Anda di halaman 1dari 37

Makalah

Keanekaragaman Pisces
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Iktiologi yang diampu oleh Dr.
Hartono D Mamu, M.Pd)

Oleh :

ARLIN NUSI (431418065)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatNYA sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami, saya yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. oleh karena itu, kami sangat harapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca.

Gorontalo, 26 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Persebaran Pisces (Ikan) di Indonesia ....................................................... 2


B. Karakteristik dan keanekaragaman Agnatha di Indonesia ........................ 3
C. Karakteristik dan keanekaragaman Chondrichthyes di Indonesia ............ 6
D. Karakteristik dan keanekaragaman Osteichthyes di Indonesia ................. 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pisces (ikan) adalah Gnathostomata yang memiliki tubuh yang ditutupi
oleh sisik tulang dermal. Hewan ini memiliki anggota gerak yang berpasangan
berupa sirip, kepala berhubungan langsung dengan tubuh dan pada umumnya
tidak mempunyai gerakan bebas, tidak mempunyai dermal internal. Umumnya
bernapas dengan insang memiliki lima lengkung insang, lidah jika ada letaknya
pada dasar mulut, tidak dapat bergerak bebas, tidak memiliki kantung allantoik
dan hidup di air. Berdasarkan rangka tubuhnya terbagi menjadi dua kelas yaitu
Chondrichthyes dan Osteichcthyes. Namun terdat anggota pisces yang tidak
memiiki rhang yitu Agnatha.
Keanekaragaman pisces sangat bervariasi.Banyak Ikan endemik Indonesia
sangat beraneka ragam. Dengan mengenal jenis (ikan) Pisces endemik, maka kita
akan turut membantu menjaga keaneragaman dari kepunahan hewan endemik
Indonesia khususnya pisces. Oleh karena itu dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai keanekaragaman Pisces (ikan).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persebaran Pisces (Ikan) di Indonesia?
2. Bagaimana karakteristik dan keanekaragaman Agnatha di Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik dan keanekaragaman Chondrichthyes di
Indonesia?
4. Bagaimana karakteristik dan keanekaragaman Osteichthyes di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui persebaran Pisces (Ikan) di Indonesia.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan keanekaragaman Agnatha di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan keanekaragaman Chondrichthyes di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui karakteristik dan keanekaragaman Osteichthyes di
Indonesi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persebaran Pisces (Ikan) di Indonesia

Persebaran dan potensi ikan (Pisces) di Indonesia dapat dibedakan


menjadi, ikan yang berada di air laut, air payau, serta air darat. Perikanan air laut
merupakan perikanan yang berada di wilayah perairan laut lepas. Persebaranya
dapat ditemukan di wilayah selat Malaka, selat Karimata dan Laut Jawa.
Perikanan air payau adalah peikanan yang yang berada di wilayah tambak muara
sungai ataupun daerah yang dekat dengan air laut. Persebaranya berada di Pantai
Utara Pulau Jawa, Lampung Utara. Serta jenis Ikan antara lain adalah Bandeng,
Kerapu, Mujair, Nila, Kakap, Teggiri dan lain lain. Perikanan air darat atau air
tawar. Persebaranya berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan
Jawa Timur.Pada peta tersebut dapat diketahui banyak ditemukan persebaran ikan
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Peta tersebut menggambarkan potensi ikan
di Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Bali. Serta potensi penangkapan ikan yang
berada disekitarnya di tandai dengan ikan berwarna merah.

2
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam, dengan
jumlah spesies lebih dari 27.000 spesies di seluruh dunia.Tubuh Ikan atau Pisces
ditutupi oleh sisik-sisik yang sekaligus sebagai rangka luar tubuh
(eksoskeleton). Ikan atau Pisces berkembang biak secara seksual, yiitu ovipar
(bertelur). Ikan atau Pisces terdiri dari tiga golonganyaitu Agnatha,
Chondrichthyes, dan Osteichthyes (Hartono.2016).
2.2 Agnatha

Agnatha berasal dari kata a = tidak, gnatho = rahang. Pada Agnatha


dikenal satu sub class, yaitu Cyclostomata. Dua kelompok ikan yang masih hidup
sampai sekarang, hagfish dan lamprey, dengan total 100 spesies. Memiliki ciri
kulit tidak bersisik. Memiliki 6-14 pasang insang, pada ujung cranial di sebelah
ventral membuka cekung yang berbentuk corong disebut dengan corong buccal
dan lidahnya yangseperti parut. Pada tepinya terdapat papine yang diperkuat oleh
kartilago anularis. Cyclostomata tidak terdapat di Indonesia. Mereka terdapat di
Eropa dan Amerika Utara (Radiopoetra, 1991).
Sebagian besar tidak memilik sirip yang berpasangan dan sebenarnya
mrupakan hewan yang tinggal di dasar perairan yang bergeliat di sepanjang
hamparan arus dasar laut, tetapi ada juga beberapa spesies yang lebih aktif dan
memiliki sirip berpasangan. Sebagian besar merupakan penyedot lumpur atau
pemakan pemakan suspensi yang mengambil sedimen dan serpihan bahan organic
yang tersuspensi melalui mulutnya kemudian meneruskan melalui celah insang
yang tmpat terperangkapnya makanan. Okstradema dan sebagian kelompok
hewan agnatha lain menurun jumlahnya dan akhirnya menghilang selama masa
devon (Champbel, dkk, 2003).
Hag Fish

3
Hag fish merupakan sub kelas Myxinoidea. Memiliki pina dorsalis,
memiliki keranjang insang yang mengalami reduksi. Ikan hagfish yang modern
semuanya hidup di laut, hidup di dasar perairan dan biasanya menggali lubang.
Mirip belut atau cacing tidak mempunyai sirip yang berpasangan, hanya
mempunyai semacam sirip ekor. Mata mereduksi, namun tetap sensitif terhadap
cahaya. Mempunyai gigi tanduk di lidahnya yang berguna untuk mencengkram
mangsanya. Terdapat tentakel di sekeliling mulut. Hagfish menghasilkan lendir
yang banyak sebagai mekanisme pertahanan diri. Hagfish masih sangat sedikit
diketahui. Betina memproduksi 20-30 telur, memiliki yolk, memiliki kait sehingga
bisa menempel pada sesuatu di dasar laut atau melekat satu sama lain. Makanan
Hagfish adalah kelompok dari annelida, moluska, krustacea, dan bangkai ikan
(Hickman, Jr, 2008). Contoh dari Hag Fish adalah Myxine glutinosa.
Habitat Hag Fish
Hagfish biasanya ditemukan pada dasar lumpur hingga kedalaman 633
meter , tetapi juga dapat ditemukan pada bawah batu . Mereka lebih umum pada
kedalaman dangkal , dari 40 sampai 100 meter. Hagfish dapat membuat migrasi
kecil dari perairan dangkal di musim gugur ke dalam air yang lebih dalam.
Ditemukan di perairan laut dingin dari utara antitropical dan selatan Samudera
Pasifik di lantai laut berlumpur (Fernholm, 1998).
Fakta Unik
Ikan ini tidak menjadi bahan komersial, seperti ikan pada umumnya.
Karena bentuknya yang sedikit menakutkan. Walaupun kebanyakan negara tidak
memakannya karena bentuk jelek, jenis ini merupakan makanan yang lezat.
2.268.000 kg hagfish dikonsumsi pertahun di Korea Selatan (Batusangkar,
2009:24).
Lamprey

4
Lamprey merupakan sub kelas dari Petromyzontida. Lamprey mempunyai
siklus hidup sebagai larva yang disebut dengan ammocoete yang hidup di perairan
tawar. Biasanya larva mengubur dirinya di dalam substrat lumpur. Lamprey
memiliki mulut yang bulat penghisap. Banyak dari lamprey ini adalah parasit,
Lamprey ini menempel, lalu menghisap darah dan meninggalkan ikan yang sudah
lemah dengan luka yang terbuka. Selama hidupnya dapat membunuh lebih dari 40
pound ikan. Hagfish memakan invertebrata, bangkai dan substrat-substrat di dasar
laut.
Pada lamprey memiliki pina dorsals, memiliki branchial yang lengkap.
Air dari mulutnya masuk ke pipas respiratory, yang terdapat disebelah ventral dari
esophagus kemudian masuk ke kandung insang untuk kemudian keluar melalui
lubang-lubang insang. Panjang dari tahap larva adalah sekitar 4 sampai 8 inci
(100-200 mm. Di sungai Amerika , rata-rata panjang 2 sampai 2 ½ kaki, sampai
maksimum sekitar 3 kaki.Salah satu dari 33 inci beratnya 2 ¼ pound (Goode,
1884:677).
Habitat Lamprey
Petromyzon marinus, hanya ditemukan di Mediterania dan Atlantik
Utara, di laut pesisir dari North East USA, Nova Scotia, Greenland selatan,
Inggris, Irlandia dan Skandinavia . Mereka juga ditemukan di Great Lakes dan
memasuki sungai air tawar pedalaman dan sungai untuk berkembang biak. Di
habitat alami mereka, lamprey laut hidup di laut terbuka, bermigrasi ke air tawar
untuk bertelur. Larva hidup di sedimen sungai lembut (Marine, 2013).

5
Fakta Unik

Mereka hanya mempunyai satu lubang hidung dibagian puncak kepalanya.


Ludah lamprey’s mengandung zat anti-coagulant yang membuat luka di tubuh
inangnya tetap terbuka sehingga mereka bisa terus menghisap darah inangnya
tersebut. Jantan lamprey laut melepaskan sex-hormone yang sangat kuat yang
jarang luput dari penciumanbetinanya.Ini bisa terdeteksi dalam jarak lebih dari 65
meter. Lamprey adalah hewan vertebrata pertama yang menggunakan senyawa
kimia untuk menarik pasangannya. Lamprey sangat sensitif terhadap pencemaran
perairan, sehingga bisa dijadikan sebagai indikator lingkungan. Lamprey dianggap
sebagai bahan makanan yang sangat lezat di sebagian besar Eropa dan Amerika.
Hiidup parasite bagi ikan, melekat pada badan ikan dengan corong buccal dan gigi
buccal, kemudian luka dibuat dengan gigi lingual dan darah yang dihisap.
Myxinoidea masuk ke dalam badan ikan dan memakan dagingnya sehingga hanya
tinggal kulit dan tulang saja (Radiopoetra. 1991:450).

2.3 Chondricthyes

Meliputi ikan-ikan yang mempunyai rahang dan sisik-sisik. Skeleton


seluruhnya tersusun atas kartilago atau tulang rawan. Skates, rays (ikan pari) dan
shark (ikan hiu) di anggap sebagai ciri-ciri kelas ini. Beberapan ikan pari,
mempunyai duri beracun pada ekornya dan dengan ekor ini mereka dapat
melindungi diri dari berbahaya kepada korbannya termasuk juga manusia. Ikan-

6
ikan pari yang lain dapat memberikan kejutan-kejutan listrik yang kuat (Sumadji
Sastrosuparno, 1978).
Kelas chondrichthyes mencakup dua sub kelas yaitu :
4. Sub kelas Elasmobranchii yang di bedakan atas
a. Ordo Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu
b. Ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari
5. Subkelas Holecephali
Kelas Chondricthtyes terbagi menjadi dua super ordo
a. Super Ordo Selachii (bertubuh torpedo) terbagi menjadi 4 ordo yaitu :
b. Super Ordo Hypotrematica terdiri atas (Jasin, M. 1991).
Endemik Chondricthyes di Indonesia
1. Elasmobranchii
Rangka terdiri dari tulang rawan seluruhnya. Tidak mempunyai tutup
insang (operculum), tetapi mempunyai celah insang (gillslits). Insangnya 5 – 7
pasang dan tiap-tiap insang mempunyai sekat pelat tulang (gill cleft). Pada
umunya mempunyai spiracle atau lubang penyembur yang terletak di depan celah
insang. Semasa ikan masih larva tidak terdapat lubang ini. Biasanya bersisik
placoid. Mulut berada pada bagian bawah atau ventral. Pada ikan jantan terdapat
clasper atau mycopterygia pada bagian sirip perut atau pelvic fins. Sirip biasanya
tebal dan kaku dan terdiri dari jari-jari dari zat tanduk.Sirip ekor (caudal fin)
termasuk tipe heterocercal atau asymetris. Pada umumnya viviparous.
D. Hiu Karpet Berbintik (Hemiscyllium freycineti)
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Ordo : Orectolobiformes

Famili : Hemiscylliidae

7
Genus : Hemiscyllium

Spesies : Hemiscyllium freycineti

(Itis.gov)

Hiu Karpet berbentik merupakan hewan endemik Indoensia. Ikan ini


memiliki nama ilmiah “Hemiscyllium freycineti”. Tergolong dalam kelas
Chondrichthyes atau tulang rawan, filum chordata.Hiu Karpetmerupakan salah
satu hewan khas Indonesia dan termasuk dalam hewan bertulang belakang atau
vertebrta. Ikan hiubisa di temukan di sekitar perairan Papua, tepatnya di area
Kepulauan Raja Ampat.

Karakteristik Hiu Karpet Berbintik

Mempunyai warna kulit yang polanya seperti macan tutul.Pola berbentuk


heksagonal, berwarna coklat berbintik. Pola ini menyebar rata di semua
permukaan hiu karpet berbintik sisi atas. Sisi moncong hiu karpet berbintik ada
bintik-bintik kecil serta berwarna gelap menutupi moncongnya.Hiu karpet
berbintik memiliki bentuk serupa dengan hiu yang lain. Bagian tubuhnya terbagi
dalam ekor, dua sirip samping, dua sirip di bagian pungggung, dua mata yang
terdapat kepala sisi atas, dan pasti moncong mulut.Hiu tipe ini mempunyai badan
panjang. Sisi moncongnya relatif pendek jika dibanding dengan hiu yang lain.
Mulut hewan bertulang punggung ini ada di depan mata. Hewan ini dapat
mempunyai spirakel yang terdapat dibawah mata. Sirip yang dipunyai hiu karpet
berbintik berupa tidak tipis serta berupa segitiga dengan tumpul di bagian
ujung.Ukuran panjang optimal hiu karpet berbintik yaitu 46 cm baik untuk
kelamin jantan ataupun betina Hiu karpet berbintik umumnya berenang dalam
kedalaman 0-12m dibawah permukaan laut. Hiu karpet ini memakan hewan
invertebrta yang ada dalam laut (Saputra, 2015).
Habitat
Terdapat pada perairan dangkal dengan terumbu karang, pasir dan rumput
laut.Papua khususnya kepulauan Raja Ampat, Wigeo, dan Papua New Guinea.
Fakta Unik

8
Keunikan Hiu Karpet adalah bintik yang ada pada tubuhnya dan memiliki
warna kulit seperrti macnn tutul. Hewan ini merupakan endemiik dari Papua
(Kehati.2014). Fakta saat ini adalah Hiu karpet berbintik ini merupakan salah satu
hewan yang hampir punah, dan dilindungi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
habitat atau terumbu karang yang rusak. Kerusakan tersebut terjadi dikarenakan
terdapat aktifitas manusia yang mencari ikan dengan bahan peledak atau dinamit.
Selain itu, ikan ini juga banyak diburu karena keindahan warna kulitnya untuk
dijadikan ikan hias di akuarium. Terlebih tingginya permintaan pasar akan ikan
Hiu Karpet Berbintik ini menjadikan penangkapan ikan hiu ini secara besar-
besaran. Hal tersebut sangat nampak sekali akibatnya terhadap populasi Hiu
Karpet Berbintik yang semakin menurun.
E. Hiu Gergaji (Pristis microdon)
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Chondricthyes

Sub kelas : Elasmobranchii

Super order : Euselachii

Ordo : Pristiformes

Genus : Pristis

Spesies : Pristis microdon

(Itis.gov)
Nama daerah Hiu Gergaji dengan nama latin Pristis microdon, merupakan
salah satu hewan vertebrata dari filum Chordata kelas Chondricthyes yang hidup
di Sungai Digul, Danau Sentani, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan

9
Sungai Sepih. Hiu gergaji merupakan salh satu hiu endemic dari Indonesia dengan
ke unikan moncong berbentuk seerti gergaji.
Karakteristik Hiu Gergaji (Pristis mucrodon)
Hewan yang masuk dalam family keluarga pristidae ini mempunyai ciri-
ciri fisik yang dapat digolongkan ramping jika dibandingkan dengan ikan jenis hiu
lainnya. Ciri tubuh yang terbilang ramping ini ternyata mampu untuk membuat
mereka dapat berenang dengan kecepatan di atas rata-rata dan dengan mudah
untuk mengejar mangsanya. Tubuh hiu gergaji berwarna hitam keabu-abuan.
Sedangkan pada bagian bawah tubuhnya memiliki corak warna lebih pucat atau
keputih-putihan.
Ciri fisik yang mudah untuk didentifikasi dari hewan ini adalah memiliki
moncong yang panjang mirip mata pisau dan dilengkapi dengan serangkaian gigi
sehingga mirip dengan gergaji dua mata. Dapat memiliki panjang hingga 6 meter.
Ikan Hiu gergaji hampir sama dengan ikan pari gergaji, perbedaan mendasar
untuk membedakan kedua jenis ikan ini adalah pada letak celah insang. Celah
insang hiu gergaji terletak pada sisi kepala, sedangkan celah insang pari gergaji
terletak di bawah kepalanya.Jumlah celah insang hiu ini ada 6 buah (pada jenis
lain hanya 5), Tubuhnya cukup ramping dengan dua sirip dada.Berbeda dengan
gigi pari gergaji, gigi hiu gergaji adalah panjang dan pendek silih berganti.
Habitat atau Persebaran di Indonesia
Ikan hiu gergaji terdapat di Danau Sentani, Sungai Digul, Sungai
Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih (Syafputri, 2012). Hewan
ini hidup di dasar yang berlumpur pada perairan pantai yang memiliki kedalaman
sekitar 40 m dan perairan payau atapun air tawar. Hewan ini adalah pemakan
berbagai jenis ikan. Ikan ini tergolong jenis ikan pelagis juga demersal artinya
bahwa hewan ini mampu untuk hidup pada perairan yang dangkal dan perairan
yang dalam. Ikan Hiu geergaji tidak berbahaya bagi manusia. Hewan ini memiliki
cara berkembang biak dialamnya adalah dengan melahirkan anak yang menetas di
dalam rahim induknya (ovoviviparous).
Fakta Unik

10
Hiu gergaji Sentani merupakan salah satu ikan predator dan ikan laut yang
telah beradaptasi dengan perairan air tawar. Hasil penelitian Balitbang Kelautan
dan Perikanan tahun 2005 menunjukkan bahwa jenis ikan yang banyak terdapat di
Danau Sentani merupakan ikan karnivora yang berdasarkan pengamatan
kebiasaan mencari makannya menunjukkan sebagai pemakan udang kecil dan
ikan-ikan kecil (Syafputri, 2012).
F. Hiu Martil (Sphryna lewini)
Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Condricthyes

Sub Kelas : Elasmobranchii

Ordo : Carcharhiniformes

Famili : Sphyrnidae

Genus : Sphyrna

Spesies : Sphyrna lewini

(Itis.gov)
Hiu martil, atau biasa dalam bahasa Inggris disebut great hammerhead
shark, berasal dari genus Sphyrna, famili Sphyrnidae. Dari keseluruhan spesies
hiu martil yang berjumlah sembilan, semuanya memiliki proyeksi kepala
menyerupai martil gepeng dengan mata dan lubang hidung ada di ujung kepala
(Apriyani, 2014). Hewan dengan kepala yang melebar kesamping, lebarnya
kurang dari sepertiga panjang tubuhnya. Nama daerah Hiu Maril, Hiu Caping di
Jawa, Hiu Capil (Bali), Hiu Bingkoh (Lombok). Hiu yang tergolong filum
Chordata kelas condricthyes yang berada di seluruh perairan Indonesia.

11
Karakteristik Hiu Martil (Sphryna lewini)
Hiu Martil mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk
melindungi kulit mereka dari kerusakan, infeksi yang disebabkan oleh parasit.
Mereka mempunyai beberapa deret gigi, yang proses pergantiannya berlangsung
terus sepanjang hidupnya (Nontji, 1987).
Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae
diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6 meter (6.5 hingga 20 kaki), dan
semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai martil gepeng bila dilihat
dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala. Hiu martil adalah
predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-udangan.
Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan benua.
Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok
dengan benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation
yang disembut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai
area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu
mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti
martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas,
meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan
dengan hiu lainnya. Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena
seekor serangga.
Celah insang ikan hiu martil terletak di belakang mata pada kedua sisi
kepalanya, biasanya berjumlah lima buah, tetapi pada famili Hexanchidae
mempunyai enam sampai tujuh celah insang (Compagno, 1984). Selain itu hiu
berenang dengan menggunakan daya dorong yang berasal dari gerakan berkelok-
kelok dari badannya, sementara siripnya yang tidak lenturdigunakan sebagai
pengendali arah. Sebagian jenis hiu tidak hanya merupakan perenang cepat, tetapi
dapat juga melompat keluar permukaan air. Pada Elasmobranchii tidak ditemukan
paru-paru dan kantung udara namun memiliki liver pengapung, yang mengisi
sebagian besar rongga badan internal. Saluran intestin spiral yang berukuran besar
atau pada jenis tertentu berbentuk seperti lembaran-lembaran kertas gulung yang

12
panjang juga ditemukan pada rongga tubuh lasmobranchii sebagai salah satu
organ pencernaan (Ferno dan Olsen, 1994).
Reproduksi hiu Martil terjadi selama 1 tahun sekali. Hiu Martil melahirkan
berkisar 20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang
kasar. Jantan akan menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan
perkawinan terjadi. Tidak seperti kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu
martil terjadi secara fertilisasi internal di mana membuat lingkungan aman agar
sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio berkembang di dalam plasenta
betina dan diberi makan melalui tali pusar, sama seperti mammalian. Kehamilan
dari hiu Martil berkisar antara 10 hingga 12 bulan.Setelah anak hiu dilahirkan,
induk mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri
mereka sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di
Boca Grande, Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg), hiu ini
mengandung 55 anak.
Habitat
Hiu martil biasa hidup di perairan hangat sepanjang garis pantai (Apriyani,
2014).Jenis yang paling umum dodaerah tropis, dijumpai diperairan kepulauan
dan paparan benua mulai dari lapisan permukaan hingga kedalaman 275 m.
Sebaran seluruh perairan Indonesia.
Fakta Unik
Pada Mei 2007, para ilmuwan menemukan bahwa hiu martil dapat
bereproduksi secara aseksual melalui partenogenesis, di mana mereka memiliki
kemampuan untuk menyuburkan telur mereka sendiri.
G. Pari Manta (Manta birostris)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Chondrichthyes

13
Sub kelas : Elasmobranchii

Ordo : Myliobatiformes

Famili : Mobulidae

Genus : Genus

Spesies : Manta birostris

Ikan pari manta adalah jenis spesies pari yang paling besar, yang memiliki
banyak common name seperti Devil ray, blanketfish, prince alfred ray,dan giant
manta. Ikan ini sering disebut Plampangan di daerah pulau Jawa.Ikan pari ini
tergolong dalam filum chordate, Ordo Myliobatiformes dan family Mobulidae.
Karakteritik Pari Manta (Manta birostris)
Ikan pari manta memiliki tubuh yang pipih, sirip dada lebar (sayap), 5
pasang celah insang di bagian bawah dan ekor kecil tidak bersengat. Lebar sayap
ikan pari manta mencapai 7 meter sehingga dapat disebut sebagai ikan pari
terbesar, dan mempunyai bobot mencapai 3 ton. Manta bergerak memakai sirip
dada, dengan cara mengombakkannya dari bagian dekat kepala hingga ke
belakang tubuh. Ciri khas manta adalah sepasang "tanduk" (sirip sefala) di dekat
mulutnya yang berguna untuk membantu memasukan makanan ke dalam
mulutnya. Kulitnya dilapisi lendir yang lebih tebal dan ukuran otak lebih besar
dibanding ikan pari yang lain. Pari manta cenderung memiliki pergerakan yang
tenang dan gemulai, sehingga sangat disukai para penyelam. Menyukai perairan
hangat yang kaya plankton dan kadang terlihat di area cleaning station di sekitar
terumbu karang (Monga, 2013). Manta tidak menunjukkan tanda-tanda
berkelompok (soliter) dan bersimbiosis dengan ikan remora. Manta merupakan
filter feeder dan pemburu pasif, yaitu mancari mangsa hanya dengan
memanfaatkan arus dan membuka mulutnya serta memanfaatkan sepasang sirip
sefalanya untuk membantu mengarahkan makanannya ke dalam mulutnya.
Perilaku lain yang seringkali mencuri perhatian manusia adalah sering melompat
dari air, diduga manta melakukannya untuk:
1. Melarikan diri dari pemangsa

14
2. Melepas parasite

3. Berkomunikasi

4.Menarik perhatian

Manta melakukan reproduksi secara seksual, di mana pada musim kawin


(diperkirakan November-Januari), sejumlah besar manta berkumpul untuk
mencari pasangan kawin. Biasanya 25 jantan banding 1 betina. Manta jantan yang
berhasil mendapatkan manta betina akan berpegangan pada sirip pasangannya
menggunakan giginya dan merapatkan perutnya, lalu memulai perkawinan dengan
cara memasukkan alat kelaminnya ke dalam lubang kelamin betina. Perkawinan
berlangsung selama kurang lebih 90 detik. Manta termasuk Ovovivipar.
Habitat
Habitat Pari Manta terdapat d wlayah perairan laut. Hingga kedalaman 624
m pari Manta dapat ditemukan. Pari Manta merupakan salah satu ikan endemic
Indonesia yang dapat ditemukan pada Raja Ampat dan perairan Indonesia lainya.
Fakta Unik
Perairan di Indonesia resmi menjadi kawasan konservasi pari manta
terbesar di dunia dalam upaya melindungi ikan tersebut dari ancaman kepunahan
sekaligus mendongkrak pemasukan dari wisata bahari. Penetapan perairan
Indonesia seluas 5,8 juta kilometer persegi untuk menjadi kawasan suaka pari
manta dimungkinkan setelah dikeluarkan peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan pada 28 Januari 2014 melarang penangkapan dan ekspor pari manta.
Ikan Pari Manta panjang maksimum 7,5 meter hanya bernilai antara US$40
hingga US$500. Ikan Pari Manta banyak diburu dikarenakan dipercaya sebagai
obat kuat (BBC, 2014).
H. Hiu Berjalan (Hemiscyliium sp)
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

15
Kelas : Chondrichthyes

Ordo : Orectolobiformes

Genus : Hemiscyllium

Spesies : Hemiscyllium sp.

(Itis.gov)
Memiliki nama lokal Hiu Berjalan, merupakan spesies H. Halmahera. Hal
ini dikaremakan hiu ini ditemukan di Halmahera. Tergolong dalam kelas
Chondrichthyes atau hiu tulang rawan.
Karakteristik
Memiliki tubuh ramping, kira-kira dengan panjang kurang lebih 40 cm.
Hiu ini memiliki kulit dengan totol – totol pada tubuhnya. Memiliki sirip
berjumlah 4 yang digunakan berjalan. Kemudian pada bagian punggung terdapat
dua sirip. Memiliki moncong yang pendek dan siripnya yang berotot dan sangat
kuat. Hiu ini merupakan hiu yang jinak dan makanan utamanya adalah udang,
kepiting, dan hewan-hewan laut lainya. Hiu ini sering berjalan daripda renang.
Kemampuan berenangnya hanya digunakan saat ada predator atau saat dirinya
merasa terancam. Satwa ini mendiami perairan yang dangkal dengan daerah
persebaran yang terbatas.
Habitat
Hiu ini pertama kali ditemukan di perairan Halmahera, salah satu pulau
dari Kepulauan Maluku yang terletak di sebelah Barat Papua Nugini. Ikan ini
hidup di perairan tropis. Hiu ini merayap di dsar laut atau dikatakan sebagai
berjalan. Mereka bergerak mencari makan berupa ikan kecil, krustasea (seperti
kepiting dan udang), dan moluska pada malam hari.
Fakta Unik
Spesies ini mirip dengan hiu karpet tutul yang di temukan atau edemik dari
Papua. Hiu berjalan ini menggunakan sirip pektoral yang digunakan untuk
berjalan di dasar laut. Banyak bintik bewarna kegelapan menyelubungi kulit hiu
berjalan. Warna dari kulit hiu ini secara umum adalah coklat dan dihiasi oleh

16
bintik-bintik poligonal berwarna gelap, dengan suatu jarak tertentu. Pada hiu ini,
ditemukan bintik hitam berukuran relatif besar pada daerah moncong, sepasang
tanda gelap pada bagian ventral (bagian bawah) kepala, dan belang berbentuk
huruf U pada bagian atas (dorsal). Ditemukan juga tanda horizontal bewarna gelap
berjumlah 7 hingga 8, di antara abdomen (perut) dan dasar sirip kaudal (caudal-fin
base). Pada hiu ini ditemukan kurang lebih 25 bintik-bintik pada tubuh ikan hiu
ini.
2. Holocephali
Sub kelas Holocephali didefinisikan dengan memiliki satu bukan insang
setiap sisi kepala, piringgigi menyatu, dan sirip punggung pertama dengan
memanjang tulang belakang. Hal ini diwakili oleh tiga keluarga dari urutan
Chimaeriformes: plownosechimera (Callorhinchidae,1sp.), Shortnosechimera,
Dan Longnosechimera. Sub kelas Holocephali adalah takson ikan bertulang
rawan, dimana urutan Chimaeriformes adalah satu-satunya kelompok yang masih
hidup.
Ciri-ciri secara umum dari Holocephali adalah mempunyai empat pasang
insang, memiliki gill cleft satu pasang. Tidak memiliki spiracle, tidak bersisik.
Tidak memiliki kloaka, pada jantan sirip ventral dilengkapi dengan clasper,
memiliki rahang serta notokord seperti rantai manik.
Klasifikasi Chimaera monstrosa

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrictyes
Sub Kelas : Holochepali
Ordo : Chimaeriformes
Genus : Chimaera
Spesies : Chimaera monstrosa
(Itis.gov)
Chimaera montrosa adalah kelompok dari kelas Chondrictyes, sub kelas
Holochepali dan Genus Chimera. Chimaera monstrosamerupakan ikan

17
kartilaginosa dalam urutan Chimaeriformes, dikenal secara informal sebagai hiu
hantu, ratfish, spookfish (dari keluarga Opisthoproctidae), atau baronang (dari
keluarga Siganidae). Mereka mungkin menjadi "kelompok ikan tertua dan paling
misterius yang masih hidup". Kerabat terdekat mereka adalah hiu , mereka
berevolusi hampir 400 juta tahun yang lalu dan tetap terisolasi sejak saat itu.
Karakteristik
Memiliki ciri ciri tubuh memanjang, lunak, dengan kepala besar dan satu
insang pembuka. Mereka memiliki panjang dari sekitar 60 sampai 200 cm (24-80
inci ) dan dalam warna dari keperakan ke kehitaman. anggota mahluk lainnya dari
kelas Chondrichthyes , hiu hantu memiliki kerangka terbuat dari tulang rawan.
Kulit mereka halus dan sebagian besar ditutupi oleh sisik placoid , Beberapa
spesies memiliki warna antara hitam menjadi abu-abu kecoklatan. Untuk
pertahanan, hiu hantu memiliki bisa yang berada pada tulang belakangnya yang
terletak di depan sirip punggung. Mereka juga berbeda dari hiu biasa dalam
bentuk rahang atas mereka yang menyatu dengan tengkorak mereka dan mereka
memiliki anal dan urogenital terpisah. Mereka tidak memiliki banyak gigi tajam
seperti hiu lainnya dan hanya memiliki tiga pasang. Ketika dewasa mereka
memiliki penutup insang atau operkulum seperti ikan bertulang. Chimaera
monstrosa adalah hewan vertebrata karena memiliki tulang belakang dan memiliki
sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat
yang biasanya terletak di dalam tulang belakang.
Habitat
Chimaera monstrosa tinggal dilaut pada kedalaman 2.600 meter (8.500
kaki), dan beberapa berada di laut dangkal pada kedalaman 200 meter (660 kaki).
Dan berada di Eropa.
2.4 Osteicthyes
Osteichtyes adalah kelompok ikan yang rangkanya tersusun dari tulang
sejati. Kulitnya banyak mengandung kelenjar mukosa, biasanya diliputi oleh sisik,
beberapa spesies tidak meiliki sisik bersirip pada mediannya, pada bagian dorsal
atau ventral Sirip ikan kelas ini biasanya disokong oleh jari duri yang terbentuk
dari tulang rawan. Mulut terletak di ujung dan bergigi rahang tumbuh dengan baik

18
dan bersendi pada tulang tempurung kepala. Bentuk vertebrae bermacam-macam,
pinna caudalisnya biasanya homocercal, sisa-sisa notochord masih nampak
seperti rantai manik kecil (Radiopoetra, 1991).
Jenis ikan osteichtyes terbagi menjadi 2 subkelas yaitu :
1. Sub kelas Sarcopterygii
Ikan pada sub kelas ini memiliki sirip yang berpasangan berbentuk
menonjol (lobate) yang berdaging. Sisik mempunyai basis tulang
endoskeletal yang kuat. Biasanya lubang hidung berhubungan dengan
rongga mulut pada ikan-ikan paru (lungfishes), kecuali pada ikan lobefins
(Latimeria) (Umar dan Kartamihardja, 2008).
Dibedakan atas 2 ordo utama yaitu :
a. Ordo Coelacanthiformes
b. Ordo Dipteriformes
2. Subkelas Actinopterygii
Ikan dengan sub kelas ini memiliki Rangka yang terdiri dari tulang sejati,
tetapi ada juga yang terdiri dari tulang rawan dan diperkuat oleh pelat
tulang sejati. Ruas tulang punggung (vertebrae) mempunyai pusat yang
cekung sebelah depan atau tipe “procoelous”, tetapi pada umumnya masuk
tipe “amphicoelous” (pusat vertebrae) cekung ke dua belahnya.
Sub Kelas Actinopterygii terbagi menjadi 2 ordo :
a. Ordo Cypriniformes
b. Ordo Atheriniformes (itis.gov)
Endemik Osteicthyes di Indonesia

A. Ikan coelacanth (Latimeria menadoensis)


Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas :Sarcopterygii

Ordo : Coelacanthiformes

19
Famili : Latimeriidae

Genus : Latimeria

Spesies : Latimeria menadoensis

(www.itis.gov)

Coelacanth (artinya “duri yang berongga”, dari (berongga) dan acanthos,


(duri), merujuk pada duri siripnya yang berongga). Adalah nama ordo (bangsa)
ikan yang antara lain terdiri dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup
dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa
Cretaceous 65 juta tahun yang lalu. Akan tetapi masih ada spesies endemik nya di
indonesia yang saat ini hampir punah.
Karakteristik Ikan colacanth (Latimeria menadoensis)
Ikan colacant memiliki sepasang sirip dada, sirip perut, satu sirip anal
(bagian belakang bawah), dan satu sirip punggung yang tidak menyatu dengan
tubuh, tetapi menjulur seperti tungkai, layaknya tangan manusia. Untuk
mempertahankan posisinya, ikan yang oleh masyarakat Manado diberi nama raja
laut ini menggerakkan sirip perut dan sirip dadanya seperti dayung. Gerakan maju
dilakukannya melalui sirip anal dan sirip punggung belakang. Ada dugaan,
coelacanth dapat bergerak mundur, tetapi belum ada publikasi mengenai
kebenarannya. Rahang atasnya dapat bergerak membuka seperti rahang bawah
lalu Sisiknya tak sempurna, tebal dan keras(Djuhanda, 1981).
Ekor ikan purba ini berbentuk seperti kipas dengan mata yang besar dan
sisik yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Panjangnya mencapai 2 meter
dengan berat mencapai 80-100 kg.
Habitat
Habitat colacanth Di Indonesia terdapat di taman nasional laut Bunaken,
kota Manado dan daerah sekitarnya, provinsi Sulawesi Utara. Coelacanth
mendiami perairan di kedalaman 90-200 m, bahkan sampai 700 m di bawah
permukaan laut. Mereka banyak terlihat bersemayam di mulut gua dan batuan
lava bawah laut.

20
Fakta unik
Ciri unik coelacanth yaitu fakta bahwa mereka merupakan hewan
ovovivipar yang menetaskan telurnya di dalam perut dan melahirkan anaknya.
Mereka juga mampu menurunkan metabolisme tubuhnya sendiri. Coelacanth
adalah karnivora, predator yang bahkan sanggup memangsa hiu kecil sekalipun.
B. ikan bilih (Mystacoleucus padangensis )
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas :Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinoidea

Genus : Mystacoleucus

Spesies : Mystacoleucus padangensis

Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan salah satu jenis ikan


introduksi dari Danau SingkarakSumatera Barat. Ikan ini bersifat endemik di
Danau Singkarak dan daerah pengembangannya terbatas.
Karakteristik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis )
Bentuk badan ikan bilih sangat mirip dengan kerabatnya, ikan genggehek
(Jawa Barat) atau wader (Jawa Tengah dan Timur), yaitu Mystacoleucus
marginatus yang banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Ikan ini juga mirip dengan ikan wader cakul (Jawa Tengah dan
Timur), beunteur (Jawa Barat) atau pora-pora (Sumatera Utara), yaitu Pontius
binotatus. Oleh karena sejak tahun 1990-an, ikan pora-pora di Danau Toba tidak
pernah tertangkap lagi, maka masyarakat sekitar Danau tersebut menyebut ikan
bilih sebagai ikan pora-pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan
populer sampai sekarang. (Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008).

21
Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan cara
menyongsong aliran air di sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan
betina berupaya ke arah sungai dengan kecepatan arus air ke arah sungai berkisar
antara 0,3-0,6 m/detik dan dangkal dengan kedalama air antara 10-20 cm. Habitat
pemijahan ikan bilih adalah perairan sungai yang jernih dengan suhu air relatif
rendah, berkisar antara 24,0-26,0°C, dan dasar sungai yang berbatu kerikil dan
atau pasir. Dalam hal ini, faktor lingkungan yang mempengaruhi pemijahan ikan
bilih adalah arus air dan substrat dasar. Ikan bilih menuju ke daerah pemijahan
menggunakan orientasi visual dan insting. Sesampainya di habitat pemijahan
tersebut, ikan bilih betina melepaskan telur dan bersamaan dengan itu juga ikan
jantan melepaskan sperma untuk membuahi telur tersebut. Telur ikan bilih yang
telah dibuahi berwarna transparan dan tenggelam berada di dasar sungai untuk
kemudian hanyut terbawa arus air masuk ke danau (Kartamihardja, E.S dan
Sarnita, A.S.2008).
Habitat
Ikan bilih tidak dapat hidup dil luar habitat aslinya danau Singkarak.
Pernah suatu kali ilmuwan Amerika berkunjung dan membawa bibit bilih ini ke
negeri Paman Sam itu untuk dikembangkan, namun hasilnya nihil, meski
menggunakan teknologi dan peralatan canggih jenis apapun ikan bilih tetap tak
bisa hidup. Hal ini dikarenakan oleh adaptasi ikan yang luar biasa terhadap
susunan kimia air danau Singkarak yang unik.
Fakta unik
Ikan ini sangat unik, karena tidak dapat bertahan hidup di daerah lain,
bahkan akuarium sekalipun.Ikan bilih pun ternyata sulit dibudidayakan di luar
Singkarak. Bahkan, ketika dibudidayakan dalam jala terapung di Danau Singkarak
pun rasanya pasti berbeda.
C. Ikan batak (Neolissochilus thienemanni)
Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

22
Kelas :Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinoidea

Genus : Neolissochilus

Spesies : Neolissochilus thienemanni

Ihan (ikan batak) merupakan jenis ikan tawar sumatera yang hanya terdapat di
sekitar perairan danau toba. Ikan Ihan yang mempunyai nama latin
Neolissochillus Thienemanni sumatranus termasuk ke dalam kerabat IkanMas
(Cyprinus carpio).
Karakteristik ikan batak (Neolissochilus thienemanni)
Lebar badan 4 kali lebih pendek dari pada panjang standar; 10 sisik
didepan sirip punggung; 10 baris pori-pori yang tidak teratur (masing-
masingmemiliki tubus yang keras) pada masing-masing sisi moncong dibawah
mata; alur dari bagian belakang sampai ke bibir bawah terputus dibagian tengah.
Habitat ikan batak (Neolissochilus thienemanni)
Habitatnya adalah perairan jernih dan deras di sekitar danau toba dan
sungai yang mengalir menuju danau toba, tentu berbeda dengan ikan mas atau
ikan lele yang bisa hidup di air yang agak keruh. Diperairan Danau Toba sendiri,
saat ini Ikan Ihan sudah jarang ditemukan, penyebabnya adalah habitatnya yang
rusak (kondisi danau toba yang semakin memprihatinkan).
Fakta unik
Ikan batak sekilas mirip sekali dengan ikan jurung, semah, kancra, ataupun
ikan dari Marga Tor.Perbedaannya, pada ikan batak terdapat 10 baris pori-pori
yang tidak teratur (masing-masing memiliki tubus atau titik yang keras) pada
masing-masing sisi moncong dan di bawah mata serta alur dari bagian belakang
sampai ke bibir bawah terputus di bagian tengah (Azhari.2011).
D. Ikan Pelangi merah (Glossolepis incisus)
Klasifikasi

23
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :Actinopterygii
Ordo : Atheriniformes
Famili : Melanotaniidae
Genus : Glossolepis
Spesies : Glossolepis incises
Ikan ini sudah terkenal di Eropa untuk ikan hias akuarium, Ikan ini
pertama kali diperkenalkan oleh Max Weber yang melakukan ekspedisi Papua
Barat antara tahun 1890 sampai 1900. Pada tahun 1973, A. Werner, Jr dari
Munich, dan E. Frech dari Memmingen, Peneliti Werner dan Frech juga
memperkenalkan ikan rainbowfish yang indah dan menarik bagi penghobi ikan
akuarium(Allen.1991).
Karakteristik ikan pelangi merah (glossolepis incisus)
Ikan betina dan jantan terdapat perbedaan yaitu warna pada ikan jantan
dan betina yang berbeda. Hal ini terjadi setelah ikan ini menjelang dewasa, ikan
betina memiliki warna jauh lebih sedikit dan sirip transparan lebih memanjang
dan memiliki warna kuning zaitun. Sedangkan pejantan akan berubah menjadi
warna merah terang setelah mencapai ukuran 5 cm. Panjang ikan ini masksimal
dapat mencapai 15 cm meski ukuran tadi jarang ditemui di alam bebas, ukuran
yang paling sering ditemui adalah sekitar 10 cm.
Habitat ikan pelangi merah (glossolepis incisus)
Glossolepis incisus hanya ditemukan di Danau Sentani. Danau Sentani
terletak sekitar 20 kilometer barat Jayapura. Danau Sentani adalah sebuah danau
berbentuk tidak teratur dengan dimensi perkiraan 28 km (EW) dengan 19 km (NS)
dan luas permukaan 104 km. Warna biruhijau air yang dihiasi dengan setidaknya
16 pulau-pulau kecil, dan dikelilingi oleh perbukitan di selatan dan Pegunungan
Cyclops di utara, yang memisahkan danau dari Samudra Pasifik (Allen, 1991).
E. Ikan jeler (Nemacheilus chrysolaimos)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia

24
Filum : Chordata
Kelas :Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Balitoridae

Genus : Nemacheilus

Spesies : Nemacheilus chrysolaimos

adalah sejenis ikan air tawar bertubuh kecil, anggota suku Balitoridae. Ikan yang
hidup di sungai-sungai kecil ini diketahui menyebar di Jawa bagian barat.
Karakteristik ikan jeler (Nemacheilus chrysolaimos)
Bentuk tubuhnya memanjang dengan warna abu-abu keperakan,
mempunyai sungut di pangkal mulutnya, Mulutnya terletak di bawah moncong,
melengkung seperti busur. Di sekitar mulut terdapat tiga pasang sungut pendek.
Pasangan sungut moncong (rostral barbels) yang sebelah dalam ujungnya
mencapai tengah mata bagian bawah. Pasangan sungut moncong sebelah luar dan
sungut rahang atas (maxillary barbels) ujungnya dapat mencapai paruh kedua
wilayah post-orbital di sisi kepala. Tonjolan di atas lubang hidung (nares) bagian
depan berupa tabung pendek yang terpangkas miring, Umurnya + 15 bulan
(Fujaya, Y, 2004).
Habitat ikan jeler (Nemacheilus chrysolaimos)
Ikan ini memiliki habitat di sekitar aliran sungai yang jernih di indonesia
terutama wilayah jawa dan sumatera dan mempunyai kebiasaan berlindung
dibawah substrat pasir, ikan ini hidup di pinggiran anak sungai yang pinggirannya
terdapat semak, dan merupakan ikan yang rakus.
Fakta unik
Ikan ini termasuk dalam jenis ikan lele yang berukuran sangat kecil dan
hidup dengan memakan serangga-serangga kecil di permukaan air, ikan ini
menggunakan tubuhnya yang kecil untuk bergerak lincah dan gesit menangkap
mangsa dan melarikan diri dari predator.

25
F. Ikan penang (Clarias microstomus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias microstomus

Karakteristik ikan penang (Clarias microstomus)


Tubuhnya licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan
siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor,
menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di
bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung
moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat
berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan
tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni
duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya (Fujaya, Y, 2004).
Habitat ikan penang (Clarias microstomus)
Ikan ini adalah jenis ikan lele yang endemik di indonesia tepatnya
Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungai yang memiliki aliran yang
deras dan tidak terlalu dangkal, ikan ini dapat bertahan hidup dengan baik di
sungai mahakam dan kayan.
Fakta Unik
Ikan ini adalah ikan yang memiliki daya tahan tubuh yang tidak terlalu
kuat dan hanya bisa di dapati di daerah aliran sungai mahakam dan kayan
sehingga ikan ini termasuk dalam ikan yang hampir langka di indonesia.
G. Ikan wader (Rasbora jacobsoni)
Klasifikasi:

26
Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Gennus : Rasbora

Spesies : Rasbora jacobsoni

Karakteristik

Ikan wader jenis ini berukuran kecil-sedang, panjang total (dengan ekor)
umumnya hingga 100mm; jarang lebih besar, namun dapat mencapai 170mm.
Bersungut empat di ujung moncongnya, dan dengan gurat sisi yang sempurna
(tidak terputus) berjumlah 23-27. Sirip dorsal (punggung) dengan 4 duri dan 8
jari-jari lunak; duri yang terakhir bergerigi di belakangnya. Awal sirip dorsal
berjarak 4½ sisik dengan gurat sisi. Warna dan bentuk tubuh ikan ini amat
berubah-ubah. Kebanyakan berwarna abu-abu kehijauan, zaitun, atau keperakan,
dengan warna yang lebih gelap di bagian punggung berangsur-angsur memucat
dan keputihan di sisi dada dan perut.

Habitat atau Persebaran

Ikan ini hidup di wilayah Sumatera bagian tengah. Ia adalah ikan air tawar
yang hidup di wilayah beriklim tropis. Ikan jenis ini hanya didapati di wilayah
Indonesia. Ikan ini adalah ikan khas Danau Toba di Sumatera Utara.

H. Ikan bandeng (Chanos chanos)


Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

27
Kelas : Actinopterygii

Ordo : Gonorynchiformes

Famili : Chanidae

Gennus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia


Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam suku
Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah
punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam
bahasa Inggris milkfish) (Saanin, H, 1986).
Karakteristik
Ikan bandeng memiliki bentuk tubuh yang memanjang, ramping, pipih dan
oval. Panjang ikan ini berkisar 5 -10 cm bahkan lebih, dan juga memiliki
ketinggian badan berkisar 2-4 cm. Sedangkan ukuran kepala pada ikan bandeng
ini sejajar atau berukuran seimbang dengan ukuran badanya yang memiliki bentuk
lonjong dan tidak memiliki sisik. Selain itu, ikan bandeng ini memiliki kepala
depan yang mendekati mulut dan sedikit meruncing. Ikan bandeng memiliki
warna keputihan, abu-abu dan silver. Ikan bandeng memiliki sisik kecil yang
berdiameter 0,01 -0,005 bahkan lebih. Sisik tersebut memiliki warna yang sama
dan juga tidak mengkilap. Sirip badan ikan bandengan ini memiliki beberapa
lapisan seperti lilin, memiliki bentuk segitiga dan terletak di insang di bawah
perut.
Sedangkan sirip bagian punggung ikan bandeng ini memiliki tulang yang
tersusun 14 batang. Salah satunya sirip yang terletak di bagian atas punggung
memiliki fungis untuk mengontrol berenag ikan. Selain itu, sirip di bagian perut
ikan bandengn ini terdapat di dekat bagian anus, yang memiliki fungi untuk
mengatur keseimbangan berenang.Sedangkan sirip lainnya pada ikan bandeng ini
terletak di bagian belakang sangat besar, berwarna kehitaman atau kecoklatan dan

28
juga runcing di bagian ujung. Sirip ini berfungsi untuk mengemudi kecepatan
berang pada ikan bandeng.
Habitat
Perlu di ketahui bahwa ikan bandengan adalah salah satu jenis ikan
eurihalin, yang dapat berkembangbiak di sungai air tawar, air payau, dan air laut.
Fakta unik
untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan bandeng ini sangat relatif
cepat yaitu 1-2 kg per ekornya bahkan juga bisa lebih tergantung pemeliharan
ikan bandeng.
I. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Perciformes

Famili : cichlidae

Gennus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini berasal dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur kini ikan ini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia dan juga hama di setiap sungai dan danau
Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia (Saanin, H, 1986).
Karakteristik
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap
melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis
tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim

29
berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat
keseimbangan ikan pada saat berenang
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya.
Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara
jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada
lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di
samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan
juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya
besar.
Habitat atau Persebaran
Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai
dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberiayaitu di
Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Di indonesia
sendiri ikan ini banyak didapatkan di aliran-aliran sungai dan danau yang ada di
seluruh indonesia karena ikan ini sudah menjadi ikan invasif di indonesia.
Fakta Unik
Ikan ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap
kualitas air pada kisaran yang luas. Anggota-anggota ikan jenis nila ini dapat
hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena ikan ini sering
ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya
tak dapat hidup.
J. Ikan Tuna Besar (Thunnus obesus)
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

30
Ordo : Perciformes

Gennus : Thunnus

Spesies : Thunnus obesus

(Itis.gov)

Tuna mata besar (Thunnus obesus) mata besar adalah spesies ikan dari golongan
tuna sejati dari genus Thunnus, dan termasuk familia Skombride. Ikan ini adalah
ikan konsumsi tangkapan penting dalam industri perikanan ataupun sebagai target
penangkapan ikan rekreasi. Ikan ini dikenal dalam berbagai nama di nusantara,
yaitu tuna mata lebar, tuna mata belo, sisiak bonta, bet, jabrig, bungkulis, atau
kadang disebut tuna saja. Dalam bahasa Hawaii ikan ini dikenal sebagai salah satu
spesies ʻahi; yang lain adalah tuna sirip kuning (Clover, 2004).
Karakteristik
Memiliki badan yang memanjang, langsing dan seperti terpedo. Memiliki
tapisan insang 20-30 pada busur insang pertama. Dua sirip punggung, sirip
punggung kedua diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan. Memiliki sisik – sisik yang
halus dan kecil. Warna ikan ini hitam dan keabu-abuan pada bagian atas, putih
perak pada bagian bawah. Memiliki warna seperti pelangi yang membaur pada
sepanjang sisi badan. Sirip punggung pertama berwarna kuning padam (abu-abu
kekuningan). Ukuran dapat mencapai 236 cm, umumnya 60-180 cm.
Habitat atau Persebaran
Di perairan Indonesia, daerah penyebaran tuna mata besar terdapat di Laut
Banda, Laut Flores, Laut Sulawesi, Samudra Hindia, perairan di utara Papua.
Fakta Unik
Kadar protein pada ikan tuna hampir dua kali kadar protein pada telur
yang selama ini dikenal sebagai sumber protein utama. Ikan tuna adalah jenis ikan
dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah. Ikan tuna
mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g daging. Kadar protein per 100
gram ikan tuna dan telur masing-masing 22 g dan 13 g. Konsumsi ikan 30 gram
sehari dapat mereduksi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50 persen.

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikan (Pisces) merupakan hewan akuatik, bernapas dengan insang,
kadang-kadang terdapat gelembung renang atau gelembung udara sebagai
alat bantu pernapasan.Pisces merupakan hewan berdarah dingin
(poikiloterm), artinya suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan suhu air
ditempat dia hidup.
Agnatha sebagian besar tidak memiliki sirip yang berpasangan dan
sebenarnya merupakan hewan yang tinggal di dasar perairan yang
bergeliat di sepanjang hamparan arus dasar laut, tetapi ada juga beberapa
spesies yang lebih aktif dan memiliki sirip berpasangan. Sebagian besar
merupakan penyedot lumpur atau pemakan pemakan suspensi yang
mengambil sedimen dan serpihan bahan organic yang tersuspensi melalui
mulutnya kemudian meneruskan melalui celah insang yang tmpat
terperangkapnya makanan. Hanya ditemukan di Eropa dan Amerika Utara.
Condricthyes, kelas ini meliputi ikan-ikan yang yang mempunyai
rahang dan sisik-sisik.Skeleton (rangka tubuh) seluruhnya tersusun atas
cartilage atau tulang rawan. Keanekaragaman dari hewan ini banyak
ditemukan persebaranya di Indonesia.
Osteichtyes adalah kelompok ikan yang rangkanya tersusun dari
tulang sejati. Persebaran dari golongan ini sangat besar di Indonesia. Serta
kebutuhan tingkat konsumsi pada golongan ini sangat tinggi, misalnya
pada lele, gurami, dan lai sebagainya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1991.Field Guide to freswater Fishes of New Guinea.Papua New


Guinea. Publication 9 of Cristensen Research Institute

Azhari, K. 2011.Teknik Pembenihan Ikan Batak (Tor soro) di Instansi Riset


Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar. [Skripsi].
Bogor:Universitas Airlangga.

Batusangkar.2009.Taksonomi vertebrata.Sumatera Barat:Stain Press

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes.W.B.Philadelphia:.Saunders Company

Campbell, Neil. A. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Compagno, L.J.V. 1984. Sharks of the world, an annotated and


illustratedcatalogue of sharks spesies known to date. Part
1.Hexanchiformes toLamniformes.FAO Fisheries Synopsis
No.125.4.1. Rome. 249.

Clover, Charles. 2004.The End of the Line: How overfishing is changing the
world and what we eat.London:Ebury Press

Djuhanda,T. 1981.Dunia Ikan.Bandung:Armiko

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta

Ferno, F. & S. Olsen. 1994. Marine fish behavior in capture and abundance
estimation. Fishing News Book. London. 222.

Fernholm, B.1998.The Biology of Hagfishes. London: Chapman & Hall.

Goode.1884.Fish.United State: Ind

Hartono, Juni.2016.Ikan (Pisces).http://www.kehidupankita.com/2016/02/ikan-


pisces-klasifikasi-ikan-pisces.html {23 Februari 2016}

Hickman, et all.2008. Integrated Principles ofZoology. Newyork: McGraw-Hill

33
Jasin, Maskoeri.1991.Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi.Surabaya.:Sinar
Wijaya.

Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008. Populasi Ikan Bilih di Danau Toba.
Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Nontji, A.1987.Laut Nusantara.Jakarta: PT. Djambatan.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai