Anda di halaman 1dari 11

Tugas Individu

Fisbiologi Biota Laut

Sistem Endokrin Pada Ikan Kakap (Lutjanus sp.)

Oleh :

Nama : Farahdiba Nurul Anugrah


Nim : L111 16 307
Kelas : Fisbiologi Biota Laut

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada saya sehingga penyusunan makalah
yang berjudul sistem endokrin pada ikan kakap (Lutjanus sp.) dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Makalah ini saya susun dengan maksud menambah informasi dan pengetahuan
kita mengenai sistem endokrin pada ikan kakap (Lutjanus sp.). Akhir kata, saya menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada segala pihak jika dalam makalah ini terdapat
kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan dihati pembaca. Penyusunan makalah ini tentu
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun penyusun sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan selanjutnya.

Makassar, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................1
II. PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
A. Kakap Merah..................................................................................................................................2
B. Sistem Endokrim Pada Ikan Kakap.............................................................................................3
C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Sistem Endokrin Pada Ikan.................................................5
III. PENUTUP.......................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan kakap merah adalah salah satu jenis ikan yang banyak hidup didasar perairan terutama didasar
perairan yang banyak ditumbuhi dengan terumbukarang atau di perairan yang banyak di pasang benda-
benda sebagai penganti terumbu karang. Ikan kakap merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok
menempati karang, tandes atau rumpon. Jenis ikan kakap umumnya termasuk ikan buas, predator yang
senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Aktivitas ikan nokturnal tidak sebanyak ikan
diurnal (siang hari). Gerakannya lambat, cenderung diam dan arah geraknya tidak dilengkapi area yang
luas dibandingkan ikan diurnal. Diduga ikan nokturnal lebih banyak menggunakan indera perasa dan
penciuman dibandingkan indera penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan ikan nokturnal
menggunakan indera penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya tertentu, tetapi tidak untuk
intesitas cahaya yang kuat (Ataupah, 2010).
Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu terdiri atas individu jantan dan individu betina. Hampir
tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan jenis betina baik dalam hal
struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya tergolong gonokorisme, yaitu setelah terjadi
diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan
dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang
tubuhnya telah mencapai 41-51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Ikan jantan
mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya (Natalia, 2013).
Kelenjar endokrin ikan kakap mencakup suatu sistem yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi
tingkatannya. Namun, ikan kakap memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada
vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang
membantu dalam proses osmoregulasi. Kerja hormon menyerupai kerja syaraf, yaitu mengontrol dan
mengatur keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja syaraf lebih cepat
dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal
adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar
yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid (Kunarji, 2015).
Pengaruh lingkungan terhadap sistem endokrin ikan kakap disebabkan oleh Bahan Kimia yang
menyebabkan gangguan Endokrin adalah bahan-bahan yang datang dari luar tubuh ikan kakap , dan
memiliki efek mengganggu fungsi kerja endokrin yang normal.
Oleh karena itu maka dilakukan penulisan makalah tentang sistem endokrin ikan kakap untuk
mengetahui lebih lanjut tentang sistem endokrin ikan kakap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik ikan kakap ?
2. Bagaimana sistem endorin pada ikan kakap ?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap sistem endokrin ?

C. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik ikan kakap.
2. Mengetahui sistem endorin pada ikan kakap
3. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap sistem endokrin.

1
II. PEMBAHASAN

A. Kakap Merah

klasifikasi ikan kakak yaitu :

Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Ikan kakap (Lutjanidae)
Sub Family : Lutjaninae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus sp.
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai ciri tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau
lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok
ke muka, gigi konikel pada taringtaringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi
canin-nya yang berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga
maupun bentuk “V” dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun penajaman. Bagian
bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan
sirip duburnya terdiri dari jari jari keras dan jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang
berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak.
Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Ikan kakap merah mempunyai
bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping
bergerigi. Warna ikan kakap merah sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu
hingga kecoklatan. Mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak
kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Umumnya
berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Saman, 2015).
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang
surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap
merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar
perairan menempati bagian yang lebih dalam dari pada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya
kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan
salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991).
Ikan Kakap tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. Hampir tidak
dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh
2
maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis
kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina
sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya
telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami
matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya.Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya
terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di
bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif
berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka
pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputar – putar
membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air (Kungvankij, dkk. 1986 dalam
Kadarwati. 1997). Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur
maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap yang berukuran besar akan mampu
mencapai umur maksimum berkisar antara 15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal
hingga kedalaman 60–100 mete (Natalia, 2013).

B. Sistem Endokrim Pada Ikan Kakap


Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk
mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa
juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini disebut hormon, dan hormon
ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limfa, atau cairan badan dan diedarkan ke
seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ- organ sasaran pada organisme. Kelenjar endokrin ikan
mencakup suatu sistem yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan
memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi,
misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses
osmoregulasi (Kunarji, 2015).
Sistem endokrin merupakan sistem yang mencakup aktivitas beberapa kelenjar yang mengatur
dan mengendalikan aktivitas struktur tubuh, baik sel, jaringan, maupun organ. Sistem endokrin terdiri
dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya
adalah menghasilkan dan melepaskan hormon - hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh
(Kunarji, 2015).
Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja
organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol
endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein,
peptida, atau derivat dari asam - asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang
berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid. Kerja system endokrin lebih
lambat dibandingkan dengan system syaraf, sebab untuk mecapai sel target hormon harus
mengikuti aliran system transportasi. Sel target memiliki receptor sebagai alat khusus untuk
mengenali impuls / rangsang. Ikatan antara receptor dengan hormon di dalam atau di luar sel
target, menyebabkan terjadinya respons pada sel target (Kunarji, 2015).
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum, yaitu (Kunarji, 2015) :
 Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
 Menstimulasi urutan perkembangan.
 Mengkoordinasi sistem reproduktif.
 Memelihara lingkungan internal optimal.
 Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
Kelenjar endokrin ikan kakap mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi
tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata
yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu
dalam proses osmoregulasi. Kerja hormon menyerupai kerja syaraf, yaitu mengontrol dan mengatur
keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja syaraf lebih cepat dibanding
dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah
protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar yang
berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid (Kunarji, 2015).

3
Kelenjar endokrin pada ikan terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, tiroid, ginjal,
gonad, pankreas dan urophisis (Anwar, 2005) :

1. Pituitari
Kelenjar pituitari atau hipofisa terletak pada lekukan tulang di dasar otak (sela tursika), terdiri atas
dua bagian utama, yakni adenohipofisa dan neurohipofisa, adeno hipofisa terdiri atas pars distalis dan
pars intermedia, sedangkan, neurohipofisa hanya terdiri atas pars nervosa yang berfungsi mensekresikan
ocytoxin, arginin vasotocin dan isotocin. Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisa yang
menghasilkan sel-sel pesekresi hormon prolaktin, hormon adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas
tiroid (Thyroid Stimulating Hormone), hormon pertumbuhan (STH-Somatotropin), dan gonadotropin serta
pars intermedia mensekresi hormon pelepas melanosit (Melanocyte Stimulating Hormone), yang mana,
pelepasan hormonnya diatur oleh faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus.
Hormon prolaktin. Pada ikan kakap yaitu aksi-aksi prolaktin sehubungan dengan reproduksi dan
perawatan anak serta osmoregulasi. Tingkah laku reproduksi yang dipengaruhinya adalah pembuatan
sarang, persiapan migrasi prapemijahan, sekresi vesikula seminalis, dan lain-lain. Sedangkan, yang
berhubungan dengan osmoregulasi adalah ekskresi ginjal, sekresi mucus kulit.
Somatotropin (STH). Somatotropin atau disebut juga hormon pertumbuhan, adalah hormon
polipeptida yang dilepaskan dari adenohipofisa untuk menstimulasi hati agar mensintesis somatomedin
yang bertugas secara langsung dalam pertumbuhan, baik pertumbuhan tulang, otot, maupun sel-sel yang
lain. Hormon ini menunda katabolisme asam-asam amino dan memacu inkorporasinya ke dalam protein-
protein tubuh. Sebagai hormon pertumbuhan, kerja soatotropin dipermudah oleh hormon pancreas,
korteks adrenal, dan tiroid yang bekerja bersama-sama di dalam memacu metabolisme lemak dan
karbohidrat.
Hormon Gonadotropin pada ikan kakap yang berperan dalam produksi telur dan sperma.
gonadotropin pada hipofisa ikan kakap adalah FSH (Follikel Stimulating Hormone) dan semacam LH
(Luteinizing Hormone) pada mamalia. FSH dan LH bekerja sama untuk menstimulasi pematangan folikel
dan pelepasan estrogen pada individu betina, serta menstimulasi pematangan folikel dan pelepasan
estrogen pada individu betina, serta menstimulasi pelepasan androgen oleh sel-sel interstitial pada
individu jantan untuk mematangkan sperma.
Neurosekresi dan hypothalamus (oxyytocyn dan vasetocyn) disimpan dan dikeluarkan oleh
neurohypofise. Sekresi ini berperan dalam osmoregulasi. Arginin vasotocin menyebabkan peningkatan
produksi urine pada ikan air tawar, sedangkan oxytocin berperan dalam produksi vasoconstriction pada
pembuluh darah insang. Di dalam darah, AVT berpengaruh terhadap kontraksi otot polos dinding
pembuluh darah, juga berperan dalam kontraksi otot polos ovarian dan oviduct. Kelenjar pituitary sering
diberi gelar kelenjar induk (master gland) karena banyak mempengaruhi kegiatan kelenjar lainnya.
2. Tiroid
Tirotrofin pituitari merupakan faktor utama yang mengontrol fungsi tiroid dibawah kondisi normal,
fungsi tiroid adalah membuat, menyimpan dan mengeluarkan sekresi yang terutama berhubungan dengan
pengaturan laju metabolisme. Sintesis dan pengeluaran hormon tiroid secara otomatis diatur untuk
memenuhi tuntutan kadar hormon dalam darah lewat mekanisme feedback hipotalamik.
Fungsi hormon tiroid adalah dapat meningkatkan konsumsi oksigen. Pemberian hormon tiroid
dalam basis farmakologis akan meningkatkan konsumsi oksigen mitokondria. Bersamaan dengan
meningkatnya konsumsi oksigen oleh mitokondria, hormon tiroid juga melakukan hambatan terhadap
sintesis ATP. Hormon tiroid memerlukan waktu yang relatif lama untuk meningkatkan oksigen. Hal ini
disebabkan karena terlebih dahulu diperlukan sintesis protein di dalam sel tujuan yang menerima tiroksin.
Peningkatan konsumsi oksigen karena pemberian hormon tiroid nampaknya digunakan untuk
meningkatkan aktivitas transpor natrium dengan akibat meningkatnya pembentukan ATP.
Pengaruh hormon tiroid terhadap sintesis protein melalui aktivitas mRNA, metabolisme nitrogen
bergantung pada dosis yang diberikan. Dosis yang optimum pada hewan percobaan yang masih muda
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan jalan meningkatkan deposisi protein dan retensi protein.
Hormon tiroid mempercepat laju penyerapan monosakarida dari saluran pencernaan. Pemasukan glukosa
dan penggunaannya di dalam sel-sel tubuh dan ditingkatkan oleh hormon tiroid. Bila kebutuhan glukosa di
dalam sel meningkat, maka proses glikogenesis akan meningkat dan hal ini diikuti oleh menurunnya
cadangan glycogen yang terdapat dalam daerah hati, jantung pada ikan kakap.

4
3. Gonad
Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang
disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi
perkembangan telur atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel telur dan
androgen oleh jaringan testis. Estrogen yang umum didapatkan dalam cairan ovarium teleostei adalah
estradiol -17β yang merupan derivat dari 17αhydroxyprogesterone, sedangkan androgen yang umum
disintesis adalah testosteron.
Fungsi reproduksi pada ikan kakap pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang
terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada
jantan disebut testis beserta salurannya. Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis
kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan kakap jantan adalah ikan kakap yang mempunyai organ penghasil
sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer
pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi,
yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat
seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina.
4. Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki sel-sel endokrin, antara lain jaringan internal, sel-
sel kromaffin, juxtaglomerulus, dan korpuskel stanius. Fungsi kelenjar ini dikontrol oleh pituitari melalui
ACTH.
5. Kelenjar Ultimobranchial
Pada teleostei, kelenjar ultimobranchial terletak pada septum pemisah antara rongga abdomen dan
sinus venosus, tampak sebagai pita berwarna putih pada septum. Kelenjar ini serupa dengan paratiroid
pada vertebrata tingkat tinggi, tetapi tidak berupa folikel, malainkan menyebar pada septum.
Kalsitonin merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar ultimobranchial. Hormon ini
berperanan menurunkan kadar kalsium darah. Beberapa kajian juga menunjukkan bahwa kalsitonin dapat
melakukan peranan dalam membuat ikan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidromineral
yang berubah-ubah.
6. Urofisis
Urofisis, nama lain the caudal neurosekretori sistem, merupakan neurosekretori yang terletak pada
bagian belakang spinal cord. Urofisis didapatkan pada setiap spesies ikan kakap, namun fungsi hormon
yang dihasilkannya masih menimbulkan kontrofersi, walaupun secara umum, sekresi urofisis
berhubungan dengan fungsi osmoregulasi, dimana pengaruh terbesarnya adalah pada ginjal.
Ada empat jenis hormon yang diidentifikasi dari urofisis, yakni urotensin I, II, III dan IV. Pada ikan,
urotensin I belum diketahui efeknya secara pasti, namun pada vertebrata darat, berperanan dalam
penurunan tekanan darah. Urotensin II berperan dalam kontradiksi otot licin, misalnya otot rektum dan
kandung kemih Urotensis III menstimulasi peningkatan penyerapan NA+ oleh insang dan pelepasan NA+
oleh ginjal. Urotensin Iv diduga adalah arginine vasotocin, tetapi hanya teridentifikasi pada rainbow trout
Jepang. Pada ikan karper, urofisis memproduksi sejumlah besar acetilcholine.

C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Sistem Endokrin Pada Ikan


EDC – Endocrine Disrupting Chemical (Bahan Kimia yang menyebabkan gangguan Endokrin) adalah
bahan-bahan yang datang dari luar tubuh ikan , dan memiliki efek mengganggu fungsi kerja endokrin
yang normal. Beberapa jenis EDC meniru hormon alami menempel pada sel reseptor tertentu. EDC jenis
ini akan bekerja menyerupai dengan cara kerja hormon alami. Sedangkan EDC lainnya mem-blok hormon
alami untuk mendekati sel reseptor, proses ini secara langsung menggangu sistem kerja hormon alami
mulai dari produksi, penyimpanan, pelepasan hingga pengeluaran dari tubuh ikan . Jenis EDC ini akan
berakibat pada perubahan sistem kerja tubuh ikan secara besar-besaran. EDC bisa saja menyebabkan
beberapa kondisi, seperti (Anwar, 2001) :

 Gangguan pengembangan organ seksual.


 Menurunkan tingkat kesuburan.
 Menurunkan fungsi kekebalan tubuh ikan.
 Perubahan terhadap fungsi kerja saraf dan sifat (tingkah laku), termasuk didalamnya kemampuan
tubuh ikan untuk mengendalikan stress.
5
Gangguan endokrin didefinisikan sebagai gangguan perkembangan gonad, baik adanya perubahan
pada pembentukan duktus atau adanya perkembangan ovotestis yang mengarah pada feminisasi adanya
rangsangan munculnya karakter kelamin sekunder jantan yang mengarah pada maskulinisasi. eksogenus
yang mengubah fungsi sistem endokrin yang menimbulkan konsekuensi pengaruh kesehatan yang
kurang baik terhadap organisme, atau keturunannya, atau (sub)-populasi yang menerimanya. Gangguan
ini dapat terjadi akibat adanya substansi kimia di perairan yang mengganggu sistem endokrin pada
organisme ikan. Umumnya, substansi kimia, baik bersifat alami ataupun sintesis yang dikenal sebagai
endocrine disrupter, Gangguan yang ditimbulkan juga bervariasi bergantung tipe bahan dan organisme
yang dipengaruhinya. Gangguan dapat terjadi dengan berbagai jalan karena ikan kakap yang hidup di
perairan terbuka bukan hanya terpapar pada subtansi tunggal melainkan dapat terpapar pada substansi
kompleks dengan jumlah bervariasi sehingga dapat menimbulkan pengaruh kombinasi baik dengan
mekanisme yang tunggal/sama ataupun berbeda (Anwar, 2005).

6
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikan kakap merah adalah salah satu jenis ikan yang banyak hidup didasar perairan terutama didasar
perairan yang banyak ditumbuhi dengan terumbukarang atau di perairan yang banyak di pasang benda-
benda sebagai penganti terumbu karang. Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu terdiri atas individu
jantan dan individu betina. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan
dan jenis betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya tergolong
gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung
selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai
tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41-51% dari panjang tubuh total
atau panjang tubuh maksimum. Ikan jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari
betinanya. Kelenjar endokrin pada ikan terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, tiroid,
ginjal, gonad, pankreas dan urophisis. Pengaruh lingkungan terhadap sistem endokrin ikan kakap
disebabkan oleh Bahan Kimia yang menyebabkan gangguan Endokrin adalah bahan-bahan yang datang
dari luar tubuh ikan kakap , dan memiliki efek mengganggu fungsi kerja endokrin yang normal.

B. Saran
Saran saya adalah agar pembaca tidak hanya terpacu pada makalah ini. Saya menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan meskipun saya telah berusaha semaksimal
mungkin. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan
makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. 2005. Biosintesis, Sekresi dan Mekanisme Kerja. Fakultas Kedokteran. Univ.Padjajaran.
Bandung.

Ataupah, E. A. 2010. Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus Sp.) Di Kabupaten Kupang Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Institut Pertanian Bogor.
Kunarji, A. 2015. Sistem Endokrin Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Natalia, D. 2013. Makalah Ikan Kakap. Universitas Brawijaya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991. Kakap Merah. Jakarta.
Saman, A. 2015. Ekobiologi Ikan Kakap. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai