Oleh :
Hilda (226010201001)
Wulan Dara Sari Arhas (226010201002)
Dosen Pengampu :
PENDAHULUAN
menyeluruh atau sebagian oleh daratan. Dalam arti yang lebih luas, laut adalah
system perairan Samudra berair asin yang saling terhubung di bumi yang
dianggap sebagai satu Samudra global atau sebagai beberapa Samudra utama,
seluruh badan air asin yang saling berhubungan menutupi 70% dari permukaan
bumi.
lapisan atas laut, sehingga sebagian besar Samudra berada dalam kegelapan yang
tersendiri untuk spesies-spesies yang unik. Seperti yang diketahui lingkungan laut
yang luas terdapat bermacam-macam populasi dan habitat makhluk hidup lainnya
yang hidup di lautan yang luasnya bahkan diperkirakan ¾ luasnya bumi. Beberapa
contohnya adalah terumbu karang, hutan kelp, padang lamun, kolam pasang surut,
dasar laut yang berlumpur, berpasir dan berbatu, serta zona pelagic terbuka.
Organisme yang hidup di laut juga bermacam-macam, dari mulai paus dengan
panjang yang mencapai 30 meter hingga fitoplankton dan zooplankton, fungi dan
bakteri, alga, dan tumbuhan unik lainnya, beserta bermacam-macam spesies ikan
1
yang jarang kita temui bahkan dilihat dengan mata telanjang pun akan sulit
mendapati berbagai macam spesies ikan yang berada di dalam laut, salah satu
Hiu atau ikan cucut merupakan sekelompok ikan dengan kerangka tulang
rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Hiu mencakup spesies yang
mempunyai ukuran sebesar telapak tangan, hingga hiu paus ikan terbesar yang
mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter, dan hanya memakan plankton. Hiu
umumnya lambat mencapai keadaan dewasa dan dari segi produksi mereka
Hiu hanya bereproduksi sekitar 8-10 tahun sekali dan menghasilkan anak yang
tidak lebih dari 20 ekor. Itu juga belum tentu semuanya hidup. Hal ini
menangkap atau memburu hiu yang semakin tinggi, akan menjadikan spesies hiu
Di laut wilayah aceh, perburuan hiu ini menjadi salah satu pencarian
terbesar bagi sebagian nelayan, hiu menjadi ikan ‘primadona’ di aceh, selain
perburuan nya yang tidak dilarang, ikan hiu juga merupakan ikan mahal dengan
daging yang lezat untuk disantap. Hiu merupakan salah satu pengharapan besar
nelayan, jenis ikan hiu yang di tangkap ini memanglah jenis hiu yang diizinkan
untuk diburu, karena populasinya yang sedikit dan bisa dikatakan hiu merupakan
hewan yang sangat jarang didapati, maka, harga yang dikenakan tidak bisa
terbilang murah, perkilo daging ikan ini bisa mencapai harga 30.000 sampai
dengan 35.000, jika dibeli per ekor bisa mencapai 3.000.000 sampai 4.000.000
2
(sumber m.bisnis.blogspot.com). Sehingga tidak heran jika semakin banyak
mendapat ikan hiu, semakin banyak pula laba yang nelayan dapatkan.
tentang perburuan hiu di laut Aceh dikarenakan populasi hiu yang kini kian
menipis namun penangkapan hiu terus menerus dilakukan dengan gamblang dan
B. Rumusan Masalah
Aceh tanpa memperhitungkan jumlah yang ditangkap demi hasil yang banyak,
hiu yang lumayan susah dan lama, sehingga mempengaruhi ekosistem laut.
3
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Teori
1. Hiu
dengan kerangka tulang rawan yang lengkap1 dan tubuh yang ramping. Mereka
kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk
melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah
dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi
(Euprotomicrus bispinatus) sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya
22 cm, hingga hiu paus (Rhincodon typus) yang merupakn ikan terbesar yang
mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan hanya memakan plankton melalui
alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng (Carcharhinus leucas) adalah yang paling
terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis
Hiu telah berada di lautan selama 450 juta tahun dan merupakan salah satu
makhluk yang penting dan menghuni lautan dunia. Mereka merupakan fosil
1 Budker, Paul (1971). The Life of Sharks. London: Weidenfeld and Nicolson. SBN
297003070.
2 Allen, Thomas B. (1999). The Shark Almanac. New York: The Lyons Press. ISBN 1-
55821-582-4.
4
hidup, menguasai lautan bahkan sebelum dinosaurus menguasai daratan. Sebagai
mengendalikan dan memelihara spesies yang lebih rendah pada rantai makanan.
Dengan memakan ikan yang sakit dan lemah, mereka memelihara keseimbangan
antara kompetitor laut lainnya dan menjaga keragaman spesies yang ada di dalam
lautan. Untuk itu, keberadaan mereka sangat penting untuk kesehatan laut.3
Hiu terdiri dari kelompok spesies yang sangat banyak dan setiap spesies
dapat beradaptasi dengan sangat baik sesuai dengan lingkungannya. Mereka dapat
menghuni setiap bagian lautan dunia, mulai dari laut dalam, terumbu karang, zona
pelagis hingga lautan Arktik. Saat ini ada sekitar 500 spesies hiu. Hiu yang paling
besar adalah hiu Paus. Hiu Paus dapat tumbuh hingga lebih dari 18 meter,
sementara itu untuk spesies hiu terkecil berukuran sekepalan tangan manusia.4
3. Bahamas Sawshark
4. Basking Shark
7. Blue Shark
8. Bluegrey Carpetshark
3 https://threshershark.id/id/update/fakta-hiu-dan-habitatnya/
4 https://threshershark.id/id/update/fakta-hiu-dan-habitatnya/
5
9. Bluntnose Sixgill Shark
6
32. Leopard Shark
5.https://gerava.com/2021/10/25/53-jenis-dan-nama-ikan-hiu-di-dunia-dengan-gambar-a-
sampai-z/
7
2. Lingkungan
dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal
yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil. 6 Lingkungan hidup menurut
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang yang terdiri dari benda,
hidup lainnya. Dan dapat dikatakan lingkungan merupakan suatu media di mana
fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan
kompleks dan rill. Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotic (tanah, air,
udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia).
Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan, sedangkan
8
a. Pengelolaan Lingkungan
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Jadi, dapat
benda, keadaan, situasi yang ada di sekeliling makhluk hidup dan berpengaruh
bersangkutan.
9
b. Ilmu Ekonomi
masyarakat memilih cara penggunaan sumber daya yang langka untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terbatas. Pada dasarnya ekonomi merupakan kegiatan sosial,
karena tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri dalam memenuhi
dan penagihan.
keinginan mereka.
10
6. Alfred Marshall: Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari
keinginan mereka.
11
BAB III
HASIL
A. Peburuan Hiu
dikonsumsi masih menjadi salah satu masalah utama dalam konservasi satwa saat
ini. Masalah perburuan hiu dinilai kompleks, karena melibatkan berbagai dimensi
dalam isu lingkungan, baik itu dimensi ekonomi, sosial, budaya hingga konservasi
itu sendiri. Upaya menghentikannya pun, bukan sebuah perkara mudah. Selama
masih ada pembeli yang mau menerima sirip-sirip ini, maka pasar akan selalu
terbuka, dan perburuan masih akan terus terjadi, bahkan terbukanya pasar untuk
menerima daging hiu pun menjadi suatu hal yang sangat apik tanpa adanya
larangan. Butuh sebuah pendekatan yang holistik secara ekonomi politik untuk
terhadap negara penerimanya. perburuan hiu sudah dimulai sejak era 1970-an, dan
Indonesia adalah penyuplai sekitar 14% dari kebutuhan sirip hiu dunia antara
tahun 1998 hingga 2002. Terkait dengan meningkatnya pasar bagi sirip hiu untuk
dikonsumsi, maka tingkat perburuan ikan hiu di Indonesia juga terus meningkat.
Perburuan ikan hiu di Indonesia meningkat dari hanya sekitar 1000 Metrik ton di
tahun 1950, menjadi 117.600 metrik ton di tahun 2003 dengan nilai ekspor
mencapai 6000 Dollar AS di tahun 1975 dan membengkak hingga lebih dari10
juta dollar di tahun 1991. Sebagian besar sirip hiu ini dikonsumsi oleh para
12
penikmat kuliner kelas hotel bintang lima dan sebagian restoran yang
Ada beberapa jenis hiu yang awalnya perburuan nya tidak dilarang, namun
hanya 1 spesies hiu yang tidak boleh dikonsumsi, yaitu hiu paus, namun
mengingat kini populasi hiu yang semakin langka dan mulai susah ditemui
secara ilegal terhadap hiu, namun, belum ada upaya pengurangan dalam
masyarakat yang mengonsumsi ikan hiu tersebut. Isu berkurangnya populasi hiu
di perairan dunia menjadi salah satu fokus WWF (World Wide Fund for Nature)
saat ini. WWF berinisiatif mengumpulkan petisi yang hasilnya akan mereka
berikan ke beberapa restoran yang menyediakan menu sirip hiu dan juga ke toko-
toko ikan segar serta ke media massa yang turut mengambil peran dalam
mempromosikan menu sirip hiu yang dikenal sangat mahal ini. Menurut WWF
saat ini masyarakat masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai fakta
13
tentang hiu. Bahkan, banyak yang beranggapan bila punah, tidak akan berdampak
Banyak yang beranggapan hiu memakan ikan-ikan yang lebih kecil dan
penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Contoh simpel adalah hiu
memakan ikan-ikan kecil yang sakit, karena yang sedang sakit pasti tidak gesit
sehingga mudah ditangkap. Bila hiu punah, tentunya akan ada penyebaran
penyakit di antara ikan-ikan tersebut. Apabila hiu punah maka tidak akan ada
sudah sedikit, banyak nelayan yang menangkap bayi hiu untuk mengambil
Daging bahkan sirip hiu mempunyai dampak ekonomi yang tinggi bagi
nelayan. Sirip hiu mempunyai dampak ekonomi yang tinggi bagi nelayan karena
dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi, bahkan dagingnya yang terkenal
sangat enak dikonsumsi pun menjadi permintaan tinggi bagi konsumen setiap
lebih dikenal dengan pemanfaatan sirip hiu menjadi topik yang selalu menarik
14
untuk dibahas. Praktek shark finning sendiri umumnya dilihat sebagai salah satu
mengambil bagian sirip hiu dalam keadaan hidup dan sisa tubuhnya dikembalikan
ke dalam laut, biasanya praktek shark finning ini berlaku bagi daging hiu yang
tidak bisa dikonsumsi, namun dipergunakan siripnya saja untuk dijual. Proses
dikatakan sangat tidak ramah lingkungan. Negara-negara Uni Eropa saat ini telah
melarang penuh segala upaya pemanfaatan hiu guna menjaga populasi predator
tersebut di alam. Sementara itu negara G20 khususnya Kanada juga telah
Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi dan Hiu Martil dari wilayah negara RI
keluar wilayah negara RI. Kedua jenis hiu ini telah masuk dalam Appendix II
Direktur KKHL No. 2078/PRL.5/X/2017. Selain kedua jenis hiu diatas, ada Hiu
Tikus yang masuk dalam Apendiks II CITES dan jika tertangkap sebagai
15
tangkapan sampingan sesuai dengan Pasal 73 Permen KP No. 30 Tahun 2012
tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP NRI wajib dilepas dan dilaporkan jika
mati. Hiu yang termasuk kedalam Appendix CITES juga diatur dalam Permen KP
No. 61 Tahun 2018 mengenai peraerannya yang harus disertai dengan SIPJI dan
SAJI DN. Nilai ekonomi yang “seksi” dan permintaan pasar yang membludak
menjadi daya pemikat utama praktek shark finning. Kedua hal tersebut menjadi
alasan utama maraknya perburuan hiu. Angka pemanfaatan hiu setiap tahun
utuh sedangkan hiu tanpa sirip atau yang mengalami shark finning adalah 93,61%.
Sementara itu ditahun 2018 terjadi peningkatan pemanfaatan hiu hingga mencapai
442.360,14 Kg dengan rincian tetapi pada tahun ini aktivitas shark finning
menurun menjadi 37,67% dan pemanfaatan hiu utuh sebanyak 62,33%. Data
tahun 2019 hingga Mei 2019 tercatat sebanyak 206.869,05 Kg dengan rincian
pemanfaatan hiu secara utuh sebesar 41,21% dan hiu tanpa sirip sebanyak
58,79%. Satu kilogram sirip hiu dapat dijual dengan harga Rp750.000,00-
Rp2.000.000,00 tergantung size sirip sementara itu sup sirip hiu perporsinya dapat
hanya bernilai Rp25.000,00. Armada kapal nelayan penangkap ikan yang kecil
juga menyebabkan nelayan enggan membawa hiu secara utuh untuk didaratkan
dikarenakan kapasitas muatan yang sangat terbatas. Daging hiu juga rentan
mengalami pembusukan atau penurunan kualitas jika tidak diletakan dalam cold
16
storage sedangkan sirip dapat diolah diatas kapal dengan cara dikeringkan. Tetapi,
di beberapa daerah terkhusus nya Aceh sendiri, daging hiu sudah dimanfaatkan
dengan cara dijual secara lokal. Selain masyarakat lokal, pengusaha yang
seluruh bagian tubuh hiu. Pengolahan juga dapat mengarah pada pemanfaatan
kepada masyarakat nelayan terkait jenis hiu yang dilarang ditangkap atau
maraknya penangkapan ikan hiu yang dilindungi undang-undang dan saban hari
17
Pemerintan Republik Indonesia melalui Menteri Kelautan dan Perikanan
melarang keras perburuan ikan hiu dan ragam jenis mamalia lainnya yang
antara lain tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
Sebagaimana disebutkan pada pasal 85, setiap orang yang dengan sengaja
memiliki, menguasai, membawa, dan atau menggunakan alat penangkap ikan dan
atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan
dipidana penjara paling lama lima tahun dan didenda paling banyak Rp 2 miliar.
Ikan hiu yang dilindungi undang-undang tersebut, meliputi hiu martil (Sphyrna
leweni), hiu koboi (Carcharhinus longimanus), hiu gergaji (Pristis microdon), hiu
Perikanan hiu juga merupakan sektor yang sangat dilematis. Hiu adalah
Kepunahan hiu akan berdampak pada rusaknya ekosistem dan dapat mengancam
18
kehidupan makhluk di bumi. Sisi lain banyak nelayan kecil yang menggantungkan
kehidupan pada komoditas ini. Oleh sebab itu dalam upaya pengendalian tidak
berkaitan dengan kesejahteraan dan kehidupan orang banyak. Hiu juga perikanan
tergolong sebagai perikanan yang miskin data baik jumlah tangkapan, pendaratan,
perkiraan stok,fishing ground dan jumlah armada hiu. Bisa jadi disebagian
Berkaitan dengan hal tersebut penelitan dan kajian mengenai hiu sangat
main dalam perburuan hiu agar dapat tercipta keseimbangan ekologi dan ekonomi.
Indonesia Timur ukurannya semakin mengecil dan sebagian besar hiu yang
diprediksikan bahwa telah terjadi over fishing pada sektor ini. Kuota penangkapan
dan ukuran minimal untuk hiu yang ditangkap sangat diperlukan untuk
menanggulangi isu shark finning, regulasi yang mengatur penangkapan hiu secara
termanfaatkan. Hiu utuh yang tertangkap juga dapat dijadikan sebagai sumber
data untuk kepentingan pengelolaan. Selain untuk diburu, hiu juga dapat
Zulficar Mochtar yang menyatakan bahwa hiu dan pari memiliki nilai ekonomis
19
yang tinggi. Wisata hiu dan pari di Palau diperkirakan menyumbang sebesar
Foundation, 2011). Jika potensi ini dapat didorong dan dimanfaatkan dengan baik
maka dapat menciptakan keseimbangan ekonomi dan ekologi pada perikanan hiu.
Perburuan ikan hiu akibat perdagangan siripnya untuk dikonsumsi masih menjadi
Upaya untuk membatasi perdagangan sirip dan daging hiu dalam konferensi
penegakan peraturan untuk mengatasi perdagangan sirip hiu tidak akan pernah
mengeluarkan aturan pengelolaan hiu dan pari. Seperti perlindungan secara penuh
untuk hiu paus dan pari gergaji (masuk dalam PP Nomor 7/1999), diperkuat
aturan perlindungan untuk hiu paus (Kepmen KP Nomor 18/2013), dan pari manta
larangan ekspor untuk hiu martil dan hiu koboi (Permen KP Nomor 48/2016).
hidup ke laut, mendaratkan dan mencatat hiu tikus yang tertangkap dalam keadaan
20
Pemerintah Indonesia dan para pemangku kepentingan lainnya di
Hiu dan Pari 2016-2020 secara nasional. Strategi yang dijabarkan antara lain
dan pari sebagai bagian dari implementasi CITES termasuk melakukan penguatan
berbagai produk hiu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, khususnya
yang berasal dari Asia Timur. Juga, jangan dilupakan permintaan pasar domestik
daging hiu untuk kebutuhan protein yang ditengarai semakin meningkat dan
menyangkut berapa total jumlah hiu yang ditangkap di lautan dan identifikasi
jenis-jenis hiu yang ditangkap. Hal ini diperburuk dengan praktik shark finning
yang masih dilakukan nelayan. Praktik ini adalah memotong hiu, hanya
mengambil siripnya saja, dan bagian tubuh lainnya (95%) dibuang kembali ke
laut. Praktik ini cenderung membiaskan jumlah tangkapan hiu sebenarnya yang
terjadi di lautan lepas yang dapat dikategorikan sebagai illegal dan unreported
(traceability) dan menyusun strategi pengelolaan perikanan hiu dan pari yang
21
masuk dalam daftar Appendix II CITES. Data ini dapat menjadi pertimbangan
untuk pengaturan lokasi penangkapan, pengaturan jenis alat tangkap, dan musim
penangkapan dianjurkan.
(termasuk sirip hasil tangkapan shark finning) mutlak diperlukan. Persoalan lain
dilakukan monitoring oleh para petugas, akibat faktor keterbatasan dana. Juga,
luar negeri (Permen KP 48/2016) saat ini belum mampu mengurangi tingkat
eksploitasi hiu di Indonesia. Padahal, saat ini diindikasikan bahwa Indonesia tidak
hanya berperan sebagai negara produsen hiu terbesar di dunia tetapi juga menjadi
data dan informasi untuk bisa dijadikan blue print dalam pengelolaan dan
pelestarian hiu.
Sosialisasi dan kampanye harus dilakukan secara masif di lapangan, mulai dari
anak-anak hingga dewasa, mulai dari pengusaha hingga ke restoran, saat ini
hewan laut tersebut seakan langka ditemukan. Ada beberapa hal sebagai
22
penyebabnya, salah satunya adalah mulai maraknya pembasmian hiu untuk
dikonsumsi.
Indonesia dalam beberapa tahun lalu. Padahal keberadaan hiu dilaut ini menjadi
hiu di permukaan laut menandakan bawha akan ada musim panen ikan. Namun,
jarang munculnya dua spesies tersebut menjadikan para nelayan kini sulit
BAB IV
23
A. Kesimpulan
untuk menjaga ekosistem lautan agar seimbang dan berharap spesies hiu ini tidak
akan punah, adanya tindakan tegas pemerintah setiap daerah akan membantu hal
ini. Karena, kelalaian dari penanggung jawab kelautan dan perikanan ini akan
berdampak besar bila data yang diperoleh tidak sesuai dan tidak adanya
pengawasan dalam penangkapan hiu ini. Larangan saja tidak akan membuat
nelayan yang haus akan ekonomi berhenti memburu hiu, oleh karena itu,
pelarangan menerima daging maupun sirip hiu pada pasar terbuka, restoran dan
B. Saran
dalam perburuan ini, selain mengganggu ekosistem, perburuan hiu ini akan
menyebabkan hiu tidak dapat berkembang biak lagi atau buruknya akan punah.
Pengawasan yang ketat akan menjadi salah satu upaya terbesar dan langkah awal
24