MODUL PRAKTIKUM
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelas :
Kelompok :
Asisten :
Tanggal Praktikum :
termasuk hewan yang berdarah dingin. Ukuran dan bentuk Mollusca sangat bervariasi. Misalnya
siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang
dengan bentuk torpedo besayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa
organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan di darat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai
parasit (Hala, 2007).
Mollusca termasuk kedalam hewan yang bersifat lunak, baik dengan cangkang ataupun
tanpa cangkang, seperti dari berbagai spesies kerang-kerangan, siput, kiton, cumi-cumi dan
sebagainya. Ciri khas yang membedakan tubuh Mollusca dengan hewan lainnya yaitu adanya
mantel yang merupakan sarung pembungkus bagian-bagian tubuhnya yang lunak yang biasa
disebut dengan cangkang. Cangkang pada Mollusca terdiri atas zat kapur (CaCO3) dan kelenjar
lendir yang berguna untuk melindungi diri dan sebagai rangka luar yang disebut dengan rumah
(Idris et al., 2018).
Tubuh yang dimiliki oleh Mollusca terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, mantel, dan kaki
otot. Mollusca memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam dari tertutup dua keping cangkang,
bentuk hampir bulat tanpa kepala dan silindris seperti cacing sampai tidak memiliki kaki (Pertiwi,
2022). Dalam klasifikasi umum Mollusca dibagi kedalam tujuh kelas yaitu Polyplacophora atau
Amphineura (Chiton), Gastropoda (Keong), Scaphopoda (Cangkang tanduk), Cephalopoda
(Cumi-cumi atau gurita), Pelecypoda (Kerang), Aplacophora (oleh sementara ahli Zoologi
dipisahkan menjadi ordo dibawah kelas Amphineura) dan Monoplacophora (Hewan yang
bercangkang kecil) (Jatmiko et al, 2020). Dari ketujuh kelas tersebut terdapat tiga kelas yang
mempunyai arti ekonomi dan memiliki peranan penting dalam fungsi ekologis pada ekosistem
mangrove yaitu Gastropoda (jenis keong), Bivalvia/Pelecypoda (jenis kerang), dan Cephalopoda
(jenis cumi-cumi dan gurita) (Pertiwi, 2022).
5.2.2. Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari Bahasa Yunani yang artinya “Kaki Kepala” yang merujuk kepada
penempatan kaki atau tentakel di sekitar kepala hewan yang termasuk kedalam kelas ini.
Cephalopoda merupakan kelas dari Filum Mollusca yang menempati evolusi tertinggi diantara
kelompok Filum lainnya. Sebagian besar spesies Cephalopoda hidup tersebar di daerah
intertidal, samudera yang dalam dan di permukaan laut. Spesies yang termasuk kedalam kelas
ini antara lain hewan-hewan seperti gurita, cumi-cumi, Nautilus dan sotong. Kelas ini dikenal
karena kemampuannya dalam mengelabui predator dengan merubah warna dan bentuk
tubuhnya. Cephalopoda memiliki tubuh yang simetris dan lunak, dengan kepala yang menonjol
serta delapan atau sepuluh tentakel yang bergerak bebas di sekitarnya (Samudra et al., 2016).
Cephalopoda memiliki tubuh yang simetris bilateral, memiliki sebuah kaki yang
terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi dengan alat penghisap atau sucker dan sistem
saraf yang berkembang baik berpusat di bagian kepala. Kelompok kelas ini tidak mempunyai
cangkang tebal seperti kelas yang lain. Mantelnya mengelilingi sekeliling tubuh, membentuk
kerah yang agak longgar pada bagian leher. Terdapat sebuah sifon yang menyedot air lewat
insang terletak di bawah mantel dan digunakan untuk mengeluarkan semprotan air (jet
propulsion) untuk mendorong hewan bergerak cepat (Wahyuningrum et al., 2014).
5.2.3. Gastropoda
Gastropoda berasal dari Bahasa Latin yaitu Gaster yang berarti “Perut” dan Podos yang berarti
“Kaki” sehingga disebut dengan hewan yang berjalan dengan menggunakan perut. Penyebab
dari gerakan Gastropoda ini yaitu adanya kontraksi pada otot seperti gelombang, mulai dari
belakang menuju ke depan. Kaki bagian depan ketika Gastropoda bergerak akan menghasilkan
lendir yang memudahkan untuk berjalan. Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar pada
PRAKTIKUM ZOOLOGI LAUT 2024
MODUL PRAKTIKUM
Filum Mollusca dengan spesies fosil sejumlah lebih dari 15.000 dan spesies hidup yang berjumlah
60.000 (Aryoto, 2022).
Gastropoda adalah hewan dari Filum Mollusca yang bercangkang tunggal. Sebagian
besar cangkang Gastropoda terbuat dari bahan Kalsium Karbonat (CaCO 3) yang di bagian
luarnya dilapisis periostrakum dan zat tanduk (Viza, 2018). Sebagian besar cangkang dari hewan
Gastropoda berputar ke arah kanan (dekstral) dan ada juga yang berputar (sinistral). Putarannya
tersebut berasal dari apeks melalui whorl hingga ke aperture. Bagian tengah yang merupakan
sumbu putaran dinamakan Collumella (Rahmadina, 2021). Cangkang spiral yang terdapat pada
hewan Gastropoda menjadi tempat persembunyian apabila spesies tersebut dalam keadaan
terancam. Cangkang pada Gastropoda biasanya berbentuk kerucut namun pada abalon dan
limpet berbentuk pipih (Pertiwi, 2022).
b. Bahan
a) Cephalopoda
▪ Cumi – Cumi (Loligo sp.)
▪ Sotong (Sepia sp.)
▪ Nautilus sp.
b) Pelecypoda/Bivalvia/Lamellirabranchiata
▪ Pinna sp.
▪ Tridacna sp.
▪ Pinctada sp.
▪ Perna viridis
c) Gastropoda
▪ Cypraea tigris
▪ Conus sp.
▪ Lambis sp.
3. Kelas Gastropoda
a. Cypraea tigris
1. Amati secara seksama, morfologi sampel Cypraea tigris secara ventral maupun dorsal.
Dapatkah anda menentukan mana sisi anterior dan mana sisi posteriornya?
2. Amati panjang aperturanya. Dapatkah anda menentukan berapa rasio panjang apertura
berbanding panjang total cangkang?
3. Dapatkah anda menentukan bentuk dari cangkang tersebut? Apakah ovate atau silindris?
Dapatkah anda menemukan umbo- nya?
4. Amati juga permukaan dorsal pada sampel yang halus dan mengilap. Dapatkah anda jelaskan
mengapa hal tersebut bisa terjadi?
5. Gambarkan hasil pengamatan baik morfologi dari sisi dorsal maupun ventralnya, lengkapi
dengan keterangan gambar yang memperlihatkan: apertura, sisi anterior, sisi posterior, umbo
(bila nampak).
PRAKTIKUM ZOOLOGI LAUT 2024
MODUL PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Idris, A., Novita, M., & Kamal, S. 2018. Spesies Mollusca di Ekosistem Mangrove Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar sebagai Referensi Pendukung Materi Keanekaragaman
Hayati. Jurnal Biotik, Vol. 6 (2), 87-96.
Jatmiko, E., Sulaiman, E., Santoso., Hartati, M. S., & Nurwiyoto, 2020. Kaenekaragaman Moluska
yang Terdapat di Kecamatan Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Riset dan Inovasi
Pendidikan Sains, Vol. 20 (20), 45-60.
Panjaitan, A. M. 2014. Inventarisasi Mollusca yang Terdapat di Perairan Pantai Timur Kabupaten
Serdang Bedagai Pada Kondisi Air Surut. Skrpsi, Universitas Negeri Medan, Medan,
Indonesia.
Pertiwi, D. B. 2022. Modul Pembelajaran Filum Mollusca. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden
Intan, Lampung, Indonesia.
Samudra, N. R., Hartoko, A., & Sulardiono, B. 2016. Hubungan Salinitas Terhadap
Perkembangan Telur Cephalopoda yang di dapatkan Pada Perairan Pantai Bondo Kabupaten
Jepara. Diponegoro Journal of Maquares, Vol. 5 (2), 70-79.
Suwignyo, S., Widigdo, B., Krisanti, M, & Wardiatno, Y. 2005. Avertebrata Air, Jilid 1. Penebar
Swadaya, Jakarta. Diakses dari http://elib.ubb.ac.id//index/php?. [Diakses pada 3 Februari
2024].
Viza, R. Y. 2018. Eksplorasi dan Visualisasi Morfologis Jenis Moluska (Gastropoda dan Bivalvia)
di Sungai Batang Merangin. Jurnal BioColony, Vol. 1 (1), 1-6.
Wahyuningrum, M., Afiati, N., & Harwanto, D. 2014. Karakteristik Pertumbuhan Cumi Kuping
(Euprymna morsei, Verrill) yang di Daratkan di PPI Tambaklorok, Semarang. Diponegoro
Journal of Maquares, Vol. 3 (1), 116-124.