Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Avertebrata Air adalah ilmu yang mempelajari semua biota-biota yang


hidup dalam air, terutama biota atau hewan air yang tidak memiliki tulang
belakang sebagai penopang tubuhnya. Ada beberapa filum maupun kelompok
yang merupakan Avertebrata Air yaitu Porifera, Cnidaria, Annelida, Mollusca,
Rotifera, Echinodermata, Crustacea, Unimaria, Chelicerata, Sipuncula,
Coelenterata, Chaetognatha dan Hemicordata. Memahi teori avetebrata air yang
telah di sampaikan pada saat kuliah akan lebih diperdalam dan dilengkapi dengan
praktikum di laboratorium dengan melihat sempel secara langsung terhadap ciri-
ciri dari biota tersebut.
Praktikum avetebrata air terdiri dari pengenalan jenis atau identifikasi
dengan mengamati morfologi yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari biota air. Dalam praktikum Avertebrata Air terdapat
enam filum yang dipraktikumkan yaitu Filum Mollusca, Filum Crustace, Filum
Echinodermata, Filum Annelida, Filum Cnidaria dan Filum Chelicerata.
Praktikum Avetebrata Air dilaksanakan untuk membekali dan menambah
pengetahuan mahasiswa tentang Avetebrata Air dan dapat memanfatkan sumber
daya tersebut secara optimal dan itensif dengan tetap memperhatkan dampaknya
secara luas terhadap lingkungan sekitarnya serta keberadaan dari sumber-sumber
daya tersebut khususnya biota Avetebrata Air. Hasil praktikum disajikan dalam
bentuk gambar disertai keterangan sesuai dengan apa yang dilihat dari preparat
yang diperoleh.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Avertebrata Air adalah sebagai berikut :


1. Memberikan penjelasan dan meningkatkan pemahaman pada mahasiswa
tentang ruang lingkup dan manfaat mempelajari Avertebrata Air;

1
2. Mempelajari dan mengetahui struktur dan ciri-ciri morfologi (bentuk luar)
tubuh hewan air, antara lain :
a. Filum Mollusca
b. Filum Crustacea
c. Filum Echinodermata
d. Filum Annelida
e. Filum Cnidaria
f. Filum Chelicerata
3. Mengidentifikasi jenis-jenis hewan Avertebrata Air yang dipraktikumkan
ditunjang dengan buku-buku identifikasi yang dianjurkan.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Avertebrata air ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Praktikum ini bermanfaat bagi akademisi sebagai sarana untuk
memantapkan pengetahuan yang diperoleh dengan keadaan yang
sebenarnya.
2. Bagi Pemerintah
Praktikum ini diharapkan dapat menjadi salah satu langkah untuk
mengevaluasi kembali pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
bersumber dari hasil praktikum ini. Sehingga akan tercipta mutu
pendidikan yang pada akhirnya akan menciptakan lulusan yang
bermutu.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Filum Mollusca

Mollusca berasal dari Bahasa Latin yaitu mollis yang berarti lunak.
Oleh karena itu ciri utama hewan yang tergolong phylum ini tubuhnya lunak,
pada bagian anterior terdapat kepala, kaki terletak di bagian ventral, dan bagian
dorsal berisi organ-organ viseral. Anggota phylum Mollusca antara lain remis,
tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya,
Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar disamping Arthropoda.
Diperkirakan spesies Mollusca yang hidup sampai saat ini sekitar 80.000
sampai 150.000 spesies, dan 350.000 spesies telah menjadi fosil. Berdasarkan
habitatnya Mollusca memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari
dasar laut sampai garis pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air
tawar, bahkan terkadang ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang
memiliki kelembaban tinggi. Sifat hidup Mollusca bervariasi, ada yang hidup
bebas namun beberapa spesies lainnya bersifat parasite pada organisme lain.
(Kastawi, 2003, hlm. 181).
Ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah:
1. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora;
2. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus;
3. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot;
4. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara
umum digunakan untuk bergerak;
5. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau dua sepasang lipatan
yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan
melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang;
6. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel;

3
7. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya
mengandung radula berbentuk seperti proboscis;
8. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung;
9. Organ ekskresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya
berjumlah satu buah.
Berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa
sifat lainnya, Filum Molluska dibagi 8 kelas yaitu Chaetodermomorpha,
Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda,
Scaphopoda dan Cephalopoda. Pada umumnya yang terdapat dalam jumlah banyak
adalah kelas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvia) dan Cephalopoda.

2.2. Filum Crustacea

Filum Crustacea mecangkup jenis – jenis copepoda, udang dan kepiting.


Crusatacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata
Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang
keras. Crustacea mempunyai kulit (cangkang) yang keras disebabkan adanya
endapan kalsium karbonat pada kutikula. Semua atau sebagian ruas tubuh
mengandung apendik yang aslinya biramus. Bernafas dengan insang atau seluruh
permukaan tubuh. Kelenjar antena (kelenjar hijau) atau kelenjar maxilla
merupakan alat ekskresi.
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri
dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di
sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah.
Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian
ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga
berfungsi untuk menyimpan telurnya. Tubuh Crustacea bersegmen (beruas).
Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 1 pasang antenna,
1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya,1 pasang maksilla dan 1 pasang

4
maksilliped. Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan
menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap
ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di
dasar perairan.

Permukaan tubuh crustacea dilindungi kutikula yang tersusun dari zat kitin
yang ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Tubuhnya
dibedakan menjadi cefalotorak dan abdomen yang terdiri dari segmen-segmen
(kepala 5, torak 8, dan abdomen 6) masing-masing dengan satu pasang anggota
tubuh yang terdiri atas ruas-ruas. Setiap segmen tubuh dibedakan atas tergum
(bagian dorsal), sternum (bagian ventral), pleura (lateral tubuh) (Kastawi, 2009).
Cefalotorak terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Ujung anterior
karapak merupakan rostrum. Antena dan antenula merupakan struktur indera.
Kaki jalan berfungsi untuk bergerak, memegang makanan, dan membersihkan
tubuhnya. Kaki renang sebagai alat renang, respirasi, dan pembawa telur pada
hewan betina (Kastawi, 2009).

2.3. Filum Echinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma


artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri.
Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari
daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman antara 0,5 sampai
40 meter.
Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih menyukai perairan yang jernih dan
relatif tenang. Pada umumnya setiap jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti
misalnya Holothuria scabra yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir
berlumpur yang banyak 9 ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem
terumbu karang merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut.
Echinodermata menempati berbagai zona di daerah padang lamun, zona
pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang.

5
Filum Echinodermata adalah salah satu kelompok hewan terbaik yang
dikenal di kelompok invertebrata laut. Bulu babi dan bintang laut, keduanya
memiliki perbedaan jelas, meskipun keduanya bagian dari kelompok yang sama
dan memiliki karakteristik yang sama seperti simetri radial. Menurut Levy pada
tahun 2008, Filum Echinodermata memiliki sistem vaskular air dengan banyak
alur ambulakral dan kaki tabung. Sistem amburakral adalah sistem kanal terutup,
dilapisi oleh epitelium bersilia, merupakan derivat dari bagian selom embrionik.
Cabang utama tertentu dari kanal menyediakan cairan untuk proyeksi berdaging
dari dinding tubuh, 13 yang disebut kaki tabung. Masing-masing bagian radial
yang terdapat kaki tabung disebut ambulakrum. Kaki tabung memiliki fungsi
dalam pergerakan, mencari makanan, dan fungsi lainnya (Kozloff, 1990,hal.722).
Karakteristik yang paling mencolok dari Echinodermata yaitu memiliki kepingan
duri endoskeleton, sistem vaskular air, modifikasi duri, lapisan brancia atau
lapisan pernapasan, dan mempunyai bentuk tubuh simetri radial atau bilateral
(Hickman, Roberts, Larson, 2001, hal. 459).

2.4. Filum Annelida

Hewan filum Annelida berasal dari kata latin “annul/annelus = cincin,


gelang” dalam bahasa Yunani “eidos = bentuk” yang dikenal sebagai cacing
gelang. Tubuh anggota filum ini bersegmen tertutup kutikula yang merupakan
hasil sekresi dari epidermis, sudah ada ronnga tubuh (coelom), dengan
metamerisme sebagai ciri utamanya: pembagian rongga tubuh, sistem persyarafan,
peredaran darah, dan sistem ekskresinya metamerik. Saluran pencernaan lengkap
(mulut-usus-anus), berbentuk tubular, memanjang sumbu tubuh. Respirasi dengan
epidermis ataupun insang (pada cacing tabung, misalnya) pada somit tertentu.
Organ reproduksi hermafrodit (kelas olygochaeta dan hirudinea), dengan hewan
langsung berbentuk hewan dewasa, atau berumah dua (kelas archiannelida dan
polychaeta), dengan melalui fase larva trokofor. Hidup di dalam tanah yang
lembab, dalam laut dan dalam air. Umumnya annelida hidup bebas, ada yang

6
hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan akuatis, dan ada juga
yang bersifat parasit pada vertebrata. (Anonymous, 2010).
Cacing dari filum annelida memiliki segmen, artinya tubuhnya terdiri atas
satuan yang berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur, seperti saluran
pencernaan terdapat di sepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti
organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar segmentasi ini
tampak seperti cincin. Ciri khas lain annelida adalah simetri bilateral, suatu sistem
peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem pembuluh
darah tertutup dan sistem saraf yang cukup rumit. Pembuluh saraf utama terdapat
di bagian ventral. Ciri lain pada cacing annelida yang tidak terdapat pada hewan
yang lebih primitif adalah adanya rongga tubuh yang besar berisi cairan. Hal ini
memungkinkan organ-organ dalam bergesekan satu sama lain dengan mudah,
sehingga memudahkan gerakan tubuh yang ekstensif. Rongga ini yang disebut
selom (John W. Kimball, dkk.1983).
Hewan-hewan annelida mempunyai sistem digesti, saraf, ekskresi, dan
reproduksi yang majemuk. Sistem-sistem tersebut biasanya bersifat metamerik
baik seluruhnya atau sebagian. Sistem perototan biasanya diatur segmental.
Sebagian besar annelida mempunyai sistem pembuluh yang didalamnya terdapat
darah yang bersirkulasi. Hewan-hewan itu bersifat diesius atau hermafrodit.
Walaupun pada beberapa jenis terjadi reproduksi aseksual. Kebanyakan annelida
menghasilkan larva yang bersilia disebut larva trokofor. Annelida hidup di dalam
laut, sebagian di air tawar, dan tanah-tanah yang lembab. Tubuh annelida
bersegmen pada bagian luar dan bagian dalam tubuhnya. Antara tiap segmen dan
segmen lainnya terdapat sekat yang disebut Septa. Pembuluh darah, sistem saraf,
dan sistem ekskresi di tiap segmen saling berhubungan melewati septa. Annelida
telah memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut, faring, kerongkongan
(esophagus), usus, dan anus. Sistem peredaran darahnya tertutup karena telah
memiliki pembuluh darah. Darah annelida juga telah mengandung hemoglobin
sehingga berwarna merah. Untuk sistem saraf, annelida memiliki sistem saraf
tangga tali. (Rohmimohtarto 2007).

7
Reproduksi annelida dilakukan secara seksual. Annelida jantan memiliki
organ testis dan annelida betina memiliki ovarium. Kedua organ ini bisa terdapat
pada satu hewan yang hermafrodit atau terdapat pada individu yang berbeda.
Annelida dibagi atas tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta,
dan Hirudinae (Rikky Firmansyah, dkk.2004).

2.5. Filum Cnidaria

Filum Cnidaria, berasal dari kata cnide (bahasa Yunani) yang berarti
sengat. Nama lain Cnidaria adalah Coelenterata. Coelenterata (dalam bahasa
yunani, coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang memiliki rongga
tubuh.Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).
Sedangkan Ctenophora berasal dari kata ctenos (Yunani) yang berarti sisir, dan
phoros yang berarti dinding. (Suripto,2007).
Filum Cnidaria disebut juga Coelenterata. Berbeda dengan protozoa,
coelenterata mempunyai rongga pencernaan (gastrovascular cavity) dan mulut,
namun anus tidak ada. Terdapat sekitar 9500 jenis, kebanyakan hidup di laut dan
hanya 14 jenis dari kelas. Hydrozoa hidup di air tawar biasanya terdapat di
perairan dangkal dan melekat pada substrat dan terumbu karang. Coelentrata
hidup mulai dari periode camabrian sampai sekarang (Suwignyo dkk, 2005).
Cnidaria hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan
hewan kecil di air.Mangsa menempel pada knidosit dan ditangkap oleh tentakel
untuk dimasukkan kedalam mulut.Habitat Cnidaria seluruhnya hidup di air, baik
di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau
berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan
tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat
bergerak bebas melayang di air. Menurut Suripto pada tahun 2007,ada 2 cara
perkembangbiakan Cnidaria, yaitu aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif):
1. Aseksual (Vegetatif); Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada
fase polip. Makin lama makin besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh

8
disekitar kaki sampai besar hingga induknya membuat kuncup baru, lalu
menjadi koloni.
2. Seksual (Generatif); Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum
(telur) yang terjadi pada fase medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan
ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan lalu berenang hingga menuju
ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula zigot tumbuh di
ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan
induk dan membentuk polip di dasar perairan.

2.6. Filum Chelicerata

Filum Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba, kalajengking, tungau


dan mimi. Chelicerata berasal dari Bahasa Yunani chele berarti capit dan keros
berarti tanduk. Kebanyakan anggotanya berukuran kecil dan hidup di daratan yang
kering dan hangat. Filum Chelicerata terdiri atas kelas Merostomata, Archnida
dan Pygnogonida.
Tubuh dengan ciri khas unik, terbagi atas 2 bagian yaitu prosoma dan
opisthosoma yang tampak jelas, kecuali pada Acarina. Berbeda dari filum
Arthropoda lain dimana tubuh terdiri atas cephalothoraks dan abdomen.Pada
prosoma terdapat enam pasang apendik bersendi, yaitu sepasang chelicerae,
sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Antena dan mandibel tidak ada.
Sedangkan pada opisthosoma terdapat 12 somites dan sebuah post-segmental
telson
Makanan dan cara makan dari Chelicerata beraneka ragam, untuk kelas
Merostomata sebagai hewan omnivora, mimi memakan mollusca, cacing dan juga
ganggang yang tumbuh di substrat. Makanan diambil mimi dengan chelicerae dan
dialirkan ke bagian gnatobase untuk dilumatkan, kemudian disalurkan ke mulut.
Untuk kelas Arachnida sebagai hewan karnivora dan parasit atau inang perantara
berbagai penyakit. Semua Pygnogonida karnivora dan memakan polip
coelenterate, bryozoa serta spons. Beberapa jenis menggunakan probosis untuk
menghisap jaringan mangsa, sedang jenis lain mencabut polip dengan

9
menggunakan chelicerae dan memasukkannya ke mulut di ujung probosis.
Saluran pencernaan lengkap, anus terletak di ujung posterior (Suwignyo dkk,
2005).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 Februari-8 April 2019,


pukul 12.30-14.30. Bertempat di Laboraturium Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.

3.2. Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Avertebrata Air adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Avertebrata Air
Alat
No. Nama alat Kegunaan
1. Parafin/styrofoam Meletakkan sampel/preparat
2. Lup Memperjelas bentuk biota
3. Alat Tulis Keperluan tulis menulis dan menggambar
4. Tissue Menghilangkan lendir
5. Lembar data Mencatat semua data ketika pengamatan
6. Mikroskop Mengamati polychaeta
7. Buku Identifikasi Mengidentifikasi jenis biota
Bahan
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Cumi-cumi Sebagai sampel Filum Mollusca
2. Sotong Beruk Sebagai sampel Filum Mollusca
3. Kerang Lokan Sebagai sampel Filum Mollusca

10
4. Kerang Darah Sebagai sampel Filum Mollusca
5. Siput Laut Sebagai sampel Filum Mollusca
6. Siput Gonggong Sebagai sampel Filum Mollusca
7. Udang Taji Sebagai sampel Filum Crustacea
8. Udang Burung Sebagai sampel Filum Crustacea
9. Kepiting Bakau Sebagai sampel Filum Crustacea
10. Kepiting Rajungan Sebagai sampel Filum Crustacea
11. Bulu Babi Sebagai sampel Filum Echinodermata
12. Bintang Laut Sebagai sampel Filum Echinodermata
13. Cacing Laut Sebagai sampel Filum Annelida
14. Cacing Sutera Sebagai sampel Filum Annelida
15. Pleuractis Sebagai sampel Filum Cnidaria
16. Monastrea Sebagai sampel Filum Cnidaria
17. Dendrophyllia Sebagai sampel Filum Cnidaria
18. Platygyra Sebagai sampel Filum Cnidaria
19 Mimi/Blankas Sebagai sampel Filum Chelicerata

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Filum Mollusca


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel Filum
Mollusca (Kelas Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda) selanjutnya
diamati dan digambar beserta keterangan bagian-bagianya. Sampel
diidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi.

3.3.2. Filum Crustacea


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel Filum
Crustacea (Udang, Rajungan dan Kepiting) selanjutnya diamati dan
digambar beserta keterangan bagian-bagianya. Sampel diidentifikasi
dengan bantuan buku identifikasi.

3.3.3. Filum Echinodermata


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel Filum

11
Echinodermata (Bintang Laut, Teripang dan Bulu Babi) selanjutnya
diamati dan digambar beserta keterangan bagian-bagianya. Sampel
diidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi.

3.3.4. Filum Annelida


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel sampel
Filum Annelida (Kelas Polychaeta) selanjutnya diamati dan digambar
beserta keterangan bagian-bagianya. Sampel diidentifikasi dengan bantuan
buku identifikasi.

3.3.5. Filum Cnidaria


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel Filum
Cnidaria (Karang branching dan massive) selanjutnya diamati dan
digambar beserta keterangan bagian-bagianya. Sampel diidentifikasi
dengan bantuan buku identifikasi.

3.3.6. Filum Chelicerata


Alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
sampel yang akan diamati diletakkan pada styrofoam. Sampel Filum
Chelicerata (mimi) selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangan
bagian-bagianya. Sampel diidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai


berikut :

Tabel 4.1.1 Filum Mollusca

No. Nama Spesies Gambar Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


Cumi-cumi 1. Fins
1. 2. Mantel
(Loligo pealii)
3. Mata
4. Kaki
5. Tentakel

2. Sotong Beruk 1. Sirip


2. Mata
(Sepia
3. Kaki
recurvirostra) 4. Tentakel
5. Mantel

3 Kerang Lokan 1. Posterior


2. Garis
(Polymesoda
pertumb
expansa) uhan
3. Cangkan
g
4. Umbo
5. Kaki
6. Periostra
-kum
4 Kerang Darah 1. Posterior
2. Garis
(Anadara Pertumb
u-han
granosa) 3. Cangkan
g
4. Kaki

13
5 Siput Lat 1. Posterior
2. Cangkan
(Turritella g
3. Spiral
terebra)

6 Siput 1. Cangkan
g
Gonggong 2. Spiral
3. Afex
(Strombus 4. Posterior

turturela)

Tabel 4.1.2. Filum Crustacea

No. Nama Spesies Foto Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


1 Udang Taji 1. Antena
2. Antenul
(Panaeus e
3. Mata
monodon) 4. Kaki
jalan
5. Kaki
renang
6. Telson
7. Urupods
8. Sefaloto
-rak
9. Rostrum
10. Perut

14
2 Udang Burung 1. Antena
2. Antenul
(Litopenaeus e
3. Mata
vannamei) 4. Kaki
jalan
5. Kaki
renang
6. Telson
7. Urupods
8. Sefaloto
-rak
9. Rostrum
10. Perut
3 Kepiting 1. Capit
2. Propodas
Bakau (Scylla 3. Carpus
4. Kaki
serrata) renang
5. Kaki
jalan
6. Mata
7. Karafeks
4 Kepiting 1. Capit
2. Propodas
Rajungan 3. Carpus
4. Kaki
(Portunus renang
5. Kaki
pelagicus)
jalan
6. Mata
7. Karafeks

Tabel 4.1.3 Filum Echinodetrmata

No. Nama Spesies Foto Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


1. Bulu Babi 1. Duri
radikal
(Diadema
beracun
setosum) 2. Mulut
3. Duri

15
halus
2. Bintang Laut 1. Mulut
2. Kaki
(Asteroidea
tabung
sp.) 3. Lengan
4. Duri
halus

Tabel 4.1.4. Filum Annelida

No. Nama Spesies Foto Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


1. Cacing Laut 1. Bagian
anterior
(Nereis sp.)
a. Mata
b. Mulut
2. Bulu
halus
3. Tubuh
beruas
4. Bagian
posterior
a. Anus
2. Cacing Sutera 1. Bagian
anterior
(Tubifex sp.) 2. Tubuh
beruas
3. Bagian
posterior

Tabel 4.1.5 Filum Molusca

No. Nama Spesies Foto Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


1. Pleuractis

16
2. Monastrea

3. Dendrophyllia

4. Platygyra

Tabel 4.1.6 Filum Chelicerata

No. Nama Spesies Foto Dokumentasi Gambar Pribadi Keterangan


1. Mimi/Blankas 1.Lateral
compound
(Limulus
eyes
polyphemus) 2.Lateral
ridge
3.Median
eyes
4.Median
ridge
5.Cephalo-
thorax
6.Spines
7.Telson
8.Opisthoso
-ma

17
4.2. Pembahasan

4.2.1 Filum Mollusca

4.2.1.1 Cumi-cumi

Klasifikasi cumi-cumi (Loligo pealii)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

Ordo : Teuthida

Famili : Loliginidae

Genus : Loligo

Spesies : Loligo pealii

Loligo pealii atau dikenal dengan nama Cumi-cumi adalah salah satu filum
Mollusca yang termasuk kedalam kelas Chepalopoda, Cumi-cumi umumnya
memiliki warna tubuh keunguan. Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala,
leher dan badan. Kepala cumi-cumi besar, memiliki sepasang mata
yang berkembang dengan baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya
terdapat di tengah-tengah dengan dikelilingi oleh 2 tentakel dan 8 kaki. Tentakel
panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap tentakel
terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat fin
(sirip segitiga) yang penting untuk keseimbangan tubuh. Pada dinding permukaan
dorsal terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-
cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung,mantel melekat pada badan
sedangkan di daerah perut tidak melekat, sehingga terbentuk rongga , disebut
rongga mentel. Cumi-cumi yang dijadikan sampel oleh praktikan memiliki
panjang 29,2 cm dan lebar 3,5 cm.

4.2.1.2 Sotong

18
Klasifikasi sotong (Sepia recurvirostra)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

Ordo : Sepiida

Famili : Sepiidae

Genus : Sepia

Spesies : Sepia recurvirostra

Sotong (Sepia recurvirostra) adalah hewan yang termasuk kedalam kelas


Chepalopoda. Bentuknya hampir mirip dengan cumi-cumi namun terdapat
perbedaan yang menonjol yaitu pada ukuran tubuhnya. Tubuh sotong dominan
terlihat lebar dan pendek daripada cumi-cumi. Sotong yang dijadikan sebagai
sampel praktikan memiliki ukuran panjang 11,2 cm dan lebar 5,2 cm. Spesies ini
mempunyai cangkang yang terletak di dalam mantel, cangkang berbentuk oval,
berwarna putih, terbuat dari kapur dan agak keras daripada cangkang cumi-cumi.
Tubuhnya bulat memendek seperti kantung,memiliki sepasang mata yang
berfungsi untuk melihat. Terdapat selaput tipis pada permukaan mantelnya,
berwarna merah kegelapan. Kepala dilengkapi dengan 2 tentakel dan 8 kaki. Kaki
dan tentakelnya sama-sama dilengkapi dengan bintil isap. Memiliki simetri tubuh
bilateral.

4.2.1.3 Lokan

Klasifikasi lokan (Polymesoda expansa)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Veneroida

19
Famili : Corbiculidae

Genus : Polymesoda

Spesies : Polymesoda expansa

Polymesoda expansa atau biasa dikenal dengan sebutan kerang lokan


adalah salah satu filum Mollusca kelas bivalvia, tubuhnya berbentuk lonjong
agak bulat, posterior) sama atau sedikit lebih besar dari tingginya (jarak
dorsal ke ventral). Garis pertumbuhan yang konsentrik berubah menjadi
tonjolan. Bagian luar kulit berwarna putih yang ditutupi oleh periostrakum
yang tebal, mengkilap berwarna kuning kehijauan sewaktu muda dan coklat
kehitaman pada kerang dewasa. Bagian dalam kulit berwarna putih,
menyerupai kapur atau porselen. Kerang Lokan memiliki cangkang berwarna
gelap, membulat dan agak cekung, sehingga kerang ini tampak lebih tebal.
Tubuhnya ditutupi/dilindungi oleh sepasang cangkang. Pada bagian dalam
cangkang terdapat mantel yang memisahkan cangkang dari bagian tubuh lainnya.

4.2.1.4 Kerang dara

Klasifikasi Kerang dara ( Anadara Granosa)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Taxodonta

Famili : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara Granosa

Ia hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ia ditutupi
oleh 2 cangkang yang bisa dibuka-tutup karena memiliki persendian berupa
engsel elastis penghubung penutupnya. Puncak cangkang nya terdiri dari umbo

20
yang tersusun dari kapur dan terdiridari 3 lapisan yaitu periostrakum, prismatic,
dan nakreas. Umbo juga sebagai bagian paling tua yang bisa membesar dan
menonjol, kakinya berbentuk seperti kapak yang berfungsi untuk merayap dan
menggali lumpur atau pasir.

4.2.1.5 Siput laut

Klasifikasi siput laut (Turrutella terebra)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Sorbeococha

Famili : Turritellidae

Genus : Turritella

Spesies : Turrutella terebra

Memiliki bentuk tubuh Turreted (meninggi) dan menyudut pada


kamarnya. Ia adalah siput laut berukuran sedang dan memiliki operculum, yang
termasuk ke dalam Gastropoda laut dan termasuk kedalam familia turritellidae.
Spesies ini memiliki cangkang dengan alur melingkar, dimana secara keseluruhan
pada dasarnya memiliki bentuk dari suatu kerucut yang memanjang. Ukuran
sampel yang digunakan saat praktikum memiliki panjang 10 cm.

4.2.1.6 Siput gonggong

Klasifikasi siput gonggong (Strombus turturella)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Megagastropoda

21
Famili : Strombidae

Genus : Strombus

Spesies : Strombus turturella

Siput gonggong juga memiliki kulit yang sangat keras dengan garis bulat
pada cangkangnya dengan variasi warna cangkang kekuningan atau keemasan
Bentuk cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar
seperti konde (gelung, whorl). Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua,
disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body
whorl dan gelung kecil-kecil di atasnya disebut spire (ulir). Di antara bibir dalam
(inner lip) dan gelung terbesar (body whorl) terdapat umbilicius, yaitu ujung
collomella, yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam.

4.2.2 Filum Crustacea

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:

4.2.2.1 Udang taji

Klasifikasi udang taji (Litopenaeus vannamei)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Panaeida

Genus : Panaeus

Spesies : Panaeus monodon

Udang taji umumnya memiliki warna tubuh agak keunguan.Morfologi dari


udang taji (Panaeus monodon) yaitu tubuh udang dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Memiliki antena yang berfungsi

22
untuk mendeteksi sentuhan, pergerakan udara, suhu, getaran, bau serta rasa.
Memiliki mata majemuk yang berfungsi untuk mendeteksi gerakan. Memiliki
karapaks atau cangkang keras yang berfungsi melindungi organ dalam tubuh.
Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalotorax yang terdiri dari
13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan
perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang
anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam
terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing serta
memiliki lima pasang kaki jalan, kaki renang, kaki ekor besar, kaki ekor kecil dan
bercapit.

4.2.2.2 Udang Burung

Klasifikasi udang burung (Panaeus monodon)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapodas

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Udang burung memiliki tubuh berbuku-buku, kepalanya terdiri dari


antena, antenula,dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang burung juga dilengkapi 5
pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan
berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang
berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen
terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang
dan sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (ekor).
Bentuk rostrum udang putih memanjang, langsing, dan pangkalnya hamper

23
berbentuk segitiga. Uropoda berwarna merah kecoklatan dengan ujungnya kuning
kemerah-merahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna tubuhnya
putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor.

4.2.2.3 Kepiting bakau

Klasifikasi kepiting bakau (Scylla serrate)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Class : Crustaceae

Ordo : Decapoda

Famili : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

Kepiting bakau jenis Scylla serrata memiliki duri yang tinggi dengan
warna kemerahan hingga oranye terutama pada capit dan kakinya. Pada duri
bagian depan kepala umumnya lancip, dan memiliki duri tajam pada bagian
corpus. Karapas kepiting bakau dilengkapai dengan 3-9 buah duri tajam pada
bagian kanan kirinya dan pada bagian depan terdapat enam buah duri diantara
kedua matanya. Hewan ini memiliki tiga pasang kakai jalan dan satu pasang
kaki renang berpola poligon. Kepiting bakau jantan memiliki sepsang capit
yang dalam keadaan normal capitnya sebelah kanan lebih besar dibandingkan
capit sebelah kiri. Bentuk dan ukuran kepiting bakau sangat beragam tetapi
seluruhnya memiliki kesamaan struktur dan bentuk tubuh. Tubuh kepiting
ditutupi dengan karapaks (carapace), yang berfungsi sebagai pelindung organ
bagian dalam kepiting.
4.2.2.4 Kepiting rajungan
Klasifikasi kepiting rajungan (Portunus pelagicus)

24
Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Eucaridae

Famili : Portunidae

Genus : Portunus

Speies : Portunus pelagicus

Rajungan memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan dengan


abdomennya. Abdomennya berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan
melebar pada betina), tereduksi dan melipat ke sisi ventral karapas. Kedua sisi
muka karapas 7 terdapat 9 buah duri yang disebut sebagai duri marginal. Duri
marginal pertama berukuran lebih besar daripada ketujuh duri belakangnya,
sedangkan duri marginal ke-9 yang terletak di sisi karapas merupakan duri
terbesar. Kaki rajungan berjumlah 5 pasang, pasangan kaki pertama berubah
menjadi capit (cheliped) yang digunakan untuk memegang serta memasukkan
makanan ke dalam mulutnya, pasangan kaki ke-2 sampai ke-4 menjadi kaki jalan,
sedangkan pasangan kaki jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat
renang, sehingga sering disebut sebagai kepiting renang (swimming crab). Kaki
renang pada rajungan betina juga berfungsi sebagai alat pemegang dan inkubasi
telur.

4.2.3 Filum Echinodermata

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:

4.2.3.1 Bulu babi

Klasifikasi bulu babi (Diadema setosum)


Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

25
Kelas : Echinoidea

Ordo : Diadematoida

Famili : Diadematoidae

Genus : Diadema

Spesies : Diadema setosum

Bulu babi memiliki bentuk tubuh segilima, mempunyai lima pasang garis
kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri
memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat
digunakan untuk berjalan di atas pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari
lempeng-lempeng yang berhubungan satu sama lain. Tubuh bulu babi berbentuk
bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat
digerakkan. Semua organnya umumnya terdapat di dalam tempurung, yang terdiri
dari 10 keping pelat ganda, biasanya bersambung dengan erat, yaitu pelat
ambulakral selain itu terdapat pelat ambulakral yang berlubang-lubang tempat
keluarnya kaki tabung. Pada permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan
pendek yang membulat, tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi
mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder.

4.2.3.2 Bintang laut


Klasifikasi bintang laut (Asteroidea typicus.)

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Asteroidea

Ordo : Valvatida

Famili : Archasteridae

Genus : Asteroidea

Spesies : Asteroidea typicus

26
Bintang laut Asteroidea sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini
berbentuk bintang dengan 5 lengan.Di permukaan kulit tubuhnya terdapat duri-
duri dengan berbagai ukuran. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang
ke seluruh lengan.

4.2.4 Filum Annelida

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:

4.2.4.1 Cacing laut

Klasifikasi cacing laut (Nereis viridis.)

Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Polychaeta

Ordo : Errantia

Famili : Nereidae

Genus : Nereis

Spesies : Nereis viridis.

Seluruh permukaan tubuh cacing laut mengandung rambut-rambut kaku


atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna
menarik, seperti ungu kemerah-merahan. Setiap segmen tubuh polychaeta
dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut parapodia,
pada cacing yang bergerak aktif (Errantia), tetapi pada cacing yang relatif lamban
bergerak (Sedentaria) tidak memiliki parapodia. Parapodia berperan sebagai
alat pernapasan.

4.2.4.2 Cacing sutra

Klasifikasi cacing sutra (Tubifex)


Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

27
Kelas : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubificidae

Genus : Tubifex

Spesies : Tubifex

Cacing sutra merupakan cacing kecil seperti seukuran rambut dan


berwarnakemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm,dengan tubuh yang beruas-
ruas dari30-60 seegmen dengan warna merah kecoklatan karena banyak
mengandunghaemoglobin. Tubifex membenamkan kepalanya ke dalam lumpur
untukmencari makan dan ekornya di sembulkan di permukaan dasar
untuk bernafas.Kebiasaan cacing ini hidup dengan berkoloni di dalam air yang
kayaakan oksigen dan kaya akan bahan organik.

4.2.5 Filum Cnidaria

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:

4.2.5.1 Platygyra

Klasifikasi (Platygyra)

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia

Famili : Faviidae

Genus : Platygyra

Karang Platygyra termasyk karang massive,pertumbuhannya merambat


dan menutupi dasar terumbu karang itu sendiri.terdiri dari dua garis tebal yang
membentuk kolom panjangdan bebelok seperti halnya otak,karangmemiliki

28
permukaan yang keras.karang ini hidup berkoloni dengan ukuran yang tidak
terlalu besar.

4.2.5.2 Pleuractis

Klasifikasi Pleuractis

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia

Famili : Fungiidae

Genus : Pleuractis

Karang Pleuractis memiliki bentuk yang unik.bagian tubuhnya terdapat


guratan-guratan yang berporos di bagian tengah menyerupai jamur. hal ini sesuai
denga hasil pengamatan bahwa karang Pleuractis memiliki guratan-guratan
menyerupai jamur.

4.2.5.3 Dendrophyllia

Klasifikasi Dendrophyllia

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia

Famili : Dendrophylliidae

Genus : Dendrophyllia

Karang Dendrophyllia memilki bentuk tubuh yang bercabang.


Dendrophyllia genus yang memiliki spesies polip dan spesies kolonial.hidup

29
sebagai sekelompok individu yang memiliki banyak tentakel untuk berburu
mangsanya.tentakel ini biasanya kuning tetapi dapat berwarna lain kondisi
pencahayaan.

4.2.5.4. Montastrea

Klasifikasi Montastrea

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia

Famili : Faviidae

Genus : Montastrea

Karang Montastrea

4.2.6 Filum Chelicerata


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:

4.2.6.1 Mimi

Klasifikasi mimi (Limulus polyphemus)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Xiphosura

Famili : Limunidae

Genus : Limulus

30
Spesies : Limulus polyphemus

Mimi merupakan salah satu jenis dari Filum Chelicerata dari kelas
Merostomata. Mimi hidup di perairan laut dangkal dengan substrat yang
lembut dan membenamkan diri di permukaan pasir, dapat mencapai
panjang 60 cm.

V. KESIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Agar mendapatkan sampel yang bagus, disarankan kepada
praktikan pada saat proses pengawetan dan identifikasi harus

31
mengefisiensikan waktu dan melakukan prosedurnya dengan hati-
hati. Sampel yang diambil dari lapangan untuk dijadikan preparat harus
diperhatikan batasannya agar sumberdayanya tetap berlangsung dengan
continu. Selain itu praktikan diharapkan bisa menjaga kekondusifan
selama praktikum berlangsung. Di dalam proses identifikasi harus
menggunakan banyak literatur, agar hasilnya lebih akurat dan jeli
memperhatikan morfologi darisampel yang didapatkan. Jika ada yang
kurang jelas dapat ditanyakan kepada asisten atau dosen sehingga tidak
terjadi kesalahan.
2. Bagi Pemerintah
Sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak akademisi dalam
usaha mempertahankan sumberdaya sampel-sampel yang digunakan
sebagai bahan praktikum agar keberlagsungannya tetap berlanjut. Adanya
kebijakan pemerintah dalam hal mempertahankan keberadaan sampel
adalah hal yang sangat penting.

32

Anda mungkin juga menyukai