Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ZOOLOGI INVERTEBRATA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi


Invertebrata

“Struktur Tubuh: Udang (Penaeus sp.) dan Cumi-cumi

(Loligo sp.)”

Nama : Desti Febriani

NIM : 17 507 043

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI

2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan
Laporan Zoologi Invertebrata ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah
sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.
Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya
berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Tondano, 6 Januari 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bab I. Pendahuluan............................................................................................. 1

Bab II. Dasar Teori ............................................................................................. 3

Bab III. Metode Praktikum ............................................................................... 10

Bab IV. Hasil Pengamatan ................................................................................. 13

Bab V. Penutup ................................................................................................... 17

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 18

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Crustacea adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari kurang
lebih 52.000 spesies yang terdeskripsika, dan biasanya dianggap suatu subfilum.
Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting,
udang dan lainnya. Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun air laut,
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1
pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga
terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada
udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya.
Moluska adalah salah satu hewan avertebrata air yang mempunyai arti penting
bagi sumber daya manusia dan sumber daya perairan. Moluska adalah binatang yang
lunak, yang hidup sejak periode Cambrian dan terdapat lebih dari 100.000 spesies
yang masih hidup sampai saat ini dan 35.000 spesies yang sudah punah dan menjadi
fosil. Tubuh moluska berbentuk bulat simetris dan tidak bersegmen. Hidup di air laut,
tawar maupun di darat. Sebagian besar jenis mollusca memiliki cangkang (mantel)
yaitu lapisan jaringan yang menutupi organ-organ visceral dan membentuk rongga
mantel. Walaupun sebagian besar jenis mollusca memiliki cangkang, namun ada
beberapa jenis mollusca yang tidak memiliki cangkang (Hartati, 2004).
Menurut beberapa ahli pada filum Mollusca dapat dibedakan menjadi beberapa
kelas yaitu: Amphineura/Polyplachopora, Gastropoda, Schaphopoda, Pelecypoda dan
Chepalopoda. Dalam kelas Cephalopoda merupakan hewan yang kakinya berada di
kepala kaki ini dikenal dengan nama tentakel atau lengan yang berfungsi untuk
menangkap mangsanya contohnya adalah cumi-cumi (Loligo sp.).

1
B. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan laporan ini adalah:
1. Mengetahui dan mengidentifikasi struktur tubuh udang (Pinaeus sp)
2. Mengetahui dan mengidentifikasi struktur tubuh cumi-cumi (Loligo sp)

2
BAB II
DASAR TEORI

A. Udang (Penaeus sp.)

Dari sekian banyak udang laut (Pennaidae) yang terdapat di Indonesia, ada
11 jenis yang dikategorikan mempunyai nilai niaga penting. Mereka tidak hanya
terdapat di laut, tetapi juga sampai ke tambak–tambak. Bahkan sekarang udang
banyak dibudidayakan. Udang yang dipelihara di tambak antara lain udang windu
(Pennaeus monodon), udang putih (Pennaeus merguiensis dan Pennaeus indicus),
udang api–api (Metapennaeus monocerosdan Metapennaeus ensis), udang
cendana (Metapennaeus brevicornis), dan udang krosok (Metapennaeus
burkenroadi) (Nontji, 1993).

Udang laut menjalani dua fase kehidupan yaitu fase di tengah laut dan fase
di perairan muara. Fase di tengah laut adalah fase dewasa, kawin, dan bertelur.
Beberapa saat sebelum kawin, udang betina terlebih dahulu berganti kulit. Setelah
mengalami pergantian kulit beberapa kali, kemudian menjadi zoea. Pada stadium
zoea, larva mulai mengambil makanan dari sekitarnya. Giliranselanjutnya,
bentukzoea akan berubah lagi menjadi mysis. Dari stadium mysis, larva
bermetamorphosis menjadi stadium post larva. Anakan udang yang bersifat
planktonik ini kemudian beruaya (migrasi) kepantai, cenderung keperairan muara
sungai (Nontji, 1993).

Udang terutama jenis laut memiliki aneka warna yang indah dengan
adanya pigmen dalam eksoskeleton. Beberapa jenis dapat mengadaptasikan diri
dengan berubah warna sesuai warna lingkungannya, misalnya udang yang hidup
di antara ganggang laut berwarna kuning kehijauan “olive yellow” denagn bercak-
bercak. Ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai lebih dari 50 cm
(Suwignyo, 2005).

3
1. Taksonomi Udang

Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air
tawar. Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti
cangkang yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah
karsinologi. Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343
spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk
didalam famili Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan
merupakan Filum terbesar dalam Kingdom Animalia, udang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustaceae

Sub Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Family : Penaeidae

Genus : Penaeus

4
2. Daur Hidup Udang

Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat


yang berbeda pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang
relatif dalam. Setelah menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung
dibawa arus, kemudian berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar
pantai atau muara sungai. Di kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang.
Menjelang dewasa, udang tersebut beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam
dan memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi, untuk kemudian memijah.
Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk siklus hidup. Udang
penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami beberapa fase,
yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang dewasa.

Menurut Rizal (2009), setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas
menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva bergerak ke daerah
dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan
dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi
dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari,
udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin,
perkawinan dan pemijahan terjadi.

3. Habitat dan Penyebaran Udang

Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya


hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial
(Abele, 1982).Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai
kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya
hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai
salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk
mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah
terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai
dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas.
Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari kelompok ini biasanya
tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Udang menempati perairan dengan

5
berbagai tipe pantai seperti: pantai berpasir, berbatu ataupun berlumpur. Spesies
yang dijumpai pada ketiga tipe pantai ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan
masing-masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisik kimia perairan
(Nybakken, 1992).

B. Cumi-cumi (Loligo sp)

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk


silindris. Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada
ujungnya. Pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang
dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh
(visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan
dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal,
berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi
yang disebut leher ( Halon, 1996).

Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersak atau semi plagik


pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400m. beberapa spesies
hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu
pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada
kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis
positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya
(Roper et.al, 1983).

1. Klasifikasi Cumi-cumi

Menurut Hegner dan engemann (1986) dalam (Pricillia, 2011), cumi-cumi


dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

6
Ordo : Decapoda

Famili : Loliginidae

Genus : Loligo

Spesies : Loligo sp.

2. Karakteristik Cumi-cumi

Tubuh cumi-cumi berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh otot mantel


dengan sirip yang berbentuk segitiga pada bagian punggungnya. Di bagian
belakang, mantel melekat pada tubuh sedangkan pada bagian perut tidak melekat
sehingga terdapat rongga mantel. Pada ujung mantel bagian perut terbuka dan
disebut “collar” yang dihubungkan dengan ujung leher oleh semacam tulang
rawan sehingga memungkinkan efektifitasnya penutupan rongga mantel.

Mantel pada tubuh cumi-cumi terdiri dari kulit yang tebal, yang berfungsi
untuk melindungi fungsi organ lainnya. Pada bagian bawah tubuhnya terdapat
lubang-lubang berbentuk corong yang dinamakan funnel, berguna untuk
mengeluarkan air dari ruang mantel, dan juga berfungsi untuk memasukkan
oksigen ke insangnya (Gunarso dan Purwangka, 1998).

Cumi-cumi memiliki sifat yang khas yaitu adanya kelenjar tinta yang
tersiman dalam kantung tinta. Kantung tinta ini membuka kea rah anus. Kelenjar
tinta ini mensekresi cairan berwarna coklat tua ataupun hitam. Warna gelap pada
tinta tersebut disebabkan oleh kandungan melanin yang tinggi. Ketika cumi-cumi
dalam keadaan bahaya, maka dalam keadaan kritis mereka akan menyemburkan
cairan tinta sambil berlari menghindar. Cairan tinta ini dapat membius
indera chemoreceptor, yaitu indera penciuman atau rasa sehingga cumi-cumi tidak
disenangi oleh predator terutama ikan. Cumi-cumi dapat mengubah dirinya
menjadi kelabu tua, apabila berenang dari tempat berpasir putih ke tempat
berbatu.

7
Cumi-cumi memiliki keistimewaan yaitu mereka memiliki organ
berpendar (bercahaya, bioluminescence) yang dikenal dengan fotofor. Fotofor ini
yang berada di dalam tubuh, atau dibawah lapisan kulitnya, bahkan ada yang
memilikinya pada bola mata maupun sekitar mata mereka (Gunarso dan
Purwangka 1998).

3. Struktur dan Anatomi Cumi-cumi

Berikut adalah bagian-bagian serta fungsi dari setiap organ yang dimiliki
cumi-cumi:

a) Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk menghisap


makanan dari mulut dan membasahi makanan tersebut dengan
lendir.
b) Mulut : tempat masuknya makanan.
c) Mata : sebagai alat penglihatan.
d) Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak, merangsang, memeriksa,
dan sebagai alat untuk menangkap mangsa.
e) Anus : mengeluarkan sisa metabolism.
f) Hati : mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai
tempat penghasil empedu.
g) Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi
menghubungkan rongga mulut dengan lambung.
h) Insang : sebagai organ pernapasan.

8
i) Lambung : sebagai bagian dari organ pencernaan.
j) Cangkang dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
k) Ovarium : penghasil sel telur.
l) Rektum : sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
m) Kantung tinta: kantung selaput yang terdapat pada cumi yang
mengandung tinta.

Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna
putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke
dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Clarke, 1986).

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 18 Desember 2018
Waktu : 08: 00 - 09:40
Tempat : Bio-11 Jurusan Biologi FMIPA UNIMA

B. Alat & Bahan Praktikum


a) Alat
 Pisau Bedah

 Handscoon

10
 Papan atau nampan Bedah

 Masker

b) Bahan
 Udang

 Cumi-cumi

11
C. Langkah Kerja
a. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam praktek.
b. Pakai handscoon dan baju laboratorium.
c. Siapkan tempat untuk membedah udang dan cumi-cumi. Tempat untuk
membedah harus bersih.
d. Udang dan cumi-cumi dibedah dan diteliti stuktur morfologi dan
anatomi dari kedua hewan ini.

12
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Udang (Pinaeus sp.)

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.

Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace. Bagian


depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala
atau rostrum. ada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3
gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah:

 Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat


digerakkan.
 Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang
(mandibula) yang kuat.
 Sepasang sungut besar atau antena.
 Dua pasang sungut kecil atau antennula.
 Sepasang sirip kepala (scophocerit).

13
 Sepasang alat pembantu rahang (maxilliped).
 Lima pasang kaki jalan (periopoda), kaki jalan pertama, kedua dan
ketiga bercapit yang dinamakan chela.
 Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.

Bagian badan dan perut (abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama
lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda)
yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas
keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda).
Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang
disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang
bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.

Ciri-ciri morfologi udang mempunyai tubuh yang bilateral simetris terdiri


atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kintin sebagai eksoskleton. Tiga pasang
maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan mempunyai
lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh (Decapoda).
Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali. Dilihat dari luar,
tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang.
Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala
dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak, bagian perut terdiri dari
lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod dan ruas terakhir terdiri
dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas). Tubuh udang
mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian
dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang
pleopod, sepasang telson dan uropod.

14
B. Cumi-cumi (Loligo sp.)

Secara morfologi, tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian


belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher
dan badan. Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar
dan tidak berkelopak, berfungsi sebagai alat untuk melihat. Leher pendek dan
badan berbentuk tabung dengan sirip lateral berbentuk segitiga di setiap sisinya.
Pada kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh empat pasang tangan dan
sepasang tentakel (8 tangan dan 2 tentakel panjang). Pada permukaan dalam

15
tangan dan tentakel terdapat batil isap yang berbentuk mangkok terletak pada
ujung tentakel. Gigi khitin atau kait terletak pada tepi batil isap untuk memperkuat
melekatnya mangsa yang diperolehnya. Di posterior kepala terdapat sifon atau
corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang,
sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke
belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya.
Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna
hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika
dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air
menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan.
Sedangkan pada anterior badan terdapat endoskeleton. Sistem skeletal terdiri atas
endoskeleton yang berbentuk pen atau bulu dan beberapa tulang rawan. Beberapa
tulang rawan tersebut membentuk artikulasi untuk sifon dan mantel, yang lain
melindungi ganglia dan menyokong mata. Endoskeleton yang berbentuk pen
tersebut homolog dengan cangkang pada Mollusca lain. Pada Loligo endoskeleton
tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih transparan,
tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik
merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.

Secara morfologi, tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian


belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher
dan badan. Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar
dan tidak berkelopak, berfungsi sebagai alat untuk melihat. Leher pendek dan
badan berbentuk tabung dengan sirip lateral berbentuk segitiga di setiap sisinya.
Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna
hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika
dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air
menjadi keruh.

17
Daftar Pustaka

- Hartati, Sri. 2004. Panduan Pembelajaran Biologi. Mediatama; Surakarta.


- Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge
University Press; Cambridge.
- Pricillia, V. 2011. Journal: Karakteristik Cumi-cumi (Loligo sp).
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor; Bogor.
- Roper, C.F.E. and G.L. Voss. 1983. Guidelines for taxonomic description
of cephalods species. Mem. Natl. Mus. Vic. 44: 48-63.
- Gunarso, W dan Purwangka. 1998. Cumi-Cumi serta Kerabatnya. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor; Bogor.
- Clarke, M.R. 1986. A Handbook For the Identification of Cephalopod
Beaks. Clarendron Press; Oxford
- Nontji.2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
- Nybakken, J. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta
- Abele. 1982. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta
- Suwignyo, Sugiarti. 1989. Avertebrata Air. Bogor.
LembagaSumberdayaInformasi. IPB
- (http://rizal-bbapujungbatee.blogspot.com/2009/05/semua-tentang-
udangwindu.html), diunduh pada: 6 Januari 2019, pukul: 20.33.

18

Anda mungkin juga menyukai