Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BIOLOGI LAUT

“NEKTON BAHARI”

OLEH

NAMA : ELVIANA SOI

NIM : 1701040096

SEMESTER : V (lima)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah saya bisa menyelesaikan makalah Biologi Laut yang berjudul
”Nekton Bahari” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kupang, 07 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….
BAB II PEMBEHASAN………………………………………………………………………..
2.1 Nekton………………………………………………………......................................
2.1.1 Pengertian Nekton……………………………………………………….
2.1.2 Komposisi Nekton Bahari……………………………………………….
2.1.3 Kondisi Lingkungan……………………………………………………..
2.2 Adaptasi Nekton Bahari…………………………………………………………….
2.2.1 Daya Apung…………………………………………………....................
2.2.2 Daya Penggerak…………………………………………………………..
2.2.3 Hambatan Permukaan dan Bentuk Tubuh……………………………..
2.2.4 Pertahanan Diri dan Penyamaran……………………………………….
2.2.5 Indria………………………………………………………………………
2.2.6 Ekolokasi…………………………………………………………………..
2.2.7 Reproduksi dan Daur Hidup……………………………………………..
2.2.8 Migrasi……………………………………………………………………..
2.2.9 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamalia Bahari…………………..
2.3 Ekologi Nekton………………………………………………………………………...
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup
bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran
sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. Meskipun dilaut
terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya
dikelompokkan kedalam tiga kategori utama, yakni plankton, nekton dan bentos.
Pengelompokkan ini tidak adakaitannya dengan jenis menurut klasifikasi ilmiah, ukuran
atau apakah mereka temasuk tumbuh-tumbuhan atau hewan, tetapi hanya didasarkan
kepada kebiasaan hidup mereka secara umum, seperti gerak berjalan, pola hidup dan
sebaran menurut ekologi.
Nekton merupakan salah satu kedalam ketiga kelompok tersebut. Nekton
merupakan organisme yang hidupnya bergerak sendiri kesana-kemari. Kelompok hewan
yang termasuk nekton sangat beragam adanya. Nekton terdiri dari organisme yang
mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada
arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin, mereka dapat
bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri bersama dengan plankton sering
dikelompokkan dalam sistem pelagik. Kebanyakan merupakan hewan-hewan besar,
dan di dalamnya termasuk organisme-organisme terbesar dan tercepat bergerak di
samudera.Jika plankton di dominasi oleh hewan-hewan kelompok invertebrata,
nekton terutama merupakan hewan-hewan vertebrata. Diantaranya ikan merupakan
kelompok terbanyak, baik dalam spesies maupun dalam individu, tetapi wakil dari
tiap kelas vertebrata, kecuali amfibi dijumpai sebagai nekton.
Adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya berbeda dengan jenis organism yang
lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan nekton, maka makalah ini
disusun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul beberapa rumusan masalah,
yaitu:
1. Apa saja yang perlu kita ketahui nekton?
2. Bagaimana adaptasi nekton bahari?
3. Bagaimana ekologi nekton?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada pun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang tentang apa itu nekton,
adaptasi nekton bahari serta ekologi nekton di laut
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nekton
2.1.1 Pengertian Nekton
Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke
mari seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular, dan hewan
menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang
termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu
berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton.
Berbeda dengan plankton nekton terdiri dari organisme yang mempunyai
kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang
kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam
air menurut kemauannya sendiri.

Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia


terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton
merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi
setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
2.1.2 Sifat Nekton
 Organisme yang dapat bergerak atau berenang dengan keinginan sendiri.
 Organisme konsumer di daerah pelagik, aktif berenang umumnya
invertebrata.
 Memiliki masa hidup lebih panjang daripada plankton (invertebrate: 1
tahun, ikan: 5-10 tahun).
 Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus reproduksi, ikan tuna migrasi dari
feeding ground ke breeding ground (ribuan kilometer).
2.1.3 Komposisi Nekton Bahari
Organisme nekton bahari terdiri dari berbagai ikan bertulang belakang
seperti cucut dan pari serta sejumlah kecil mamalia seperti reptil dan burung laut.
Invertebrata yang dapat digolongkan nekton hanyalah jenis moluska sepalopoda.
Beberapa kelompok ikan yang berbeda dijumpai dalam golongan nekton. Pertama,
ikan yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. Ikan ini disebut
holopipelagik mencangkup ikan-ikan hiu tertentu (cucut martil, hiu mackerel, cucut
biru), kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung,
dan lain-lain. Ikan ini biasanya menghabiskan telur yang mengapung dan larva
epipelagik. Jumlahnya sangat berlimpah di permukaan perairan tropik dan
subtropik.
Kelompok kedua ikan bahari dinamakan meroepipelagik. Ikan ini hanya
menghabiskan sebagian dari hidupnya di daerah epipelagik. Kelompok ini lebih
beragam dan mencakup ikan menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi
mememijah di perairan pantai (Haring, geger lintang jinak, dolphin, kacang-
kacang) atau diperairan tawar (salem). Ada juga jenis lain yang memasuki daerah
epipelagik hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti ikan-ikan perairan-dalam
semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk
mencari makan. Kebanyakan ikan menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik,
tetapi masa dewasanya di daerah lain. Bentuk juvenil memegang peranan tetap
dalam fauna epipelagik, tetapi disebut meroplankton, karena kemampuannya
geraknya terbatas.

Kelompok terbesar kedua dari nekton bahari adalah mamalia laut.


Mamalia laut nektonic mencangkup ikan paus (ordo Cetacea), anjing laut dan
singa laut (ordo Pinnipeda). Terdapat juga mamalia bahari lain, seperti manatee
dan duyung (ordo Sirenia), serta berang-berang (ordo carnivora). Tetapi hewan-
hewan ini tidak pelagik karena mereka menghuni perairan pantai sepanjang
waktu. Mereka juga tidak akan dibahas dalam bab ini. Reptil nektonik hampir
semuanya merupakan penyu dan ular laut. Iguana bahari terdapat di kepulauan
Galapagos, dan buaya air asin mendiami banyak daerah Kepulauan Indo-Pasifik.
Tetapi hewan-hewan ini juga merupakan hewan litoral yang hanya sekali-kali
pergi menjauhi daratan. Catatan fosil menunjukkan, bahwa selama periode
Cretaceous sekitar 60 juta tahun yang lalu, reptil bahari jauh lebih umum dan
beragam dibandingkan sekarang. Pada waktu itu, plesiosaurus besar, iktiosaurus,
dan mosasaurus menjelajahi lautan-lautan hangat.
Secara teknik, kebanyakan burung-burung laut tidaklah nektonik, karena
mereka terbang di atas laut lepas dan bukan menembusnya. Tetapi mereka juga
termasuk dalam ekonomi perairan ini dapat di bahas di sini. Mungkin satu-
satunya kelompok burung yang benar-benar nektonik adalah penguin yang tidak
dapat terbang dan terdapat di bagian bumi selatan. Tetapi cormorant dan burung
laut yang lain, menyelam untuk mencari makan dan menghabiskan banyak
waktunya sebagai perenang.

2.1.4 Kondisi Lingkungan


Faktor lingkungan pada zona epipelagik yang dihuni oleh nekton tentu
saja sama dengan yang dibahas untuk plankton dan mencakup cahaya, suhu,
kepadatan, dan arus. Namun kepentingan relatif dari faktor-faktor yang berbeda
dalam memilih adaptasi dan strategi hidup nekton dapat berbeda. Penting
diperhatikan bahwa tanggapan lingkungan ini sangat berbeda untuk ikan atau
mamalia besar dan perenang cepat dibandingkan dengan kopepoda kecil.
Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan
perbedaan yang jelas bagi nekton dan dimana adaptasi terjadi. Pertama, laut
merupakan daerah “tiga dimensi” yang sangat besar. Kedua, tidak ada substrat
padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini selalu melayang dalam medium
yang transparan tanpa perlindungan terhadap predator yang potensial. Oleh sebab
itu, tidak ada tempat perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu tempat ke
tempat lain secara horizontal. Terakhir, kurangnya substrat, yang berarti tidak
adanya pendukung yang kuat bagi hewan kebanyakan mempunyai daging yang
lebih padat dari pada air laut di sekelilingnya.
Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan,
memudahkan evolusi adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya mobilitas dan
kemampuan untuk menempuh jarak-jarak jauh pada gilirannya menyebabkan
perkembangan sistem saraf dan indria (sensory) yang akan menangkap dan
mengolah informasi yang diperlukan untuk menjelajahi daerah, mencari dan
menangkap makanan, serta untuk menghindari predator.
Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran kebanyakan nekton, juga
menyebabkan perkembangan kecepatan renang yang tinggi untuk menghindari
predator dan sekaligus untuk mencari makan. Kamuflase juga merupakan usaha
yang lain. Keadaan tersuspensi tubuh hewan nektonik yang kerapatan tubuhnya
lebih besar dari pada kerapatan air laut secara terus-menerus menyebabkan
perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung.

2.2 Adaptasi Nekton Bahari


2.2.1 Daya Apung
Adaptasi yang paling jelas pada hewan nektonic adalah kemampuannya
melayang dan bergerak dengan kecepatan tinggi dalam air. Hal initulah yang
diperhatikan karena merupakan ciri khas hewan nektonik.
Daya apung merupakan hal yang utama diperlukan untuk hidup di
epipelagik. Ini berlaku juga bagi plankton, seperti yang telah diketahui.
Kebanyakan hewan nektonik mempunyai kerapatan yang hampir sama dengan air
laut. Walupun jaringan-jaringan hidup biasanya lebih rapat dari pada air laut,
tetapi ternyata hewan besar ini mempunyai daya apung secara alamiah, karena ada
bagian tubuhnya yang mempunyai kerapatan lebih rendah yang dapat
mengimbangi tingginya kerapatan kebanyakan jaringan
Umumnya ikan mempunyai gas atau gelembung renang dalam tubuhnya.
Struktur yang mengisi sekitar 5-10 persen dari volume tubuhnya ini berfungsi
mengimbangi daging yang lebih padat sehingga menyebabkan daya apung
menjadi netral. Kebanyakan ikan dapat mengatur jumlah gas dalam gelembung
renangnya dan mengubah tingkat apungnya. Diketahui dua macam gelembung gas
: fisostoma di mana ada saluran terbuka antara gelembung gas dan esophagus, dan
fisoklis tidak terdapat saluran. Ikan-ikan fisostoma memasukkan dan
mengeluarkan gas dari gelembung melalui saluran dengan cara mengisap udara
dari permukaan.
Tetapi pengisian gelembung gas biasanya melalui kelenjar gas dan sistem
rete mirabile adalah sekumpulan pembuluh-pembuluh darah kecil yang bercabang
dari pembuluh darah besar. Ikan-ikan fisoklis juga mensekresi gas ke dalam
gelembung renang melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile, tetapi untuk
membuang gaharus melalui organ khusus yang dapat mengabsorpsi gas yang
dinamakan oval.
Pada ikan perenang cepat (Sarda, Scomber) yang juga bergerak secara
vertikal pada badan air, gelembung gas tidak dapat cukup cepat disesuaikan untuk
mengimbangi perubahan tekanan dan mencapai daya apung netral. Oleh karena
itu, Denton dan Marshall menemukan bahwa ikan-ikan tercepat cendrung tidak
memiliki gelembung gas dan mencapai daya apung dengan cara lain.
Rongga-rongga berisi gas dalam bentuk paru-paru juga membantu
tercapainya daya apung netral untuk semua hewan nektonik yang bernafas dari
udara. Beberapa mamalia air mempunyai kantung udara tambahan. Dalam kasus
ini, mereka dapat mengatur daya apungnya melalui sejumlah udara yang
terkandung di dalam paru-parunya. Burung juga memiliki kantung udara
tambahan. Pada kebanyakan burung laut penyelam (kecuali penguin), udara yang
terperangkap di bawah bulu memberikan daya apung terbesar. Mamalia bahari,
berang-berang, dan anjing laut juga menggunakan udara yang terperangkap pada
lapisan bawah rambutnya yang lebat sebagai daya apung.
Mekanisme lain untuk mencapai daya apung netral adalah dengan
mengganti ion kimia berat dalam cairan tubuh dengan yang lebih ringan. Hal ini
kita dapatkan juga pada plankton. Satu-satunya hewan nektonik yang mengalami
hal ini adalah cumi-cumi. Cumi-cumi cendrung mempunyai rongga tubuh di mana
ion natrium yang berat digantikan dengan ammonium yang lebih ringan.
Akibatnya, kerapatan cairan tubuh akan lebih kecil dari pada kerapatan air laut
pada volume yang sama. Walaupun ini merupakan mekanisme yang banyak
terdapat pada plankton, tetapi jarang terdapat pada nekton, sebab supaya efektif,
jumlah cairan dengan kadar ammonium tinggi haruslah banyak. Rongga yang
besar dan berisi air memberikan bentuk bulat-gemuk bagi hewan dan akan
mengurangi rongga mantel, sehingga jelas mengurangi kemampuan bergerak
cepat.
Peningkatan daya apung dengan mengurangi jumlah tulang atau bagian
yang keras lainnya bukan merupakan pilihan yang baik bagi hewan ini, karena
kerangka yang kuat dan kaku diperlukan agar sistem otot bekerja dengan efektif
sehingga hewan dapat bergerak di dalam air. Ini merupakan perbedaan yang nyata
dengan plankton.
Mekanisme lain untuk meningkatkan daya apung adalah dengan
menyimpan lipida (lemak atau minyak) di dalam tubuh. Kerapatan lipida lebih
kecil dari pada kerapatan air laut sehingga dapat turut mengatur daya apung.
Jumlah lipida yang besar banyak terdapat dalam ikan nektonik, terutama yang
tidak mempunyai gelembung renang seperti ikan hiu, mackerel (Scomber), ikan
biru (Pomatomus), dan bonito (Sarda). Agaknya lipida, paling tidak sebagian,
menggantikan fungsi gelembung renang. Lipida dapat di simpan pada berbagai
bagian tubuh seperti otot, organ internal, rongga tubuh, atau terpusat pada satu
organ. Contohnya pada ikan hiu pelagik, lipida terkumpul pada hati yang
ukurannya bertambah besar.
Pada banyak spesies ikan hiu, pembentukan lemak dalam hati merupakan
proses dalam perkembangannya. Jadi beberapa ikan hiu muda yang pada awalnya
tidak mempunyai daya apung, lambat laun dalam pertumbuhannya mempunyai
daya apung netral atau positif, sementara lemak menumpuk dihatinya. Pada
mamalia bahari, lipida biasanya terdapat sebagai lapisan lemak tepat di bawah
kulitnya. Fungsinya bukan saja untuk menjaga daya apung, tetapi juga sebagai
isolasi untuk mencegah kehilangan panas.
Selain usaha statik dalam mencapai atau menambah daya apung ini,
beberapa hewan nektonik tertentu juga menunjukan mekanisme hidrodinamik
untuk menghasilkan daya apung tambahan selama pergerakan. Mungkin yang
paling umum adalah membentuk formasi untuk mengangkat permukaan bagian
anterior yang biasanya dilakukan oleh sirip dada atau flipper, serta adanya ekor
yang heteroserkal. Pada ekor heteroserkal, cuping atas lebih besar dan
berkembang. Pada sistem ini, sirip atau flipper berfungsi sebagai kemudi guling
seperti pada pesawat terbang, dan jika dimiringkan pada sudut positif yang tepat,
akan menyebabkan hewan itu naik di dalam badan air, sementara ekornya
melakukan gerakan mendorong. Jika ekornya eriserkal, gerakannya juga
menghasilkan hentakan ke atas. Pada beberapa jenis pengangkatan, yang
dilakukan oleh sirip dan flipper, dibantu oleh seluruh bagian anterior tubuh, yang
juga dapat dicondongkan pada satu sudut untuk memberikan daya angkat.
Perkembangan daya apung dinamik yang paling baik terjadi dalam bentuk daya
apung negatif.
Secara umum, ada kecendrungan pada ikan-ikan yang lebih primitif untuk
mempunyai adaptasi hidrodinamik (pergerakan air) untuk melakukan
pengangkatan, sedangkan pada jenis yang lebih maju nampaknya membentuk alat
statik atau pasif untuk mendapatkan daya apung netral. Ini disebabkan karena
diperlukan energi yang lebih sedikit untuk mencapai daya apung netral dari pada
harus bergerak terus menerus agar tubuh tetap melayang dalam air. Karena paru-
paru berisi udara, mamalia yang bernafas di udara cendrung mempunyai daya
apung netral.

2.2.2 Daya Penggerak


Jenis adaptasi kedua pada hewan nektonik adalah yang berhubungan
dengan pergerakan hewan di dalam air. Adaptasi ini dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu: yang diperlukan untuk menciptakan daya pendorong, dan yang
mengurangi hambatan yang dialami oleh tubuh ketika bergerak dalam air.
Daya yang diperlukan untuk mendorong hewan nektonik melalui air yang
rapat, dihasilkan oleh beberapa bagian dari tubuhnya. Cara yang paling umum
untuk menghasilkan pergerakan maju adalah dengan melakukan gerakan
mengombak dari tubuh atau sirip. Sebenarnya semua ikan nektonik menunjukkan
tipe pergerakan ini. Pada mekanisme mengombak, hewan bergerak maju dengan
mengayunkan bagian posterior tubuh dan sirip dari sisi ke sisi. Cara ini akan
melemparkan tubuh ke dalam suatu rangkaian belokan-belokan pendek berawal
dari kepala bergerak turun ke ujung tubuh. Pergerakan dari sisi ke sisi ini
diakibatkan oleh kontraksi otot-otot tubuh yang bergantian dari satu sisi ke sisi
yang lain. Jika daya yang timbul dari pergerakan dalam air seperti ini kita analisi,
akan dijumpai bahwa komponen bagian depan adalah yang terkuat sehingga
hewan bergerak ke arah itu. Serangkaian yang serupa digunakan oleh paus, tetapi
pergerakan fleksural-nya pergerakan dari atas ke bawah bagian dan bukan dari sisi
ke sisi.
Hasilnya berupa pergerakan maju yang sama. Pergerakan dari atas ke
bawah bagian depan tubuh merupakan pengganti bagi pergerakan mengombak
yang dilakukan oleh ekor berbentuk pipih yang terletak secara lateral. Semakin
pendek dan bulat tubuh ikan, semakin kecil kelenturan otot-otot posterior tubuh,
dan maju dengan cepat de sepanjang tubuh. Kecepatan ikan bergantung pada
kecepatan dimana gelombang kontraksi otot merambat sepanjang tubuh, dan juga
bergantung pada aspek-aspek lain dari bentuk tubuh . Secara umum, ikan yang
pendek dan bulat lebih cepat dari pada ikan-ikan yang panjang pipih.
Anjing laut dan singa laut tidak mampu berenang secepat paus. Anjing laut
bertelinga (eared seal) berenang dengan menggunakan sirip depannya sebagai
dayung, tetapi anjing laut tidak bertelinga (eraless seals) menggunakan kaki
belakang yang berselaput renang, merentang secara vertikal seperti sirip ekor
ganda pada ikan.
Namun pada ikan-ikan nektonic tercepat seperti tuna dan allies, gerakan
mengombak benar-benar ditekan. Pada ikan-ikan ini, daya dorong digerakan
hanya oleh sirip caudal lunate. Sirip ini digerakan dengan cepat dari sisi ke sisi
oleh kontraksi otot-otot tubuh yang kuat secara bergantian melalui tendon; tendon
ini berjalan seperti katrol melalui tulang-tulang dari caudal peduncle pipih untuk
menyusup di dasar sirip ekor.
Jenis lain tenaga pendorong/penggerak adalah dengan melakukan
pergerakan mengombak pada sirip. Pada model pergerakan seperti ini, tubuh tetap
diam dan sirip melakukan pergerakan maju. Bentuk pergerakan ini lebih lambat
dari pada yang terdahulu. Contoh tipe ini dijumpai pada ikan pari seperti pari
Manta (Manta hamiltoni), cumu-cumi tertentu (Todapordes), dan ikan matahari
bahari (mola-mola).
Namun pada kebanyakan ikan, sirip lateral digunakan untuk bergerak atau
mengangkat, seperti pada ikan hiu dengan ekor heteroseksual, kecuali setasea dan
ular laut, bentuk umum tenaga pendorong pada vertebrata bahari yang bernafas di
udara adalah melalui pergerakan mendayung , baik yang dilakukan oleh tungkai
depan, belakang, atau keduanya. Tungkai penyu, anjing laut, dan sing laut, serta
penguin semua termodifikasi menjadi anggota yang pipih berbentuk seperti
dayung, yang digunakan oleh hewan untuk bergerak dalam air seperti kalau kita
menggunakan dayung bergantung pada frekuensi dayung. Pada organisme yang
hanya dapat melakukan beberapa dayungan, seperti penyu, kecepatannya lambat.
Pada organism lain, seperti penguin yang dapat mencapai 200 dayungan
per menit seperti yang pernah dicatat oleh brooks(1917) pada Pygoscelis papua –
laju pergerakan dapat sangat cepat (10 m/s untuk 200 dayungan/menit).
Jenis tenaga pendorong yang terakhir adalah “daya dorong pancar” dengan
menggunakan air. Bentuk dorongan ini dikuasai oleh cumi-cumi bahari. Mereka
mampu menghasilkan gerakan yang sangat cepat.

2.2.3 Hambatan Permukaan dan Bentuk Tubuh


Karena air merupakan medium yang sangat rapat, maka sukar untuk
bergerak di dalamnya, apalagi dengan kecepatan tinggi. Untuk menggerakan badan
dalam air diperlukan energi yang lebih banyak dari pada di udara. Tetapi energi
dapat lebih dihemat jika benda itu mempunyai bentuk yang dapat mengurangi
hambatan. Permukaan dalam air sampai batas minimum. Karena hewan nektonik
harus bergerak dan karena sumber energi mereka terbatas, maka diperlukan suatu
adaptasi untuk mengurangi hambatan permukaan.
Ada beberapa macam tahanan atau hambatan terhadap pergerakan yang
perlu diperlukan hambatan friksional sebanding dengan dengan luas daerah
permukaan yang bersentuhan dengan air. Hambatan friksional terkecil dihasilkan
oleh benda berbentuk bola yang dibentuk geometriknya mempunyai daerah
permukaan minimum untuk suatu volume tertentu. Jika suatu objek nektonik
bergerak dalam air, suatu macam hambatan tehadap pergerakan merupakan suatu
masalah penting. Hambatan ini adalah hambatan bentuk, dimana hambatan
sebanding dengan luas melintang objek yang bersentuhan dengan air. Dalam kasus
ini, objek berbentuk bulat mempunyai daerah melintang yang sangat luas sehingga
bentuk ini tidak sesuai bagi hewanhewan nektonik.
Untuk meminimalisir hambatan bentuk, bentuk harus relatif panjang dan
tipis, seperti silinder atau kawat yang tipis. Jenis hambatan yang terakhir perlu
diperhatikan adalah turbulensi. Turbulensi terjadi ketika lapisan aliran yang halus
dari suatu cairan pada permukaan tubuh terganggu dan terlempar sebagai pusaran,
yang akibatnya menambah hambatan. Hambatan semacam ini berkurang pada
tubuh yang bentuknya seperti tetesan air, agak tumpul di depan dan mengecil
sampai titk di bagian belakang. Bentuk ini juga terbaik untuk meminimumkan
hambatan friksional dan juga hambatan bentuk. Oleh karena itu hewan nektonik
perenang cepat banyak dijumpai mempunyai bentuk tubuh seperti ini.
Selain bentuk tubuh, hewan nektonik mempunyai adaptasi lain untuk
mengurangi hambatan. Adaptasi ini adalah pelurusan permukaan luar tubuh
sehingga tidak ada tonjolan yang dapat menyebabkan turbulensi dan mengurangi
hambatan. Spesies yang bergerak cepat seperti tuna, hampir semua struktur
tubuhnya yang biasanya menonjol menjadi tertekan sampai menjadi pipih atau
berlekuk, yang dapat ditinggikan hanya bila dibutuhkan. Jadi pada ikan-ikan
perenang cepat, walupun matanya besar, tetapi tidak menonjol melampaui sisi
tubuh. Siri-sirip dada dan perut masuk ke dalam lekukan kecuali bila dibutuhkan,
dan sisik tubuhnya kurang atau tidak ada. Sama halnya pada mamalia laut, rambut
menjadi lebih pendek atau tidak ada, sebab rambut lebih menghambat dari pada
kulit telanjang. Kelenjar susu rata, dan alat genital jantan tidak menonjol kecuali
jika sedang berfungsi.
2.2.4 Pertahanan Diri dan Penyamaran
Sejauh ini, adaptasi yang paling menonjol pada hewan nektonik adalah
yang berhubungan dengan kemampuannya bergerak dengan cepat dalam badan air.
Adaptasi ini sangat penting sehingga diutamakan dari adaptasi lain yang
berhubungan dengan pertahanan diri tehadap predator jika adaptasi seperti itu dapat
menurunkan kemampuannya untuk bergerak cepat. Selain itu, kebanyakan hewan
nektonik mempunyai badan yang sangat besar sehingga mempunyai sedikit
predator yang potensial. Hewan nektonik terbesar (paus) hampir tidak mempunyai
predator selain manusia dan paus pembunuh. Oleh karena itu, kebutuhan akan
mekanisme pertahanan diri yang rumit juga berkurang.
Dalam pergerakan cepat, dimungkinkan juga mekanisme pertahanan diri
tertentu dan yang paling umum dan banyak terdapat adalah kamuflase
(penyamaran). Kita mengetahui bahwa pada lingkungan yang dibahas disini tidak
terdapat tempat untuk bersembunyi dan dapat terlihat secara tiga dimensi, sehingga
mekanisme penyamaran dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: tubuh yang
transparan, warna yang tidak jelas, dan perubahan bentuk tubuh.
Jika tubuh organisme transparan dan melayang di bagian permukaan air
laut yang transparan, hewan tersebut tidak akan terlihat dalam air. Transparansi
seperti ini merupakan adaptasi pertahanan diri yang umumnya kebanyakan spesies
plankton. Tetapi hal ini tidak dijumpai pada nekton , karena semakin besar dan
tebal hewan tersebut, semakin sulit untuk membut tubuh tetap transparan. Terutama
jika terdapat banyak otot untuk pergerakan. Oleh karena itu, penyamaran secara
transparan tidak berlaku untuk nekton.
Penyamaran bentuk tubuh pada nekton mungkin saja dapat dilakukan
selama bentuk itu tidak menghambat pergerakan yang cepat. Diantara hewan
nektonik, yang paling umum adalah membentuk lunas ventral pada tubuh untuk
menghilangkan bayangan yang mencolok pada perut hewan bila dilihat dari bawah.
Jika cahaya masuk ke dalam air, alurnya menembus ke bawah meruncing seperti
panah. Pada waktu yang sama, sebagian cahaya dipantukan atau dibaurkan ke
segala arah oleh partikel dalam air. Cahaya yang dibaurkan ini dapat menyinari
benda-benda dalam air pada berbagai jurusan, tetapi intensitasnya jauh lebih kecil
daripada cahaya yang langsung jatuh di permukaan. Jika seekor hewan melayang di
dalam kolam air, paling banyak ia disinari dari atas, sedangkan cahaya yang
dibaurkan menerangi dari sisi dan bawah.
Karena intensitas cahaya dari sisi dan bawah snagat kecil, timbul bayangan
di bawah hewan dimana tubuhnya menghalangi cahaya yang datang dari atas.
Sekarang jika tubuh melebar ke arah ventral seperti lunas yang membentuk ujung
ventral yang runcing tidak membulat, maka bayangannya akan terhapus jika dilihat
dari bawah. Hal ini disebabkan seluruh permukaan tubuh telah terpusat sehingga
tidak ada yang hanya tersinari oleh cahaya baur yang tersebar, tetapi paling tidak
oleh beberapa komponen dari cahaya permukaan yang besar. Tanpa bayangan yang
mencolok itu, hewan yang terlihat dari bawah menjadi benar-benar tidak kelihatan
dibawah cahaya yang menyinari dari atas sehingga terhindar dari predator yang
menyelam lebih dalam. Penghilangan bayangan ini akan lebih baik lagi jika
permukaan lunas memantulkan cahaya dengan menggunakan pigmen dan atau sisik
putih.
Perwarnaan kriptik juga merupakan karakteristik kebanyakan hewan
nektonik. Pada bagian atas perairan yang terang, warna spektral yang dominan
adalah biru dan hijau. Jika air dilihat dari permukaan atau dari atas permukaan,
akan tampak kehijauan atau kebiruan. Tidak mengherankan kalau banyak hewan
nektonik berwarna biru atau hijau tua pada bagian permukaan punggungnya
sehingga predator potensial akan sulit melihatnya dari atas pada latar belakang yang
umumnya kehijauan atau kebiruan. Pada waktu yang bersamaan, jika dilihat dari
bawah air tampak berwarna putih atau lebih cerah. Organisme berwarna gelap yang
berenang di daerah ini akan terlihat mencolok dari bawah, meskipun ada lunas
untuk menghilangkan bayangan. Tetapi hewan ini akan cenderung tidak tampak
bila bagian perutnya berwarna putih atau perak untuk memaksimumkan pemantulan
cahaya atau membaur dengan cahaya yang menembus ke bawah. Oleh karena itu,
kita mendapatkan bahwa banyak hewan nekton mempunyai dua warna, hijau tua
atau biru tua di bagian atas dan putih atau perak di bagian bawah.
Pada hewan vertebrata tertentu yang berenang tepat di permukaan seperti
lumbalumba, pola warnanya lebih kompleks, dengan garis-garis terang dan gelap
yang tidak rata yang menyerupai pola gelombang perairan permukaan tempat
hidupnya. Beberapa lumba-lumba yang hidup diantara gerombolan ikan tuna,
berwarna abu-abu di bagian atas dan putih di bagian bawah dengan bercak-bercak
putih di bagian abu-abu dan bercak-bercak hitam di bagian putih. Dengan warna
yang demikian, dalam air, diantara gerombolan, hewan-hewan ini sulit dibedakan
bila dilihat dari samping.

2.2.5 Indria
Karena hewan nekton sangat besar, bergerak cepat, dan biasanya predator
dapat diduga bila indria berkembang dengan baik. Biasanya memang demikian
tetapi dengan berbagai beberapa pengecualian seperti gurat sisi pada ikan, indria
tidak berbeda dengan yang dimiliki oleh vertebrata lain pada habitat yang berbeda.
Gurat sisi merupakan sederetan pembuluh kecil, yang terbuka terhadap air,
mengandung lubang-lubang saraf yang peka terhadap perubahan tekanan dalam air.
Kebanyakan informasi yang berhubungan dengan indria diterima oleh
nekton melalui penglihatan atau pendengaran. Mata cenderung berkembang baik
dan kompleks, tetapi ukurannya bergantung pada ukuran tubuh, jadi sangat
bervariasi. Mata biasanya terletak disamping kepala sehingga lapang pandang dari
setiap mata tidak bertemu, tetapi meliputi daerah yang luas pada setiap sisi ini
berarti bahwa kebanyakan nekton tidak dapat memandang secara meneropong,
kecuali pinipeda.

2.2.6 Ekolokasi
Diantara nekton mamalia, sejumlah adaptasi khusus biasanya dimulai
dengan indria pendengar yang sangat berpengaruh bagi hewan ini. Peranan suara
penting bagi mamalia nekton karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat
daripada di udara dan mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada
penglihatan. Akibatnya, banyak hewan nektonic yang mempunyai struktur
penerima suara yang berkembang baik.
Di lingkungan daratan, penerima suara pada mamalia yang telah
berkembang dengan baik biasa ditandai secara morfologi luar dengan daun telinga
(pinna) yang besar. Namun bagi vertebrata air, struktur ini akan sangat menghambat
pergerakan oleh karena itu vertebrata air tidak memiliki telinga. Sebagai gantinya,
ada kecenderungan berkembangnya struktur lain di kepala pada mamalia air untuk
menerima gelombang suara.
Alat penerima dan penghasil suara setasea yang digunakan untuk ekoloasi
sudah sangat berkembang, sama seperti jika kita menggunakan sonar untuk
menduga kedalaman. Pada ekolokasi atau sonar, gelombang suara dikeluarkan dari
sumber ke arah tertentu. Gelombang suara ini bergerak lancar dalam air sampai
membentur benda padat. Jika membentur benda, maka gelombang itu akan
terpantul dan kembali ke sumbernya. Interval waktu antara saat suara pertama kali
dikeluarkan dan pergerakannya menuju sasaran serta kembalinya setelah terpantul
merupakan ukuran jarak antara sumber dan benda. Dengan berubahnya jarak, waktu
eko (echo) kembali juga berubah. Pengeluaran gelombang suara secara terus-
menerus dan evaluasi sensorik dari gelombang yang terpantul selagi berenang
merupakan cara hewan nektonik untuk memeriksa benda yang ada disekitarnya.
Dengan mengetahui jarak benda itu, hewan tersebut dapat menjauhinya (predator )
atau mendekatinya (sumber makanan).
Suara dengan frekuensi rendah digunakan hewan yang berekolokasi untuk
menempatkan dirinya dalam badan air sesuai dengan benda-benda yang ada di
sekitarnya. Namun suara dengan frekuensi rendah tidak memberikan informasi
mengenai bentuk benda itu. Untuk mendapatkan informasi ini, diperlukan suara
dengan frekuensi lebih tinggi yang memantul dari benda dan memberikan perincian
lebih lanjut.
Oleh karena itu, kebanyakan hewan nekton yang mempunyai kemampuan
ekalokasi yang berkembang baik juga mempunyai kemampuan mengubah frekuensi
suara yang dihasilkan. Ini merupakan hal yang menakjubkan. Contohnya lumba-
lumba mampu membadakan dua jenis spesies ikan dengan ukuran dan bentuk yang
hamper serupa serta lumba-lumba juga dapat membedakan benda yang hamper
sama yang hanya berbeda ketebalannya.
Ekolokasi berkembang paling baik pada paus bergerigi. Hewan ini
memiliki modifikasi morfologi yang rumit pada system kepala dan pernapasan yang
membuatnya mampu mengirim dan menerima gelombang suara yang bervariasi
pada kisaran frekuensi yang luas.
Paus bergerigi mempunyai dahi bulat dan menonjol yang aneh.
Berhubungan dengan hal ini, terdapat lubang naskal eksternal atau lubang udara di
bagian punggung. Di bagian dalam, suatu seri kantung udara yang kompleks
berhubungan dengan saluran nasal mulai dari lubang udara sampai ke paru-paru.
Dahi yang bulat sisebabkan oleh suatu struktur besar yang berisi lemak terletak
sebelah dalam yang dinamakan melon. Organ berlemak ini berkembang dengan
baik pada koteklema (paus sperma), dan dinamakan organ spermaseti, dan besarnya
sekitar 40 persen dari jumlah seluruh panjang hewan. Hubungan dari struktur ini
diperlihatkan dalam bentuk diagram pada.
Walaupun Kita tidak mengerti sepenuhnya bagaimana system rumit ini
digunakan dalam menerima dan menghasilkan suara, tetapi cukup dimengerti
bagaimana alat ini berfungsi. Suara dihasilkan oleh paus bergerigi melalui
pergerakan udara yang melewati seluruh nasal dan kantung udara yang
berhubungan. Pergerakan udara dapat terjadi melalui pernapasan di udara, tetapi
suara juga ditimbulkan dengan mengalirakan kemabali udara internal ketika
menyealam. Otot-otot khusus pada saluran nasal dan kantung udara mebuat saluran
ini dapat berubah-ubah bentuk dan volumenya sehingga dapat menguabah frekuensi
suara. Melon yang berlemak agaknya digunakan sebagai lensa akustik untuk
memfokus, sehingga hewan ini dapat mengenali benda dengan frekuensi suara yang
tinggi. Pembidikan juga didunakan oleh tulang-tulang pada tengkorak yang
berbentuk khas pada paus bergerigi ini. Penerimaan gelombang yang terpantul pada
tulang dan lemak yang terletak di rahang bawah dan telinga bagian dalam. Berbeda
dengan kebanyakan mamalia yang teling dalamnya terletak pada ruling yang
menempel di tengkorak, pada paus bergigi telinga dalamnya menempel dengan
longgar di tengkorak oleh sendi dan dilengkapi dengan rongga-rongga khusus berisi
udara dan lemak. Jadi modifikasi morfologi yang rumit di bagian kepala paus
bergigi terutama bertujuan untuk menghasilkan dan menerima frekuensi suara
dalam kisaran yang luas, dan sebaliknya membuat hewan itu mampu berenang
tanpa terbentur sesuatu dan mencari organisme makanan yang potensial. Paus
bergigi juga memiliki otak yang relative sangat besar jika dibandingkan dengan
dengan ukuran tubuhnya. Otak ini menduduki urutan kedua setelah manusia dalam
perkembangan bagian serebral. Tampaknya otak yang besar ibi penting untuk
mengolah secara cepat informasi akustik yang diterimanya.

2.2.7 Reprodeksi dan Daur Hidup


Pada ikan ikan epelagik, tidak ada mekanisme khusus yang kana
memisahkanya dari sesama jenisnya yang bentik atau hidup di perairan dangkal.
Tetapi ikan-ikan bertulang keras holonektonik seperti tuna dan marlin memijahkan
telur yang terapung dan mengalami perkembangan di perairan laut terbuka.
Beberapa bahkan mempunyai struktur seperti benang yang berasosiasi dengannya
sehingga dapat menempel pada berbagai potongan-potongan tumbuhan yang
terapung. Karena telur yang teapung itu bersifat planktonik, maka banyak sekali
hilang akibat pemangsaan. Akibatnya, ikan-ikan menghasilakn telur dalam jumlah
yang sangat banyak untuk cangkang dan albakora (madidihang) menghasilkan telur
sebanyak 2.6 juta butir, sedangkan marlin bergaris memijah lebih dari 13 juta, dan
ikan matahari bahari 300 juta. Pemijahan ada kalanya terjadi hanya sejenak dan ada
kalanya sampai berbulan-bulan.
Pada hiu pelagik, terjadi cara reproduksi yang berbeda. Ikan-ikan ini hanya
menghasilkan beberapa telur atau embrio. Cucut martil (Alopias) menghasilan dua
embrio sedangkan cucut biru (Prionace glauca) lebih dari lima puluh empat. Jelas
kalau bibit ini harus melewati perkembangannya sebagai plankton, kesempatanyya
untuk menghindari pemangsaan sangat kecil. Jadi hiu ini memperbesar kesempatan
hidup bagi keturunannya dengan menahan telur dalam tubuh betina lebih lama
sehingga ketika terlahir atau menetas, ukurannya lebih besar dan lebih tahan
terhadap predator yang potensial.

Hanya relative sedikit yang kita ketahui mengenai pertumbuhan ikan


pelagic, tetapi dapat diduga bahwa laju pertumbuhan sangat cepat. Sebagai contog,
tuna kelihatannya beratnya bertambah sekitar 2-6 kg pertahun dan panjangnya 20-
40 cm. Bila dihubungkan dengan peryumbuhan yang cepat ini, hamper semua ikan
nektonic kelihatannya berumur pendek; tuna yang besar hanya hidup selama 5
sampai 10 tahun. Sebaliknya hiu pelagic dapat hidup sampai 20-30 tahun. Burung-
burung laut dan penyu mempunyai cirri-ciri reproduktif seperti familinya yang ada
di darat. Mereka semua menghasilkan telur yang diletakkan di darat. Burung-
burung laut sering juga berkumpul dalam kelompok-kelompok yang besar jika
membuat sarang di pulau-pulau atau celah-celah batu, sehingga tidak dapat dicapai
oleh predator darat. Keadaan ini dapat menjamin anak-anak burung yang lemah
(altical) agar tetap hidup sampai besar untuk dapat terbang. Akan tetapi, keadaan ini
juga membuat burung-burung itu mudah diserang oleh manusia atau pencemaran,
sehingga sebagian besar dari populasi spesies yang ada di suatu daerah yang kecil,
dapat punah dengan mudah. Contohnya, sarang-sarang burung albatross Laysan di
Pulau Midway, dimana terdapat instalasi lapangan terbang angkatan laut. Banyak
burung albatross yang mati karena bertabrakan dengan kapal terbang. Hampir
semua burung laut mempeunyai musim tertentu untuk beekembang baik dan dapat
bermigrasi sampai beribu-ribu mil jauhnya dari daerah tempat mencari makan ke
daerah untuk berkembang biak.
Semua penyu laut membenamkan telurnya ke dalam pasir pantai di atas
tingkat air pasang tertinggi pada berbagai tempat di daerah tropik. Hanya pada
waktu ini saja hewan-hewan ini biasanya kembali kedarat. Begitu selesai menetas,
penyu-penyu muda secara naluri akan berjalan kea rah laut, dimana perkembangan
selanjutnya ini kita tidak mengetahui secara mendalam. Sepeti pada burung, penyu
penyu cenderung bermigrasi ribuan mil jauhnya dan berkumpul dipantai tertentu
untuk bertelur. Penyu betina merangkak ke luar hanya berkumpul pada pantai
tertentu untuk meletakkan telurnya, dank arena baik telur maupun penyu dewasa
merupakan makanan yang enak bagi manusia, penyu-penyu laut itu berkurang
secara derastis dalam jumlah yang banyak pada tahun-tahun terakhir ini di semua
daerah di dunia. Beberapa ular laut bertelur dalam air; sedangkan yang lainnya
meletakkan telur di pantai-pantai.
Dalam hal reproduksi, terdapat dua kelompok mamalia bahari: yang
melahirkan di darat dan yang melahirkan di air. Kita banyak mengetahui tentang
reproduksi mamalia yang berkembang baik di darat karena mudah diamati oleh
manusia pada waktu itu. Pengetahuan tentang pola reproduksi mamalia yang
berkembang baik di air sangat terbatas pada pengamatan terhadap hewan yang
ditangkap dan dipelihara di akuarium.
Anjing laut, singa laut, dan walrus berkembang biak di darat atau di atas es
yang terapung. Anak-anaknya biasanya tidak dapat berenang dan memerlukan
waktu sebelum mereka mampu menjelajahi perairan. Selama periode di darat, bayi-
bayi ini tumbuh dengan cepat dan memperoleh tenaga serta lapisan pelindung dari
lemak dan bulu-bulu halus yang diperlukan supaya dapat tetap hidup di perairan
dingin yang terbuka. Banyaknya singa laut dan anjing laut, seperti singa laut Steller
dan anjing laut gajah yang poligami dan mempunyai wilayah untuk tempat
berkembang biak. Jantan yang paling besar dan paling agresif (harem bull)
cenderung berkumpul bersama dengan sejumlah besar betina dalam haremnya,
yang menempati suatu daerah kecil di pantai di mana mereka berlindung dari jantan
bull lainnya.
Jika ada jantan lain yang mencoba untuk mencuri betinanya, merampas
harem, atau menguasai wilayah yang ditempatibull dan haremnya, maka jantan
besar (harem master) yang mendiami dan menguasai tempat tersebut akan
memerangi pendatang baru tersebut. Peperangan ini sangat rebut dan banayak
gertakan Peperangan yang serius ini terjadi sampai salah satu jantan mendapat luka
yang seriusatau terbunuh.Pada anjing laut dan singa laut dimana terjadi kebiasaan
menguasai wilayah, biasanya jantan-jantannya lebih besar dari pada betinanya.
Tingkah laku penguasaan wilayah dan keagresifan di daerah pembiakan
tidak dilanjutkan bila telah berada di luar daerahitu. Hal ini menunjukkan bahwa
bila makanan dan ruang pelagic tidak terbatas, ruang pembiakan terbatas karena
ruang itu merupakan ruang yang sangat kecil. Metode pembiakan ini juga dapat
berarti bahwa beberapa jantan secara relative merupakan harem master, dan
melakukan pembiakan, sedangkan yang lainnya dilarang. Seperti pada burung-
burung laut, semua pinipeda ini bermigrasi ke tempat yang amat jauh ke daerah
pembiakannya; misalnya anjing laut berbulu pels dari utara (Callorhinus urisinus)
merupakan pelagic di seluruh Lautan Pasifik utara, tetapi banyak yang bermigrasi
kembali setiap musim panas ke dua pulau kecil di Pribilofs di Laut Bering untuk
berkembang biak.
Beberbeda dengan pinipeda, setasea melahirkan di dalam air. Paus muda
harus dapat berenang pada saat dilahirkan dan secara naluri tahu cara untuk
mengambil udara si permukaan. Mereka juga berbeda dekat dan bergabung dengan
induknya. Sedangkan pada singa laut, singa laut muda ditinggalkan di daerah
pemijahan selama beberapa hari sementara betinanya mengumpulkan makanan di
laut terbuka. Paus juvenile selalu berada dekat induknya,untuk berlindung dari
predator yang potensial.Seperti paus pinipeda,setasea tertentu dapat juga bermigrasi
untuk tujuan pembiakan.sering kali migrasi ini beribu-ribu mil jauhnya dari daerah
makanan diperairan dingin kedaerah-daerah gua diperairan yang lebih hangat.
Alasan perpindahan ke perairan yang hangat untuk melahirkan paus muda ialah
bahwa paus muda yang baru lahir tidak mempunyai lapisan lemak sebagai isolasi
seperti pada yang dewasa dan akan mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik di
peraaairan hangat sampai suatu ketika telah mempunyai lapisan isolasi tersebut.
Pinipeda muda dan paus muda tumbuh dengan cepat,bertambah beberapa
kilogram setiap hari.misalnya,paus biru,dapat tumbuh dari 3 ton ketika dilahirkan
sampai 23 toon pada saat disapih,7 bulan kemudian.hal yang dapat menybabkan
pesatnyapertumbuhan adalah susu pinipeda dan satesea yang kaya akan lemak
(10xlebih banyak dari pada lemak sapi) dan diproduksi dalam jumlah besar.
Anak pinipeda diasuh selama mereka berada ditempat pemijahan.Pada
akhir musim, pada beberapa spesies,mereka biasanya ditinggalkan oleh induknya
danharus dapat memelihara diri sendiri dilaut terbuka. Setahun sebelum disapih.
Pengasuhan berlangsung selama 15 bulan untuk koteklema dan 18 bulan untuk paus
pandu.
Karena banyak energi yang harus dikluarkan untuk memproduksi susu
oleh mamalia laut ini, maka untuk melestarikan satu keturunan, biasanya hanya
diproduksi satu anak dalam satu wilayah. Siklus reproduktifnya juga sedemikian
rupa hingga setiap tahun hanya diproduksi satu anak (kebanyakan pada pinipeda)
atau pada interval waktu yang lebih panjang (walrus, dan beberapa paus). Hal ini
berarti bahwa cadangan hewan ini dapat dengan mudah berkurang dan memerlukan
waktu yang lama untuk mengumbalikan jumlahnya.
Hampir semua mamalia berumur panjang. Anjing laut abu-abu hidup
selama 46 tahun dan anjing laut 36 tahun, sedangkan paus-paus kecik seperti
lumba-lumba berhidung potong selama 32 tahun dan paus yang besar seperti
koteklema dan paus sirip sampai 77 dan 80 tahun.Dihubungkan dengan panjangnya
jangka waktu hidup ialah lambatnya dewasa seksual dan reproduksi. Anjing laut
berbulu pels jantan, misalnya belum menjadi barem master sampai 9 atau 10 tahun
dan koteklema tidak berkembang baiok sampai berumur 20 tahun.

2.2.8 Migrasi
Seperti yang telah dituliskan pada bagian sebelumnya, banyak mamalia
laut, burung, dan reptil melakukan migrasi yanh jauh untuk berkembang baik.
Migrasi untuk keperluan perkembangbiakan ini meripakan cirri-ciri umum dari
vertebrata laut yang bernafas di udara. Ikan-ikan nektonik juga melakukan migrasi
horizontal yang luas yang jaraknya sama dengan yang dilakukan oleh hewan
bernafas di udara itu. Migrasi ini sangat penting, tetapi baru sedikit yang berhasil
dianalisis. Ikan-ikan holonektonik yang bermigrasi mencakup berbagai jenis tuna
dan sauri.
Salem, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebar di laut
terbuka, bermigrasi kembali ke aliran air tawar di mana mereka memijah dan
bereproduksi. Dalam hal ini, mereka sama dengan vertebrata laut yang bernafas di
udara. Salem mempunyaikemampuan untuk kembalimemijah di sungai yang sama
di mana mereka ditetaskan.Hal ini membutuhkan kemampuan melacak yang
menjadi bagian dari ikan. Dari penelitian yang dilakukan baru-baru ini,
kelihatannya kunci kemampuan melacak ini terletak pada daya penciuman ikan;
jadi ikanikan ini mengikuti berbagai bau-bauan dalam air untuk mencari aliran
rumah mereka. Mekanismenya adalah bahwa ketika salem muda bermigrasi turun
dari sungai untuk memasuki laut,mereka mengingat bau-bauan berbagai aliran yang
dilaluinya. Urutan ingatan inilah yang menyebabkan mereka dapat menemukan
kembali aliran yang sama
Migrasi lain yang juga menarik adalah yang dilakukan penyu hijau. Seperti
pada salem, hewan-hewan ini bermigrasi dari tempat mencari makan yang jauh
untuk berkumpul di satu atau beberapa pantai dan bertelur disitu. Bagaimana
mereka menemukan pantai ini? Jika pantai itu berada di sepanjang pesisir benua,
hal itu tidak sulit untuk dimengerti. Caranya, yaitu seekor penyu dengan mudah
dapat menyusuri garis pantai sampai di pantai yang mempunyai bau yang tepat.
Akan tetapi, banyak penyu disepanjang pesisir Atlantik Amerika Selatan secara
berkala bersarang di pulau kecil yaitu Pulau Ascension, kira-kira 1400 mil dari
pertengahan laut Atlantik. Bagaimana mereka dapat menemukan satu sasaran yang
kecil itu? Karena penyu itu harus berenang sedemikian jauhnya untuk menemukan
satu titik di pulau tersebut yang tidak terlihat dan tidak mempunyai tanda atau
petunjuk didalam laut, maka dugaan yang paling mendekati adalah bahwa mereka
berenang seperti yang dilakukan oleh manusia, yaitu dengan menggunakan
informasi dari benda-benda angkasa! Jika hal ini benar, sampai sekarang kita belum
mengetahui bagaimana caranya. Salah satu cara yang mungkin digunakan ialah
menggunakan ketinggian matahari untuk menentukan letak garis lintangnya. Pulau
ascension terletak di sebelah timur pada bagian yang menonjol di Brasil. Karena
itu, penyu dapat bergerak di sepanjang pesisir sampai di ujung tonjolan itu, lalu
bergerak tepat ke timur,menentukan penyimpangannya dengan menggunakan
ketinggian matahari di siang hari. Keadaan ini membawa mereka ke wilayah pulau,
yang terlihat di cakrawala atu dapt dikenali dengan merasakan beberapa rasa bahan
kimia di dalam air.
Migrasi yang luas dan kompleks lainnya adalah yang dilakukan oleh tuna
dan familinya.Tuna merupakan ikan tropic utama yang melakukan migrasi luas
melintasi laut di daerah tropic dan juga bergerak ke perairan yang beriklim sedang
selama musim panas. Tuna yang diberi tanda di Florida sudah melintasi laut
Atlantik di Teluk Biscay, dan tuna Pasifik yang diberi tanda di sekitar California
tertangkap di perairan Jepang. Belum begitu jelas mengapa ikan-ikan ini harus
melakukan perjalanan yang sangat jauh, tetapi mungkin beberapa migrasi dilakukan
untuk mendapatkan sumber-sumber makanan yang lebih lengkap lagi dan
mengurangi kemungkinan kerusakan atau kehabisan makanan di setiap daerah.
Beberapa migrasi dilakukanikan pereenang cepat ini untuk mengambil
keuntungan dari daerah yang kaya akan makanan di daerah beriklim sedang. Satu
dari beberapa faktor penting yang menyebabkan migrasi ini adalah suhu perairan.
Sebagai ikantropik yang utama, tuna msuk keperairan yang beriklim sedang ketika
suhu air naik menjadi 20 ℃. Di sekitar California, air dingin yang berangkat ke
atas kaya akan organisme makanan, tatapi biasanya tuna memasuki perairan ini
pada musim panas ketika suhu permukaan mencapai 20-21 ℃. Jika sepanjang
tahun dingin dan suhu di permukaan tidak naik sampai titik tadi, tuna tidak akan
datang ke situ. Akan tetapi, tuna Atlantik sirip biru decara teratur pergi ke sekiar
Newfoundland pada musim panas dengan suhu 200 ℃, jadi tidak semua tuna
terbatas pada perairan hangat. Tuna selalu kembali ke perairan tropic untuk
memijah dan untuk menghabiskan awal hidupnya.

2.2.9 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamalia Bahari


Mamalia bahari yang berdarah panas dan burung membutuhkan beberapa
adaptasi khusus agar dapat bertahan di perairan bahari. Adaptasi khusus ini
terutama berhubungan dengan pengaturan suhu, penyelaman, dan pengaturan
osmotic. Air mempunyai daya hantar panas yang yang lebih tinggi dari pada udara,
berarti bahwa air lebih cepat menyerap panas dari tubuh yang hangat. Percobaan
yang dilakukan pada manusia, seperti pada perenang, mereka menjadi kedinginan
setelah berada tidak begitu lama dalam air walaupun bersuhu 800F; di udara pada
suhu yang sama, mereka merasa biasa. Karena itu mamalia laut, yang
menyesuaikan tingkat suhu tubuh dengan air sekitarnya, harus mempunyai adaptasi
untuk melindungi panas tubuh agar tidak turun.
Satu hal yang dapat memperlambat laju kehilangan panas tubuh adalah
dengan mempunyai tubuh yang besar Seperti yang dapat dilihat pada plankton,
perbandingan antara luas permukaan dengan volume tubuh lebih rendah untuk
tubuh yang besar dari pada yang kecil. Semakin besar tubuh, semakin kecil pula
luas permukaan yang berhubungan dengan lingkungan dimana panas dapat hilang.
Semua mamalia bahari nektonic mempunyai ukuran tubuh yang besar, dan dapat
dikatakan tidak ada mamalia bahari yang kecilyang dapat mati kedinginan.
Memang terdapat burung-burung laut kecil (petrel,auket), tetapi hewan-hewan ini
tidak pernah berada sepenuhnya di air. Hanya satu bagian dari tubuhnya yang
berhubungan dengan air setiap saat (kecuali selama menyelam).
Adaptasi kedua untuk melindungi atau mengurangi kehilangan panas
adalah lapisan tebal sebagai isolasi berupa gajih atau lemak yang berada tepat
dibawah kulit. Lapisan ini paling tebal terdapat pada paus, dapat mencapai 2 kaki
tebalnya. Pada pingipeda seperti warus dan anjing laut gajah, lemak yang
merupakan lapisan kulit ini dapat mencapai 33% dari berat tubuh. Lapisan lemak
merupakan konduktor panas yang lemah dan melindungi hewan dari kehilangan
panas dalam tubuh. Semakin tebal lapisan lemak, semakin kecil panas yang hilang.
Mamalia bahari yang hidup di perairan kutub mempunyai lapisan yang tebal dari
pada spesies yang hidup di daerah beriklim sedang dan tropis.
Adaptasi yang berakhir adalah system sirkulasi. Bagian tubuh mamalia
bahari yang mempunyai luas permukaan yang bersentuhan dengan air terbesar dan
juga kurang akan lapisan lipida pelindung, adalah siripdan flipper . adaptasi apa
yang dapat melindunginya dari kehilangan panas pasif ekstremitas ini? Pada
setasea, jawabannya adalah bahwa arteri yang membawa darah panas kedaerah
ekstremitas ini dikelilingi oleh sejumlah fena kecil yang membawa darah kembali
ke jantung mamalia. Dengan susunan ini, panas darah di arteri dapat diserap oleh
darah yang lebih dingin yang kembali melalui fena sebelum hilang ke air eksternal
melalui jarinagn tipis di bagian luar ekstrenitas ini. Ini merupakan system sirkulasi
arus balik yang dibuat untuk menyelamatkan panas
Karena hampir semua adaptasi dibuat untuk mempertahankan panas tubuh,
mamalia bahari (khususnya pinipeda), dalam keadaan tertentu dapat menjadi terlalu
panas. Panas, dalam beberapa hari akan menyebabkan stress. Untuk mengurangi
panas diatasi dengan menggerakkan flipper-nya di udara sehingga meningkatkan
aliran darah keluar ekstremitas dan menahan aliran balik menuju ke jantung ysng
melalui vena. Hasilnya adalah hilangnya sejumlah besar panas dan menyusul terjadi
pendinginan. Anjing laut dan singa laut juga membuka mulutnya dan terengah-
engah seperti anjing.
Hampir semua mamalia nektonik lautan, khususnya pinipeda dan paus,
secara teratur menyelam, sampai kedalaman yang lebih besar daripada yang bisa
dilakukan manusia. Pada mamalia bahari tidak perlu menghirup gas bertekanan
seperti pada tangki scuba tetapi cukup bergantung kepada yang diisap dipermukaan
pada tekanan atmosfer biasa, sehingga dapat terhindar dari bends.
Adaptasi tambahan ialah melambatnya detak jantung selama menyelam
(bradikardia). Penurunan detak jantung sungguh dramatis. Misalnya, di pasifik pada
lumba-lumba berhidung botol, Tursiops truncates, detak jantungnya menurun dari
90 setak/menit di permukaan menjadi 20 detak/menit selama menyelam lima menit.
Adaptasi lain yang lebih penting yaitu pertama, selama penyelaman system
sirkulasi menghentikan suplai darah ke bagian organ dan system organ, termasuk
otot, system pencernaan dan ginjal. Penghentian ini mempunyai efek penghematan
suplai oksigen yang terbatas di dalam darah untuk digunakan oleh jaringan yang
lebih sensitive dan vital seperti otak dan system saraf pusat. Adaptasi kedua
berhubungan dengan yang pertama, yaitu bahwa sisttem otot dan organ lainnya
sangat tolean pada kondisi anaerobic dan tetap berfungsi saat aliran darah
dihentikan. Hasilnya ialah terbentuknya sejumlah besar asam laktat di dalam otot
selama menyelam.
Mamalia dan burung-burung lautan umumnya mempunyai konsentrasi
garam internal dalam darah dan cairan tubuh yang lebih rendah daripada
konsentrasi air laut yang mengelilinginya. Hal ini berarti bahwa mereka
menghadapi masalah potensial osmoregulasi di mana air cenderung keluar dari
tubung untuk menyamakan konsentrasi garam di dalam dan di luar tubuh hewan.
Mamalia dan burung lautan harus mengatasi kehilangan air ini baik dengan
meminum air lau atau mendapatkan dari makananya. Jika mereka meminum air laut
maka akan mendapat garam yang tidak diinginkan dan harus dihindari dengan
beberapa cara. Organ satu-satunya untuk menghilangkan garam adalah ginjal.
2.3 Ekologi Nekton
Organisme nekton dilaut menduduki posisi dalam rantai makanan yang cukup
penting, dengan jumlah individu dan komposisi jenis yang sangat banyak
menyebabkan nekton berperanan penting dalam ekonomi dan ekologi samudra.
Sebagai jembatan penghubung antara kelompok herbivora dan kelompok tropik
selanjutnya, nekton berada pada posisi yang strategis dalam rantai makanan.
Sifat khas rantai makanan mempunyai pengaruh yang penting dalam
menentukan jumlah produksi ikan di beberapa wilayah. Sebagai contoh secara
ekonomis produksi ikan dibeberapa wilayah dimana terjadi proses upwelling
menunjukkan hasil yang melimpah jika dibandingkan dengan bagian lautan yang
lain. Hal ini disebabkan karena hasil produksi primer yang tinggi oleh banyaknya
fitoplankton, didaerah upwelling ini terjadi perpindahan bahan yang cepat dari satu
level tropik ke level tropik berikutnya.
Pada wilayah dimana terjadi upwelling, komposisi kelompok tropik dalam
rantai makanan umumnya sedikit sehingga jarak antara fitoplankton dengan ikan
hanya dua atau tiga tropik level, sehingga makin pendek rantai makanan akan
menghasilkan produksi ikan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka
dapat menghindari kehilangan bahan-bahan organik yang seharusnya dapat
digunakan untuk kelompok tropik yang ada, akibatnya makin besar jumlah bahan
yang dihasilkan dari produksi fitoplankton menjadi terikat dalam tubuh kelompok
tropik selanjutnya yakni ikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk
bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau
gerakan air yang disebabkan oleh angin. Nekton dapat bergerak di dalam air
menurut kemauannya sendiri. Kebanyakan merupakan hewan-hewan
invertebrata, nekton terutama merupakan hewan vertebrata. Di antaranya, ikan
merupakan jumlah terbanyak, baik dalam spesies maupun individu. Tetapi wakil
dari tiap kelas vertebrata, kecuali amfibi.
Adaptasi nekton meliputi daya apung, daya penggerak, hambatan
permukaan dan bentuk tubuh, serta pertahanan diri dan penyamaran. Kebanyakan
informasi yang berhubungan dengan indria diterima oleh nekton melalui
penglihatan atau pendengaran. Peranan suara penting bagi mamalia nekton
karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara dan
mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada penglihatan.
Akibatnya, banyak hewan nektonik yang mempunyai struktur penerima suara
yang berkembang baik.
Organisme nekton dilaut menduduki posisi dalam rantai makanan yang
cukup penting, dengan jumlah individu dan komposisi jenis yang sangat banyak
menyebabkan nekton berperanan penting dalam ekonomi dan ekologi samudra.
Sebagai jembatan penghubung antara kelompok herbivora dan kelompok tropik
selanjutnya, nekton berada pada posisi yang strategis dalam rantai makanan.

3.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan kepada pembaca yaitu jangan berhenti
membaca hanya pada makalah ini carilah literatur lain agar dapat menambah
wawasan/ pengetahuan yang lebih tentang Nekton Bahari, karena makalah ini
jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Magdalena, L, Amiruddin, St. Fauziah., dan Budi, R. 2014. Bahan Ajar


Oseanologi Pendahuluan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Diterjemahkan oleh : Eiman, M,
Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Dukarjo, dari Marine
Biology. PT Gramedia. Jakarta.
Romimohtarto,Kasijan dan Sri Juwana. 2007. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan
Soepriyo, D. 2011. Pengertian Nekton.http://www.scribd.com.Diakses pada
hari Sabtu, 07 Desember 2019
http://www.wikipedia.org. Nekton. Diakses pada hari Sabtu tanggal 07
Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai