Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGGUNAAN JEROAAN IKAN CUCUT UNTUK PAKAN IKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

SULAIMAN HATUWE (202267023)


ACHMAD SAFRY HENAULU (202267008)
ATIBA SAMAL (202267014)
SAUDA MARASABESSY (202267007)
ANDI RIFAL GOWA (202257019)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Ikan cucut, atau lebih dikenal sebagai jeruan, merupakan salah satu varietas ikan
air tawar yang menyimpan misteri dan keunikan tersendiri dalam lingkup biologi
perikanan. Keberadaannya tidak hanya menjadi subjek menarik untuk penelitian ilmiah,
tetapi juga mencerminkan dinamika ekosistem perairan tempat mereka hidup. Melalui
makalah ini, penulis bermaksud untuk menjelajahi dunia yang tersembunyi di dalam
tubuh ikan cucut, dengan fokus khusus pada bagian vital yang seringkali diabaikan, yaitu
jeroan. Jeroan ikan cucut mencakup serangkaian organ internal yang menjalankan fungsi-
fungsi kritis dalam kehidupan sehari-hari ikan tersebut. Mulai dari hati sebagai pusat
pemrosesan zat-zat kimia dalam tubuh, hingga ginjal yang bertanggung jawab atas
penyaringan limbah, setiap organ memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
fisiologis dan memastikan kelangsungan hidup ikan. Pemahaman mendalam tentang
struktur dan fungsi organ-organ ini tidak hanya penting dalam konteks perikanan, tetapi
juga memberikan wawasan yang berharga terkait dengan kesehatan ekosistem perairan
secara keseluruhan.Makalah ini tidak hanya mencakup aspek ilmiah, tetapi juga
menyoroti pentingnya pelestarian ikan cucut sebagai bagian integral dari ekosistem
perairan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang jeroan ikan cucut, diharapkan
pembaca dapat lebih mendukung upaya pelestarian dan pengelolaan sumber daya
perikanan secara berkelanjutan. Terakhir, penulis ingin menyampaikan apresiasi kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan inspirasi dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya kita untuk
menjaga keberagaman hayati dan kelestarian ekosistem perairan.
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
1.1 Latat Belakang ………………………………………………………………………..
1.2 Landasan Teori .………………………………………………………………………
1.2.1 Taksonomi Ikan Cucut ……………………………………………………………...
1.2.2 Morfologi, Habitat dan Sebaran Ikan Cucut ………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan cucut atau ikan hiu (Elasmobranchii) termasuk kelompok ikan pelagis besar
yang memiliki nilai ekonomis. Hampir semua bagian ikan cucut dapat diolah dan
dimanfaatkan terutama siripnya yang bernilai ekonomis tinggi yaitu untuk bahan soup.
Selain itu daging, tulang, kulit, hati, dan limbah (kepala dan isi perut) semuanya dapat
diolah untuk dimanfaatkan. Ikan cucut atau yang dikenal dengan sebutan jeruan
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki ciri khas tubuh yang pipih dan
lebar. Ikan ini termasuk dalam famili Clariidae dan biasanya hidup di perairan tawar,
seperti sungai, danau, dan rawa-rawa. Meskipun ikan cucut memiliki keunikan morfologi
yang menarik, namun kini mereka menghadapi tantangan serius dalam hal kelangsungan
hidupnya.
Salah satu aspek yang patut diperhatikan adalah permasalahan jeroan ikan cucut.
Jeroan ikan cucut mencakup berbagai organ internal, seperti hati, usus, dan ginjal, yang
memegang peran penting dalam fungsi fisiologis dan metabolisme ikan tersebut. Meneliti
jeroan ikan cucut menjadi hal yang krusial karena organ-organ ini tidak hanya
mencerminkan kesehatan individu ikan, tetapi juga memberikan gambaran tentang
kesehatan ekosistem perairan tempat ikan tersebut hidup. Terkait dengan pemahaman
lebih lanjut tentang jeroan ikan cucut, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
berbagai aspek, mulai dari struktur anatomi hingga fungsi fisiologis organ-organ dalam
tubuh ikan cucut. Selain itu, akan dibahas pula peran ikan cucut dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perairan serta dampak yang mungkin timbul jika populasi ikan
ini terancam atau mengalami penurunan signifikan.
Tantangan utama yang dihadapi ikan cucut saat ini termasuk degradasi habitat
alaminya, perubahan iklim, dan tekanan manusia terhadap ekosistem perairan. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam tentang jeroan ikan cucut tidak hanya bermanfaat
untuk ilmu pengetahuan perikanan, tetapi juga penting dalam upaya pelestarian dan
pengelolaan sumber daya alam. Ikan cucut, atau lebih dikenal sebagai jeruan, merupakan
salah satu varietas ikan air tawar yang menyimpan misteri dan keunikan tersendiri dalam
lingkup biologi perikanan. Keberadaannya tidak hanya menjadi subjek menarik untuk
penelitian ilmiah, tetapi juga mencerminkan dinamika ekosistem perairan tempat mereka
hidup. Melalui makalah ini, penulis bermaksud untuk menjelajahi dunia yang
tersembunyi di dalam tubuh ikan cucut, dengan fokus khusus pada bagian vital yang
seringkali diabaikan, yaitu jeroan dan diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya
penelitian tentang jeroan ikan cucut, kontribusinya terhadap ekosistem perairan, serta
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mempromosikan kesejahteraan dan
keberlanjutan populasi ikan cucut. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menjaga
keberagaman hayati di perairan tawar dan merawat lingkungan hidup demi generasi yang
akan datang.
1.2 Landasan Teori
Ikan cucut yang memiliki nama latin Rhizoprionodon acutus merupakan ikan
sejenis hiu yang memiliki tulang pipih dan bertulang rawan. Penyebaran ikan ini berada
di hampir seluruh perairan Indonesia dengan penangkapan ikan cucut dasar yang belum
dilakukan dengan skala besar, yakni menggunakan pancing (handline), rawai (long line),
jaring insang (gill net), pukat (trawl) dan pancing tonda . Ikan cucut, merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang menarik perhatian para peneliti dan pengamat alam. Ciri
khas ikan ini terletak pada bentuk tubuhnya yang pipih dan lebar, memberikan adaptasi
yang unik untuk hidup di lingkungan air tawar seperti sungai, danau, rawa-rawa, dan
saluran irigasi. Meskipun beberapa spesies ikan cucut dapat ditemukan di perairan payau
atau bahkan sedikit asin, mayoritas jenis ini terkait erat dengan ekosistem air tawar. Salah
satu ciri fisik yang membedakan ikan cucut adalah adanya organ pernapasan tambahan
yang disebut labirin. Organ ini memungkinkan ikan cucut untuk mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga ikan ini mampu hidup di perairan yang kurang teroksigen
atau bahkan di air yang dangkal. Kehadiran labirin membuat ikan cucut lebih adaptif
terhadap variasi lingkungan dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya.
Keanekaragaman ikan cucut mencakup berbagai spesies dengan karakteristik
yang berbeda-beda. Beberapa spesies populer yang sering dijumpai antara lain ikan cucut
afrika (Clarias gariepinus), ikan cucut siam (Clarias batrachus), dan ikan cucut tanduk
(Heteropneustes fossilis). Masing-masing spesies memiliki preferensi habitat, pola
reproduksi, dan perilaku makan yang khas.

1.2.1 Taksonomi Ikan Cucut

Ikan cucut atau milk shark memiliki nama latin Rhizoprionodon acutus. Ikan ini
memiliki taksonomi atau pengelompokan jenis sebagai berikut.

 Phylum: Chordata
 Sub Fillum: Vertebrata
 Kelas: Chondrichthyes
 Sub Kelas: Elasmobranchii
 Sub Ordo: Euselachii
 Ordo: Carcharhiniformes
 Famili: Carcharhinidae
 Genus: Rhizoprionodon
 Spesies: Rhizoprionodon acutus

1.2.2 Morfologi, Habitat dan Sebaran Ikan Cucut


Seringkali disebut ikan sejenis hiu, berikut ini morfologi ikan cucut dan ciri
khasnya yang bisa Kawan ketahui:
 Ikan cucut memiliki guratan atau garis panjang di sudut mulutnya. Dekat guratan
tersebut, terdapat pori-pori besar yang jumlahnya 7-15 pori.
 Memiliki insang yang terletak di kanan kiri belakang kepala dan tidak memiliki
tutup. Celah insang ini memiliki jumlah 5-7 buah.
 Kerangka tulang rawan dengan bentuk tubuh pipih.
 Memiliki ukuran mata besar.
 Ukuran ikan cucut bervariasi tergantung spesiesnya, tetapi ikan cucut besar bisa
mencapai panjang 1 meter.
 Memiliki moncong yang runcing dan panjang.
 Warna tubuh ikan cucut bagian atas berwarna abu-abu dan bagian tubuhnya
berwarna putih.
Ikan cucut hidup hingga kedalaman 200 meter dengan habitat dan sebaran di
kawasan perairan Indo Pasifik dan Samudera Atlantik bagian Timur. Total terdapat
300 jenis ikan cucut yang 29 jenisnya berada di perairan indonesia, seperti hiu
anjing (Squalus sp), hiu botol (Squalus acanthias), hiu malani, dan hiu kepala
martil (Sphyrna sp).
BAB II
PEMBAHASAN

Ikan cucut merupakan kelompok ikan air tawar yang memiliki ciri khas tubuh
pipih dan lebar. Beragam spesies ikan cucut tersebar di berbagai habitat, mulai dari
sungai, danau, hingga rawa-rawa. Ciri fisiknya yang unik, seperti bentuk tubuhnya
yang pipih, membuat ikan ini mudah diidentifikasi. Selain itu, ikan cucut memiliki
organ pernapasan tambahan yang disebut labirin, memungkinkan mereka untuk
mendapatkan oksigen langsung dari udara. Keunikan ini memberikan adaptasi yang
signifikan terhadap lingkungan air yang kurang teroksigen. Ikan cucut biasanya
bersifat nokturnal, aktif pada malam hari, dan memiliki pola makan yang bervariasi,
mencakup berbagai jenis mangsa seperti serangga, cacing, dan ikan kecil. Sistem
reproduksi ikan cucut juga bervariasi antar spesies. Beberapa spesies ikan cucut
melibatkan proses pemijahan dengan pejantan dan betina, sementara spesies lain dapat
melakukan pemijahan sendiri atau dikenal sebagai hermaprodit. Ikan cucut memiliki
nilai ekonomi yang signifikan dalam dunia perikanan. Dagingnya yang lezat dan kaya
protein menjadikannya sebagai bahan pangan yang diminati oleh masyarakat di
berbagai belahan dunia. Selain itu, ikan cucut juga populer dalam budidaya perikanan,
terutama karena kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.
Pemanfaatan ikan cucut tidak hanya terbatas pada dagingnya yang dapat diolah
menjadi produk konsumsi manusia, tetapi juga melibatkan potensi jeroannya dalam
industri pakan ikan. Jeroan ikan cucut memiliki kandungan nutrisi yang berharga dan
dapat diolah menjadi pakan yang berkualitas tinggi untuk ikan budidaya. Beberapa
potensi jeroan ikan cucut untuk diolah menjadi pakan ikan melibatkan organ-organ
seperti hati, usus, dan sisik. Jeroan ikan cucut, seperti hati, limpa, dan ginjal, memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi, terutama protein. Menurut penelitian, kandungan
protein jeroan ikan cucut dapat mencapai 20%, bahkan lebih tinggi dari kandungan
protein daging ikan cucut sendiri. Selain protein, jeroan ikan cucut juga mengandung
lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Potensi jeroan ikan cucut untuk diolah
menjadi pakan ikan cukup besar. Jeroan ikan cucut dapat digunakan sebagai sumber
protein alternatif untuk pakan ikan budidaya. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan
pada bahan baku pakan ikan yang berasal dari tumbuhan, seperti kedelai dan jagung.
Selain itu, jeroan ikan cucut juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan
ikan. Hal ini karena jeroan ikan cucut mengandung asam amino esensial yang
dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Perlu diketahui bahwa Jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh hewan yang
sudah dijagal. Biasanya yang disebut jeroan adalah semua bagian kecuali otot dan
tulang. Jeroan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, terutama protein. Menurut
penelitian, kandungan protein jeroan dapat mencapai 20%, bahkan lebih tinggi dari
kandungan protein daging. Selain protein, jeroan juga mengandung lemak,
karbohidrat, mineral, dan vitamin. Jeroan dapat diolah menjadi berbagai macam
makanan, seperti sate, rendang, gulai, dan sup. Jeroan juga dapat diolah menjadi pakan
hewan, seperti pakan ternak dan pakan ikan. Berikut adalah beberapa jenis jeroan yang
umum dikonsumsi manusia yaitu Hati, Limpa, Ginjal, Paru-paru, Usus, Otak, Jantung
dan juga Usus buntu.
Jeroan juga memiliki beberapa manfaat kesehatan, antara lain:
 Meningkatkan daya tahan tubuh
 Menjaga kesehatan jantung
 Menjaga kesehatan mata
 Menjaga kesehatan tulang
 Menjaga kesehatan kulit
Jeroan merupakan sumber nutrisi yang baik bagi tubuh. Namun, konsumsi
jeroan harus dilakukan dengan bijak agar tidak membahayakan kesehatan. Jeroan ikan
merupakan limbah ikan yang biasanya dibuang begitu saja. Namun, jeroan ikan
memiliki potensi untuk diolah menjadi pakan ikan. Jeroan ikan mengandung protein
yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari kandungan protein daging ikan. Selain protein,
jeroan ikan juga mengandung lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Berikut adalah
beberapa cara untuk mengolah jeroan ikan menjadi pakan ikan yang perlu diketahui :
 Pengeringan
Jeroan ikan dapat dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Pengeringan dapat
dilakukan untuk memperpanjang daya simpan jeroan ikan.
 Fermentasi
Jeroan ikan dapat difermentasi menggunakan bakteri asam laktat. Fermentasi dapat
meningkatkan kualitas nilai gizi jeroan ikan, serta membuatnya lebih mudah dicerna
oleh ikan.
 Pembuatan tepung
Jeroan ikan dapat dihaluskan menjadi tepung. Tepung jeroan ikan dapat digunakan
sebagai bahan baku pakan ikan.
Ada juga proses pengolahan jeroan ikan menjadi pakan ikan anatar lain
Proses pengolahan jeroan ikan menjadi pakan ikan secara umum dapat dibagi menjadi
beberapa tahap, yaitu:
1. Jeroan ikan yang akan diolah harus dipilih dengan cermat. Jeroan ikan yang dipilih
harus segar dan berkualitas baik.
2. Jeroan ikan harus dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan sisa darah.
3. Jeroan ikan harus dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
4. Jeroan ikan dapat dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Pengeringan dapat
dilakukan hingga kadar air jeroan ikan mencapai 10% - 12%.

Namun, jeroan juga mengandung kolesterol yang tinggi. Oleh karena itu,
konsumsi jeroan harus dibatasi, terutama bagi orang yang memiliki penyakit jantung
atau kolesterol tinggi. Berikut adalah beberapa tips untuk mengonsumsi jeroan yang
aman:
 Pilih jeroan yang segar dan berkualitas.
 Cuci jeroan dengan bersih sebelum diolah.
 Masak jeroan hingga matang sempurna.
 Jangan mengonsumsi jeroan terlalu sering.
2.1 Pembahasan dari Jurnal Menentukan Dosis Silase Jeroan Ikan Hiu
(Rhizoprionodon Sp.) Dalam Formula Pakan Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempunyai visi menjadikan


Indonesia sebagai negarapenghasil produk perikanan terbesar. Untuk mewujudkan visi
tersebut, perikanan budidaya dituntut menjadi kontributor utama peningkatan produksi
perikanan nasional dengan peningkatan target produksi sebesar 353 persen yaitu dari
5,26 juta ton menjadi 16,89 juta ton selama tahun 2010-2014, (Ikhsan dan Rahmawati,
2012). Salah satu jenis ikan budidaya yang selama ini dikembangkan dalam rangka
memenuhi target produksi perikanan nasional adalah ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan peningkatkan
produksi lele dumbo pada tahun 2014 sebesar 450%, yakni dari 200.000 ton per tahun
pada tahun 2013 menjadi 900.000 ton per tahun pada tahun 2014. Pengembangan
budidaya ikan lele dumbo saat ini mengalami kendala terutama disektor pakan yang
merupakan komponen biaya produksi yang cukup besar, yaitu hampir 60-75% dari
total biaya produksi, sehingga banyak pembudidaya belum bisa menikmati keuntungan
yang maksimal. Harga pakan komersil terus mengalami peningkatan akan tetapi tidak
diimbangi dengan peningkatan harga jual produksi ikan lele dumbo. Saat ini harga
pakan komersil berkisar Rp 10.000,- sampai dengan 15.000,-/kg dan harga jual ikan
lele dumbo hanya berkisar Rp.13.000,- sampai 18.000,-/kg (Anonymous, 2013).
Pemenuhan keperluan pakan dewasa ini mengalami masa yang sulit akibat mahalnya
harga bahan baku pakan khususnya tepung ikan, sehingga berdampak terhadap harga
ransum. Pemanfaatan limbah perikanan menjadi bahan pakan dapat memberikan arti
penting bagi produksi perikanan, salah satu diantaranya yang memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah pengolahan fillet ikan hiu
(Rhizoprionodon sp.). Dalam upaya meningkatkan nilai gizi dan daya cerna serta
memberikan aroma yang khas dari penggunaan jeroan ikan hiu sebagai bahan dalam
formula pakan ikan, terlebih dahulu diproses menjadi silase ikan. Silase ikan atau
tepung silase ikan (TSI) adalah salah satu produk alternatif yang dapat dikembangkan
dalam mengolah limbah pengolahan ikan dengan cara difermentasi guna memenuhi
kebutuhan tepung ikan di Indonesia. Penggunaan bahan pakan berbasis silase sebagai
salah satu bahan penyusun pakan ikan telah banyak diteliti. Silase berbahan dasar ikan
terbukti dapat digunakan sebagai alternatif pengganti tepung ikan pada formula pakan
ikan Lele dumbo Clarias gariepinus. Bahan limbah yang difermentasi menjadi silase
dilaporkan dapat juga dimanfaatkan untuk mensubstitusi tepung ikan dalam formula
pakan dan pada dosis tertentu mampu meningkatkan pertumbuhan seperti silase
maggot sebagai pakan nila (Azwar, 2010). 4 kg silase ikan dapat menggantikan 4 kg
tepung ikan, berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, (Sumarsih, et al., 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herizon
(2006), bahwa kadar optimum dari silase jeroan ikan patin (Pangasius hypothalamus)
untuk menghasilkan pertumbuhan terbaik adalah 25% dari total sumbangan protein
tepung ikan. Dari hasil penelitian Ramasubburayan, et al. (2013) bahwa silase ikan
dengan campuran formiat 2% dapat meningkatkan berat dan pertumbuhan ikan mas
secara signifikan. Namun demikian sampai saat ini penelitian pemanfaatan silase
Jeroan ikan hiu (Rhizoprionodon sp.) sebagai bahan penyusun pakan ikan termasuk
pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) masih belum ada. Pemanfaatan silase jeroan
ikan hiu sebagai pakan alternatif diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan
lele dumbo karena kandungan asam amino sensial silase jeroan ikan bisa memenuhi
kebutuhan asama amino ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh pemanfaatan silase Jeroan ikan hiu
(Rhizoprionodon sp.) dalam formula pakan terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus), sehingga diharapkan dapat memberikan solusi bagi pembudidaya
ikan khususnya ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitasnya dengan mengamati parameter yang menjadi ukuran
tingkat pertumbuhan ikan antara lain kelulushidupan, rasio konversi pakan, laju
pertumbuhan, retensi atau efisiensi nutrien dan aktivitas enzim pencernaan. Parameter
dan aspek biologis tersebut penting untuk diamati karena berkorelasi erat dengan
pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
dosis silase jeroan ikan hiu (Rhizoprionodon sp.) dalam formula pakan ikan lele
dumbo (Clariasgariepinus).

2.1 MATERI DAN METODE

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2013 s/d April 2014, dilakukan di
Laboratorium Budidaya Ikan SMKN I Prajekan Kabupaten Bondowoso, Laboratorium
Biokimia Jurusan Kimia FMIPA dan Laboratorium Sumberdaya Ilmu Hayati (LSIH)
Universitas Brawijaya.
B. Bahan dan Alat
Pakan uji yang digunakan adalah pakan yang dibuat dan dibentuk menjadi pelet
dengan kandungan protein 32%, hasil formulasi yang tersusun dari silase jeroan ikan hiu
(Rhizoprionodon sp.), tepung ikan, tepung kedelai, dedak padi, tepung tapioka, minyak
ikan, vitamin dan mineral mix serta CMC. Jeroan ikan hiu (Rhizoprionodon sp.) yang
difermentasi menjadi silase berasal dari limbah pengolahan fillet ikan hiu Abah sholeh
Gedangan Sidoarjo. Dalam pembuatan silase jeroan ikan hiu dilakukan penambahan
molasses 20% (b/b) dan 5% (v/b) 1 x 108 Lactobacillus casei. Molasses diperoleh dari
pabrik gula Prajekan Kabupaten Bondowoso sedangkan Lactobacillus casei berasal dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Uji biologis
menggunakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berukuran panjang rata – rata 7,86 cm
dengan berat 4,12g ± 0,3g/ekor, berasal dari petani ikan air tawar Kabupaten Bondowso.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dipelihara dalam media air tawar dalam akuarium
berukuran 40 x 80 x 40 cm3 dengan kepadatan 50 ekor ikan per akuarium dan diaerasi.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan uji antara lain plastik kontainer, pisau,
timbangan, ayakan, mesin giling, pencetak pellet. Sedangkan peralatan yang digunakan
untuk uji biologis adalah akuarium sebanyak 15 unit dan dilengkapi filter, aerator, dan
pompa air. Selain itu juga digunakan peralatan penunjang antara lain penutup akuarium,
bak, timba, alat sipon, selang, serok, timbangan dan waskom. Peralatan yang
dipergunakan untuk analisis kualitas air adalah yang digunakan adalah termometer, pH
meter, DO meter dan NH3 kit.
BAB III
KESIMPULAN

Ikan cucut yang memiliki nama latin Rhizoprionodon acutus merupakan ikan
sejenis hiu yang memiliki tulang pipih dan bertulang rawan. Penyebaran ikan ini berada
di hampir seluruh perairan Indonesia dengan penangkapan ikan cucut dasar yang belum
dilakukan dengan skala besar, yakni menggunakan pancing (handline), rawai (long line),
jaring insang (gill net), pukat (trawl) dan pancing tonda . Ikan cucut, merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang menarik perhatian para peneliti dan pengamat alam. Ciri
khas ikan ini terletak pada bentuk tubuhnya yang pipih dan lebar, memberikan adaptasi
yang unik untuk hidup di lingkungan air tawar seperti sungai, danau, rawa-rawa, dan
saluran irigasi. Meskipun beberapa spesies ikan cucut dapat ditemukan di perairan payau
atau bahkan sedikit asin, mayoritas jenis ini terkait erat dengan ekosistem air tawar. Salah
satu ciri fisik yang membedakan ikan cucut adalah adanya organ pernapasan tambahan
yang disebut labirin. Organ ini memungkinkan ikan cucut untuk mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga ikan ini mampu hidup di perairan yang kurang teroksigen
atau bahkan di air yang dangkal. Kehadiran labirin membuat ikan cucut lebih adaptif
terhadap variasi lingkungan dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya.
Perlu diketahui bahwa Jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh hewan yang
sudah dijagal. Biasanya yang disebut jeroan adalah semua bagian kecuali otot dan tulang.
Jeroan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, terutama protein. Menurut penelitian,
kandungan protein jeroan dapat mencapai 20%, bahkan lebih tinggi dari kandungan
protein daging. Selain protein, jeroan juga mengandung lemak, karbohidrat, mineral, dan
vitamin. Jeroan dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti sate, rendang,
gulai, dan sup. Jeroan juga dapat diolah menjadi pakan hewan, seperti pakan ternak dan
pakan ikan. Berikut adalah beberapa jenis jeroan yang umum dikonsumsi manusia yaitu
Hati, Limpa, Ginjal, Paru-paru, Usus, Otak, Jantung dan juga Usus buntu.
Pembuatan pakan dari jeroan ikan Cucut atau ikan hiu ,Pakan uji yang digunakan
adalah pakan yang dibuat dan dibentuk menjadi pelet dengan kandungan protein 32%,
hasil formulasi yang tersusun dari silase jeroan ikan hiu (Rhizoprionodon sp.), tepung
ikan, tepung kedelai, dedak padi, tepung tapioka, minyak ikan, vitamin dan mineral mix
serta CMC. Jeroan ikan hiu (Rhizoprionodon sp.) yang difermentasi menjadi silase
berasal dari limbah pengolahan fillet ikan hiu Abah sholeh Gedangan Sidoarjo. Dalam
pembuatan silase jeroan ikan hiu dilakukan penambahan molasses 20% (b/b) dan 5%
(v/b) 1 x 108 Lactobaci
DAFTAR REFERENSI

MENENTUKAN DOSIS SILASE JEROAN IKAN HIU (Rhizoprionodon Sp.) DALAM FORMULA
PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias Gariepinus) DETERMINING DOSAGE OF SILAGE OFFAL
SHARK (Rhizoprionodon Sp.) IN FISH FEED FORMULATION DUMBO CATFISH (Clarias
Gariepinus) Ramli Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan, Akademi Perikanan Ibrahimy,
Situbondo
Artikel Manfaat Ikan Cucut untuk Manusia by Admin bkbp
Artikel Mengenal Ikan Cucut, Ikan Sejenis Hiu yang Kaya Akan Manfaat by Zihan Berliana Ram
Ghani
Jurnal Ikan Cucut by Deeytha Septrianti
https://rimbakita.com/ikan-cucut/
https://www.neliti.com/publications/152139/analisa-sebaran-spasial-ikan-cucut-ordo-rajiformes-
berdasarkan-variasi-kedalaman
https://jabar.tribunnews.com/2015/10/13/sudah-tahu-manfaat-besar-ikan-cucut-untuk-kesehatan-
manusia-intip-yuk
https://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.com/2017/12/mengenal-ikan-cucut-
rhizoprionodon.html
llus casei.

Anda mungkin juga menyukai