Invertebrata laut
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
JURUSAN BIOLOGI
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayan-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Invertebrata
laut” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Biologi
laut dengan dosen pengampu Pak SYARIF HIDAYAT AMRULLAH S.Pd., M.Sc. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Invertebrata laut bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan berbagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, suatu kritikan dan saran yang dapat membangun, akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok I
iii
DAFTAR ISI
A. KARAKTER UMUM
a. Definisi Invertebrata laut
Hewan Invertebrata merupakan jenis hewan yang memiliki spesies paling
banyak terdapat di muka bumi. Dengan jumlah kira-kira mencapai 1 juta spesies atau
95% dari jenis hewan yang merupakan kelompok invertebrata, tentunya membutuhkan
pengklasifikasian jenis hewan tersebut untuk memudahkan mempelajarinya. Hewan-
hewan laut yang termasuk kelompok invertebrataInvertebrata beradaptasi dengan
sangat bervariasi, sehingga menghasilkan keanekaragaman bentuk yang luar biasa, dari
spesies yang hanya terdiri dari sel-sel lapisan ganda yang pipih hingga spesiesspesies
lain dengan kelenjar pemintal sutra, duri-duri yang berputar, lusinan kaki yang berbuku,
atau tantakel yang ditutupi dengan mangkok penghisap. Ada beberapa filum yang
terdapat pada keanekaragaman invertebrata. , antara lain Porifera (hewan berpori),
Coelenterata (hewan berongga), Mollusca (hewan bertubuh lunak), dan Echinodermata
(hewan berkulit duri).
1. Filum Porifera
a. Ciri-ciri
Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus yang artinya lubang kecil dan ferre
yang berarti membawa. Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori,
dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di
air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga
sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Porifera memiliki beberapa karakteristik.
Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh
Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna
dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak
pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh
permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum,
disebut koanosit. Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara
intrasel. Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembang biak secara kawin dan
tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya
berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas
(Soetoto,2015).
1
2
b. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk struktur kanal, anatomi percabangan dari pori-porinya, bentuk
spikula yang khas maka Filum Porifera tidak mudah untuk dikelompok-kelompokkan
dan diklasifikasikan. Klasifikasi yang pernah ada dan masih akan berkembang tentu saja
menarik bagi ilmuwan, utamanya taksonomis hewan. Setidaknya ada 4 kelas yang
dicakup oleh Filum Porifera yaitu: 1. Kelas Calcarea, 2. Kelas Hexactinellida, 3. Kelas
Demospongiae, dan 4. Kelas Sclerospongiae, menurut (Pechenik 2005) kelas ini termasuk
ke dalam kelas Demospongiae. Sehingga, terdapat tiga kelas didalam filum Porifera: 1.
Kelas Calcarea, 2. Kelas Hexactinellida, dan 3. Kelas Demospongiae (Pratomo, 2008).
1. Kelas Calcarea atau Calsispongiae
Calcarea dalam latin, calcare yang artinya kapur atau Calcispongiae dalam latin,
calciyang artinya kapur, spongia yang berarti spons. Anggota kelas ini biasa hidup di
daerah pantai yeng dangkal, bentuk tubuhnya sederhana. Kerangka tubuh kelas Calcarea
berupa spikula seperti duri-duri kecil dari Kalsium Karbonat. Tubuhnya kebanyakan
berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi
tubuh kurang dari 10 cm. Semua anggotanya memiliki kerangka tubuh yang terbuat dari
bahan CaCO; denag koanosit yang besar. Contohnya, Leucosolnia, Clatharina, Grantio,
Sycon, dan Scypha (Bergquist, 1998).
Dikenal sebagian spons bersifat “Calcareus” yang khas karena selalu mempunyai
spikula yang tersusun atas kalsium karbonat. Hidup di laut. Spikula umumnya Sikonoid
dan Leukonoid. Tubuh spons kelas Calcarea bervariasi warnanya yaitu: kuning cerah,
merah dan ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus Leucosolenia (kanal tipe askonoid),
Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid) (Pratomo, 2008).
2. Kelas Demospongiae
Demospogiae dalam bahasa yunani, demo yaitu tebal, spongia yang berarti spons,
memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena
mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk
melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan
bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Umumnya
hidup di laut, meskipun sebagian kecil ada yang hidup di air tawar. Demospongiae
adalah satu satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar,
Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis
3
porifera. Kerangka tubuhnya tersusun dari zat kersik, spongin, atau campuran
keduanya. Sistem saluran airnya berupa tipe leukon. Contohnya, Euspongia, Spongilla,
Cliona, dan Microciona. Porifera memiliki sistem saluran air, mulai dari pori tubuh dan
berakhir pada lubang keluar yang disebut oskulum. Saluran air tersebut berfungsi
sebagai alat untuk melewatkan bahan makanan dari luar ke dalam tubuh dan zat-zat sisa
hetabolisme ke luar tubuh (Bergquist, 1998).
Spons yang termasuk kelas Demospongiae mempunyai penyebaran tempat hidup
yang luas dari perairan tawar sampai dengan perairan laut. Kelas Demospongiae
mencakup 95 persen dari semua hewan-hewan spons. Struktur kanal kelas
Demospongiae seluruhnya bertipe Leukonoid. Warna tubuh kelas ini kebanyakan
berwarna cerah, perbedaan warna dipunyai oleh perbedaan spesies yang disebabkan
oleh warna pigmen atau granula pigmen yang terletak di amebosit. Struktur rangka dari
kelas Demospongiae beraneka ragam. Struktur tersebut disusun oleh spikula “Silicceus”
atau serat-serat spongin atau gabungan dua struktur tersebut. Spikula dari kelas ini
relatif besar dengan struktur monokson atau tetrakson (cabang runcing satu atau cabang
runcing empat). Contoh dari kelas Demospongiae antara lain: Haliclona permollis dan
Microciona prolifera, Struktur anatomi Haliclona permollis dengan bentuk tubular (atas);
dan struktur anatomi Microciona prolifera dengan bentuk banyak percabangan ke atas
seperti pohon (bawah). Perhatikanlah anatomi kanalnya. Contoh kelas Demospongiae
yang hidup di air tawar adalah dari famili Spongillidae (Pratomo, 2008).
3. Kelas Hexatinellida atau Hyalospongiae
Hexactinellida dalam bahasa yunani, hexa yang berarti enam atau Hyalospongiae
dalam bahasa yunani, hyalo yang artinya kaca atau transparan, spongia yang artinya
spons memiliki spikula yang tersusun dari silika. Hidup soliter di laut pada kedalaman
200-1000 m, sistem saluran air tipe askon. Kerangka tubuhnya tersusun dari zat kersik
(H₂SIO3) dan spikulanya berduri enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan
berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10 -
30 cm. Bentuk tubuh umumnya berbentuk silinder atau corong Contohnya, Euplectello,
Pheronema, dan Hyalonema (Bergquist, 1998).
Perwakilan dari kelas Hexatinellida biasa disebut spons gelas. Nama Hexatinellida
berhubungan dengan bentuk spikulanya yang Heksason (bercabang enam). Spons klas
ini hidup menyendiri dengan bentuk mangkuk, vas bunga, dan seperti piala. Kanal pada
klas ini bertipe sikonoid. Sebagian besar berwarna pucat. Spons dari Hexatinellida
4
terutama hidup di perairan dalam sekitar 450 – 900 m di bawah permukaan laut.
Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh anggota kelas Hexatinellida adalah
keranjang bunga “venus” Euplectella, ia bersimbiosa komensalisme dengan jenis udang
Spongicola (Pratomo, 2008).
4. Kelas Sclerospongiae
Kelas Sclerospongiae hanya terdiri dari sedikit jenis spons yang biasa hidup di lorong-
lorong gua, berkaitan dengan kehidupan batuan karang di beberapa tempat dunia.
Spons kelas ini berkanal tipe Leukonoid dan mempunyai rangka dalam yang terstruktur
atas spikula “silicceus”, serat-serat spongin, dan kristal kalsium karbonat (Pratomo,
2008). Bentuk sistem aliran airnya yaitu askon (asconoid), sikon (syconoid), dan leukon
(leuconoid). Hampir semua spesies berbentuk leukon. Selain ketiga bentuk tadi, Porifera
juga dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan komposisi kimiawi
tubuhnya dan morfologi dari elemen penunjang tubuh seperti spikula. Anggota dari
kelas Calcarea berspikula kapur dan berbentuk askon, sementara kelas yang terbesar
(berisi lebih dari 4.000 spesies). Demospongiae berspikula spongin atau silika tapi bukan
kapur dan umumnya berbentuk leukon. Semua anggota spons air tawar digolongkan ke
dalam kelas Demospongiae. Kelas Sclerospongiae hanya berisi beberapa spesies
berbentuk leukon dan materi rangkanya adalah kapur, silika, dan spongin. Beberapa
pakar menganggap semua spesies Sclerospongiae sebenarnya dapat dimasukkan ke
dalam kelas Calcarea dan Demospongiae dari pada memunculkan kelas Sclerospongiae.
Hexactinellida adalah kelompok spons yang spikulanya bercabang enam dan berbahan
silisium, dikenal sebagai spons gelas (glass sponges). Sistem kanalnya dapat berbentuk
sikon ataupun leukon. Hampir semua spons menyukai air dangkal, tetapi spons gelas
umumnya hidup di laut dalam (Pratomo, 2008).
c. Peran
Adapun peranan porifera sebagai spons mandi, sebagai kerangka porifera hiasan,
sebagai Zat kimia yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan obat penyakit kanker
sebagai sumber obat untuk mengobati berbagai penyakit, sebagai daya tarik untuk
membentuk suatu terumbu karang yang indah sehingga memiliki data tarik tersendiri
bagi para wisatawan, selain itu terumbu karang yang dihasilkan merupakan lingkungan
yang baik bagi ikan-ikan sehingga dihuni oleh berbagai jenis ikan-ikan kecil (Mukayat,
2010).
5
d. Adaptasi
Berikut tipe habitat dari Porifera secara spesifik yaitu: Perairan laut dalam dan
dangkal, Air tawar, Wilayah yang belum tercemar, Substrat kasar dan halus, dan Lebih
menyukai daerah yang tidak berarus kuat.contoh Kelas DemospongiaeMerupakan spons
yang paling dominan dari filum Porifera, semua anggota kelas ini adalah leuconoid, dan
semuanya hidup di laut kecuali satu famili yaitu Spongillidae yang hidup di air tawar.
Spons kelas ini mempunyai bentuk dan warna yang bervariasi ada yang berbentuk
seperti kerak (encrusting), ada yang tinggi dan menjari, ada yang rendah dan menyebar,
ada yang mengebor masuk ke cangkang, ada yang seperti kipas, jambangan atau bola
(Hickman, Roberts dan Larson, 1996). Bentuk yang bervariasi dari spons Demospongiae
merupakan refleksi dari adaptasi terhadap ruang yang terbatas, kecenderungan
terhadap substrat dan kecepatan arus. Spons ini umumnya bertipe leuconoid dan
spikulanya terdiri dari silikat (Barnes, 1987)
2. Filum Coelenterata
a. Ciri-ciri
Nama Cnidaria diambil dari nama sel yaitu Cnidocytes yang mengandung sel-sel
penyengat yaitu nematocyts. Adanya sel penyengat (nematocyts merupakan ciri khas
dari phylum ini. Terdiri atas sekitas 9000 spesies Nama lain dari phylum ini adalah
Coelenterata, tetapi jarang digunakan. Cnidaria ditemukan kebanyakan di laut yang
dangkal khususnya pada suhu hangat dan daerah tropis., tidak ditemukan di darat.
Koloni hidroid selalu ditemukan menempel pada cangkang molluska, batu-batuan dan
hewan lain di daerah dangkal tetapi ada beberapa spesies yang dapat ditemukan di
daerah yang dalam. Medusa yang berenang bebas dapat ditemukan di laut terbuka dan
di danau. Cnidaria kadang-kadang hidup bersimbiose dengan hewan lain, biasanya
hidup menempel pada permukaan tubuh hewan lain. Karakteristik Phylum Cnidaria :
Seluruhnya aquatik, kebanyakan hidup di laut, hanya sedikit di air tawar, Simetri radial
atau simetri bilateral mengelilingi axis longitudinal dengan ujung oral dan aboral, tidak
punya kepala yang jelas, Mempunyai 2 tipe individu yaitu polip dan medusa,
Eksoskeleton atau endoskeleton dari kitin, kalsium atau komponen protein, Tubuh
dengan dua lapisan yaitu epidermis dan gastrodermis dengan lapisan mesoglea (bersifat
diploblastik). Ada juga dengan lapisan mesoglea yang mengandung sel dan jaringan
penghubung (ektomesoderm) pada beberapa anggota (bersifat triploblastik), Rongga
gastrovaskuler (sering bercabang/terbagi oleh septa) dengan satu lubang yang
6
berfungsi sebagai mulut dan anus, tentakel selalu mengelilingi mulut/bagian oral,
Mempunyai sel penyengat (nematocyts) dalam epidermis atau gastrodermis atau
keduanya, nematocyts banyak terdapat pada tentakel biasanya membentuk lingkaran,
Jaring saraf dengan sinap simetri dan asimetri, dengan beberapa organ sensori, Sistem
otot (epitheliomuscular type), Reproduksi aseksual dengan tunas (pada polip) atau
seksual (pada polip dan medusa), monocious (kelamin jantan dan betiana dalam satu
individu) atau diocious (kelamin terpisah), larvanya planula, Tidak punya sistem
ekskresi dan respirasi, Tidak punya coelom.
b. Klasifikasi
Phylum Cnidaria terdiri atas 4 kelas yaitu :
1. Kelas Hydrozoa
Soliter atau koloni Ditemukan di laut dan air tawar Bentuk polip dan medusa
(kadang medusa tidak ada) Reproduksi polip secara aseksual dan medusa (jika ada)
secara seksual Polip tanpa mesenteri dan medusa dengan velum.
2. Kelas Scyphozoa
Soliter, Tahap polip mereduksi/tidak ada, Medusa tanpa velum, Mesoglea
kebanyakan tebal, tepi payung dengan 8 organ perasa, Diameter 2-40 cm, Kebanyakan di
laut terbuka dan beberapa ditemukan pada kedalaman 3000 m.
7
3. Kelas Cubozoa
Soliter Medusa merupakan phase dominan, polip mereduksi, Panampang
transversal menunjukkan medusanya berbentuk segi empat dengan tentakel ditemukan
pada masing-masing sudutnya, Dasar tiap tentakel berdiferensiasi menjadi pipih disebut
pedalium.
4. Kelas Anthozoa
Sering disebut flower animals, Semuanya bentuk polip, tidak ada medusa, Hidup
di laut dalam atau dangkal, trophis sampai kutub, Soliter atau koloni, Kebanyakan punya
skeleton
c. Peran
Contoh peranaan pada tiap kelas, Peran Aurelia aurita tidak hanya digunakan
sebagai sumber makanan, tetapi ubur-ubur bisa dijadikan sebagai pupuk organic. Serat
ubur-ubur yang telah kering bisa digunakan sebagai pupuk oeganik karena kandungan
gizinya yang tinggi. Aurelia aurita juga berperan penting dalam penyelamat dari
mikropllastik, dimana zat berbahaya dari mikroplastik yang biasanya terdapat dalam
sabun mandi, terdapat spesies ubur-ubur yang mampu mengikat zat tersebut, sehingga
dapat menjadi biofilter untuk menyelamatkan. Ubur-ubur dipercaya dapat mencegah
penyakit asma, baik ibu hamil dan untuk orang diet karena mengnadung protein tinggi
dan rendah kolesterol.
Pemanfaatan Stichodactyla sp saat ini masih terbatas untuk dijadikan sebagai
makanan laut. Stichodactyla sp ini memiliki sel-sel penyengat (nematokis) yang
mengandung peptida, protein, fosfolipid, fosfolipase, glikoprotein, sterol, bioaktif amin
dan karbohidrat, yang berpotensi dalam bidang biomedis dan pengembangan obat-
obatan (Hardyanti 2011).
Adapun peranan dari Chalina oculata adalah hewan ini membentuk suatu
terumbu karang yang indah sehingga memiliki data tarik tersendiri bagi para
wisatawan, selain itu terumbu karang yang dihasilkan merupakan lingkungan yang baik
bagi ikan-ikan sehingga dihuni oleh berbagai jenis ikan-ikan kecil (Mukayat, 2010).
d. Adapatasi
Hampir semua Coelenterata hidup di perairan, baik di air tawar maupun air laut. Dari
10.000 spesies sebagian besar hidup di laut, dan beberapa jenis yang hidup di air tawar seperti
hydra dan jellyfish
8
3. Filum Mollusca
a. Ciri-ciri
Moluska yaitu kelompok biota di perairan laut Indonesia yang mempunyai tingkat
keragaman paling tinggi. Spesies moluska banyak hidup di daerah ekosistem seperti
karang, mangrove, dan padang lamun. Moluska ialah hewan yang bertubuh lunak, nama
tersebut berasal dari Bahasa latin Molis artinya lunak dan nama tersebut digunakan
pertama kali oleh Zoologi Perancis Cuiver tahun 1798, pada saat mendeskripsikan
sotong dan cumi. Sebagian besar jenis moluska hidup di lingkungan laut, hanya sekitar
25% hidup di perairan tawar dan daratan. Pada umumnya moluska berselubung sebuah
mantel yang merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Semua jenis moluska selalu
mempunyai massa muscular, yang biasa disebut kaki yang bentuk dan fungsinya
bervariasi menurut kelasnya masing-masing.
b. Klasifikasi
Sistem pernapasan pada mollusca dilakukan dengan menggunakan insang atau
paru-paru mantel atau oleh bagian epidermis. Alat ekskresinya berupa ginjal. Sistem
sarafnya terdiri atas 3 pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral, dan
ganglio peda, dimana ketiganya ini dihubungkan dengan tali-tali saraf longitudinal
Filum mollusca dikelompkkan menjadi 5 kelas yaitu:
1. Kelas gastropoda
Gastropoda berasal dari kata Gaster artinya perut, dan podos artinya kaki. Jadi
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal
ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksikontraksi otot seperti
gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian
depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk
mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Siput (Lymnea) dan
bekicot (Achatina). adalah jenis hewan kelas Gastropoda. Jenis hewan ini ada yang hidup
di laut, air tawar dan banyak pula yang hidup di darat.
2. Kelas Chepalopoda
Kelas Chepalopoda Cephalopoda berasal dari kata cephale artrinya kepala, dan
podos artinya kaki sehingga Cephalopoda merupakan Mollusca yang berkaki di kepala.
Tubuh
Cephalopoda dilindungi oleh cangkok, kecuali Nautillus. Yang termasuk kelas
Cephalopoda adalah cumi-cumi (Loligo),sotong (Sepia) dan gurita (Octopus).
9
c. Peran
Sebagai bahan makanan (cumi-cumi, sotong, kerang) Sebagai perhiasan (kerang dan
tiram) Serbuk cangkang kerang laut berpotensi sebagai obat maag.
10
d. Adapatasi
Bivalvia mempunyai dua keping cangkang yang setangkup. Diperkirakan
terdapat sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di dasar
laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupun menempel pada batu karang. Bivalvia
melekatkan diri pada seubstrat dengan menggunakan byssus yang berupa benang-
benang yang sangat kuat. Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari
lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot. Cangkang bivalvia
merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin ketika terbuka.
4. Filum Echinodermata
a. Ciri-ciri
Echinodermata atau yang biasa disebut dengan hewan berkulit duri ini berasal
dari bahasa Yunani yaitu echin yang memiliki arti berduri, dan derma yang artinya kulit,
atau yang lebih spesiesnya disebut dengan hewan laut yang pergerakannya sangat
lamban. Echinodermata memiliki lapisan epidermis tipis yang dilapisi oleh
endoskeleton lempengan kapur yang sangat keras. Sebagian besar jenis echinodermata
juga berkulit tajam hal ini dikarenakan adanya tonjolan rangka dan duri pada kulit
hewan tersebut. Echinodermata memiliki ciri - ciri yang cukup unik yaitu yang terdapat
pada system pembuluh air, dimana system pembuluh air akan masuk menuju jejaring
kanal hidraulik yang bercabang – cabang dan kemudian menuju ke penjuluran yang
biasa disebut kaki tabung, yang memiliki fungsi dalam lokomosi, mencari makan, dan
untuk pertukaran gas. Echinodermata bereproduksi dengan cara seksual, yang
terkadang melibatkan individu jantan dan individu betina yang terpisah dengan cara
melepaskan gamet – gametnya ke air.
ekologis maupun ekonomis. Hal ini karena, echinodermata bersifat pemakan seston,
yang perannya dalam suatu ekosistem sangat penting yaitu untuk merombak sisa – sisa
bahan organik yang sudah tidak digunakan lagi oleh spesies lain tetapi masih bisa
dimanfaatkan oleh beragam jenis echinodermata lainnya.
b. Kelasifikasi
Echinodermata terbagi menjadi 5 kelas yang masing – masing dari kelas tersebut
memiliki peranan tersendiri terhadap ekologi laut, yaitu bintang laut (Asteroidea), bulu
babi atau urcin (Echinoidea), lili laut (Crinoidea), teripang (Holothuroidea), dan bintang
laut mengular (Ophiuroidea).
Mereka tidak mempunyai lengan tetapi memiliki lima deret kaki tabung yang
membantu dalam pergerakannya yang lambat, Memiliki otot-otot yang disekelilingnya
terdapat duri-duri yang panjang ,Memberikan perlindungan dan lokomasi (struktur alat
gerak) , Bagian mulut berupa struktur serupa rahang yang kompleks dan dapat
beradaptasi dengan baik untuk memakan rumput laut , Berbentuk bulat.145 Contoh dari
Bulu Babi adalah Diadema setosum.
4. Teripang (Holothuroidea)
c. Peran
Bintang Laut berperan penting dalam siklus rantai makanan. Hewan ini juga
memiliki peranan yang lainnya yaitu sebagai pelindung karang dari pertumbuhan alga
yang berlebihan dan sebagai pembersih pantai dari material organik.
d. Adapatasi
Echinodermata biasanya banyak dijumpai di seluruh perairan pantai.
Echinodermata dapat dijumpai mulai dari pantai yang pasang surut sampai perairan
yang cukup dalam sekalipun. Biasanya echinodermata berada di kedalaman antara 0,5
sampai 40 m. Echinodermata sangat menyukai perairan yang airnya jernih dan relatif
tenang. Echinodermata juga suka berada di tempat dengan berbagai zona, seperti
daerah padang lamun, zona pertumbuhan alga, zona tubir, dan lereng terumbu karang.
Habitat Echinodermata dapat kita dijumpai di dalam ekosistem laut. Terutama pada
ekosistem yang yang paling tinggi, seperti pada terumbu karang yang berada di zona
intertidal. Hal ini karena adanya pengaruh faktor fisik dan kimia pada masing-masing
daerah. Pada pantai intertidal, terdapata batu yang keras sehingga menyebabkan
mikroorganisme echinodermata akan berkembang menjadi keanekaragaman terbesar
baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan.
14
B. RISET TERKAIT
Dengan judul DNA barcoding pada INVERTEBRAATA LAUT, (JURNAL BIOLOGI
UDAYANA 25(1): 46-56) intisari. Banyaknya spesies invertebrata laut yang memiliki
kemiripan morfologi menyebabkan kesalahan identifikasi sangat mungkin terjadi.
Identifikasi spesies secara molekuler sangat diperlukan dalam mempelajari taksonomi
yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan identitas invertebrata laut. dari
Perairan Papua dengan teknik DNA barcoding menggunakan marka gen COI (Cytochrome
c oxidase I). Penelitian mengidentifikasi 29 individu invertebrata laut, yang terdiri dari
teripang (6 sampel), lobster (6 sampel), gurita (6 sampel), chiton (5 sampel), dan bulu
babi (6 sampel). Metode identifikasi molekuler terdiri dari isolasi DNA, PCR fragmen gen
COI, sekuensing, dan analisis sekuens DNA menggunakan software bioinformatika.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa teripang merupakan spesies Bohadschia
marmorata, lobser merupakan spesies Panulirus versicolor, gurita merupakan
spesies Octopus cyanea, chiton merupakan spesies Ischnochiton australis, dan bulu babi
merupakan spesies Tripneustes gratilla, berdasarkan analisis BLAST dan Boldsystem.
Dengan tingkat kemiripan sampel dan rujukan dalam kisaran
84.58 sampai 100.00%. Indeks disparitas, jarak genetik dan pohon filogenetik
mendukung hasil ini.
C. INTEGRASI KEISLAMAN
Keaneka-ragaman hayati adalah keseluruhan variasi organisme,baik bentuk,
penampilan,jumlahmaupun sifat yang dapat ditentukan pada tingkat gen,tingkat
spesies,dantingkat ekosistem,.Setiap mahkluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup
yang berbeda.Untuk lebih mudah mempelajari mahkluk hidup,maka dilakukan
pengelompokan atau klasifikasi mahkluk hidup sesuai dengan kesamaan dalam bentuk
morfologi,anatomi,danfisiologi.Hal ini berkaitan denganfirman Allahswt dalam Qs.An-
Nur:45 yang berbunyi:
َ ٰ َ ٰ َ َ َ َ ٰه َ ََ ه
ُ ن ُ َو ِّمن ههمُ ُم
ُن ُِّ ق ُكلُ ُداۤبةُ ُ ِّمنُ ُما ُۤء ُف ِّمن ههمُ ُمنُ ُيم ِّش ُي ُعلى ُ َبط ِّنهُ ُ َو ِّمن ههمُ ُمنُ ُيم ِّش ُي ُعلى ُ ِّرجلي
ُ اّلل ُخل
ُ و
َ َ َٰ َ ٰ ه َ َ َ ٰٓ َ َ َ ه ه ٰ ه
ُر
ُ لُشي ُءُق ِّدي ُ ُُاّللُ َماُيشا هُۤءُ ِّان
ُ ِّ اّللُعلىُك ُ ُق ُ يم ِّش ُيُعلىُارب ُعُيخل
ُ
15
Terjemahnya:
Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh,
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. Studi Keane karagaman Serangga di Vegetasi Savana Taman Nasional
Bromo Tangger Sameru . Skripsi Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan
Teknologi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2010.
Adun Rusyana,Zoologi Invertebrata, Bandung:Alfabeta, hlm 17-18. 2014
Campbell, Neil A., dan Jane B. Reece jakarta: Penerbit Erlangga. 2010.
Mader, Silvia. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 Biologi evolusi keanekaragaman dan
lingkungan. Penerbit Kucika1995.
Rahmadina. Taksonomi Hewan Invetebrata. Diktat. Medan : Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sumatera Utara, 2018.
Rusyana, Adam. Zoologi invertebrate .Bandung:Penerbit Alfabeta.2014
Starr, Cecie. dkk. Biologi: Kesatuan dan Jakarta: Penerbit Salemba. 2012.
17
RIWAYAT PENULIS
Nama : Zahra
Tempat, tanggal lahir : Barabba, 28 September 2002
Asal Daerah : Raja Ampat
Asal sekolah : SMA Negeri 1 Raja Ampat
Nama : Rahmadana
Tempat, tanggal lahir : Soppeng, 05 Desember 2002
Asal Daerah : Soppeng
Asal sekolah : SMA Negeri 6 Soppeng
18