memberikan perlindungan hingga ikan yang melindungi keturunannya.
Dari sudut pandang etologi ada 3 bagian ikan, yakni bukan pengasuh
(nonguarder), pengasuh (guarder), pembawa (bearer). Masing-masing bagian
terbagi menjadi dua grup berdasarkan tinjauan ekologi. Setiap grup mencakup
beberapa serikat (guild).
Jenis-jenis ikan laut umumnya membiarkan telur-telur yang dilepaskan
begitu saja. Telur-telur tersebut melayang-layang pada permukaan air.
Umumnya telur mempunyai ukuran diametee kecil dan berjumlah ratusan ribu
bahkan jutaan butir.
Banyak ikan yang melakukan ruaya dari satu habitat menuju habitat lain
yang jauh berbeda keadaan lingkungannya. Di daerah pemijahan ikan memilih
tempat untuk memijah. Sekali tempat telah dipilih, tempat tersebut akan
dipertahankan, bahkan bila perlu sampai mati. Ikan cupang (Betta splendens)
adalah contoh ikan yang sangat gigih dalam mempertahankan teritorialnya.
Banyak spesies ikan yang meningglakan telurnya dalam penjagaan
binatang lain. Spesies tertentu dari snailfishes (Careproctus) menyimpan telur
dalam ruang insang kepiting jenis Paralithodes dan Lopholithodes. Beberapa
jenis ikan memendam telrnya di kerikil dan kemudian meninggalkannya,
misalnya salmon dan trout. Sedangkan ikan jenis lain akan menjaga
(mengawal) sarangnya yang dilakukan baik oleh satu atau oleh kedua
induknya, misalnya ikan gurami. Ikan gurami membuat sarang dari potongan
tumbuhan guna tempat meletakka telur yang sudah dibuahi. Sarang tersebut
akan dikawal oleh induk jantan. Ekor gurami sering digerakkan seperti
mengipas untuk mengalirkan air ke arah sarang. Adapun lagi, telur ikan sepat
siam diletakkan pada sarang yang terbuat dari lendirnya Ikan lele dan belut
mebuat lubang di tanah untun dipakai sebagai sarang.

H. RUAYA PEMIJAHAN
Seringkali dalam pemijahan banyak jenis ikan yang tidak terpaku di tempat
hunian mereka, melainkan mereka berpindah dan mencari area pemijahan lain.
Perpindahan kelompo ikan dari satu tempat ke tempat lain untuk keperluan pemijahan
dinamakan ruaya pemijahan. Ruaya pemijahan suatu spesies dapat berlangsung dalam

jarak dekat, masih dalam satu perairan, namun pada spesies lain ruaya pemijahan
dapat juga menempuh jarak sangat jauh yang memakan waktu lama. Bahkan sidat
maupun salmon melakukan ruaya melintasi perairan yang berbeda.
Berbicara lebih jauh tentang ruaya pemijahan, sebenarnya ruaya pemijahan
merupakan salah satu bentuk ruaya. Ruaya dimaknai sebagai perpindahan massa ikan
sari satu habitat ke habitat lain. Yang berlangsung secara berkala dan berkaitan dengan
suatu tahap dalam kehidupan.
Berdasarkan tujuannya, ruaya dapat dipisahkan enjadi tiga macam, yakni ruaya
pemijahan, ruaya pencarian makan, dan ruaya pengungsian. Ruaya macam pertama
berhubungan dengan pemijahan. Ruaya pencarian makan berkaitan dengan makanan.
Sementara itu, ruaya pengungsian akan dilakukan oleh ikan bila habitatnya
mengalami perubahan yang tidak lagi nyaman bagi dirinya.
Berdasarkan habitat yang menjadi daerah berlangsungnya ruaya, maka ruaya
dibedakan menjadi tiga macam. Tiga macam ruaya tersebut adalah :
1 Diadromous, adalah ikan peruaya yang berpindah dari perairan darat ke laut
atau sebaliknya. Termasuk kelompok ini ada tiga tipe:
Katadromus adalah ikan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya

di perairan tawar dan beruaya ke laut untuk berpijah.


Anadromus adalah ikan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya

di laut dan beruaya ke perairan tawar untuk berpijah.


Anfidromous adalah ikan yang beruaya dari perairan tawar ke laut atau
sebaliknya bukan untuk berpijah, tetapi berlangsung regular pada salah

satu stadia hidupnya.


2 Potamodromous adalah ikan yang beruaya yang berpindah dalam suatu
lingkungan perairan tawar.
3 Oseanodromous adalah ikan peruaya yang berpindah dari suatu lingkungan laut.

I. JENIS RUAYA
1. Ruaya Katadromous
Sebagian dari ikan penghuni perairan tawar dalam proses reproduksinya
harus melakukan perjalanan menuju area pemijahan, yang seringkali sampai
ke habitat yang berbeda yakni laut. Mereka harus mampu menembus batas
salinitas baik laut maupun tawar. Ikan yang beruaya ke laut untuk melakukan
pemijahan

dikelompokka

sebagai

ikan

katadromous

(kata=bawah,

dramein=lari), karena pergerakannya searah dengan laut pada waktu berada di

sungai. Siat katadromous ini dapat berkisar dari jarak tempuh yang pendek
seperti Cottus asper (Bond, 1979) sampai kepada jarak tentu yang sangat jauh
seperti Anguela-anguela.
Selama hidup diperairan tawar ikan sidat Eropa atau Anguela-anguela
dalam tahap pertumbuhan sampai menjelang dewasa (berumur 9 sampai 12
tahun) mempunyai tubuh kuning kecoklatan dan bentuk mata kecil sebagai
penyesuaian untuk kebiasan nokturnal. Ikan sidat mulai beruaya pada bulan
Desember (musim dingin) menyebrangi Laut Atlantik menuju Laut Sardassodi
Amerika. Daya tarik untuk berpijah sangat kuat pada diri sidat. Walaupun dia
hidup dalam suatu kolam, bila saatnya tiba untuk mulai berpijah ia akan keluar
pada malam hari dan berusaha mencapai sungai, perjalanan di sungai
dilakukan pada malam hari. Selama beruaya sampai ke tempat pemijahan sidat
tidak pernah makan. Oleh karena itu, selama dalam perjalanan tersebut jadi
perubahan, antara lain tubuh menjadi kurus, mata semakin membesar sampai 4
kali sebelumnya, hidung semakin lancip, wakna tubuh berubah menjadi warna
perak, dan diameter telurnya semakin besar.
Jarak perjalanan dari Eropa sampai ke Laut Sardasso sebelah selatan biru
muda diperkirakan antara 3-4 ribu mil. Ikan sidat tiba ditempat ini pada bulan
November pada tahun berikutnya. Jadi perjalanan memakan waktu hampir
satu tahun. Pemijahan terjadi pada kedalaman 400 sampai 700 dibwaha
permukaan laut dengan suhu antara 16 sampai 17 Oc. Setelah memijah ikan
sidat akan mati.
2. Ruaya Anadromous
Jenis ikan anadromous merupakan kelompok ikan yang masuk ke dalam
sungai dengan menentang arus. Diantara mereka, terdapat spesies yang
menggunakan waktu yang singkat di laut sebelum kembali ke sungai untuk
mematangkan gonad dan memijah, misalnya Galaxias di Selandia Baru dan
ayu (Plecoglossus altivelis) di Jepang (Bond,1979). Pada spesies ini
pemijahan berlangsung di perairan tawar pada bagian hilir sungai, sehingga
anakan terhanyut ke air asin dimana mereka tinggal untuk beberapa bulan
sebelum kembali beruaya ke sungai. Di sungai mereka bergerak ke bagian
tengah dan hulu sungai selama beberapa bulan kemudian berenang ke hilir,
memijah, dan mati.
Beberapa jenis ikan menempuh perjalanan jauh sebelum mencapai
daerah pemijahan. Dua spesies ikan beruaya yang terkenal ialah Chinooc

salmon (Onchorhynchus tschawyescha) dan sockeye salmon (Onchorhynchus


nerka). Galur tertentu ikan ini melakukan perjalanan ruaya naik ke columbia
river, dan berenang ke seluruh Kanada (Bond,1979).
3. Ruaya Pemijahan Lain
Ikan sebelah (Psettodes ermei) yang biasa hidup di dasar laut yang
dangkal, jika akan berpijah beruaya ke bagian yang lebih dalam oleh karena
itu ikan-ikan yang di tangkap oleh para nelayan dengan jaring pantai jarang
sekali yang bergonad matang.
Ikan penghuni danau (Lacustrin) juga ada yang melakukan strategi
reproduksinya dengan jalan beruaya. Ikan Thilapia yang hidup di bagian
tengah suatu danau melakukan ruaya pemijahan ke bagian pinggir yang
dangkal. Ruaya ini tidak merupakan gerombolan dan tidak pula musiman.
Ketika terjadi peninggian air danau beberapa ikan lacustrin akan beruaya ke
pinggir danau di bagian yang dangkal.
Dalam strategi reproduksinya ada juga ikan yang mengadakan ruaya dari
danau ke air mengalir atau ke sungai, biasanya mereka pergi ke hulu.
Kelompok ikan ini umunya dinamakan ikan Adfluvial. Hal ini dilakukan untuk
memberi kesempatan keturunanya menuju ke bagian hilir atau masuk lagi ke
danau. Ruaya ini dilakukan pada waktu permukaan air sedang tinggi atau pada
permulaan musim penghujan.

Anda mungkin juga menyukai