Anda di halaman 1dari 160

MAKALAH BIOLOGI

“PERANAN ZOOLOGI YANG MENGUNTUNGKAN


DAN MERUGIKAN BAGI KEHIDUPAN”

N
OLEH :

MIFTAHU RAHMAH (2110251022)

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Yulmira Yanti,S.Si,MP.

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur untuk Tuhan Yang Maha esa, karena berkat pertolongan dan rahmat-
Nya kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi .Dan kami juga berterima kasih kasih untuk
dosen kami, yaitu Ibuk Dr.Yulmira Yanti,S.Si,MP.

Karena telah memberi kami tugas pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari katas sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat kritik dan saran nanti akan membuat kami lebih baik kedepannya.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat jangkauan dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang sudah. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Sekali lagi, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa dan kritik dan
saran dari pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................…………….............................i
DAFTAR ....,..................................………………............................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................……………..............................................1
A.Latar Belakang masalah.......................…………….......................................1
B.Rumusan masalah.......................…………….............................................3
C.Tujuan penulisan..........................……………............................................3
BAB ll PEMBAHASAN..........................………….......................................6
A.Pengertian Zoologi...................………………........................................6
B.Protozoa..................................................……………… .......................11
C.Coelenterata........................................……………….............................50
D.Porifera........................…………….......................................................70
E.Annelida.....................……………........................................................90
BAB lll PENUTUP...................................……….........................................108
A. kesimpulan..............................…………............................................108
B.Saran.......................................……………...........................................108
DAFTAR PUSTAKA....................……….....................................................109
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan.Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke-16.Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.
kelompok hewan darat yang menghuni hampir setiapjenis habitat, beberapa
kelompok antara larn terdapatdi air tawaf dan sejumlah kecil yang terdapat dr
airIaut (Hoeve, 1996). Serangga merupakan salah satu kelas dari phylum
Arthropoda (hewan beruas-ruas),kelas lain adalah Crustacea, Myriapoda,
danArachnida.Hal yang menarik dari serangga adalahmempunyai beberapa
tahapan dalam daur hidupnrereka, yaitu tahap telur, larva. nympha.
kepompong,dan dewasa Sebagian dari serangga semua tahapankehidupan berada
di darat atau udara, tetapi ada Juga yang larva (nympha) berada di air
(akuatik)sedangkan dewasa hidup di darat atau udara.Beberapa serangga air
menggunakan udara'.langsung sebagai sumber oksigen, n'tisal larvanyamuk
mempunyai spirakel terbuka yang langsung berhubungan dengan udara luar pada
waktu dipermukaan air dan akan menutup waktu menyelamKumbang air
membawa udara di bawah sayap,dengan demikian dapat tinggal beberapa lama di
dalam air. Serangga yang bernafas seperti itu harus naik ke permukaan untuk
memperbarui persediaan di darat serangga memanfaatkan sayap denganbaik
untuk terbang, mobilitas yang tinggimemungkinkan menjelajahi kawasan yang
luas danmerupakan suatu cara menghindar dari musuh(predator) terutama
golongan Arachnida (laba-taba).Serangga air dan serangga darat yang habitat
dekat air mempunyaimusuh golongan Arachnida, ikankarnivora, dan
omnivora.Serangga dapat menguntungkan, namun jugadapat merugikan, yang
menguntungkan antara lainmereka dapat menyerbukkan tanaman,
sumbermakanan bagi ikan, penghasil sutera dan madu.Yang merugikan yartu
dapat merusak danmenghancurkan tanaman. bahkan dapat
menularkanoenvakrt.Beberapa rkan ekonomis penting yang bersifatomnrvora dan
karnivora memanfaatkan serangga airsebagai pakan utama dan pakan pelengkap
David(1963) mengatakan bahwa ikan patin (Pargasru.s sp )di alam bebas
makanan alami terdrri atas serangga,bilr-b|Jran ikan udang udangan.dan
Moluska.Sedangkan ikan belida bersifat karnivora denganpakan utama ikan pakan
pelengkap udang, dan serangga.Mlenurut Utomo & Asyari (1999), di perairan
hutanrawa air tawar serangga air banyak djumpai padaserasah daun dan kayu mati
yang terendam dalamair Ordo yang mendomrnasi adalah Coleopteraterutama
famili Dytiscrdae dan Hydrophillidae, ordoHemrptera famili Nepidae dan
Hydrometridae. ordoOdonata famili CordulrdaeTulisan ,ni menguraikan beberapa
kelompokserangga yang hidup di air tawar dan beberapa jenisikan yang bersifat
karnrvora dan omnrvora yangmemanfaatkan serangga air tersebut sebagai pakan
alami.
KLASIFIKASI
Kategori klasifikasi untuk semua hewan (termasukinsekta) pada dasar adalah
phylum, kelas ordo(bangsa), family (suku,marga), genus (keluarga), danspesies
(Jenis). N/lengingat begitu banyak famili (suku)dan serangga ini, maka dalam
pengklasifikasian ini hanya ditampilkan kelas dan ordo. Famili akandibahas pada
bab berikut, terutama famili-famiti dariserangga air dengan beberapa contoh
Lrtres (1991)telah mengklasifika sikan serangga .
Di negara Australia Timur, banyak peneliti yang menemukan pulau
kecil,dimana sekitarnya di kelilingi oleh batu karang yang meluas ke Samudra
PasifikSelatan. Hewan bercangkang berlimpah di perairan hangat dekat pantai
pulau, daerah Samoa, Fiji, Tonga, dan Tahiti. Di pulau-pulau tersebut terdapat
lebih dari 500 jenis moluska predator cone snail (conus)yang hidup selama jutaan
tahun. Manusia menemukannya sebagai makanan yang lezat dan cantik untuk
pajangan dll.
a. Porifera
b. Molusca
Pada saat kita mempelajari C.geographicus (Gambar 1.) peneliti Universitas
Utah menemukan gen yang berevolusi dalam pembentukan konotoksin
mempunyai akar purba. Pada hewanCone snail, gen nya mengodekan enzim
karboksilase gamma glutamil (GGC). Gen itu mulai muncul pada nenek moyang
umum siput, serangga, dan vertebrata. Pada pembahasan materi ini
menggambarkan karakter unik hewan invertebrata utama. Dari sekitar 2 juta
hewan yang telah dinamai, hanya sekitar 50.000 vertebrata-hewan bertulang
belakang. Kebanyakan hewan termasuk cone snail ialah invertebrata. Jangan
menganggap invertebrata sebagai hewan primitif. Invertebrata timbul jauh
sebelum vertebrata dan hidupnya yang sejak lama telah membuktikan seberapa
baik invertebrata ini beradaptasi terhadap lingkungannya.dilepaskan oleh lubang
sembur hidrotermal laut dalam hingga hingga ke tanah antartika yang berbatu dan
beku. Invertebrata beradaptasi dengan sangat bervariasi, sehingga menghasilkan
keanekaragaman bentuk yang luar biasa, dari spesies yang hanya terdiri dari sel-
sel lapisan ganda yang pipih hingga spesiesspesies lain dengan kelenjar pemintal
sutra, duri-duri yang berputar, lusinan kaki yang berbuku, atau tantakel yang
ditutupi dengan mangkok penghisap.Ada beberapa filum yang terdapat pada
keanekaragaman invertebrata, yaitu :- Calcarea dan Silicea(Sejenis Spons)
Hewan ini secara informal disebut spons. Jumlah spesies ini ada 5.500 spesies,
Spons adalah hewan sesil yang tidak memliki jaringan sejati yang hidup sebagai
pemakan suspensi, yang menjebak partikel-partikel dalam saluran-saluran internal
dalam tubuhnya.
- Placozoa (Seekor Plakozoa)
Spesies filum ini tidak terlihat seperti hewan yang terdiri dari beberapa ribu sel
yang tersusun dalam lempeng yang berlapis ganda,jumlah spesies ini ada 1 spesies
yang dapat bereproduksi dengan membelah menjadi dua individu atau bertunas,
melepaskan banyak individu multiseluler.

Serangga dapat ditemukan di bumi, diantaranya di tanah, air (tawar, payau, dan
sejumlah kecil di laut), serta udara. Terdapat serangga yang hidup dengan cara
mengebor batang tanaman, memakan daun, dan hidup di dalam tubuh hewan
lainnya. Diprediksikan sebanyak tiga puluh juta jenis serangga terdapat di alam
(Boror dkk., 1992). Warna serangga bervariasi, seperti abuabu merah, kuning,
hijau, hitam, oranye, biru dan lainnya, tidak ada seekor hewan di dunia ini yang
memiliki warna secerah serangga. Beberapa serangga terlihat sangat gemerlap
berwarnawarni, seperti perhiasan. Warna dan bentuk serangga sering kali
digunakan sebagai inspirasi para seniman. Sebagai contoh, kupu-kupu sayap
burung, Ornitopthoras paradisea dan Ornitophoras goliath adalah jenis kupu-kupu
yang sangat indah dan hampir punah hidup di Pegunungan Arfak, Papua yang
masuk ke dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endongered
Spesies of Wild Fauna and Flora). Kupu-kupu sayap burung ini telah berhasil
dikembangkan secara alamiah di habitat aslinya dan berwarna sangat menawan.

Menurut Agus dan Ramadhan (2019), kemampuan serangga melakukan


reproduksi sangat menakjubkan, terdiri dari pemaaran sebagai berikut:
1. Jumlah telur fertil yang diletakkan oleh setiap betina bervariasi dari satu hingga
ribuan butir.
2. Lama waktu satu generasi bervariasi dari beberapa hari hingga tahunan.
Sebagai contoh, Drosophila melanogaster pada kondisi yang ideal menghasilkan
25 generasi setiap tahun. Apabila setiap betina dapat menghasilkan sampai 100
telur, dengan nisbah kelamin 50:50, maka dari satu pasang lalat ini (tanpa
memperhitungkan mortalitas), akan dihasilkan 100 individu generasi kedua, 5000
generasi ketiga, demikian seterusnya. Sehingga pada generasi ke-25 (setelah satu
tahun), akan dihasilkan sekitar 1,92 × 1041 individu lalat. Analoginya, jika alam
tidak melalukan mekanisme untuk mengendalikan jumlah serangga maka
serangga dapat menutupi seluruh permukaan bumi.
3. Perbandingan individu betina pada setiap generasi untuk menghasilkan
keturunan betina kembali pada generasi berikutnya dapat dikendalikan, bahkan
ada serangga yang mampu menghasilkan keturunan 100% betina, contohnya lebah
madu (Apis mellifera).
4. Beberapa jenis serangga dari kelompok tawon dapat menghasilkan 18-60
individu dari satu telur. Hal ini merupakan suatu keunikan tersendiri karena pada
hewan lain umumnya satu telur yang fertil akan berkembang menjadi satu
individu. Pada manusia dan beberapa jenis hewan, kadang kala dapat terjadi
peristiwa kelahiran kembar dua, atau tiga, atau empat.
5. Pada beberapa jenis dari ordo Coleoptera (Micromalthus, Phengodes,
Thylodrias), membentuk proses reproduksi yang disebut paedogenesis, yaitu
reproduksi yang dilakukan oleh larva.
Secara alamiah, siklus hidup serangga bervariasi dimulai dari yang sederhana
hingga yang mengalami perkembangan kompleks. Perkembangan serangga
melibatkan perubahan bentuk (stadium) dengan melibutkan seluruh proses
perubahan, dikenal dengan nama proses metamorfosis. Stadium terdiri dari telur,
larva, pupa atau nympha, dan dewasa. Setiap stadium memiliki makanan dan
habitat yang berbeda. Contoh yang paling nyata adalah perkembangan kupu-
kupu. Pada kupu-kupu, telur menetas dan berubah bentuk menjadi "ulat" atau
larva, yang berbentuk seperti cacing. Ulat tersebut akan selalu makan dan
bertambah ukurannya sehingga secara periodic, berganti kulit untuk
menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Pada masa akhir pertumbuhan, ukuran
ulat ini dapat membesar hingga 100 kali. Selanjutnya ulat ini berubah menjadi
bentuk "kepompong" atau pupa yang dilapisi kokon. Pada stadium ini, ulat akan
menghasilkan sejenis senyawa yang menghancurkan tubuhnya sebagai bahan
dasar untuk membentuk organ-organ serangga dewasa. Dari kepompong, pupa
akan menetas menjadi kupukupu dewasa. Pada stadium dewasa, ukuran tubuh
serangga tidak akan bertambah lagi. Hal ini berlaku tidak hanya pada kupu-kupu
akan tetapi pada seluruh serangga.
Serangga memiliki variasi makanan dan cara makan yang berbeda antar
jenisnya. Kebanyakan serangga memakan tumbuhan atau disebut phytophagus
atau herbivor. Hampir seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat
dimakan oleh berbagai jenis serangga. Ribuan serangga juga dapat memakan
hewan lain atau disebut dengan karnivor atau predator. Beberapa serangga dapat
memangsa serangga jenis lainnya, disebut sebagai serangga predator, atau hidup
sebagai parasit pada serangga lainnya, yang dikenal sebagai parasitoid. Banyak
serangga memakan darah hewan vertebrata, seperti nyamuk, kutu, dan tungau.

Dalam hal mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serangga


memiliki cara yang sangat menarik dan efektif. Banyak serangga dapat
mengelabui musuhnya dengan berpura-pura mati, yaitu dengan menjatuhkan diri
dan tidak bergerak atau membentuk posisi tertentu sehingga terlihat mati. Ada
juga serangga yang mengubah warna tubuh maupun sayapnya, mengeluarkan
senyawa kimia sebagai alat pertahanan yang menimbulkan bau tidak sedap atau
beracun bagi musuhnya. Salah satu alat pertahanan serangga yang paling dikenal
adalah sengat yang terdapat pada lebah, tawon, dan beberapa jenis semut. Organ
ini biasanya merupakan modifikasi dari alat ovipositor yang berguna bagi
serangga betina untuk meletakkan telurnya. Organ ini terletak di bagian posterior
pada ujung perut. Serangga juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi.
Pada umumnya, serangga memiliki sistem atau cara berkomunikasi menggunakan
senyawa kimia yang dikenal dengan nama feromon. Setiap feromon memiliki
perbedaan pada fungsi, antara lain untuk mengenali lawan jenisnya (feromon
seksual), sedang untuk mengenali jenis dari populasi lain atau kelompoknya
(feromon jejak), sebagai feromon tanda bahaya dan lainnya. Selain feromon,
serangga juga dapat berkomunikasi dengan bantuan suara dan cahaya (Agus dan
Ramadhan, 2019)

Dalam kehidupan, kita sering kali menemukan serangga sebagai pengganggu,


penular penyakit, maupun pemakan tanaman pertanian, kehutanan dan
perkebunan. Walaupun demikian, hingga saat ini manusia tidak mampu
melenyapkan satu atau beberapa jenis serangga. Dengan segala daya upayanya,
manusia hanya mampu mengendalikan serangga sampai batas yang tidak
merugikan. Masyarakat sering kali beranggapan bahwa semua serangga adalah
perusak yang harus diberantas, walaupun beberapa jenis serangga yang
menguntungkan jauh lebih banyak. Sebagai contoh, banyak hasil pertanian yang
terbantu oleh aktivitas serangga penyerbuk tanman jambu mente, seperti: Apis
mellifera dan Centris tarsata sangat penting mengingat jambu mete memerlukan
bantuan serangga untuk pembentukan buah (Freitas et al., 2002; Funny dan Iwa,
2011). Ada pula serangga yang menghasilkan sutera, madu, lak, lilin, obat-
obatan, serta berperan besar proses daur ulang sampah organi. Manusia juga
memanfaatkan serangga dari kelompok parasitoid dan predator untuk mengatasi
serangga hama. Serangga yang memiliki masa hidup singkat, jumlah keturunan
besar, serta struktur tubuh dan fisiologi yang unik, menjadikannya sebagai obyek
penting dalam penelitian pada bidang biologi, kedokteran, mekanik, bahkan robot
(Untung dan Sudomo, 1997).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pengetahuan modern yang dimiliki oleh manusia sedikit banyak berhutang pada
serangga yang hidup dialam ini.

Peranan serangga bagi kehidupan manusia, pemaknaan koleksi serangga dari


sudut pandang ethno-entomologi, dan komunikasi di museum terkait dengan
pemaknaan tersebut. Serangga dibagi menjadi beberapa ordo atau bangsa.
Berdasarkan teori tersebut serangga terdiri atas 32 ordo atau bangsa di dunia.
Museum Zoologicum Bogoriense untuk saat ini tercatat memiliki kurang lebih 20
ordo yang dominan pada koleksinya. Jumlah koleksi serangga yang dominan
tersebut terdiri atas jenis kumbang, lalat, nyamuk, kupu-kupu, lebah, semut, dan
tawon.Selain jenis dari kelompok serangga terdapat juga kelompok artropoda
lainnya seperti kutu, labalaba, lipan , kalajengking, dan lain sebagainya.

Peranan Serangga Bagi Kehidupan Manusia Peran serangga bagi kehidupan


manusia dapat digolongkan menjadi serangga yang bermanfaat atau merusak.
Serangga yang Menguntungkan diantaranya adalah:
1. Serangga Penyerbuk Tanaman

Dalam hubungannya dengan proses penyerbukan, di Amerika Serikat pernah


diprediksi bahwa setiap tahun sumbangan serangga penyerbuk dapat mencapai
19 miliar US$, dan dalam bentuk produk komersial mencapai 300 juta US$.
Dalam peranannya sebagai agensia pengendali hama dan gulma, serta sebagai
obyek dalam bidang penelitian, nilai serangga sangat sulit untuk di-”rupiah”-kan.
Di Indonesia, banyak ditemukan serangga namun peran ethno-entomologi belum
dilakukan secara maksimal dalam mengelola serangga.
Pada kenyataannya, semua jenis tumbuhan berbunga sangat bergantung
kepada agenagen penyerbukan bunga untuk menghasilkan biji dan buah, seperti:
angin, hujan, burung, kelelawar, serangga dan hewan lainnya. Kelompok
serangga memilikiperanan penting dalam penyerbukan tumbuhan, karena
jumlahnya sangat banyak dan efektifitas penyerbukannya yang sangat tinggi
(Siswanto, Wikardi, 1996; Amir dan Kahono, 2003). Dengan demikian
kehadiran serangga penyerbuk sangat diperlukan dalam proses
perkembangbiakan tumbuhan. Beberapa contoh jenis serangga sebagai
penyerbuk tumbuhan diantaranya adalah:

1. Kelompok lalat : Megaspis zonatus, Milesia gigas, Volucella


nubeculosa, dan Syrphus balteatus.

2. Kelompok lebah: Amegila cyrtandrae, Apis cerana, Apis dorsata, Apis


mellifera, Bombus rufipes dan Trigona apicalis.
3. Kelompok kumbang: Autoserica spinosa,Exopholis hypoleuca, Holotricha
javana, dan Psilopholis vestita.
4. Kelompok kupu-kupu: Catopsilia pomona, Eurema blanda, Hebomoia
glaucippe, Melanitis leda, dan Troides hypolitus.
5. Kelompok tawon: Campsomeris javana, Scolia procer, Vespa annalis, dan
Xylocopa confusa.
2. Serangga Pengendali Hayati
“Predator” Dalam sistem alami terdapat keseimbangan alam “balance of nature”
karena satu jenis makhluk hidup akan dikontrol atau dikendalikan oleh jenis-jenis
makhluk hidup lainnya. Pemangsa atau “predator” merupakan golongan makhluk
hidup yang paling penting sebagai pengendali kehidupan organisme. Jumlah
kelahiran satu jenis makhluk hidup akan selalu dikendalikan oleh sejumlah
kematian, terutama disebabkan oleh musuh alami berupa pemangsa atau predator
dan parasit (Amir dan Kahono, 2003). Banyak sekali jenis-jenis dari kelompok
serangga yang dapat berperan sebagai pemangsa atau predator. Misalnya,
serangga dari kelompok capung berperan sebagai pemangsa serangga hama
pertanian, dan nimfanya yang hidup di air memangsa jentik-jentik nyamuk
(Busnia, 2006).

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan zoologi?


2) Apa saja pembagian dari zoologi?
3) Bagimana zoologi dapat menguntungkan bagi manusia?
4) Apa keuntungan zoologi bagi tumbuhan?
5) Apa kerugian dari zoologi bagi tumbuhan?
6) Bagaimana zoologi merugikan bagi tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zoologi

Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan.Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke-16.Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.

ZOOLOGI DAN METODE ILMIAH

Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa zoologi sebagai cabang Biologi


dan Biologi merupakan salah satu ekspresi Sains, maka zoologi dalam
memecahkan masalah atau pengembangannya juga memalui metode ilmiah.
Prosedur pemecahan masalah secara ilmiah adalah:
(1) Menemukan masalah dan jika masalah itu kompleks dipilahpilah menjadi
beberapa masalah
(2) Menyusun dugaan yang bersifat sementara yang lebih terkenal dengan istilah
hipotesis
(3) menguji hipotesis itu melalui pengumpulan data dengan mengadakan
eksperimen yang telah dirancang yang diperoleh dari eksperimen yang telah
dilakukan. Pengolahan data biasanya dilakukan dengan menggunakan statistik dan
dengan diketemukan mesin komputer pengolahan data dapat dilakukan lebih
mudah.

HABITAT INVERTEBRATA DAN PERANANNYA DALAM EKOLOGI

Semua hewan yang ada dimuka bumi ini berasal dari hewan-hewan pada zaman
Archeozoicum yang terdapat dalam air. Hal ini dapat kita lihat dari fosil-fosil
yang kita jumpai, sebagian dari hewan tersebut dalam perkembangannya pindah
ke darat, tetapi sebagian tetap dalam air, misalnya beberapa kelompok
Coelenterata dan hampir semua phylum Echinodermata masih di dalam air laut.
Bila kita bandingkan antara habitat air dan habitat darat, maka habitat air lebih
seragam, baik dalam kadar oksigen atau salinitasnya (kadar garamnya). Kadar
garam itu antara 34-36 bagian perseribu atau 34-36%, tergantung letak dalam
garis lintang bumi. Variasi sinar dan suhu sangat besar tergantung pada
kedalaman air, sehingga kondisi habitat tidak seragam dalam air, di mana 71%
permukaan bumi berupa air (terutama laut). Batas pulau atau benua dengan laut
adalah pesisir yang landai yang mencapai kedalaman antara 150-200 m, kemudian
menjorok ke dalam mencapai kedalaman 3000-5000 m lebih, sampai di dasar laut.
Dengan perbedaan kedalaman itu terbentuklah habitat yang berbeda, maka
Protozoa yang ada di lingkungan itu berbeda-beda pula. Hal yang serupa itu
terjadi juga pada danau, yang terdapat ditengah daratan yang luasnya tergantung
pada letaknya.

Habitat invertebrata meliputi air, maupun darat, dengan ukuran tubuh yang
bermacam-macam. Disamping hidup bebas, beberapa diantaranya yang termasuk
Protozoa, Cacing dan Arthropoda hidup secara parasit.Tanaman tingkat tinggi
yang dapat mengadakan fotosintesis tergantung pada Invertebrata, misalnya dalam
proses penyerbukan banyak dibantu oleh serangga, proses penyerapan nutrisi juga
tergantung pada beberapa cacing tanah yang membuat lorong-lorong udara dalam
tanah. Proses penguraian zat organic kecuali dilakukan oleh bakteri dan jamur,
juga banyak dilakukan oleh Invertebrata.Walaupun pada Invertebrata terdapat
banyak hal yang mempesonakan, hendaknya kita tidak lupa, terhadap 3 prinsip
yang menentukan dalam keberhasilan evolusi yakni:
(1) melakukan duplikasi,
(2) mengatur diri dan
(3) bekerja sama. Dalam prinsip duplikasi diri memerlukan sikap yang pasti dalam
melakukan adaptasi dengan melakukan perubahan.

Dalam lingkungan yang normal, Invertebrata melakukan reproduksi dengan


dua cara yaitu secara vegetative (aseksual) dan generatif (seksual). Dalam
menghadapi lingkungan atau dalam ekosistem tertentu Invertebrata brrkembang
baik dengan pergiliran keturunan, sehingga timbul berbagai variasi. Mengatur diri
dapat dilakukan dengan mudah, karena Invertebrata minimal mempunyai
membrane sel. Dan selanjutnya akan terbentuk lapisan-lapisan pada membran,
sehingga pengaruh lingkungan dapat lebih dikurangi. Kerjasama antara sesame
Invertebrata dapat kita jumpai, misalnya dalam bentuk simbiosis, komensialis dan
sebagainya.

PRINSIP TAKSONOMI

Pengertian dari taksonomi bervariasi dari berbagai sumber, tetapi inti dari
ilmu taksonomi adalah: konsepsi, penamaan, dan klasifikasi kelompok organisme.
Dua hal lain yang berhubungan dengan taksonomi, yaitu “sistematika” dan
“klasifikasi”. Hubungan yang tepat untuk taksonomi juga bervariasi dari sumber
ke sumber karena penggunaan tiga istilah dalam biologi.Prinsip taksonomi adalah
metode ilmiah untuk mengklasifikasi organisme sesuai dengan hubungan alam
dengan cara yang terstruktur. Dalam biologi dan zoologi, struktur hirarkis
biasanya, dimulai dengan “kerajaan” dan bekerja ke bawah untuk “spesies.”Dalam
biologi, taksonomi merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari
penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai adalah
penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial atau
binomial nomenclature. Dalam tatanama binomial,penamaan suatu jenis cukup
hanya menyebutkan nama marga (selaludiawali dengan huruf besar) dan nama
jenis (selalu diawali dengan hurufkecil) yang dicetak miring (dicetak tegak jika
naskah utama dicetak miring)atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini
seharusnya tidakakanmembingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk
tingkatan takson lain yang lebih tinggi.Perkembangan pengetahuan lebih lanjut
memaksa dibuatnyatakson baru di antara keenam takson yang sudah ada

(memakai awalan'super-' dan 'sub-'). Dibuat pula satu takson di atas Phylum, yaitu
Regnum(secara harafiah berarti Kingdom atau Kerajaan) untuk
membedakanProkariota (terdiri dari Regnum Archaea dan Bacteria) dan
Eukariota(terdiri dari Regnum Fungi atau Jamur, Plantae atau Tumbuhan,dan
Animalia atau Hewan).

1.Protozoa
Phylum Protozoarotozoa (protista mirip hewan) diklasifikasi dengan ciri-ciri
serta reproduksi yang masing-masing mempunyai perbedaannya sendiri. Sebelum
membahas ciri-ciri protozoa, mari kita membahas pertama-tama dengan mengerti
apa itu Pengertian Protozoa.

A. PENGERTIAN PROTOZOA
Ilmu yang mengkaji tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada
manusia disebut protozoologi. Protozoa adalah jasad renik hewani yang terdiri
dari satu sel, hidup sendiri-sendiri dari satu sel hidup sendiri-sendiri atau
berkelompok membentuk koloni. Protozoa banyak terdapat di alam antara lain di
dalam air laut, air tawar, tanah, dan di dalam tubuh organisme lain. Protozoa bisa
bergerak dengan memfungsikan alat geraknya, yakni:
1. Pseudopodia (kaki semu),
2. Silia (rambut getar), atau
3. Flagela (bulu cambuk)
Dalam kajian evolusi, Protozoa diduga akan menjadi suatu organisme hewan yang
sangat kompleks. Protozoa itu sendiri terdiri dari kurang lebih 65 ribu jenis yang
sudah dikenali oleh para ilmuan. Tiap Protozoa merupakan kesatuan yang
lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya. sanggup melakukan semua
fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel-sel khusus.Arti
penting protozoa:
a. Sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan untuk komunitas dalam
lingkungan akuatikContoh: zooplankton (hewan) hidup dari fitoplankton
(tumbuhan) yang fotosintetik
b. Sebagai protozoa saprofitik dan protozoa pemakan bakteri

B. STRUKTUR TUBUH PROTOZOA


Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Ukuran
tubuhnya antara 3-1000 mikron. Tubuh protozoa sangat sederhana, terdiri dari sel
tunggal (unisel). Namun, Protozoa adalah sistem serbaguna, Semua tugas tubuh
dapat dilakukan oleh satu sel tanpa tumpang tindih, Ada berbagai jenis bentuk
tubuh, seperti bola, sandal bundar yang memanjang atau serupa dan beberapa
bahkan memiliki bentuk tidak beraturan. Ada juga flagela atau silia.Struktur sel
Protozoa terdiri atas sitoplasma yang diselubungi membran Sel atau membran
plasma. Membran sel berfungsi sebagai pelindung dan mengatur pertukaran zat di
dalam sel dengan zat di luar sel. Pada beberapa jenis Protozoa, selain membran
plasma, terdapat pelikel (selaput tubuh yang keras) yang membantu
mempertahankan bentuk tubuh Protozoa agar selalu tetap.Membran plasma pada
beberapa jenis Protozoa ada yang dilengkapi dengan silia atau flagel. Keduanya
berfungsi sebagai alat bergerak. Sitoplasma mengandung beberapa organel sel,
yaitu mitokondria, ribosom, lisosom, nukleus (inti sel), vakuola makanan, dan
vakuola kontraktil (vakuola berdenyut). Paramecium memiliki trikosis (struktur di
bagian korteks tubuh berupa rongga dan benang panjang yang bisa dikeluarkan
sebagai respons stimuli) sebagai alat mempertahankan diri dari musuh.
1. Ciri Umum Protozoa Yaitu :
a. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
b. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).
c. Hidup bebas, saprofit atau parasit.
d. Organisme bersel tunggal.
e. Eukariotik atau memiliki membran nukleus/berinti sejati.
f. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok).
g. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang
terjadi pada bakteri.
h. Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
i. Protozoa tidak mempunyai dinding sel.
j. Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot.
2. Adapun ciri tumbuhan Jenis Protozoa Autotrof
Adapun yang mencirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang
hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba yang biasa dilakukan adalah
dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan
pembelahan setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel
atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti
dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing
menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting
diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-
benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing-masing mempunyai
inti baru dan sitoplasma yang baru pula.

C. HABITAT PROTOZOA
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya
hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa
spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang
bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata
yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah
atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan
kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.

1. Jenis Protozoa Laut Bagian Dari Zooplankton


Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar
dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang
tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan
ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri
berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.

2. Protozoa Hidup Secara Soliter atau Bentuk Koloni


Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa
merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel
yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga
bentuknya mudah berubahubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar
(cangkok) dari zat kersik dan kapur.Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal
tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi,
mikrokondria, plastida, dan vakluola.

3. Macam Nutrisi Protozoa


Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu
makanannya berupa organisme lainnya, diantaranya sebagai berikutHolofilik
(Autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan
bantuan klorofit dan cahaya. Saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic
dari organisme yang telah mati ada pula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa
dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada
persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk peralihan dari bentuk
sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.

D. PROSES PENCERNAAN PROTOZOA


Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain
(bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.Senyawa makromolekul yang
tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk ke sel secara pinositosis.
Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh
kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola.Vakuola
kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam
vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikelmakanan yang lebih besar dimakan
secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok
Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk
ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola
makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman.Lisosom
memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan
didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna
dikeluarkan dari sel.Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa
bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang
disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu
silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan,
sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.

E. KLASIFIKASI PROTOZOA
Protozoa diklasifikasi dengan berdasarkan alat geraknya yang terdapat empat
filum Protozoa. Macam–jenis dari Klasifikasi Protozoa ini antara lain ialah
sebagai berikut:
1. Superklas Infusoria
jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan silia (rambut getar). Ciliata
atau Infusoria merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah hewan yang
berbulu getar. Ciliata memiliki Silia yang berfungsi untuk bergerak, menangkap
makanan dan untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Ukuran silia lebih
pendek dari flagel.Ciliata memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti
besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis
RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang
dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Pada ciliata
juga ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
air dalam tubuhnya. Di samping itu terdapat vakuola makanan untuk mencerna
dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut untuk mengeluarkan sisa
makanan. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Mempunyai
bentuk tubuh yang tetap, dan oval. . Cilliata ada yang hidup bebas dan adapula
yang parasit. Contoh yang hidup bebas adalah Paramecium caudatum dan yang
parasit adalah Nyctoterus ovalis yang hidup di dalam usus kecoa serta
Balantidium coli parasit pada babi dan dapat menyebabkan penyakit balantidiosis
(disentri balantidium).

Superklas infusoria terbagi menjadi 2 klas yaitu kelas ciliata dan klas suctoria.

a) Klas Ciliata
Sebagian besar Ciliata berukuran mikroskopis, tetapi sepesies yang terbesar
berukuran 3 mm sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Anggota Ciliata
ditandai dengan adanya organ silia (bulu getar) pada suatu tahap dalam hidupnya.
Silia digunakan untuk bergerak dan mencari makan.

Struktur Tubuh Ciliata

 Kebanyakan ciliata berbentuk asimetris kecuali ciliata primitif, simetrinya


radial. Tubuhnya diperkuat oleh pelikel, yaitu lapisan luar yang tersusun dari
sitoplasma padat. Tubuhnya diselimuti oleh silia. Silia yang menyelubungi
seluruh permukaan tubuh utama disebut silia somatic. Ciliata mempunyai dua
tipe inti (Nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan, dan mikronukleus (inti kecil) merupakana bahan inti yang
dipertukarkan selam konjungsi. Ciliata mempunyai organel yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya, yaitu vakuola kontraktil.

Klas Ciliata dibagi menjadi 4 Ordo yaitu :

 Ordo Holotrichida, Contoh: Paramecium caudatum, Coleps hirtus, Lacrymaria


olor, Dileptus anser, Opalina. Ordo Heterotrichida, Contoh: Balantidium coli,
Nyctotherus Ordo Hypotrichida, Contoh: Stylonychia mytilus, Aspidisco
costata Ordo Peritrichida, Contoh: Vorticella Campanula.

b) Klas Suctoria (Acinetaria)

Ciri – ciri klas suctoria adalah sebagai berikut :

 Suctoria yang masih muda dalam kehidupannya mempunyai persamaan dengan


Ciliata, dan juga mempunyai silia, hidup bebas berenang. Suctoria muda ini
berenang-renang beberapa waktu untuk kemudian melepaskan silia-silianya dan
selanjutnya berubah ke tingkat dewasa. Hampir semua jenis suctoria ini
tertambat pada suatu tempat Bentuk tubuhnya berbentuk bola panjang,
bercabang-cabang dan diantaranya mempunyai tangkai atau kaki untuk melekat
pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda). Tidak
mempunyai cytosome, dan mangsa ditangkap dengan tentakel.Bentuk tentakel
seperti mantel yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak.
Fungsinya untuk menangkap dan membawa makanan yang berupa ciliata-ciliata
kecil.Tentakel Runcing fungsinya untuk menusuk mangsanya danmembawanya
ketempat yang baik. Dengan bantuan orus dan melalui tentakel ini maka mangsa
tersebut sampai ke dalam sel-sel tubuh. Larva mempunyai silia. Hidupnya
bebas yaitu pada tempat yang sejuk misal Podophyra, pada tempat payau
(pertemuan antara sungai dan laut), pada air asin, pada tumbuhan. Hidupnya
parasit pada binatang air yang kecil. Perkembang biakan dengan pembelahan
(fission) atau pembiakan (budding).

Contoh hewan Klas Suctoria :


1.Podophyra colzoni hidup bebas dalam air yang sejuk.
2.Dendrosoma bercabang-cabang sampai 2,5 mm panjangnya.
3.Sphaerophrya berbentuk bola, parasit pada Paramaeuom dan Stentor.
4.Trichophrya micropteri hidup pada insang ikan laut.
5.Allantosoma hidup pada usus besar kuda.

Dari beberapa anggota Cilliata, anggota Ciliata yang terkenal adalah


Paramaecium. Adapun klasifikasi dari Paramecium caudatum sebagai berikut :
Klasifikasi
- Kingdom : Animalia
- Filum : Protozoa
- Class : Infosoria
- Ordo : Holotrichida
- Family : Holotrichidae
- Genus : Paramecium
- Spesies : Paramecium

caudatumParamecium ini berukuran sekitar 50-350ɰm. yang telah memiliki


selubung inti (Eukariot). Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti
kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi,
dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan
metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu
secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan
konjugasi).Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak
melayang-layang di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara
menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut
sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan
uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna
dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk
mengeluarkan sisa makanan.Bagian tubuh yang terlebar adalah bagian tengah
dengan suatu lekukan mulut. Bagian anterior tumpul, sedangkan bagian posterior
runcing. Kulitnya tipis dan elastis. Adapun yangmenutupi kulit adalah rambut-
rambut kecil yang jumlahnya banyak, yang disebut silia.

Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar paramecium
ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam paramecium terdapat
sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan
mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu animalcules karena
bentuknya seperti sepatu atau sandal.Paramecium bergerak maju sambil
mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang
berlawanan dengan arah jarum jam. Pergerakanya tersebut terjadi karena
perpaduan antara gerak silia tubuh seperti sistem dayung dan gerak silia pada oral
groove yang sangat kuat. Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri,
alga, dan ragi. paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama
dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan.

Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada
cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu,
melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan. Vakuola makanan berjalan
menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk vakuola dan
mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan
vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah
sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts
ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap
mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat
digunakan sebagai metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs.
bentuk umum mereka dari mangsanya adalah bakteri. Hewan ini banyak hidup di
air tawar, mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk. Selain itu
Paramecium juga memiliki beberapa sel dari Paramecium caudatum yang
memiliki fungsi masing–masing disini akan disebutkan fungsi tersebut :

1. Pelikel/Pelliculus–meliputi membran yang melindungi paramecium seperti


kulit.
2. Cilia–pelengkap seperti rambut yang membantu bergerak dan makanan
paramecium.
3. Rongga Mulut–mengumpulkan dan mengarahkan makanan ke dalam mulut sel.
4. Mulut sel/Cytosome – untuk makanan.
5. Cytopharynix – tekak sel.
6. Pori Anal – untuk mengeluarkan limbah
7. Vakuola Kontraktil (Vakuola berdenyut)–untuk mengeluarkan sisa makanan
cair dengan berkontraksi/berdenyut.
8. Vakuola Makanan–untuk mencerna makanan sambil mengedarkan ke seluruh
sel.
9. Sitoplasma–cairan antar sel yang dibutuhkan untuk komponen sel penting.
10.Trichocyst–digunakan untuk pertahanan
11.Tenggorokan–jalan makanan menuju vakuola makanan
12.Macronucleus–yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme,
pertumbuhan, dan regenerasi.
13.Mikronukleus–yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan
inti besar.

Sistem Reproduksi Paramecium caudataum memperbanyak diri atau


bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan
pembelahan biner yaitu membelah menjadi dua secara mitosis, kemudian
dilanjutkan oleh makronukleis secara amitosis. Tampak satu sel membelah
menjadi 2, kemudian menjadi 4, 8, dan seterusnya. Pembelahan ini diawali
dengan mikronukleus yang membelah dan diikuti oleh pembelahan makronukleus.
Kemudian akan terbentuk 2 sel anak setelah terjadi penggentingan membran
plasma, masing-masing sel anak tersebut identik dan alat sel lainnya mempunyai
dua nukleus sitoplasma.Selain itu dapat pula berkembang biak secara konjugasi .
Konjugasi pada Paramecium sebagai berikut:
1. Paramaecium berdekatan dan saling menempelkan bagian mulutnya
2. Mikronukleus membelah berturut-turut menjadi empat mikronukleus,
makronukleusnya lenyap/menghilang
3. Tiga mikronukleus lenyap, satu mikronukleus membelah lagi menjadi dua
mikronukleus yang berbeda ukurannya (besar dan kecil), kemudian mikronukleus
yang kecil dipertukarkan antar dua Paramaecium yang berlekatan tadi sehingga
menghasilkan zigot nukleus. Setelah itu Paramaecium memisah.
4. Selanjutnya zigot nukleus membelah tiga kali berturutturut menghasilkan
delapan inti baru
5. Kemudian tiga inti lenyap, empat inti bergabung menjadi makronukleus dan
satu inti menjadi mikronukleus.
6. Pada akhirnya Paramaecium akan membelah dua kali berturut-turut yang
menghasilkan empat Paramaecium baru.
3. Superklas Rhizopoda (Sarcodina)
Sarcodina merupakan organisme yang melayang maupun menjalar, walaupun
pada beberapa anggota ada yang sesil. Lapisan periplast yang tipis membentuk
pseudopodia dan gerakan amuboid pada spesies yang telanjang. Mungkin terdapat
daya penggerak dalam pembentukan pseudopodia tertentu.Beberapa Sarcodina
juga mengalami perkembangan sebagai flagellata dalam siklus hidupnya. Fase
flagellata terjadi selama gamet, ditemukan pada Foraminifera. Pada beberapa
kasus, fase flagellata hanya terlihat sebagai fase aktif kedua pada siklus hidup
yang dimorfik. Persebaran kelompok Sarcodina cukup luas dan ditemukan pada
air bersih, air garam dan tanah. Walaupun demikian, Radiolaria ditemukan di
lautan dan Foraminifera hidup di air bersih yang merupakan kelompok primitif
seperti testacida. Beberapa anggota Sarcodina bersifat parasit. Bentuk sesil
bervariasi biasanya epipytic atau epizooic, endoparasit terbatas pada beberapa
spesies yang primitif. Berdasar pada pseudopodial, Sarcodina dibedakan menjadi
dua kelas, yaitu Actinopoidea dan Rhizipoidea. Actinopoidea memiliki axopodia
sedangkan Rhizopodea memiliki pseudopodia lain yang bukan termasuk
axopodia.

a) Kelas Actinopodea
Kelas Actinopodea merupakan kelas yang anggotanya berupa organisme sesil
dan melayang terbesar, walaupun terdapat fase flagelata pada beberapa genus.
Kelas ini terbagi menjadi tiga ordo, antara lain:

(1) Helioflagellida, dengan 1 atau lebih flagel yang salah satunya merupakan
bentuk tetap atau karakteristik yang dominan pada siklus hidup,
(2) Heliozoida, dengan fase flagellata yang jarang dan pada sitoplasma bagian
dalam tidak dipisahkan dari daerah luar oleh central capsule, dan
(3) Radiolaria, central capsule merupakan karakteristik dan memiliki struktur
skeletal lebih tinggi dari Heliozoida.
Ordo 1: Helioflagellida

Hubungan anggotanya tidak jelas dan biasanya disebut Rhizimastigida


(Mastigophora) dan Proteomyxida. Kehadiran axopodia dan central capsule jelas
pada beberapa genus. Beberapa spesies yang termasuk ordo Helioflagellida dapat
dilihat pada Gambar berikut.

Ordo 2 : Heliozoida

Heliozoida memiliki susunan axopodia yang melingkar jarang terdapat


anastomose dan terdapat globular atau granular. Karakteritiknya adalah aliran
granular sepanjang axopodia. Di bagian dalam dan periplast tidak dipisahkan oleh
central capsule. Sebagian besar heliozoida memiliki tipe berenang berbentuk bola,
kecuali pada sedikit spesies dari Acanthocytis, Camptonema, dan genus lainnya,
pada air bersih. Penjelasan mengenai Heliozoida tidaklah cukup. Meskipun
demikian, itu sulit diketahui axonema pada pseudopodia dan beberapa spesies
memiliki axonema yang tidak dapat dilihat.
Berdasarkan sitoplasma periferal dan derivatnya, Heliozoida mungkin
digolongkan ke dalam tipe telanjang dan mengeluarkan beberapa macam sekret.
Sekret dapat berupa spina atau mungkin kapsul yang mengandung pori-pori. Pada
beberapa tipe telanjang seperti Actinophys , sitoplasma bagian luar terdiri dari
beberapa vakuola kontraktil. Lapisan vakuola bagian luar merupakan daerah
granular yang tebal dari sitoplasma.Disekeliling nukleus terdapat lapisan hialin
yang merupakan akhir dari axonema. Pada tipe Acanthocystis, daerah vakuola
mengalami kekurangan dan badan ditutupi oleh elemen skeletal yangditanamkan
di dalam kapsul. Dibawah lapisan ektoplasma yang tipis terdapat daerah granular
yang tebal yang terdiri dari satu atau lebih vakuola kontraktil, vakuola makanan
dan daerah pemasukan. Di dalam lapisan granular, terdapat daerah sitoplasma
yang bersih yang mengandung granular utama dan nukleus.

Granular utama adalah tempat berkumpulnya axonema, yang mirip dengan


sentrosom di dalam tingkah lakunya selama mitosis .Gambar 2.3: A-D ingesti
Acanthocystis aculeate, E. bentuk vakuola luar, F.Tampak lobopodium besar, G.
Struktur seperti cytostome, H. Siliata diserang oleh kelompok Raphidocystis, I.
siliata yang dikelilingi sebuah kerumunan Cara makan lebih sering holozoic, dan
yang termasuk makanannya antara lain protozoa, algae, rotifer dan beberapa
invertebrata kecil. Setelah menangkap organisme tertentu, filamen axial akan
menghilang dan lapisan sitoplasma segera mengelilingi mangsa. Mikroorganisme
yang dimangsa secara cepat akan masuk ke dalam sitoplasma bagian dalam
dimana dilakukan proses pencernaan secara lengkap . Pada axopodia, lobopodia
pada beberapa waktu akan dibentuk dan pemasukan makanan seperti
melaluikerongkongan juga biasanya terjadi . Versi lain protozoa dalam mencari
makanan ditunjukkan oleh Raphidocytis infestans.Beberapa siliata diserang oleh
heliozoida tersebut, yang melekat pada mangsa dan kemudian bergabung
membentuk lapisan protoplasma yang menyelubungi makanan Siklus hidup
sederhana dimana engandung fase aktif dan kista. Kista dengan lapisan siliceis
ditemukan pada beberapa spesies Holozoida. Gamet flagelata dapat diproduksi
pada Wagnerella barealis, walaupun hal ini masih belum dikonfirmasi. Subdivisi
heliozoida didasarkan pada ada tidaknya elemen skeletal dan strukturnya.
Berdasarkan dasar tersebut, maka dikelompokkan menjadi tiga subordo, yaitu:

(1) Actinophrydina, tipe telanjang,


(2) Acantocystidina, dengan adanya kapsul gelatin yang memisahkan elemen
skeletal, dan
(3) Desmothoracina, terdiri dari beberapa pori-pori.

Ordo 3: Radiolarida

Organisme laut, dengan sejarah geologi yang berasal dari Silurian dan dari
Cambrian, merupakan kelompok tertua hewan. Ciri khas yang paling mencolok
adalah rangka tubuhnya, yang telah mengalami spesialisasi ke tingkat tinggi.
Organisasi umum tubuh axopodia dihubungkan dengan heliozodia, tetapi
bentukan kapsul pusat yang ada memisahkan zona dalam dan luar protoplasma
yang menyebabkan perbedaan. Kapsul pusat berada pada lapisan yang berbeda,
biasanya tunggal namun terkadang ganda dan dapat dideteksi dengan mudah
kecuali pada Actipylina. Kapsul tersebut mungkin berbentuk bulat, bulat telur atau
bercabang, dan tersusun atas kitin, pseudochitin, atau tectin. Kapsul dapat diserap
dalam kadar yang tinggi maupun rendah tergantung spesiesnya, diperlukan dalam
peningkatan diameter seiring pertumbuhan organisme, dan mungkin agak
berubah-ubah dalam bentuk bahkan dalam organisme dewasa. Perforasi baik
terdistribusi secara merata atau hanya di satu atau lebih kelompok, sitoplasma
juga berfungsi sebagai taxonomic features.

Kerangka dari Actipylina sebagian besar terdiri dari sulfat strontium,biasanya


dengan susunan radial dari elemen rangka. Komponen dasar duriberasal dari
tubuh, melewati kapsul pusat. Pada permukaan tubuh terdapat kisi atau shell, yang
menyatu dengan duri radial. Untuk kelompok lain Radiolarida, elemen rangka
silikanya beraturan. Jika terdapat batang dan duri selalu berada di luar kapsul.
Kerangka kisi berbentuk bulat atau tidak bulat, dan dalam kasus yang terakhir
mungkin mendekati simetri bilateral. Kerangka yang rumit sudah dikembangkan
pada awal sejarah yang diketahui dari Radiolarida.Sitoplasma intra kapsular yang
berisi inti tempat cadangan disimpan, butiran pigmen pada beberapa spesies, dan
yang disebut "selkuning" di Actipylina. Jumlah inti bervariasi. Pada Actipylina
biasanya multinukleat, sedangkan Monopylina dan Tripylina biasanya
uninucleate. "Sel kuning" yang terdapat dalam radiolarida banyak, namun
padaTripylina hanya sedikit. Pada spesies Calymma berkembang dengan baik.
Biasanya intra kapsular pada Actipylina, ekstra kapsular dalam kelompok lain. Di
daur hidup, parasit ini umumnya bulat ovoid. Setelah mati, dapat berkembang
menjadi tahap Pamella yang menimbulkan flagelata. Beberapa radiolarida seperti
collozoum dan sphaerozoum adalah bentuk koloni di mana sejumlah kapsul pusat
tertanam dalam bentuk memanjang dari sitoplasma extracapcular. Dalam spesies
tertentu setiap kapsul berisi sejumlah pusat inti. Elemen rangka berkurang
menjadi spikula yang tersebar. Siklus kehidupan radiolarida sulit diketahui karena
cukup rumit, tetapi pengamatan lebih luas diperlukan. Namun sejak beberapa
spesies air dangkal dapat bertahan di laboratorium dalam waktu yang lama,
mungkin penerapan teknik yang telah begitu produktif untuk Foraminiferida akan
menghasilkan informasi yang berharga pada Radiolarida.

Meskipun reproduksi telah dilacak pada spesies relatif sedikit, fisi terjadi
pada spesies dengan unsur-unsur kerangka yang sederhana. Kapsul pusat dibagi,
dan setiap elemen rangka diteruskan ke organisme yang sama. Fisi kerangka
berbentuk helm tripilina tertentu. Satu organisme mempertahankan shell tua, dan
lain dan mengembangkan yang baru. Menurut Brandt, Thallophysidae tertentu
dapat menjalani plasmotomi rumit yang berbeda dari induknya, dan menghasilkan
sejumlah organisme kecil, masing-masing dengan beberapa inti. Bukti untuk
fenomena seksual pada Radiolarida di literatur dijelaskan mengenai gamet.
Namun, syngamy belum diamati, dan chatton menyimpulkan bahwa beberapa
flagelata jelas tidak dinoflagellates dan mereka menunjukkan kemiripan gamet
dari Foraminiferida. Meskipun radiolarida bukan tipe perenang, setidaknya
beberapa dari mereka ternyata bisa naik atau tenggelam dalam menanggapi
perubahan kondisi lingkungan.

Sebuah runtuhnya vakuola dalam calymma meningkatkan berat jenis


organisme dan dengan demikian menginduksi tenggelam, regenerasi dari vakuola
membalikkan efek ini. Mekanisme tersebut memungkinkan spesies yang tinggal
di dekat permukaan tenggelam ketika terganggu oleh aksi gelombang kasar atau
saat suhu menjadi tidak menguntungkan. Mayoritas spesies mungkin hidup
dengan 1500 kaki dari permukaan perairan. Dalam rentang vertikal, fauna
bervariasi untuk sebagian besar dengan kedalaman. Mayoritas Peripylina
ditemukan dalam 200 kaki dari permukaan perairan, sedangkan Actipylina yang
paling melimpah di bawah 150-200 kaki dari permukaan perairan. Kelompok
tripylina dapat ditemukan terutama dalam kisaran 1,200-3500 kaki dari
permukaan perairan. Secara keseluruhan kelompok didistribusikan secara luas di
lautan, meskipun distribusi khusus bervariasi. Beberapa spesies menunjukkan
distribusi dasarnya universal, sementara yang lain mungkin terbatas untuk tropis
atau ke perairan kutub. Berbagai spesies terbesar terdapat dalam zona
khatulistiwa. Kerangka Radiolarian, tenggelam ke bawah, membuat endapan
cairan radiolarian, dan jenis fosil yang banyak diketahui.Radiolaria dibagi menjadi
empat ordo berdasarkan pada struktur kerangka dan persebaran pori-pori pada
kapsulanya:

(1) Actipylina (“Acantharia”), dengan kerangka terdiri dari radial spine yang
masuk ke dalam pusat kapsula untuk berkumpul di tengah tubuh
(2) Peripylina (“Spumellaria”), sering tanpa kerangka atau satu terbatas untuk
memutuskan hubungan ektrakapsuler dan kurang umumnya dengan kulit yang
berlubang; bentuk yang tidak teratur di pusat kapsula menunjukkan satu bentuk
persebaran pori-pori; (3) Monopyla (“Nasselaria”), dengan kapsul pusat yang
tebal yang pori-porinya terbatas pada satu tempat, ataulempeng pori-pori (Gambar
2.4.a); dan Tripylina (Phaeodaria), kapsul pusalmemiliki satu atau dua asesori
besar yang terbuka (Gambar 2.4.b). ektoplasma dan granular ektoplasma biasanya
dapat dibedakan. Pada tahap flagellate beberapa spesies biasanya ditunjukkan
pada tingkat ordo, namun yang lain siklusnya adalah monomorpic. Banyak spesies
hidup pada alat pencernaan invertebrate dan vertebrata, hidup bebas di air dan di
tanah. Ordo amoebida terbagi dalam tiga family, yaitu :

a) Dimastigamoebidae
Dimastigamoebidae siklus hidupnya terdiri dari fase flagellate dan fase
amoeboid. Amoebidae spesies yang hidup bebas tanpa tahap flagellate, dan
Endamoebidae merupakan endoparasitik amoebae. Siklus dimorpik melibatkan
fase amoeboid (dominan) dan fase flagellate (durasinya relative pendek). Anggota
dari family dimastigamoebidae ditemukan pada air jernih dan inokulasi kultur
dengan feses insekta dan vertebrata (termasuk manusia). Naegleria gruberii
terkenal paling representative. Pada tahap amoeboid kecil biasanya salah satu
bentuknya lobopodium besar. Inti selnya mengandung Feulgen besar-endosome
negative yang terbagi ketika mitosis. Pada tahap flagellate mempunyai dua
persamaan flagella adalah kondisi sementara yang dilaporkan pada pencernaan
makanan. Transformasi dari amoeba menuju flagella disebabkan oleh pencairan
kultur medium dengan air. Membran kistamenunjukkan dua lapisan dan beberapa
opercula. Komposisi gen pada famili telah terjadi perselisihan. Pada tahap
amoeboid menghasilkan susunan pseudopodia bentuk ramping, pada tahap
flagellate memiliki perbedaan flagel (yang satu lemah). Genus Naegleria termasuk
spesies dengan tahap flagellata yang menunjukkan dua persamaan flagel, dan
tahap amoeboid merupakan perpindahan dari lobopodium tumpul. Tipe spesies
pada Vahlkampfia memiliki tahap flagellate, sehingga meletakkan genus ini pada
family Dimastigamoebidae. Vahlkampfia tachypedia menujukkan menujukkan
tahap flagellate yang menyerupai N. gruberi dan seharusnya dipindahkan ke
dalam genus Naegleria.

b) Amoebidae
Amoebidae merupakan amoeba yang hidup bebas dan tidak memiliki fase
flagellate. Meskipun telah dideskripsikan siklusnya kompleks yang melibatkan
polimorfisme dan syngamy, disebabkan karena kontaminasi kultur oleh spesies
lain pada Amoebidae, Mycetozoa, dan water mold. Sekarang ini siklus hidupnya
terbatas pada tahap amoeboid dan kista. Klasifikasi Amoebidae belum
memuaskan dan tidak mendapat perhatian pada genus yang seharusnya diakui.
Selanjutnya konsep single family untuk kehidupan bebas amoeba adalah subyek
untuk keberatan bahwa habitat tidak membutuhkan ukuran akurat pada hubungan
zoological.Akibatnya, ini menjadi berbasis layak untuk bebgai macam saran
bahwa kelompok ini seharusnya terpecah ke dalam heterogen family. Pengertian
disini, permasalahan taksonomi sangat rumit karenaamoeba sangat sederhana.
Tidak memiliki tipe karakteristik tertentu yang lebih jelas pada kelompok yang
lain membutuhkan taksonomi untukmempertimbangkan jarak pada ukuran, bentuk
tubuh, tipe pseudopodia, metode pada pergerakan, struktur nucleus, bentuk dan
pemasukan dari cytoplasmik. Penggunaan secara efektif sebagai ciri yang dinamis
pada taksonomi yang jelas untuk permintaan luas ilmu pengetahuan tentang
amoeba, khususnya pada makhluk hidup. Akibatnya membutuhkan study lebih
mendalam untuk banyak spesies yang belum sepenuhnya memiliki karakter. Pada
suatu kasus, karakterisasi yang memadai pada garis kultur untuk menetapkan jarak
pada bentuk dan tingkah laku menjadi diharapkan untuk keterangan spesies.
Penelitian sistematik pada struktur dan pembelahan nukleus, pada Naegleria
memberikan informasimengenai taksonomi. Dalam hal ini nucleus dengan
endosome yang besar adalah karakteristik dari Vahlkampfia dan Acanthamoeba,
tetapi gambar mitosis secara mencolok berbeda.

Amoeba memiliki karakteristik yang dibedakan berdasarkan tipe pseudopodia,


metode pergerakan, bentuk tubuh dan perubahan bentuk uroid (kelompok layar
ektoplasmik tipis pada bagian posterior), bentuk nucleus, dan tipe Kristal
cytoplasmik pada spesies air tawar. Suatu amoeba contohnya memiliki bentuk
pseudopodia yang tetap yang mana tumbuh lebih atau ukurannya pasti tak banyak
dan dapat menarik kembali, tidak menjadi cukup lebar untuk memasukkan semua
amoeba dan tidak terjadi pergerakan secara langsung. Perkembangan lain tidak
menentukan pseudopodia yang mana tidak terbatas pada ukuran dan “pseudopodia
utama” menjadi cukup besar untuk memasukkan semua organism dan terjadi
pergerakan secara langsung. Pada Trichamoeba dan Thecamoeba, pergerakan
adalah karakterisasi yang bagus seperti aliran sitoplasmik.

c) Endamoebidae
Endamoebidae merupakan amoeba yang parasit, yang ditemukan parasite pada
pencernaan invertebrate dan vertebrata. Semua Endamoebidae kemungkinanan
endokomensal. Pengecualian untuk Entamoeba histolytica pada manusia dan E.
invadens yang menghasilakn infeksi fatal pada berbagai macam reptil.

4. Ordo Testacida
Merupakan organisme yang bergerak dengan menggunakan lobopodia atau
filopodia dan memiliki satu sisi selubung pembungkus yang merupakan hasil
sekresi. Umumnya disebut pseudochitin, bersifat flekksibel, contohnya pada
Phampagus dan Cochliiopodium. Terdapat selubung yang merupakan gabungan
silika dan khitin contohnya Hyalosphenia. Selubung pada sebagian besar
Testacida terdapat dua lapisan (Gb. 2.5 J). Lapisan dalam mengandung kitin,
kadang bercampur dengan silica. Lapisan luar berbeda pada setiap genus. Pada
Arcella (Gb. 2.5 C-F) merupakan selubung dengan susunan yang agak membulat.
Pada Amphizonella (Gb. 2.5 L) bagian selubung kadang dilapisi dengan gelatin.
Pada Centropyxis (Gb.2.5 K) merupakan kitin dan silika, yang biasanya tidak
selalu akan menyebabkan lebih keras. Pada Lecquereusia, (Gb.2.5 A) berbentuk
butiran pasir atau diatom yang mengalami modifikasi bentuk sebelum menjadi
lapisan selubung. Sedangkan pada Euglypidae, (Gb. 2.5 G-I) partikel asing akan
digantikkan oleh sisik, yang dibentuk di sitoplasma terlebih dahulu untuk
pembelahan. Pada Euglyphidae menghasilkan sisik dari absorbs mineral.
Warna lapisan selubung bervariasi pada setiap spesies. Ada warna kuning dan
coklat serta warna lain yang mungkin menjadi lebih gelap seiring umur hewan
tersebut. Warna kuning-coklat dimungkinkan mengandung besi, yang kadang
berwarna ungu (Heleoptera) merupakan mangan.

5. Ordo Foraminiferida
Pada umumnya spesies yang hidup memiliki ukuran kurang dari 10 mm.
Paling banyak ditemukan di laut dan air payau, dan sebagian kecil dilaporkan dari
air tawar. Banyak tipe-tipe bagaimanapun foraminiferida merupakan organisme
yang bergerak atau merayap secara pelan, atau ketika muda bermigrasi tetapi
bersifat sesil saat tua. Berbagai macam organisme yang sesil telah ditemukan
menempel pada rumput laut. Penempelan pada rumput laut atau benda
mengambang yang lain mungkin akan menjadi faktor yang signifikan dalam
distribusi dari spesiesnya.

Foraminifera merupakan organisme bersel satu yang telah mampu membangun


cangkang kalsit yang sangat kompleks. Cangkang foraminifera terbuat dari
kalsium karbonat (CaCO) atau partikel sedimen agglutinated. Sekitar 275.000
spesies diakui, baik yang hidup dan fosil . Foraminifera hampir sama dengan
amoeba, bedanya pada foraminifera terdapat cangkang yang dapat melindungi
protoplasmanya. Cangkang dari foraminifera tersebut biasanya dijadikan sebagai
penunjuk dalam pencarian sumberdaya minyak,gas alam atau mineral. Cangkang
foraminifera sangat beragam mulai dara 5 mikron hingga beberapa sentimeter.
Berdasarkan tipe dinding cangkang foraminifera dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Cangkang pasiran (arenaceous)


b. Gampingan tanpa pori (porcelaneous)
c. Gampingan berpori (hyaline)

Berdasarkan cara hidup, foraminifera terbagi menjadi dua yaitu:


a. Planktonik, yang hidup dalam kolom air di kedalaman 0-200 m.
b. Bentik, yang hidup di permukaan dasar perairan.
Foraminifera bentik terbagi menjadi organisme vagile (bergerak bebas) dan sessile
(diam). Foraminifera hidup di laut, meskipun begitu famili Allogromidae dan
Lagynidae hidup di air tawar.

Pola sebaran foraminifera bentik dipengaruhi terutama oleh tipe sedimen


permukaan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor kimia-fisik lainnya yaitu
kedalaman, suhu, tekanan hidrostatik, cahaya, kekeruhan air, gerakan aktif (arus
vertikal, dan pergerakan habitat), salinitas, pH, oksigen terlarut, unsur nutrisi dan
kondidi tropik, serta substansi racun dan interaksi biologi. Secara ekologis,
foraminifera memiliki peran penting sebagai bioindikator. Foraminifera yang
hidup pada lapisan sendimen pada dasar perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan mikro maupun makro lautan. Oleh karena itu foraminifera digunakan
oleh peneliti sebagai penciri lingkungan pengendapan. Yang dimaksud dengan
lingkungan pengendapan oleh para ahli geologi adalah tipe perairan.

Sebagai contoh perairan dangkal, perairan payau, laut dalam, abisal, batial,
dan lain-lain. Karena keanekaragaman mereka, kelimpahan, dan morfologi
kompleks, fosil foraminifera berguna untuk biostratigrafi, dan akurat dapat
memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Para industri minyak
sangatbergantung pada mikroorganisme seperti foram untuk menemukan deposit
minyak potensial. Foraminifera digunakan sebagai penunjuk dalam ekspolrasi
minyak bumi dimulai sejak perang dunia pertama, pada saat revolus industry
dimulai pada saat itu pula dunia membutuhkan sumber minyak untuk berbagai
aktivitas ekonomi. Sel foraminifera dibagi menjadi endoplasm granular dan
ektoplasma transparan dari mana pseudopodial muncul melalui lubang tunggal.
Siklus hidup Foraminifera melibatkan pergantian antara haploid dan diploid,
meskipun mereka sebagian besar serupa dalam bentuk haploid atau gamet
awalnya memiliki satu nukleus, dan membagi untuk memproduksi berbagai
gamet, yang biasanya memiliki dua flagella. Diploid atau skhizon adalah
multinukleat, dan setelah meiosis fragmen untuk menghasilkan gamet baru.
Beberapa putaran dari reproduksi aseksual antar generasi seksual tidak jarang
dalam bentuk bentik.

4. Superklas Sporozoa (Apicomplexa)


Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista
uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya
dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan
dan manusia. Siklus hidup sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari
satu inang. Tubuh sederhana berbentuk bulat panjang dengan sebuah nukleus. Tak
mempunyai alat gerak dan tak mempunyai vakuola kontraktil. Beberapa species
bergerak dengan mengubah bentuk sel. Makanan masuk ke dalam tubuh diserap
dari hospes secara saprozoik. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi.
Sebagai sporozoa memperbanyak diri secara aseksual dan sering disebut
Schizogony. Salah satu jenis protozoa yang unik karena tidak memiliki alat gerak.
Contoh ialah Plasmodium sp.Sporozoa memiliki kemungkinan luas sebagai
hewan parasit, pada hewan lain (Mamalia). Beberapa terdapat dalam sel hospes
dan lainnya terdapat dalam cairan tubuh atau rongga tubuh. Sporozoa ini terdapat
4.000 jenis yang sebagian besar hidup sebagai parasit pada hewan. Untuk bentuk
dewasanya tidak memiliki alat untuk bergerak. Banyak Sporozoa yang memiliki
daur hidup yang rumit, pada fase tertentu hidup pada suatu inang dan pada fase
yang lain hidup pada inang yang berbeda. Dalam daur hidupnya menunjukkan
adanya pergiliran keturunan antara fase vegetative dan generative Sporozoa yang
belum dewasa disebut sporosit yang mudah berpindah-pindah mengikuti aliran
darah. Semua Sporozoa membentuk spora berdinding tebal saat berada pada tahap
zigot.Dampak SporozoaSporozoa menyebabkan penyakit pada manusia, misalnya
toksoplasma dan malaria. Toksoplasma disebabkan oleh Toxoplasma gondi,
gejala penyakit ini tergantung dari tempat infeksi. Malaria disebabkan oleh
Plasmodium yang menginfeksi hati dan sel-sel darah merah. Inang Plasmodium
ialah nyamuk Anopheles betina tempat berlangsungnya reproduksi seksual. Ada
Empat Jenis Plasmodium yaitu :
a. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tersiana tak ganas (demam tiap 48
jam)
b. Plasmodium ovale menyebabkan malaria tersiana tak ganas dengan gejala
seperti disebabkan oleh Plasmodium vivax.
c. Plasmodium malarie menyebabkan malaria kuartana tak ganas (demam tiap 72
jam).
d. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tersiana ganas (demam tak
teratur, jika tidak segera ditangani dapat menjadi fatal).

Daur hidup Plasmodium meliputi siklus reproduksi seksual dengan inang


nyamuk dan siklus reproduksi aseksual dalam tubuh manusia. Infeksi dimulai
ketika nyamuk pembawa memasukkan partikel parasit (disebut sporosit)
bersamaan dengan kelenjar saliva yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah ke dalam sistem peredaran darah tubuh manusia.Ketika sporosit masuk ke
dalam hati, dimulai reproduksi aseksual (pembelahan ektoeritrositik) selama 7
sampai 14 hari yang menghasilkan 10.000 sampai 30.000 sel anak yang disebut
merozoit yang menyerang sel darah merah.Didalam sel darah merah merozoit
membelah lagi secara aseksual (pembelahan eritrositik) yang menghasilkan antara
8 hingga 16 merozoit setiap 48 atau 72 jam tergantung dari jenis Plasmodium.
Merosoit dilepaskan bersamaan dengan pecahnya sel darah merah yang siap untuk
menginfeksi sel darah merah yang lain.Bersamaan dengan itu juga dikeluarkan
senyawa racun yang dihasilkan merozoit sehingga bagi penderita akan merasakan
rasa demam. Beberapa merosit membentuk gametosit jantan dan betina yang
dapat masuk ke dalam tubuh nyamuk ketika menggigit penderita.Di dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina, Plasmodium melengkapi siklus hidupnya dengan
reproduksi seksual. Pembuahan berlangsung di dalam usus nyamuk yang
menghasilkan zigot. Zigot tumbuh menjadi sporosit dan sporosit inilah yang
kemudian ditularkan ke penderita baru. Beberapa jenis Plasmodium yang lain
diketahui dapat menginfeksi primate, rodensia, burung dan kadal.

Morfologi Sporozoa

1. Sporozoa tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan


dengan mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
2. Mempunyai spora berbentuk lonjong
3. Ukuran spora : 8 – 11 mikron pada dinding kitin
4. Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran
sama, terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior
5. Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior
6. Dinding katub tidak jelas

Struktur Anatomi Tubuh

Tubuhnya berbentuk bulat panjang, ukuran tubuhnya hanya beberapa micron,


tetapi didalam usus manusia atau hewan yang dapat mencapai 10 mm. Tubuh dari
kumpulan tropozoid berbentuk memanjang dan dibagian anterior kadang–kadang
terdapat kait pengikat atau filament sederhana untuk melekatkan diri pada inang.
a. Sistem Pencernaan
Sporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat makanan dari tubuh
hopesnya.
b. Sistem Respirasi Dan Ekskresi Respirasi dan ekskresi sporozoa dilakukan
dengan cara difusi.

Sistem Reproduksi
Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran
reproduksi aseksual dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk
serta membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakuka dengan
pembelahan biner. Reprodusi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.

 Reproduksi Aseksual

Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah
manusia pada saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk dalam
system retikuloendotelial. Setelah beberapa hari berada dalam system
retikuloendotelial, barulah sporozoit ini menyerang eritrosit dan berubah menjadi
trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin. Selanjutnya, trofozoit berubah
menjadi schizont, yang kemudian membelah diri berulang-ulang menjadi 6-36
merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit-sporozoit baru,pembentukan
merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.Sporozoit yang terbentuk akan menyerang
eritrosit baru sehingga terulanglah pembiakan vegetatif ini. Di antara sporozoit
yang terdapat dalam eritrosit ada yang membentuk gametosit. Gametosit jantan
disebut mikrogamet, sedang gametosit betina disebut makrogamet. Reproduksi
SeksualGametosit yang terisap ketika nyamuk mengisap darah penderita malaria,
akan berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet. Perkawinan antara
mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan berubah
menjadi ookinet di dalam dinding usus nyamuk. Inti ookinet membelah berulang-
ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus diri dengan sedikit
protoplasma dan berubah menjadi sporozoit-sporozoit baru. Selanjutnya sporozoit
menyebar di dalam alat pencernaan nyamuk, sebagian ada yang sampai di kelenjar
ludah dan siap untuk dikeluarkan.

Klasifikasi Sporozoa
Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu
dengan genus yang lain, perbedaan itu berupa :
1) Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium
2) Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Isosporadan Genus Eimerie.
3) Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mono-nukleus, cairan tubuh,
sel jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang
terdapat pada genus toxoplasma.Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa
berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan seksual (sporogoni) secara
bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung dalam satu hospes,
seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung dalam dua
hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).

Sub class Telesporidia : Terbagi dalam 3 ordo


1) Ordo Hoemosporidia, misalnya Plasmodium: Hidup di dalam darah, jaringan
parenkim pada burung dan mamalia.
2) Ordo Gregarinida, misalnya Gregarina: Parasit intra dan ekstra pada inver lain,
monocytst spec hidup dalam kencing cacing tanah.
3) Ordo Coccidia, misalnya Coccidium: Hidup di sel epitel hewanvertebrate dan
beberapa Myriaphoda atau invertebrata.
 Sub class Acnidosporidia
1) Ordo Haplosporidia, misalnya Haplosproridium.
2) Ordo Sarcosporidia, misalnya Sarcocystis.
 Sub class Cnidosporidia
1) Ordo Myxosporidia, misalnya Sphaeromyxa
2) Ordo Actinomyxidia , misalnya Triactinomyxon
3) Ordo Microsporidia , misalnya Nosamabombycis
4) Ordo Helicosporidia , misalnya Heliosporidium
4. Super klas Flagellata (Mastigophora)

Fagellata (Mastigophora) adalah Protozoa yang bergerak dengan menggunakan


flagel (bulu cambuk). Istilah flagellata dalam bahasa latin ialah berasal dari kata
flagel yaitu cambuk. Sedangkan Mastigophora dalam bahasa Yunani terdiri dari
kata mastig yang berarti cambuk, dan phoros yang berarti gerakan.Protozoa
merupakan kelompok lain protistaeukariotik. Kadangkadang antara algae dan
Protozoa kurang jelas perbedaannya. Beberapa organisme mempunyai sifat antara
algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela
dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan
klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesis.

Semua spesies Euglenophyta mampu hidup pada nutrien kompleks tanpa


adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum Protozoa.
Contohnya strainmutanalgaegenus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat
dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh
bagaimana sulitnya membedakan dengan jelas antara algae dan protozoa.
Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya
eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah (wase).

Secara umum Flagellata memiliki daur hidup dalam bentuk trofozoit dan kista.
Berkembang biak dengan cara vegetatif berupa pembelahan biner dan cara
generatif berupa konjugasi. Flagellata hidup secara soliter atau bentuk koloni.
Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau
daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organismeinang. Inang
protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae,
sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat
tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.Beberapa spesies
Flagellata memiliki peran yang penting dalam ekosistem air, yaitu sebagai
fiplankton dan zooplankton. Oleh karena itu, untuk lebih mendalami mengenai
Flagellata, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai beberapa aspek yang
meliputi morfogenesis, habitat, fisiologis, daur hidup, reproduksi dan peranan
Flagellata, sehingga diharapkan akan muncul penelitian lanjutan mengenai
Flagellata dan usaha pemanfaatannya untuk masa yang akan datang Fisiologi
Fagellata (Mastigophora)Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum
antara 16-25°C, sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi
dengan beberapa cara yaitu bersifat holozoik(heterotrof), apabila makanannya
berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof),
dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari
lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa
bahan organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara
menempel pada inang untuk mendapat nutrisi.Fitoflagellata bersifat
aerobikfotosintetik, karena sebagian besar spesies ini memiliki kloroplas,
sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Euglena viridisdapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan mencerna
organisme lain (holozoik).Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri karena
pada lapisan entoplasma terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b.
Pada keadaan lingkungan cukup cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan
zat tepung (amilum).Amilum ini disimpan didalam sitoplasma dalam bentuk butir-
butir paramilum.Habitat Fagellata (Mastigophora)Air merupakan faktor penting
keberaan Flagellata selain ketersediaan makanan, pH dan suhu. Flagellata dapat
ditemukan di lingkungan air tawar, di danau, sungai, kolam, atau genangan
air,misalnya Euglenoida dan Volvocida, maupun air laut, misalnya Dinoflagellata.
Spesies zooflagellata sebagian besar bersifat parasit, namun adapula yang
bersimbiosis dengan organisme lain, misalnya Myxotrica didalam usus rayap.

Ciri Flagellata (Mastigophora)

Flagellata terdiri dari beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang membedakan


jenis protozoa lainnya. Secara umum, Ciri-Ciri Flagellata (Mastigophora) adalah
sebagai berikut :
✓ Bergerak dengan bulu cambuk (flagelum)
✓ Memiliki pelikel  Bersifat mikroskopis
✓ Uniseluler atau berkoloni
✓ Memiliki mitokondria atau tidak
✓ Hidup secara parasit atau simbiosis mutualisme
✓ Tidak dapat membentuk sista
✓ Hidup di air tawar dan air laut
✓ Reproduksi aseksual dengan pembelahan biner
✓ Merupakan nenek moyang dari hewan dan tumbuhan
✓ Bentuk tubuh yang tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi oleh suatu
selaput yang fleksibel yang disebut dengan pellicle, disebelah luarnya terdapat
selaput plasma
Klasifikasi Flagellata (Mastigophora)
Berdasarkan struktur tubuh dan alat geraknya, phylum Protozoa
dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan
Sporozoa. Flagellata (Mastigophora), bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang
digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.
Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Fitoflagellata
fitoflagellata adalah flagellata yang dapat berfotosintetis karena memiliki
klorofil. Fitoflagellata mencernakan makanannya berbagai cara, seperti menelan
lalu mencernakan di dalam tubuhnya (holozoik), membuat makannya sendiri
(holofitik), atau mencerna organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat
fitoflagellata adalah di perairan kotor.
a. Struktur Tubuh
struktur tubuh fitoflagellata adalah tubuhnya diselubungi oleh membran
selulosa seperti volvox. Ada juga yang memiliki lapisan pelikel, seperti Euglena.
Pelikel adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung
protein.
b. Reproduksi Fitoflagellata
fitoflagellata bereproduksi melalui dua cara yaitu secara seksual dengan cara
konjugasi dan secara aseksual dengan cara membelah diri.
c. Klasifikasi Fitoflagellata
Fitoflagellata dibagi menjadi 3 kelas antara lain sebagai berikut.
1. Euglenoida: Euglenoida memiliki bentuk tubuh anggota Eugleoida yang
menyerupai gelondong dan diselimuti oleh pelikel. Euglenoida mempunyai satu
atau dua flagela di bagian ujung anterior. Di bagian ujung anterior terdapat bintik
mata yang berwarna merah dengan mengandung pigmen karoten. Bintik mata
tersebut berfungsi dalam melindungi daerah yang peka cahaya di pangkal flagela.
Anggota kelompok ini dikenal dengan Euglena viridis.

Euglena viridis banyak dijumpai di air tawar dengan ciri-ciri antara lain
sebagai berikut: Memiliki ukuran tubuh 35-60 mikron Ujung tubuh yang
meruncing dengan satu bulu cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dengan
flagela. Gerakan tersebut disebut juga dengan gerak euglenoid. Memiliki stigma
(bintik mata berwarna merah) untuk membedakan gelap dan terang. Memiliki
kloroplas yang mengandung klorofil yang digunakan untuk berfotosintetis. Ada
juga Euglena yang tidak berkloroplas, seperti Astasia. Makanan masuk melalui
sitofaring yang menuju ke vakuola, dan di vakuola tersebut makanan yang berupa
organismek kecil akan dicerna.
2. Dinoflagellata: Dinoflagellata memiliki bentuk tubuh yang bervariasi tetapi
kebanyakan lonjong dengan warna yang kecokelatan dan kekuningan.
Dinoflagellata merupakan penyusun plankton laut. Walaupun sebagian besar dari
habitat di laut, ada juga yang hidup di air tawar. Dinoflagellata bersimbiosis di
terumbu karang, ubur-ubur, anemopn, dan invertebrata lainnya. Flagelanya
terletak di cekungan transversal yang mengelilingi tubuh. Banyak spesies
dinoflagellata kehilangan flagelanya dan tumbuh sebagai fase vegetatif yang
nonmotil. Contoh anggota dinoflagellata antara lain. Ceratilum, Noctiluca
milliaris, dan Gymnodinium. Noctiluca milliaris kebanyakan hidup diair laut dan
mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
✓ Memiliki dua flagela yaitu satu panjang dan yang satunya pendek
✓ Melakukan simbiosis dengan jenis alga tertentu
✓ Tubuhnya dapat memancarkan sinar yang terkena rangsangan mekanis. Kita
dapat melihatnya pada waktu malam, ketika ombak memecah karang atau dayung
memukul air laut, akan timbul cahaya yang berkilauan yang dihasilkan oleh
Noctiluca.

3. Volvocida: Volvocida umumnya berbentuk bulat, dengan hidup secara soliter


atau berkoloni. Volvocida mempunyai 2 flagela. Dinding sel Volvocida tersusun
atas selulosa. Contohnya anggota kelompok ini paling terkenal adalah Volvox
globator, Ciri-ciri volvox adalah sebagai berikut:
✓ Koloninya terdiri ribuan individu yang bersel satu dan masingmasing
memiliki dua flagella Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma, dan
kloroplas. Sel-sel dihubungkan dengan benang-benang protoplasma yang
membentuk hubungan fisiologis.

2. Zooflagellata
zooflagellata adalah flagellata yang tidak berkoloroplas dan menyerupai hewan.
Zooflagellata habitat di air tawar dan air laut. Sebagian besari dari zooflagellata
adalah bersifat parasit, walaupun ada juga yang hidup bebas.

a. Struktur Tubuh
Bentuk tubuh Zooflagellata mirip dengan leher porifera. Zooflagellat
mempunya flagella yang memiliki fungsi untuk menghasilkan aliran air dengan
mengoyangkan flagela. Selain itu, flagela juga berfungsi sebagai alat gerak.

KLASIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA PADA FILUM PORIFERA

Hewan jenis ini mempunyai wujud fisik yang beraneka ragam, bisa dikatakan
mirip dengan tumbuhan, warna yang dihasilkan dari tubuhnya juga bervariasi
serta bisa mengalami perubahan. Karakteristik secara umum yang dimiliki oleh
porifera ialah mempunyai sel banyak pada tubuhnya, berbentuk asimetris (simetri
radial). Porifera mendapatkan oksigen dan juga makannanya dari siklus alami air
yang mengalir kemudian membawa benda-benda yang bisa menjadi santapannya.
Porifera mempunyai ukuran tubuh mulai dari yang berukuran kecil dalam
milimeter sampai yang berukuran besar dalam meter. Bagian-bagian dari sel akan
membentuk anggota tubuh dari porifera menjadi dua lapisan, namun jaringan
yang sudah terbentuk bisa dikatakan belum sempurna, dan pada kedua bagiaannya
terdapat gelatin. Pada bagian tubuhnya terdapat banyak pori, rongga-rongga yang
digunakan sebagai tempat mengalirnya air, serta terdapat saluran-saluran.

Kemudian pada bagian permukaannya terbentuk dari sel-sel yag mempunyai


leher berflagelum (sering disebut dengan koanosit). Proses pencernaan pada
porifera terjadi di bagian dalam sel. Secara umum hewan ini mempunyai susunan
rangka pada bagian dalam. Hewan ini berkembang biak menggunakan 2 cara
yakni berkembang biak melalui cara kawin dan cara tak kawin. Jika melakukan
cara kawin bisa dilakukan karena adanya interaksi antara sel spermatozoid dan
juga sel telur. Bagian larvanya mempunyai bulu berbentuk getar dan bisa
melakukan renang. Sedangkan jika melalui cara tak kawin proses
perkembangbiakannya dengan cara bertunas.
Berdasarkan sistem saluran air yang terdapat pada porifera hewan ini
dibedakan atas tiga tipe tubuh, yaitu :

1. Tipe Ascon
Tipe askon merupakan bagian dimana lubang-lubang yang berada pada
bagian ostiumnya langsung terhubung kebagian saluran yang berbentuk lurus
dan secara langsung air akan mengalir menuju kebagian spongosol atau lebih
dikeal dengan rongga dalam. Tipe Askon ialah suatu tipe pada saluran air yang
mempunyai bentuk paling sederhana dibandingkan dengan tipe yang lainnya.
Pada tipe ini prosesnya bisa diawali dari bagian ostia yang nantinya akan
dihubungkan secara langsung pada bagian yang bernama spongocoel.
Selanjutnya dari bagian spongecoel air akan mengalir keluar melewati bagian
oskulum. Tipe askon misalnya : Leucoslenia.

2. Tipe Sycon
Definisi dari tipe sikon merupakan salah satu tipe saluran air yang bagian
lubang ostiummnya secara langsung terhubung pada bagian salurang yang
mempunyai cabang selanjutnya kebagian rongga yang secara terhubung dengan
bagian spongsool. Tipe ascon merupakan porifera yang mempunyai dua tipe
saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui
pori ke saluran radial yang berdinding koanosit-spongocoel-keluar melalui
oskulum. Contoh : Scypha.

3. Tipe Leucon (Rhagon)


Tipe rhagon merupakan porifera yang bertipe saluran air yang kompleks atau
rumit. Porifera memiliki lapisan mesoglea yang tebal dengan sistem saluran air
yang tebal dengan sistem saluran air yang bercabang-cabang. Koanosit dibatasi
rongga bersilia berbentuk bulat. Air masuk melalui pori-saluran radial yang
bercabang-cabang keluar melalui oskulum. Misalnya: Euspongia dan Spongila.

Klasifikasi Porifera
Berdasarkan atas kerangka tubuh atau spikulanya, porifera dibagi menjadi tiga
kelas.
1. Kelas Calcarea
Kerajaan: Animalia
Filum: Porifera
Kelas : Calcarea

Calcarea merupakan spons yang hidup dilaut. Spon ini memiliki kerangka
spikula dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan
mikoskleres. Bentuk spoms ini barvariasi dari bentuk yang menyerupai vas
dengan simetri radial hingga bentuk-bentuk koloni yang berbentuk banguna
serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan bahkan
ada yang mencapai bentuk raksasa.

a. Sub Kelas Calcaronea


Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa larva amphibalstulae.
Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap koanosit muncul dari
nucleus. Spikula triradiate biasanya satu helai yang terpanjang dari yang lain.
Struktur tipe saluran air yang ada pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid yang
berasal dari tipe syconoid. Ordo LeucosolenidaTipe ini memiliki struktur
ascinoid. Contoh : Leucosolonia. Ordo SyncettidaTipe saluran air yang ada pada
ordo ini ada yang berupa syconoid atau leuconoid. Contoh Sycon.

b. Sub Kelas Calcinea


Ciri khas yang ada pada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa
parenchymula dan flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit
yang menempati dasar sel. Pada sebagian besar spesies triradiata, spikula
memiliki ukuran yang sama. Bentuk leuconoid yang ada pada kelas ini tidak
berasal dari tipe Syconoid tetapi langsung berupa anyaman asconoid. Ordo
clathrinidaCiri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid yang
secara permanen serta tidak memiliki membran dermal atau korteks. Contoh
Clathrina. Ordo LeucettidaCiri khas dari ordo ini adalah tipe saluran air yang
berupa Syconoid hingga leuconoid dengan membran dermal atau korteks yang
jelas. Contoh Leucascus levcetta Ordo PharetronidaCiri khas yang ada pada
ordo ini adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid dan rangka tersusun
dari spikula Quadriradiata yang disertai penguat Calcareous. Contoh Petrobiona
dan Minchinella.Kerangka tubuh pada kelas calcarea berupa spikula yang mirip
dengan duri-duri kecil dari kalsium karbonat. Misalnya : Scypha,Leucosolenia,
dan Grantia. Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari Calcarea ialah :
✓ Rangka tersusun atau kalsium karbonat.
✓ Tubuhnya berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau silinder.
✓ Tingginya kurang dari 10 cm.
✓ Hidup dilaut.

2. Kelas Hexactinellide
Kerajaan : Animalia
Filum: Porifera
Kelas : Hexactinellida (Schmidt, 1870)
Sub Kelas: Hexasterophora dan amphidiscophora
Ordo : Amphidiscosida
Order:Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa.

Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan.


Habitat utama dari porifera ini ada pada lautan dalam. Ciri yang membedakan
kelas ini dari kelas lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat.
Kerangka spons pada kelas hesantinellida tidak memiliki jaringan spongin. Sel
epithelium dermal dan koanosit terbatas pada bentuk-bentuk ruang yang
tersembunyi.

a. Sub Kelas Hexasterophora


Ciri khas yang ada pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya
berupa hexaster. Contoh Euplectella.
b. Sub Kelas Amphidiscorpha
Ciri utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa
Amphidics. Contoh Hyalonema. Kerangka tubuh kelas hexatinllida berupa spikula
bersilikat atau kersik (SiO2). Umumnya berbentuk silinder atau corong. Misalnya
Euplectella aspergillum.Adapum ciri-ciri atau karakteristikdari hexatinllida
ialah :
a.Spikula berjumlah enam.
b.Tubuhnya berwarna merah pucat dan bentuknya seperti vas.
c.Hidup dilaut pada kedalaman 200 – 1000 meter.

3. Kelas Demospongia
Kingdom: Animalia
Filum: Porifera
Kelas: Demospongiae
Ordo: Halichondrida

Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa


empat spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya. Beberapa bentuk
primitive tidak memiliki rangka. Tipe saluran ar yang berada pada spons ini
berupa leuconoid. Porifera yang masuk dalam kelompok Demospongia memiliki
penyebaran yang luas dari daerah tdal hingga kedalaman abvasal. Beberapa
bentuk memiliki habitat di air tawar.

a. Sub Kelas Tetractinomorpha


Ciri utama dari sub kelas tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres
tetraxonoid dan monoxonid, mikrokleres asterose dan kadang-kadang tidak
memiliki serat spongin. Tubuh spons ini memiliki bentuk radial dan
perkembangan cortical axial mengalami kemajuan. Kelompok ini mengcakup
spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang primitve menetaskan
amphiblastulae. Ordo HomosclerophoridaPorifera dalam ordo ini merupakan
Tetractinomorpha primitive yang memiliki struktur Leuconoid homogen dengan
sedikit daerah terdeferensiasi. Larva menetas berupa amphiblastula. Spikulanya
berupa teract berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki rangka seperti
pada Oscarella. Ordo ChoristidaPorifera yang termasuk ordo Choristida paling
tidak memilki beberapa megaskleres tetraxons, biasanya berupa triaenes,
mikroskleres berupa aster, stepaster atau sigmasprae yang khas.Bentuk tubuhnya
seringkali rumit. Spons ini memilki korteks yang dapat dibedakan secara jelas dan
seringkali tersusun atas lapisan fibrosa di sebelah dalam dan lapisan gelatin di
bagian luar. Contoh : Geodia dan Aciculites.

b. Sub Kelas Ceractinomorpha


Ciri utama yang menjadi dasar pengklarifikasian dari sub kelas ceractinomorpha
adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid,
dan mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan.
Pada rangkanya juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang
bervariasi Ordo HalichondridaPorifera yang ada dalam ordo
Halichomonacndrida memiliki kerangka megaskleres berupa monactinal dan atau
diactinal serta tidak memilki microskleres. Contoh Halichondrida,
Hymenniacdondan, Ciocalypta. Ordo PoeciloscleridaPorifera yang masuk dalam
ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung megaskleres choanosomal dan
dermal. Contoh,Coelosphoera dan Myxilla. Ordo HaploscleridaPorifera ini
kadang-kadang memilki rangka silikta yang jika ada terbuat dari kategori tunggal
dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam suatu
anyaman yang diikat dengan perekat spogin. Contoh Haliclona, Megaskleresnya
berupa diactinal dan kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi
dalam hal ukuran. Jika ada, mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid
atau raphdes. Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan
mempunyai rangka dari serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada.
Dermal yang terspesialisasi hanya terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu
jaringan yang kompleks dari serat spongin bercabang-cabang menembus jaringan
Dermal. Contoh Callyspongia. Ordo Dictyoceratida Porifera yang masuk dalam
ordo ini tidak memiliki spikula. Rangka sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman
dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel lain seperti pasir, kerang,
spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh spongin A.Kerangka
tubuh kelas Demospongia terbuat dari spongin saja, atau campuran dari spongin
dan zat kersik. Misalnya Euspongia sp. Dan spongilla sp.Adapun ciri-ciri atau
karakteristik dari Demospongia yakni:
✓ Tersusun dari spongin.
✓ Tubuhnya berwarna merah cerah karena mengandung pigmen yang terdapat
pada amoebosit.
✓ Tinggi dan diameternya ,emjadi lebih dari 2 meter.
✓ Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.
✓ Hidup dilaut dan di air tawar.

CIRI-CIRI HEWAN INVERTEBRATA PADA FILUM PORIFERA

Dalam membedakan spesies dari filum porifera, maka perlunya kita mengetahui
ciri-ciri porifera secara umum. Ciri-ciri porifera adalah sebagai berikut :
1. Hewan yang bersel banyak (merazoa) yang paling sederhana atau primitif.
2. Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter.
3. Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga atau piala dan melekat pada dasar
perairan.
4. Tubuhnya terdiri dari dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luarnya
(epidermis) yang tersusun ata sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut dengan
pinakosit.
5. Pada epidermis yang terdapat porus atau lubang kecil disebut dengan ostia yang
dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel)
6. Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang disebut
dengan koanosit yang berfungsi untuk mencerna makanan.
7. Didalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel
skleroblas, sel arkheosit.
8. Diantara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan
kental yang disebut dengan mesoglea atau masenkin.
9. Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang
telah dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblasnya berfungsi dengan membentuk
duri (Spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat.
10.Spongin tersusun dari serabut-serabut spongin yang lunak berongga dengan
membentuk seperti spon.
11.Sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas,
pembentukan gamet, pembentukan bagian-bagian yang rusak dan regenerasi.
Makanan porifera berupa partikel zat organik atau makhluk hidup kecil yang
masuk bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan lalu ditangkap oleh
flagel pada koanosit yang kemudian dicerna didalam koanosit.dengan demikian
pencernaanya secara intraseluler.Setelah dicerna, zat makaknan tersebut diedarkan
oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Zat sisa makanan yang dikeluarkan
melalui oskulum bersama sirkulasi air.

C. PERANAN HEWAN INVERTEBRATA PADA FILUM PORIFERA

Spons adalah hewan yang termasuk dalam filum porifera. Nama porifera berarti
pembawa pori, atau memiliki lubang. Mereka dianggap menjadi salah satu
organisme yang paling sederhana. Mereka memilki nilai ekonomi. Hewan
Demospongia yang hidup dilaut dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya spons untuk mandi dan pemberih kaca. Porifera memilki peran yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Peranan porifera bagi
kehidupanmanusia sebagai spons mandi dan alat gosok, zat kimia yang
dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker. Contohnya zat plakoridin
A. Pada spon plakortis di Jepang, dapat berguna sebagai sitotoksin bagi sel
Limfoma (Kanker Limpa). Selain hal itu, teryata porifera dapat mengebalikan zat
air. Hal ini dapat dibuktikan karena zat-zat yang tidak berguna yang berada di
sekitar porifera bisa tersedot melalui pori-pori dan porifera akan
menyaringnya.Adapun manfaat porifera dalam kehidupan manusia. Manfaat
porifera adalah sebagai berikut :
1. Hewan demospongia yang hidup dilaut dimanfaatkan sebagai spons.
2. Hewan Demospongia juga dimanfaatkn sebgaia alat pembersih. Zat kimia
yang dikeluarkan dapat mengobati penyakit kanker.Sebagai anti-inflammatory,
antitumor, dan anti biotik. Sebagai alat penggosok untuk madi dan mencuci.
Sebagai penyaring air. Sebagai hiasan akuarium.Porifera juga dijadikan sebagai
obat kontrasepsi (KB). Sebagai saran untuk berkembang biak dan mencari
makanan bagi beberapa hewan laut. Sebagai makanan hewan laut lainnya.
Sebagai tempat bersembunyi beberapa hewan laut dari predator. Sebagai
campuran bahan industri (Kosmetik).
3.Coelenterata

A. PENGERTIAN COELENTERATA

Coelenterata adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga dengan


bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada saat
berenang, mulut coelenterata menghadap ke dasar laut. Tubuh Coelenterata
(hewan berongga) adalah terdiri atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan
dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea).
Istilah Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata Coeles yang berarti
rongga dan interon yang berarti usus. Funggsi rongga tubuh pada Coelenterata
adalah sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).

Coelenterata lebih dikenal dengan sebutan Cnidaria. Istilah Cnidaria berasal


dari bahasa Yunan dari kata cnida yang berarti penyengat karena sesuai dengan
namanya cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada
tentakel yang ada disekitar mulut.
1. Lapisan Ektoderm
Lapisan ektoderm tersusun oleh:
a. Sel epithelliomusculer yang berfungsi untuk kontraksi otot dan penyokong
tubuh.
b. Sel sensoris yang berfungsi sebagai alat peraba.
c. Sel cnidosit yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh, karena dilengkapi alat
penyengat (nematokist) dan menghasilkan racun yang disebutdengan cnidoblast.
d. Sel interstital yang berfungsi untuk membentuk sel gamet, sel tunas, sel
cnidosit dan untuk regenerasi.

2. Lapisan Gastrodermis
Lapisan ini merupakan lapisan dalam yang berbatasan dengan rongga
gastrovaskuler, dimana lapisan gastrodermis tersusun oleh:
a. Sel sensoris
b. Sel epithelliomusculer
c. Sel gastrodermis (kelenjar) yang dilengkapi flagel dan memiliki fungsi untuk
enzim pencernaan.
2. Lapisan MesogleaLapisan ini terdapat di antara epidermis dan gastrodermis.
Lapisan mesoglea merupakan lapisan yang tidak tersusun oleh sel dan berisi
gelatin.

B. CIRI-CIRI COELENTERATA

Coelenterata memiliki bentuk tubuh polip dan medusa. Polip adalah bentuk
tubuh yang berbentuk tabung atau silindris dengan mulut di atas serta dilengkapi
tentakel yang mengarah ke atas, dimana biasanya polip menempel di dasar
perairan, sehingga tidak bisa bergerak bebas. Berkebalikan dengan polip, medusa
adalah bentuk tubuh seperti mangkok yang bisa bergerak bebas dengan mulut di
bagian bawah serta tentakel yang mengarah ke bawah.

b. Coelenterata merupakan multiseluler pertama yang membentuk jaringan


sebenarnya. Sel-sel penyusun tubuhnya telah berkembang dan terdiferensiasi
membentuk empat jaringan dasar, yaitu jaringan epitel sebagai pelindung, jaringan
musculer untuk bergerak, jaringan ikat atau jaringan penyokong, dan jaringan
saraf yang biasanya ditemukan pada hewan tingkat tinggi. Oleh karena itu,
Coelenterata dideskripsikan sebagai metazoa yang mempunyai struktur jaringan
dasar.
c. Tubuh Coelenterata terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan epidermis dan
gatrodermis. Karena kedua lapisan inilah yang membuat Coelenterata termasuk ke
dalam hewan dipoblastik. Di antara dua lapisan tersebut terdapat matrix gelatin
yang disebut lapisan mesoglea, di mana pada lapisan ini tidak terdapat sel sama
sekali.

d. Coelenterata memiliki sistem saraf difusi atau menyebar yang berupa sel
sensoris, tetapi belum memiliki saraf pusat. Sel-sel sensoris tersebar di lapisan
epidermis dan gastrodermis.

e. Coelenterata memiliki mulut yang dikelilingi oleh tentakel.


f. Coelenterata termasuk hewan bersel banyak, simetris radial.
g. Jenis kelamin: monoecious atau dioecious, larvanya disebut planula.
h. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epitelliomuskuler yang terdapat pada
lapisan ektoderm dan pada bagian dasar gastrodermis.
i. Rangka luar tersusun dari zat kapur atau kitin.

1. Habitat
Hampir semua Coelenterata hidup di perairan, baik di air tawar maupun air laut.
Dari 10.000 spesies sebagian besar hidup di laut, dan beberapa jenis yang hidup di
air tawar seperti hydra dan jellyfish.
2.Sistem Pencernaan
Coelenterata belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Sistem
pencernaannya hanya terdiri dari mulut dan rongga usus atau sering disebut juga
rongga gastrovaskuler. Coelenterata tidak memiliki anus, sehingga sisa makanan
akan dikeluarkan melalui mulut. Proses pencernaan Coelenterata terjadi secara
intraseluler dan ekstraseluler. Flagel yang berada disekeliling mulutnya
berfungsiuntuk menangkap makanan. Coelenterata yang berbentuk polip bersifat
pasif, yang berarti hanya menunggu dan menangkap makanan yang datang
kepadanya.

l
3. Sistem Respirasi, Transportasi, dan Eksresi
Coelenterata belum memiliki alat atau organel yang berfungsi untuk respirasi,
transportasi, dan ekskresi. Sebagai gantinya, Coelenterata menggunakan
permukaan tubuh untuk respirasi dan ekskresi. Sedangkan untuk transportasi
menggunakan rongga gastrovaskuler. Jadi rongga gastrovaskuler memiliki fungsi
ganda, selain sebagai saluran pencernaan juga sebagai sistem transportasi.
3. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara seksual dan aseksual. Di mana
reproduksi sekseualnya terjadi pada stadium polip sedangkan reproduksi
aseksualnya terjadi pada stadium medusa. Pada stadium polip, perkembang
biakkannya dilakukan dengan cara pertunasan (budding), pembelahan atau
pencabikan telapak kaki. Pada perkembangbiakan ini, suatu tunas terjadi dari
dinding tubuh yang menonjol keluar diikuti perluasan rongga gastrovaskuler.
Berbeda dari stadium polip, pada stadium medusa sel telur atau sel sperma
sebagian besar dihasilkan dari sel interstisial yang mengelommpok sehingga
memnbentuk ovari atau testis.
-

C. KLASIFIKASI COELENTERATA

Awalnya, Coelentara diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu: Hydrozoa,


Scyphozoa, dan Anthozoa. Namun sekarang, Coelenterata terbagi menjadi dua
filum yaitu Cnidaria dan Ctenophora. Pembagian ini dilakukan berdasarkan ada
tidaknya sel cnidoblast (penyengat) pada bagian tubuh. Filum Cnidaria terbagi
menjadi tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa. Sedangkan
Ctenophora merupakan Coelenterata yang tidak memiliki sel cnidoblast
(Acnidaria).
1. Kelas Hydrozoa
Hydrozoa memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:
a. Memiliki bentuk tubuh seperti tabung dengan panjang 5-10 mm. Dengan garis
tengah kurang lebih 2 mm.
b. Hidup berbentuk polip.
c. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang terdiri atas 6 atau 7 buah tentakel
tergantung spesiesnya dengan panjang 1-20 mm. Permukaan mulut disebut ujung
oral, dan permukaan tempat melekatkan diri disebut ujung aboral.
d. Reproduksi dilakukan secara aseksual dengan pembentukan tunas dan seksual
dengan pembentukan testis di bagian atas dan ovarium di bagian bawah dimana
akan terjadi persatuan antara spermatozoiddengan ovummembentuk zigotyang
akhirnya tumbuh menjadi individu baru.Umumnya Hydrozoa terdiri atas polip
dominan yang membentuk kolonikoloni kecil atau mungkin seluruh koloni hanya
terdiri dari polip. Cara pembentukan tunaas hanya dilakukan oleh beberapa jenis
polip yang membentuk medusa. Medusa memiliki bentukan serupa laci dalam
payung yang biasa disebut dengan velum. Contohnya: Hydra sp., Obelia sp., dan
Gonionemus sp.
a. Hydra sp.
Tubuh seperti tabung dengan mulut dibagian ujung yang bebas dan dikelilingi
tentakel dimiliki oleh hydra yang berbentuk polip. Hydra hidup di air tawar, dan
terkadang dijumpai menempel pada tumbuhan. Reproduksi Hydra secara seksual
dan aseksual. Seksual dengan membentuk gamet yang berupa ovum dan sperma.
Pada tahap ini fertilisasi terjadi di dalam ovarium dimana zigot akan berkembang
menjadi larva bersilia yang disebut planula. Setelah itu, planula akan menempel
menjadi polip. Sedangkan secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas
yang akan memisahkan diri dengan induknya kemudian menempel di tempat lain.
Hydra ada yang memiliki dua alat kelamin dalam satu individu yang biasanya
merupakan Hydra yang bersifat hemafrodit, dan ada juga yang memiliki alat
kelamin terpisah.
b. Obelia sp.
Tubuh berbentuk polip dan medusa, habitatnya di laut dangkal. Bentuk polip
dari Obelia sp. seperti tumbuhan. Pada Obelia sp.terdapat dua jenis polip, yang
pertama yaitu polip hydrant yang memiliki tentakel sehingga berfungsi untuk
mengambil dan mencerna makanan. Yang kedua yaitu polip gonangiumyang
berfungsi membentuk tunas sebagai alat reproduksi vegetatif

Daur Hidup Obelia sp.

Daur hidup pada Obelia sp. memiliki pergiliran keturunan antara bentuk polip
dan medusa yang terjadi secara aseksual atau vegetatif dan seksual atau generatif.
Pada reproduksi vegetatif,yang terjadi adalah polip gonangium akan melepaskan
tunas menjadi medusa muda. Lalu setelah itu masuk ke reproduksi generatif yang
mana setelah dewasa medusa akan menghasilkan gamet. Untuk fertilisasi ovum
Obelia sp. membutuhkan sperma dari medusa yang berbeda walaupun Obelia sp.
berumah satu. Fertilisasi ini terjadi di luar tubuh yang mana zigot akan
berkembang menjadi planula. Lalu planula ini akan berenang untuk menemukan
tempat yang cocok yang kemudian dia akan menempel dan menetap menjadi polip
baru.55Daur Hidup Obelia sp.Daur hidup pada Obelia sp. memiliki pergiliran
keturunan antara bentuk polip dan medusa yang terjadi secara aseksual atau
vegetatif dan seksual atau generatif.

Pada reproduksi vegetatif,yang terjadi adalah polip gonangium akan


melepaskan tunas menjadi medusa muda. Lalu setelah itu masuk ke reproduksi
generatif yang mana setelah dewasa medusa akan menghasilkan gamet. Untuk
fertilisasi ovum Obelia sp. membutuhkan sperma dari medusa yang berbeda
walaupun Obelia sp. berumah satu. Fertilisasi ini terjadi di luar tubuh yang mana
zigot akan berkembang menjadi planula. Lalu planula ini akan berenang untuk
menemukan tempat yang cocok yang kemudian dia akan menempel dan menetap
menjadi polip baru.

b. Gonionemus sp.
Gonionemus sp. hidup di dalam air pasang surut dan merupakan hidrozot
dengan bentuk medusa yang besar. Medusa pada kelas ini sama dengan medusa
pada Obelia sp. Gonionemus sp. banyak digunakan dalam praktikum lab karena
ukurannya dan berkarakteristik lengkap. Berbeda dari Hydra sp. dan Obelia sp.,
generasi polip Gonionemus sp., memiliki jumlah yang sedikit, bahkan sering kali
tidak ada generasi polip. Dalam hal ini, Gonionemus sp. berbeda dengan Hydra
sp., sebab Hydra sp. tidak ada stadium medusa, sedangkan pada Gonionemus
sp.sedikit (tidak ada) polip, dan dengan demikian Gonionemus sp. berkembang
biak secara seksual.Stadium medusa berukuran sebesar ubur-ubur, dengan velum
sempit. Pinggiran medusa halus, dimana gonad berada pada saluran radial.

2. Kelas Scyphozoa
Salah satu contoh spesies dari kelas Scyphozoa ialah Aurelia auritayang juga
dikenal sebagai “Moon Jellyfish”.
a. Karakteristik Aurelia aurita

Aurelia aurita merupakan hewan yang bersifat soliter, memiliki diameter


berkisar antara 7,5-30 cm yang bentuknya seperti payung yang tidak begitu
cembung. Reproduksinya hampir sama dengan Obelia sp. yang bermetagenesis
atau mengalami pergiliran keturunan antara fase polip dengan fase medusa. Pada
tengah-tengah permukaan tubuh Aurelia aurita pada bagian sebelah bawah
terdapat kerongkongan yang menggantung ke bawah yang disebut manubrium,
yang pada ujungnya terdapat lubang mulut, di mana setiap sisi mulutnya
dilengkapi tangan mulut sebanyak empat buah. Rongga mulut bersambungan
dengan manubrium dan bermuara ke rongga perut yang terdiri atas sebuah rongga
sentral dan empat buah kantung gastrik. Masing-masing kantung gastrik
dilengkapi dengan tentakel internal endodermal lengkap dengan nematokistnya
yang dapat digunakan untuk melumpuhkan mangsa.

b. Sistem Pencernaan Makanan Aurelia aurita

Sistem pencernaan Aurelia aurita terdiri atas pencernaan intrasel dan ekstrasel.
Pada pencernaan ekstrasel, flagel akan menyapu zooplankton yangmelekat atau
terkumpul di bawah tubuh dan selanjutnya akan ditangkap oleh tangan mulut
untuk dimasukkan ke dalam mulut yang mana bulu-bulu getar yang berada pada
tangan mulut cukup selektif untuk memilih makanan. Setelah bahan makanan
dapat maka kemudian akan dimasukkan ke dalam rongga gastrovaskuler melalui
manbrium. Di dalam rongga tersebut, makanan yang belum mati akan
dilumpuhkan oleh nematokist, yang selanjutnya makanan akan dicerna dengan
bantuan enzim yag dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Berbeda pada pencernaaan
ekstrasel, pada pencernaan intrasel zat-zat makanan yang belum berubah bentuk
menjadi molekul-molekul sederhana akan dicerna lebih lanjut di dalam vakuola
makanan.
c. Sistem Pernafasan dan Ekskesi Aurelia aurita

Sistem pernafasan dan ekskresi dilakukan secara difusi-osmosis yang langsung


melalui seluruh permukaan tubuh.

d. Sistem Saraf Aurelia aurita


Susunan saraf terdiri atas tiga, yaitu; jaringan saraf utama, jaringan saraf difus,
dan delapan buah ganglia rhopalia.

e. Alat Indera Aurelia aurita


Alat indera terdiri atas:
1) Tentakulokist/rhopalia, yang berfungsi sebagai indera
keseimbangan,dan mengontrol ritme gerak mengembang kempisnya badan
payung pada waktu berenang.
2) Oselli, berfungsi sebagai pembeda antara gelap dan terang.
3) Celah Olfaktorius, berfungsi sebagai alat bantu pembau untuk menyeleksi
bahan-bahan makanan.
f. Sistem Reproduksi Aurelia aurita

Aurelia auritamemiiliki organ kelamin terpisah dan proses fertilisasinya terjadi


di dalam rongga enteron betina. Zigot yang merupakan hasil peleburan dari ovum
dengan spermatozoid selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh betina
melalui mulutnya dan berkembang menjadi planula. Planula ini akan
mengembara, yang kemudian akan mengikatkan diri pada suatu substrat di dasar
laut. Pada saat itu rambut-rambut getarnya akan lepas dan tumbuh menjadi
polipbaru yang disebut skipistoma. Apabila telah mencapai ukuran maksimal,
skipistoma akan mengalami strobilasi. Selanjutnya, ruas-ruas strobila yang telah
tua akan melepaskan diri dan berenang-berenang bebas untuk hidup menjadi
uburubur/medusa muda dan selanjutnya menjadi dewasa.

3. Kelas Anthozoa
Anthozoa sering disebut juga sebagai anemon laut yang memiliki bentuk tubuh
seperti bunga sehingga disebut juga sebagai mawar laut. Seorang ahli bernama
Hickman (1967) membagi anemon laut menjadi tiga bagian, yaitu: oradisc(keping
mulut), co-lumn (badan), dan bae (pangkal/dasar). Sedangkan ahli lain yang
bernama Dunn (1981) membaginya ke dalam empat bagian, yaitu: keping mulut,
badan, pangkal, dan tentakel-tentakelnya.
sepanjang hidup Anthozoa hanya sebagai sesil atau bentuk polip yang
menempel di dasar perairan, Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa itulah yang
menyebabkan mengapa ia hanya hidup di dasar perairan. Anthozoa memiliki
bentuk tubuh berbentuk silinder pendek, dengan salah satu ujungnya yang bebas
terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Sifonoglipa merupakan gullet atau
kerongkongan yang bersekat yang fungsinya unttuk menghubungkan mulut dan
usus. Jenis Anthozoa yang terkenal adalah Metridium marginatum, Tubiphora
musica, Euplexaura antipathies (akar bahar), dan Pleurobranchia.
4. Kelas Ctenophora
Ctenophora memiliki arti mengandung sisir. Maksudnya adalah lempengan
berjumlah delapan yang memiliki bentuk seperti sisir dan tersusun oleh silia yang
menyatu. Contoh dari Ctenophora adalah ubur-ubur sisir. Ctenophora bergerak
dengan silia. Memiliki bentuk tubuh menyerupai medusa Cnidaria dan dilengkapi
dengan sepasang tentakel panjang yang mengandung koloblas (sel laso). Koloblas
merupakan sel-sel lengket yang memiliki fungsi membantu menangkap makanan.
Karakteristik Ctenophora
a. Simetri radial, dimana susunan saluran internal dan posisi tentakel terletak
antara kombinasi dua simetri.
b. Bentuk tubuh elipsoidal dan sperikal dengan delapan lempengan sisir di
permukaan eksternal tubuhnya.
c. Susunan tubuh terdiri atas lapisan dalam dan lapisan luar yang mana di antara
keduanya terdapat mesoglea. Lapisan mesoglea terdiri atas serabutserabut otot dan
sel-sel yang tersebar, oleh karena itu dapat dianggap triploblastik.
d. Tidak mempunya nematokist kecuali Euchiora rubra, tetapi memiliki sel adesiv.
e. Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, stomodeum, lambung, dan beberapa
jenis saluran.
f. Sistem saraf terdiri dari organ sensoris yang terletak di bagian aboral dengan
plexus sub epidermal yang tersusun masuk ke bagian bawah dari kedelapan
lempengan pasif
g. Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.
h. Reproduksi monoecious, gonad dibentuk oleh lapisan endodermal, yang
terletak di dinding saluran pencernaan makanan. Larvanya disebut kidippid.
i. Habitat Ctenophra berada di laut dan umumnya nampak di permukaan laut yang
dalam.
g. Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.
h. Reproduksi monoecious, gonad dibentuk oleh lapisan endodermal, yang
terletak di dinding saluran pencernaan makanan. Larvanya disebut kidippid.
i. Habitat Ctenophra berada di laut dan umumnya nampak di permukaan laut yang
dalam.

FILUM PLATYHELMINTHES

1. DEFINISI PLATYHELMINTHES
Fillum platyhelminthes termasuk kelompok hewan yang tidak memiliki tulang
belakang(invertebrata) pertama yang langsung dapat memperlihatkan
pembentukan lapisan dasar ketiga yaitu, mesodermis. Dengan adanya lapisan
mesodermis pada embrio inilah yang sangat membantu terbentuknya sebagian
besar sistem organ pada kelompok platyhelminthes ini dan pada
kelompokkelompok hewan lainnya. Dengan terbentuknya mesodermis dan sistem
organ yang dibantu dengan mesodermis, maka terjadilah keadaan simetri bilateral
dan akan terdapat dua daerah, yaitu anterior dan fosterior. Tubuh bagian anterior
adalah bagian tubuh yang pertama kali akan menghadapi lingkungan pada waktu
berjalan, mempunyai paling banyak alat indera dibandingkan bagian
fosterior.Fillum platyhelminthes merupakan salah satu fillum yang paling primitif
diantara semua fila invertebrata. Fillum platyhelminthes dapat mengalami
perubahan-perubahan bentuk, mulai dari bentuk planuloid yang diradial menjadi
bentuk bilateral yang kompleks. Kata Platyhelminthes sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Platy: Pipih dan Helminthes: Cacing. Pada umumnya tubuh cacing
ini berbentuk pipih dorso-pentral.Filum platyhelminthes ini sendiri memiliki 4
kelas, yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Namun, hanya
pada kelas Turbellaria saja yang bisa hidup dengan bebas, sedangkan pada ketiga
kelas yang lain mereka hidup sebagai parasit pada inang yang lainnya.

2. STRUKTUR TUBUH PLATYHELMINTHES


a. Tubuh platyhelminthes memiliki bentuk yang pipih atau tipis. Tubuhnya terdiri
dari perut, punggung, ujung kepala dan ujung ekor. Proglotidmerupakan
platyhelminthes yang memiliki bagian tubuh yang beruas-ruas. Tetapi ada juga
beberapa jenis platyhelmintes yang tubuhnya lurus tak beruas.Panjang tubuhnya
ada yang sekitar 2 cm sampai ada yang sepanjang 10 meter.
b. Struktur tubuh platyhelminthes memiliki bagian kepala berbentuk segitiga
dengan tonjolan seperti dua keping yang terletk disisi lateral yang dinamakan
Aurikel .
c. Memiliki panjang tubuh sekitar 5-25 mm dimana bagian tubuh sebelah dorsal
lebih gelap daripada sebelah venital.
d. Pada dorsal terdapat bintik mata yang berfungsi untuk membedakan gelap dan
terang sedangkan pada bagian venteral terdapat lubang mulut dimana lubang
mulut ini berhubungan dengan kerongkongan yang dindingnya dilengkapi dengan
otot, daging, sirkular, dan longitudinal

3. CIRI-CIRI PLATYHELMINTHES
3.1 Multiseluler
Platyhelminthes merupakan hewan multiseluler atau bersel banyak. Bahkan
seluruh sel-sel yang menyusun tubuhnya telah membentuk jaringan dan organnya
tersendiri.Oleh karena itu, platyhelminthes termasuk organisme yang telah
sendirinya memiliki organisasi tingkat organ, meskipun bentuk organ yang
dimiliki masih sangat sederhana.
3.2 Simetris Bilateral
Platyhelminthes termasuk hewan simetris bilateral. Sehingga bagian tubuhnya
bisa dibagi menjadi dua bagian yang sama besar, melalui garis sumbu tubuh.
3.3 Tribloblastik
Pada lapisan embrional platyhelminthes sendiri tersusun atas 3 lapis, yaitu
lapisan epidermis, lapisan mesodermis, dan lapisan endoderm. Di setiap lapisan
akan berkembang dan mengalami deferensiasi menjadi jaringan dan organ(tidak
dapat kembali kebentuk semula).
3.4 Habitat di Air
Sebagian besar platyhelminthes ini memang hidup sebagai parasit. Ada yang
berupa Ekoparasit dan Endoparasit, ekoparasit adalah parasit yang hidup dengan
cara menempel(menumpang) ditubuh bagian luar makhluk hidup lain. Sedangkan
endoparasit adalah parasit yang hidup didalam tubuh makhluk hidup lain.

4. SISTEM TUBUH PLATYHELMINTHES


a. Sistem Pencernaan Belum Sempurna

Sistem pencernaan platyhelmintes terdiri atas mulut dan usus, namun


platyhelminthes sendiri belum memiliki anus atau bagian khusus sebagai tempat
pengeluaranya. Pltyhelmintes yang hidup bebas contohnya adalah planaria,
didalammulutnya juga terdapat faring yang dapat dijulurkan keluar. Sedangkan
platyhelminthes yang hidup sebagai parasit, dmulutnya terdapat alat hisap.
b. Sistem Eksresi

Alat eksresi pada platyhelmintes ini biasa disebut el api. Disebut sel api karena
bentuk selnya seperti nyala pentol korek api. Sel-sel api terletak dibagian dorsal
dan disusun secara berderet. Sistem eksresi platyhelminthes dilengkapi oleh
saluran memanjang dan sel api sebagai pori atau lubang keluarnya pengganti anus.

c. Sistem Saraf
Sistem saraf platyhelminthes disebut sistem saraf tangga tali. Pada sistem saraf
ini sendiri terdiri atas sepasang ganglion otak dan serabut-serabut saraf. Ganglion
otak akan memanjang mulai dari bagian anterior sampai kebagian posterior.
Serabut-serabut saraf yang keluar dari ganglion otak akan saling berhubungan dan
membentuk seperti anak tangga.
d. Sistem Respirasi & Transparansi Belum Ada
Pada proses pertukaran oksigen dan karbondioksida pada Fillum
platyhelminthes dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh atau kulit,
karena belum memiliki alat respirasi yang khusus, mereka lebih sering berespirasi
melalui kulit tubuhnya yang lembab. Sama halnya dengan sistem transportasi,
karena belum memiliki alat transportasi yang khusus, maka proses pengangkutan
zat di dalam tubuh terjadi dari sel ke sel secara difusi.
e. Sistem Reproduksi
Platyhelminthes merupakan hewan yang menghasilkan 2 macam gamet. Alat
penghasil gamet betina adalah ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur.
Sedangkan alat penghasil gamet jantan adalah testis, pori genetalia dan penis.

4. KLASIFIKASI PLATYHELMINTHES
5.1 Kelas Turbelaria
Turbellaria artinya tongkat, jadi kebanyakan orang-orang lebih sering menyebut
cacing ini sendiri sebagai cacing tongkat. Golongan cacing pada kelas ini bergerak
dengan menggunakan otot dibantu dan oleh bulu-bulu getar yang terdapat pada
diseluruh permukaan tubuh. Contoh yang paling terkenal dari kelas ini adalah
Pseudobiceros bedfordi,Pseudoceros dimidiatus, dan Planaria. Planaria hidup
dengan temperatur 18-24C dan dengan ketinggian antara 500-1500m dpl. Tubuh
planaria juga tersusun dari beberapa bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian
cranial terdapat pada bagian kepala dan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai
fotoreseptor. Dan sepasang Aurikel yang terletak dibagian lateral tubuh bagian
cranial. Planaria juga merupakan jenis hewan tribloblastikaselomata dengan
tubuhpalanaria tersusun solid tanpa adanya coelo.

Semua ruangan yang terletak diantara organ viseral tersusun oleh mesenkim,
yang sekarang dikenal dengan sebutan parenkim. Penelitian mengenai reproduksi
planaria banyak dilakukan,tetapi organ reprosukdi planaria yang tinggal di peraian
di Gunung Slamat belum pernah di teliti sama sekali.Bentuk tubuh Turbellaria ini
pada umumnya lonjong bahkan hampir panjang, pipih dan tidak mempunyai ruas
sejati. Namun, ada kalanya pada bagian kepala turbellaria terdapat tonjolan,
berbentuk tentakel atau pelebaran sisi kepala, cacing ini juga disebut Aurikel.
Mempunyai warna tubuh yang biasanya hitam, coklat atau kelabu, tetapi beberapa
jenis lainnya berwarna merah dan ada juga beberapa pesies turbellaria tertentu
yang berwarna hijau disebabkan bersimbiosis dengan ganggang.

Kelas ini biasanya memiliki ukuran 0,5 mm-60 mm, tetapi umunya 10 mm.
Sebagian Turbellaria memilih habitat hidup didasar laut, pada pasir, lumpur,
dibawah batu karang dan ganggang. Namun ada juga spesies yang pelagis. Spesies
air tawar biasanya berada dekat substrat; jenis turbellaria yang besar hampir mirip
lintah kecil baik bentuk maupun warna tubuhnya, sedangkan yang mikroskiopis
atau yang kecil mempunyai bentuk, ukuran, dan tingkah laku separti Ciliata. Jenis
darat selalu terdapat ditempat lembab. Turbellaria pada umumnya, terutama jenis
Tricladida adalah fotonegatif, mereka lebih sering bersembunyi di bawah batu
atau sampah pada siang hari dan mencari makan pada malam hari. kebanyakan
dari mereka hidup di daerah topis. Lingkungan Tubelaria air tawar biasanya
terbatas, tetapi beberapa spesies dari genusyangdapat hidup pada lingkungan
dengan kandungan oksigen yang cukup rendah.

a.Sistem Pencernaan

Alat pencernaan turbellaria terdiri dari mulut yang letaknya berada dibagian
perut, dilengkapi faring yang bisa dijulurkan keluar. Dari mulut terdapat usus
yang bercabang tiga, dimana tiga cabang dari usus itu menuju ke tubuh bagian
samping dan yang satu menuju kebagian anterior.Enteron atau usus pada sisitem
pencernaan Turbellaria terdiri dari mulut, pharynx dan rongga gastrovaskuler.
Turbellaria tidak memiliki anus, dinding usus turbellaria hanya terdiri dari satu
lapisan sel yang terdiri atas beberapa sel phagocyte dan sel kelenjar. Pada
turbellaria kecil memiliki usus berbentuk kantung sederhana, berbeda dengan
jenis acoela yang tidak memiliki rongga usus yang tetap, tetapi sel-sel usunya
membentuk massa sinsitial. Pelebaran dan percabangan lateral dialami pada usus
jenis turbellaria yang lebih besar, dimana kegunaannya untuk memperluas
permukaan dinding usus dalam hal pencernaan dan penyerapan makanan, juga
sebagai imbalan atas ketiadaan sistem transportasi makanan(sistem pereedaran
darah).
b. Sistem Saraf & Alat Indera
Filum ini memilki jenis saraf yang berpariasi. Berbentuk jala saraf seperti pada
coelenterata, dan pada turbellaria air mulai tertata menjadi beberapa pasang
benang saraf. Turbellaria juga memiliki sepasang bintik mata, namun ada juga
yang memiliki dua pasang atau lebih bintik mata. Turbellaria juga memiliki sel
peraba dan sel chemoreceptor.

c. Sistem Eksresi
Hampir semua kelas Turbellaria memiliki saluran bercabang-cabang kecuali
pada Acoela. Tubuh mereka terdiri dari sebuah sel cekung seperti bola lampu, dan
didalamnya juga terdapat cilia. Tetapi juga membentuk beberapa saluran kapiler
dengan beberapa flame bulb. Didalam tubuh juga terdapat cairan tubuh dan sel
ameboid yang bebas. Juga terdapat rongga yang berisi cairan tubuh dan berfungsi
sebagai sistem organ yang sederhana untuk peredaran makanan, pertukaran gas
dan eksresi.
5.2 Kelas Trematoda
Trematoda merupakan salah satu dari beberapa kelas pada platyhelimthes.
trematoda sendiri sering disebut sebagai cacing daun, karena memang bentuk
tubuhnya hampir mirip seperti selembar daun. Tubuh trematoda dilapisioleh
sejenis kutikula tetapitidak bercilia. Trematoda memeliki beberapa organ
pencernaan yang terdiri dari mulut, faring dan esofagus yang bercabang dua serta
memiliki saluran pencernaan yang disebut gastrovaskuler. Pada bagian mulut
trematoda biasanya dilengkapi dengan alat penghisap dan kait yang juga berfungsi
untuk menghisap sari makanan dari usus inangnya. Terdapat dua esofagus
bercabang-cabang
jumlahnya sangat banyak, sehingga lebih menyerupai percambangan ranting jika
diperhatikan. Trematoda memiliki alat eksresi berupa sel api atau penyembuyang
diteruskan ke saluran eksresi yang memanjang kearah posterior, sedangkan sistem
saraf yang dimiliki oleh trematoda tidak berkembang dengan cukup baik. Cara
bereproduksi trematoda terjadi secara seksual dan bersifat hermaprodit. Cacing
dewasa akan bertelur disaluran empedu dan kantong empedu inangnya. Kemudian
seluruh telur-telur trematoda akan dibawa menuju ke usus halus dan usus besar
bersama cairan empedu. Setelah berada diusus besar, telur cacing trematoda akan
dikeluarkan bersama feses inangnya.

Hampir seluruh golongan trematoda hidup sebagai ekoparasit maupun


endoparasit pada hewan dan manusia. Contohnya dihati domba dan dihati sapi
bahkan hati manusia. Contoh trematoda yang terkenal adalah Fasciola hepatica,
Fasciola gigantic, Paragonimus, Clonorchis sinensis, Schitosoma manso dan
Schitosoma japonicum.yang diteruskan ke saluran eksresi yang memanjang
kearah posterior, sedangkan sistem saraf yang dimiliki oleh trematoda tidak
berkembang dengan cukup baik. Cara bereproduksi trematoda terjadi secara
seksual dan bersifat hermaprodit. Cacing dewasa akan bertelur disaluran empedu
dan kantong empedu inangnya.

Kemudian seluruh telur-telur trematoda akan dibawa menuju ke usus halus


dan usus besar bersama cairan empedu. Setelah berada diusus besar, telur cacing
trematoda akan dikeluarkan bersama feses inangnya. Hampir seluruh golongan
trematoda hidup sebagai ekoparasit maupun endoparasit pada hewan dan manusia.
Contohnya dihati domba dan dihati sapi bahkan hati manusia. Contoh trematoda
yang terkenal adalah Fasciola hepatica, Fasciola gigantic, Paragonimus,
Clonorchis sinensis, Schitosoma manso dan Schitosoma japonicum.
a. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan makanan pada trematoda ini sangat sederhana, hanya
brupa mulut, faring, esofagus, dan usus yang terdiri atas 2 cabang utama yang
mengarah ke anterior dan posterior. Dan cabang utama itu akan memiliki cabang
utama seperti Planaria. Tidak memiliki sistem sirkulasi untuk bahan makanan
yang diedarakan oleh saluran pencernaan makanan itu sendiri.
b. Sistem Reproduksi
Setiap individu dapat menghasilkan ratusan libur telur, dan telur tersebut akan
dikeluarkan ke usus dan akan dikeluarkan bersaa-sama melalui feses. Apabila
telur sampai akan menetas dan menjadi miracidium. Kemudian akan bergerak
ketubuh inangnya, diluar tubuh inangnya, cacing bisa bertahan hidup selama 8
jam. Setelah berada 2 minggu dalam tubuh inangnya(siput) akan menjadi
sporoystyang akam menghasilkan redia-redia. Mereka mempunyai alat gerak
berupa ekor untuk membuatnya bergerak dan menempel pada tumbuhan lain.74
b. 5.3 Kelas Cestoda

Golongan Cestoda adalah golongan platyhelminthes yang paling banyak


dibicarakan, jenis cestoda yang paling terkenal adalah Taenia sollium dan Taenia
saginata.Kedua cacing ini memiliki struktur tubuh yang hampir sama, Cuma
berbedajenis hospesnya. Taenia sollium dan Taenia saginata juga sering disebut
cacing pita. Dikarenakan kedua cacing ini memiliki bentuk tubuh yang mirip
seperti pita, dan berwarna putih kekuningan.

Cestoda sendiri tidak memiliki sistem pencernaan yang khusus, karena


makanan yang mereka konsumsi akan langsung diabsorbsi dari inangnya dalam
bentuk sari makanan. Cestoda memiliki bagian tubuh yang terdiri dari bagian
kepala, leher, srobila dan tubuh yang panjang. Scoleks pada cestoda dilengkapi
dengan empat sukcer yang masingmasing berfungsi untuk menghisap makanan
dari usus inangnya. Strobila adalah bagian pada cestoda yang terletak dibawah
leher, merupakan daerah atau bagian yang berfungsi untuk menghasilkan
masakan. Dibawah strobila adalah bagian tubuh yang panjang dan beruas-ruas.
Dan pada setiap ruas disebut proglotid.

Stronila biasanya dapat membebaskan 1 atau lebih proglotid gravid setiap


harinya. Masing-masing proglotid tersebut dilengkapi dengan alat kelamin jantan
dan alat kelamin betina. Semakin jauh dari kepala, struktur tubuh proglotid akan
semakin besar dan dewasa. Taenia sollium dan Taenia saginata merupakan cacing
parasit pada usus halus manusia. Tetapi mereka tidak akan langsung menginfeksi
usus manusia secara langsung tanpa menggunakan perantara, sebelum
menginfeksi manusia, keduanya masuk dalam hospes(inang perantara). Taenia
sollium sebagai hospesnya adalah babi, sedangkan Taenia saginata sebagai
hospesnya adalah sapi.
5.4 Kelas Monogenea

Jenis cacing platyhelminthes dari kelas Monogenea merupakan platyhelimnthes


yang hidup ekoparasit atau parasit yang hidup dengan cara
menempel(menumpang) ditubuh bagian luar makhluk hidup lainnya. Cacing
dewasa pada kelas monogenea berukuran 0,2 sampai 0,5 mm dan sangat mudah
dikenal dengan adanya alat penempel posterior yang disebut opisthaptor, yang
dilengkapi oleh beberapa duri, kait, jangkar dan alat penghisap. Adakalanya
disekitar mulut juga terdapat alat penghisap. Kebanyakan monogenea hidup
sebagai ekoparasit atau menumpang pada ikan laut dan ikan air tawar, dan
beberapa ada yang berperan sebagai ekoparasit pada amphibi, reptil, dan
avertebrata lainnya.

Sebagai ekoparasit, monogenea biasanya menempel pada permukaan tubuh,


sirip, rongga mulut dan insang makhluk hidup lainnya. Umumnya hermafrodit dan
terjadi pertukaran sperma atau pembuahan sendiri. Pada pembuahan didalam
dapat menghasilkan sejenis kapsul yang berisi ratusan embrio. Gyrodactylus
berukuran 1 mm dan acapkali dapat merugikan organisme yang hidup didalam
dikolam pembenihan ikan, karena mereka berkembang biak dengan sangat cepat.
Larva yang berada didalamnya juga sudah mengandung larva ketiga dan mungkin
juga larva keempat. Kebanyakan ini monogenea memakan lendir dan sel-sel pada
permukaan tubuh insang yang mereka temui. Contohnya seperti Neobenedenia
dan Gyrodactylus salaris
4.FILUM ANNELIDA
A. Pengertian Anelida
Dalam bahasa Prancis, Anelida berasal dari kata “anneles” berarti dikelilingi
orang, sedangkan dalam bahasa Latin yaitu “anellus” yang artinya cincin kecil.
Anelida juga sering disebut cacing gelang, karena tubuhnya bersegmen-segmen
seperti gelang.Anelida adalah cacing yang berbentuk bilateral dengan selom dan
tubuhnya bersegmen baik bagian dalam maupun luar. Kebanyakan dari filum
Anelida adalah dari kelas Polychaeta. Kelas yang lainnya disebut Oligochaeta
misalnya cacing tanah dan juga dari Kelas HIrudinea contohnya lintah. Disebut
Polychaeta dan Oligochaeta, karena asal katanya yaitu poly artinya banyak
sedangkan oligo artinya sedikit.89
B. Karakteristik Anelida
a. Bentuk Tubuh
Anelida adalah salah satu hewan yang multiseluler dan berbentuk simetris
bilateral. Anelida juga memiliki tubuh yang lunak berbentuk silindris atau gilig
dan juga beruas-ruas. Ruas tubuhnya bagian luar tampak seperti cincin disebut
annuli, sedangkan ruas tubuhnya bagian dalam berupa septa atau pembatas. Tubuh
Anelida dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu anterior (ujung kepala), posterior
(ujung ekor), ventral (perut), dan dorsal (punggung). Hampir semua segmen
tubuhnya memiliki organel yang sama, sehingga disebut segmen metameri. Pada
segmen tubuhnya ada yang disebut parapodia yaitu tonjolan otot dengan cilia
yang berfungsi untuk membantunya bergerak. Tetapi ada juga beberapa jenis
Anelida yang tidak memiliki cilia, misalnya cacing tanah.Anelida juga merupakan
hewan selomata dan memiliki tubuh dengan panjang berkisar dari 1 mm hingga
lebih dari 3 m.91 Anelida juga memiliki otot bulat dan otot memanjang. Apabila
otot memanjang menyempit maka segmen tubuhnya menjadi pendek, sedangkan
apabila otot bulatnya menyempit maka segmen tubuhnya akan menjadi
memanjang.

b. Lapisan rongga tubuh


Anelida merupakan herwan selomata karena sudah memiliki rongga tubuh yang
sesungguhnya, yaitu rongga yang terletak di antara jaringan tubuh dengan saluran
pencernaan makanan. Lapisan tubuh Anelida terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan
epiderm, lapisan mesoderm, dan lapisan endoderm. Setiap lapisan ini akan
berkembang dan akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan dan organ.
Lapisan epiderm akan membentuk kulit atau kutikula yang tipis. Lapisan
mesoderm akan membentuk jaringan otot sirkuler dan longitudinal. Sel epitel
yang memperluas bentuk otot tubuh ini akan membentuk epithellomuscular.
Sedangkan lapisan endoderm akan membentuk saluran pencernaan.

c. Habitat
Anelida ada yang hidup di lautan, di sebagian besar air tawar, dan di tanah
lembap. Bagi sebagian besar cacing tanah seperti Planapheretima, pekarangan
rumah dengan kondisi permukaan tanah yang lembap serta adanya aliran air yang
kecil merupakan tempat hidup yang paling disukai jenis cacing tanah ini.95
C. Sistem Pencernaan Anelida
Makanan Anelida berupa detritus, cairan hewan (darah vertebrata) dan ada pula
yang bersifat sebagai herbivora dan carnivora. Sistem pencernaan Anelida dimuali
dari mulut, faring, esophagus, empedal, usus, dan yang terakhir anus.

D. Sistem Respirasi Anelida


Proses respirasi pada Anelida yaitu dilakukan melalui difusi pada permukaan
tubuhnya atau dengan kulitnya. Sehingga, kulit Anelida akan selalu kelihatan
lembap atau basah. Anelida yang hidup di air melakukan pernapasan yaitu dengan
insang yang dibentuk melalui perluasan parapodia.

E. Sistem Transportasi Anelida


Sistem transfortasi Anelida dilakukan dengan jantung, pembuluh darah dan
cairan tubuh. Jantung Anelida sendiri berupa lima lengkung aorta yang berfungsi
untuk memompa darah keseluruh tubuh.Pembuluh darah Anelida terdiri dari
pembuluh ventral, pembuluh dorsal, dan kapiler. Pembuluh ventral akan
membawa darah ke arah belakang, sedangkan pembuluh dorsal yang akan
membawa darah ke arah depan tubuhnya. Pembuluh kapiler berperan dalam
mentransfer darah dari pembuluh ventral ke pembuluh dorsal Pembuluh ini
banyak terdapat pada dinding tubuh dan di sekitar usus. Cairan tubuh Anelida
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Cairan ini juga
mengandung sel selomocyt yang berfungsi untuk pertahanan tubuh dari
infeksi.96Peredaran darah Anelida yaitu peredaran darah tertutup, dimana cairan
darah terdapat di dalam saluran darah atau pembuluh darah yang berada di seluruh
tubuh Anelida

F. Sistem Ekskresi Anelida


Alat ekskresi Anelida adalah nefridia atau nefridium yang berada di setiap
ruas tubuhnya. Nefridium terdiri atas nefrostoma, tubulus, dan nefridiofor.
Nefrostoma berbentuk seperti corong dan berfungsi untuk mengumpulkan zat
yang akan disekskresikan. Kemudian, tubulus berbentuk saluran yang berfungsi
menyalurkan zat ekskresi dari nefrostoma ke luar tubuh. Dan lubang pengeluaran
ekskresi disebut nefridiofor.

G. Sistem Saraf dan Indra


Sistem saraf Anelida terdiri dari satu ganglia (ganglion) dan satu pasang saraf
yang berfungsi sebagai pusat kontrol atau saraf pusat. Sistem saraf pusat lainnya
berbentuk seperti tangga terdapat di bagian ventral, yang menjalar di sepanjang
tubuh ke arah posterior. Ganglion terletak di atas dan di depan faring yang
dihubungkan oleh tali saraf dan kedua sisi faring. Sedangkan di bagian
anteriornya terdapat sel sensorik yang berfungsi untuk mendeteksi cahaya, bahan
kimia, gelombang, dan tekanan

H. Sistem Gerak Anelida


Alat gerak Anelida berupa parapodia yang digunakan untuk merangkak atau
berenang. Parapodia ini bergerak dengan adanya septa yang memungkinkan otot
sirkuler dan otot longitudinal akan berubah posisi sehingga terjadilah gerak
peristaltik (gelombang kontraksi dan relaksasi secara bergantian di sepanjang
tubuh). Sebagian spesies Anelida yang hidup di laut akan bergerak dengan cara
memutar faring (tenggorokan) untuk menembus dasar laut dan menarik tubuhnya
ke dalam pasir.
I. Sistem Reproduksi Anelida
Semua Anelida akan berkembang biak secara seksual. Fertilisasi terjadi di dalam
tubuh (internal) dan ada yang terjadi di luar tubuh (eksternal). Anelida ada yang
bersifat hermaprodith dan ada yang berkelamin terpisah. Maksud Anelidabersifat
hemaprodith adalah masing-masing individu memiliki kelamin betina dan alat
kelamin jantan.

J. Peranan Anelida
Peranan Anelida ini cukup banyak, yang paling penting adalah menjaga
keseimbangan lingkungan karena Anelida menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Di Kanada Amerika, cacing tanah dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhikebutuhan sehari-hari, misalnya dipergunakan sebagai umpan ikan,
untuk karet tutup spesies, dan bahan baku pembuatan kosmetik karena minyak
hasil ekstraksi cacing tanah ini dapat digunakan sebagai pelembap. Selain itu,
cacing tanah digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok yaitu sebagai
ramuan penyembuh penyakit, antara lain dapat meredakan demam, untuk
penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus.Cacing laut juga berperan dalam indikator pencemaran
yaitu dengan dengan mengukur kepadatan, komposisi jenis, dan biomas dari
cacing laut. Dari penelitian bentos di Puget Sound, Amerika Serikat diketahui
pada saat ditangkap dengan Van Veen Grab cacing laut mendominasi dalam hal
jumlah individu dan jumlah jenis, yaitu berkisar antar 49% sampai 70% dari
jumlah hasil tangkapan. Cacing laut ini sangat sensitif dari pengauh luar. Ada
beberapa jenis cacing laut yang memperlihatkan tingkah laku yang menarik
seperti pada daerah buangan industri dan perairan yang tercemar, kepadatan
cacing laut akan tinggi, sedangkan pada perairan yang normal maka kepadatannya
akan rendah. Contoh cacing laut yang dijadikan indikator pencemaran yaitu
spesies Capitella capitata japanica di Teluk Orido-Shimizu Jepang dan
Paraprionapsis pinnata di temukan di Teluk Toko, Teluk ISe, Teluk Osaka, dan
Teluk Nakasumi.100
K. Klasifikasi Anelida
Filum Anelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta,dan
Hirudinae.
1. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani yaitu oglio yang berarti sedikit dan
chaita yang berarti rambut panjang diberi nama demikian karena sesuai dengan
karakteristik tubuhna yang memiliki setae yang relatif tersebar atau rambut kejur
yang terbuat dari kitin. Kelas cacing ini mencakup cacing tanah yang merupakan
salah satu perwakilan dari Anelida.101
- Tubuhnya cacing tanah terbagi menjadi ruang selom dan memiliki segmen di
bagian luar dan dalam tubuhnya. Lapisan luar tubuhnya adalah kutikula sekreta
protein. Selom ini berisi cairan yang ada di sepanjang tubuhnya.
- Sistem sirkulasi cacing tanah tertutup dan pertukaran gas dilakukan melalui
permukaan tubuh.kebutuhan sehari-hari, misalnya dipergunakan sebagai umpan
ikan, untuk karet tutup spesies, dan bahan baku pembuatan kosmetik karena
minyak hasil ekstraksi cacing tanah ini dapat digunakan sebagai pelembap.Selain
itu, cacing tanah digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok yaitu sebagai
ramuan penyembuh penyakit, antara lain dapat meredakan demam, untuk
penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus.

Cacing laut juga berperan dalam indikator pencemaran yaitu dengan dengan
mengukur kepadatan, komposisi jenis, dan biomas dari cacing laut. Dari
penelitian bentos di Puget Sound, Amerika Serikat diketahui pada saat ditangkap
dengan Van Veen Grab cacing laut mendominasi dalam hal jumlah individu dan
jumlah jenis, yaitu berkisar antar 49% sampai 70% dari jumlah hasil tangkapan.
Cacing laut ini sangat sensitif dari pengauh luar. Ada beberapa jenis cacing laut
yang memperlihatkan tingkah laku yang menarik seperti pada daerah buangan
industri dan perairan yang tercemar, kepadatan cacing laut akan tinggi, sedangkan
pada perairan yang normal maka kepadatannya akan rendah. Contoh cacing laut
yang dijadikan indikator pencemaran yaitu spesies Capitella capitata japanica di
Teluk Orido-Shimizu Jepang dan Paraprionapsis pinnata di temukan di Teluk
Toko, Teluk ISe, Teluk Osaka, dan Teluk Nakasumi.
K. Klasifikasi Anelida
Filum Anelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta, dan
Hirudinae.
1. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani yaitu oglio yang berarti sedikit dan
chaita yang berarti rambut panjang diberi nama demikian karena sesuai dengan
karakteristik tubuhna yang memiliki setae yang relatif tersebar atau rambut kejur
yang terbuat dari kitin. Kelas cacing ini mencakup cacing tanah yang merupakan
salah satu perwakilan dari Anelida.
-Tubuhnya cacing tanah terbagi menjadi ruang selom dan memiliki segmen di
bagian luar dan dalam tubuhnya. Lapisan luar tubuhnya adalah kutikula sekreta
protein. Selom ini berisi cairan yang ada di sepanjang tubuhnya.
- Sistem sirkulasi cacing tanah tertutup dan pertukaran gas dilakukan melalui
permukaan tubuh.

Sistem respirasi dilakukan dengan permukaan kulit.- Contohnya Lumbricus


terrestris (cacing tanah Amerika), Pheretima (cacing tanah Asia), Tubifex (cacing
merah/cacing sutera), Chaetogaster.

2. Kelas Polychaeta
Kata Polychaeta berasal dari kata poly yang berarti banyak dan chaetomyang
berarti rambut. Jadi Polychaeta berarti hewan yang mempunyai banyak rambut.
Menurut Fauhalid (1977), kelas Polychaeta dibagi menjadi 17 bangsa (ordo), 81
suku (familia) dan 1540 marga (genus). Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang
mikroskopik, yaitu 2-3 mm dan dapat mencapai centimeter juga. Tetapi ada salah
satu jenis cacing ini yang ukurannya mencapai 2 meter yaitu dari spesies Eunice
aphroditois.
Pada permukaan tubuhnya mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang
dilapisi kutikula sehingga tubuhnya akan licin dan kaku.
- Setiap segmen tubuhnya terdapat parapodia yang digunakan sebagai alat gerak
atau alat berenang.
- Polychaeta ini mempunyai kelamin yang terpisah atau diseus dan sebagian lagi
ada juga yang monoseus. Fertilisasi dilakukan di luar tubuh atau secara eksternal.
Telur yang nantinya telah dibuahi akan tumbuh menjadi larva yang disebut
trakofora.
- Jenis Polychaeta yang terkenal adalah cacing palolo (Eunice viridis) dan cacing
wawo (Lysidice oele). Jenis lain yang memiliki warna indah antara lain Serpula
vermicularis, Bispira sp, Spirobrancheus giganteus dan Myxlola infundibulum.
- Sistem pencernaan makanan cacing ini dengan menggunakan mulut, faring,
esophagus, usus, dan anus.
- Alat ekskresi berupa nepridium yang terdapat di dalam selom.
- Sistem peredaran darah Polychaeta dengan memompa darah ke bagian depan
oleh pembuluh darah dorsal, sedangkan pembuluh darah ventral akan mengalirkan
darah ke bagian belakang. Untuk menghubungkan kepada organ-organ lain
dilakukan oleh pembuluh darah lateral
.- Sebagian kelas Poychaeta hidup di laut. Mereka mengambang dan berenang di
antara plankton-plankon dan banyak merayah du dasar laut. Ada juga yang hidup
di dalam tabung, seperti spesies cacing kipas. Cacing kipas ini membangun
tabungnya sendiri dengan mancampurkan mucus dengan pasir dan cangkang-
cangkang kerang yang telah pecah
4. Kelas Hirudinea
- Bentuk tubuhnya pipih dan segmentasi di tubuhnya tidak terlalu jelas.
- Tubuhnya bagian luar terbagi-bagi menjadi annulus yang berarti cincincincin.
- Di bagian tubuhnya tidak terdapat setae, tentakel maupun parapodia.
- Terdapat selom yang berisi jaringan penghubung dan otot-otot.
- Cacing ini bersifat hemafrodit (monoesius).
- Cacing ini biasanya hidup di air tawar, air laut atau di tanah yang lembap

- Sistem respirasinya melalui permukaan tubuh


- Sistem ekskresi Hirudinae menggunakan 17 pasang nephridium
- Makanannya Hirudinae ini berupa cacing, larva serangga, invertebrate lain, dan
darah.
- Hirudinae mendapatkan makanan dengan cara mengisap cairan atau darah
hewan vertebrata. Ludah cacing ini mengandung zat antikoagulan atau anti
pembeku darah. Ketika cacing ini mengisap mangsanya maka darah mangsa
tersebut tidak akan membeku dan terus mengalir hingga tubuhnya sudah
menggembung baru ia akan melepasnya. Contoh Hirudinae yang paling terkenal
adalah lintah (Hirudo medicinalis) dan pacet. Lintah biasanya hidup di air seperti
rawa-rawa dan sungai sedangkan pacet hidup di daundaun.
5. FYLUM ARTHROPODA
(Arthron=Segmen/Ruas, Pous=Kaki)Hewan Dengan Kaki Bersendi
A. Asal Usul Artropoda
Para ahli zoologi telah memperkirakan sekitar satu miliar artropoda yang hidup di
bumi. Bahkan, Lebih dari 1 juta spesies artropoda telah dideskripsikan.Sebagian
besar arthropoda itu diantaranya adalah serangga, dan anggota-anggota filum
artropoda dapat ditemukan di hampir semua habitat di bumi. Berdasarkan kreteria
persebaran, dan jumlah spesies, artropoda dapat dianggap dengan
keanekaragaman yang paling sukses. Para ahli biologi berpendapat bahwa
keanegaragaman dan keberhasilan artropoda (arthropod)berkaitan dengan tubuh
artropoda yang beruas-ruas, eksoskeloton yang keras, dan tonjolan yang berbuku-
buku (artropoda berarti kaki berbuku). Fosil tertua dengan bangun tubuh ini
berasal dari ledakan kambrium (525-535 juta tahun yang lalu), mengindikasikan
bahwa artropoda sekiranya sudah setua itu.Selain artropoda, lobopoda merupakan
catatan fosil ledakan kambrium yang mengandung banyak spesies kelompok yang
sudah punah, yang kemudian menjadievolusi artropoda.
Lobopoda seperti Hallucigeniayang mempunyai ciri tubuh bersegmen-segmen,
dan sebagian besar segmen tubuhnya sama. Trilobita, merupakan artropoda awal
muncul, yang memiliki sedikit variasi antarsegmen. Dengan berlangsungnya
evolusi artropoda, segmen-segmen cendrung menyatu dan menjadi berkurang, dan
tonjolannya menjadi terspesialisasi untuk berbagai fungsi.
Perubahanperkembanganini tidak hanya menghasilkan penganekaragaman yang
besar namun juga bangun tubuh efesien yang memungkinkan pembagian fungsi
kerja diantara bagian-bagian tubuh yang berbeda.128 Struktur tambahan bersendi
jika kutikula arthropoda keras dan tebal dengan seragam seperti pembalut gips,
maka kutikula ini akan membatasi pergerakan. Kutikula arthropoda tipis dibagian
sensinya. Bagian tubuh bergerak dibagian sendi. Arthropoda berarti kaki bersendi,
kaki ini sering termodifikasi untuk fungsi tertentu.

B. Pengertian Artropoda
Artropoda (filum Artropoda) merupakan hewan bilateral dengan selom
tereduksi. Hewan ini memiliki rangka luar dengan sendi yang keras, sistem
pencernaan dan sistem sirkulasi yang sempurna serta organ respirasi dan organ
ekskresi. Salah Satu kerabat Antrophoda, yaitu trilobit yang telah musnah.
Pembagian kelompok modern ialah chelicerata, crustacea, miriapod, dan
serangga. Artropoda menunjukkan berbagai macam species (kira-kira 900.000
spesies) dan terdapat banyak habitat berbeda yang sering dikatakan berjaya di
antara semua hewan. Artropoda dapat dikatakan sebagai ‘kaki bersendi

Pada umumnya arthropoda memiliki satu atau lebih pasang mata. Pada
serangga dan crustacea, mata merupakan mata majemuk dengan banyak lensa.
Kecuali pada chelicerata, kebanyakan arthropoda memiliki antena yang dapat
mendeteksi sentuhan dan larutan pada bahan kimia. Rangka tubuh banyak
arthropoda berubah selama siklus hidupnya. Individu sering melakukan
metamorphosis: jaringan mengalami remodelisasi atau ketika remaja menjadi
dewasa, tiap tahap terspesialisasi untuk fungsi tertentu.
C. Klasifikasi dan Karakteristik Artropoda
Pada saat evolusi berlangsung, tonjolan dari beberapa artropoda telah
mengalami modifikasi dan spesialisasiyang berfungsi untuk berbagai fungsi
seperti berjalan, makan, reseptor indra, reproduksi dan pertahanan. Bagian
tubuhartropoda ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton yang terbuat dari
lapisan-lapisan protein dan polisakarida yang disebut dengan kitin.Kutikula bisa
berbentuk tebal dan keras pada beberapa bagian tubuh bahkan dapat
berbentuksetipis kertas dan fleksibel di bagian-bagian yang lain. eksoskeleton
yang kakudapat melindungi hewan dan menyediakan titik perlekatan bagi otot-
otot yang mengerakkan tonjolan.

Tetapi itu juga berarti bahwa artropoda tidak bisa tumbuh tanpa sesekali
mengganti eksoskeletonnya dan menghasilkan eksoskeleton yang lebih besar.
proses pergantian eksoskeleton (molting) ini banyak membutuhkanenergi.
Artropoda yang sedang atau baru saja melakukan pergantieksoskeleton sangat
rawan terhadap predasi dan bahaya-bahaya lain sehingga eksoskeleton yang baru
dan lunak berubah menjadikeras. Pada saat pertama kali eksoskeleton
artropodadievolusikan di lautan, fungsi-fungsi utamanya adalah untuk melindungi
dan sebagai tempat perlekatan otot-otot sehingga menjadikan artropoda tertentu
mampu hidup didarat. Eksoskeleton yang relatif tidak tembus iar membantu
mencegah terjadinya desikasi, dan kekuatannya yang memberikan dukungan pada
saat artropoda tidak lagi hidup ketika mengapung di air. Artropoda mulai
berdiversifikasi didarat setelah kolonisasi daratan oleh tumbuhan pada awal
paleozoikum.Artropoda mempunyai organindra yang berkembang dengan baik,
diantaranya mata, reseptor-reseptor olfaktorius (penciuman), dan antena yang
berguna untuk menyentuh maupun mencium bau. Pada umumnya organ indra
terkonsentrasi pada ujung anterior hewan. Seperti pada kebanyakan moluska,
artropoda mempunyaisistem sirkulasi terbuka(open circulatory system)dengan
cairan yang sering disebut himolinfe (hemolymph)yang didorong oleh jantung
melalui arteri-arteri yang pendek dan kemudian menuju ke ruang-runag yang
disebut sinus yang terdapat disekeliling jaringan dan organ. (istilah darahpada
dasarnya digunakan untuk cairan dalam sistem sirkulasi tertutup.)
Hemolinfe masuk lagi ke dalam jantung artropoda melalui pori-pori yang
biasanya dilengkapii dengan katup. Sinus tubuh yang terisi oleh hemolinfe secara
kolektif di sebut hemosol(hemocoel), yang bukan bagian dari selom. Meskipun
artropoda merupakan selomata, pada kebanyakan spesies beriringan dengan
berlanjutnya perkembangan selom yang terbentuk didalam embrio menjadi sangat
tereduksi seiringdan hemosol pun menjadi rongga tubuh utama pada artropoda
dewasa. Berbagai organ telah terspesialisasi telah dievolusikan pada
artropoda.Organorgan ini memungkinkan bahwa terjadinya difusi gas-gas
pernapasan meskipun ada eksoskeleton.

Pada umunya spesies akuatik memiliki insang dengan penjuluran yang tipis
dan berbulu. Hal ini memungkinkan terjadinya kontak antara area permukaan
yang luas dengan air disekitarnya. Artropoda darat umumnya memiliki permukaan
internal yang terspesialisasi untuk pertukaran gas. Kebanyakan serangga memiliki
sistem trakea, yaitu saluran-saluiran udar a yang bercabang-cabangyang menuju
bagian interior dari pori-pori kutikula.Bukti morfologis dan molekular
mengatakan bahwa artropoda yang masih ada terdiri dari empat garis keturunan
utama yang berdivergensi sejak awal pada evolusi filum tersebut antara lain:
1. Keliseriforma
Keliseriforma (subfilum Cheliceriformes, dari kata Yunani cheilos, bibir, dan
cheir, lengan) Dinamakan demikian karena berdasarkan tonjolannya yanguntuk
menangkap makanan dengan bentuk mirip cakar, disebut kalisera(chelicerae) yang
berperan sebagai capit atau taring. Karakteristik kaliseriforma memiliki sebuah
sefalotoraks anterior dan sebuah abdomen posterior. Mereka tidak memiliki
antena, dan kebanyakan memiliki mata sederhana (mata dengan lensa tunggal).
Keliseriforma paling awal adalaheuripterid (eurypterid)atau kalajengking air.
Predator yang hidup di laut dan perairan air tawar ini tumbuh hingga panjangnya
3m; diduga bahwa beberapa spesies mungkin berjalan didarat, mirip dengan
kepiting masa kini, kebanyakankeliseriforma laut, termasuk semua euripterid telah
punah. Diantara kaliseriforma yang masih hidup hingga kini adalah laba-laba
(pignogonid) dan mimi.Karakteristik utama Keliseriforma: tubuh memiliki satu
atau dua bagian utama; enam pasang tonjolan (kelisera, pedipalpus, dan empat
pasang kaki untuk berjalan); sebagian besar hidup didarat atau di
laut.Contonya:mimi, laba-laba, kalajengking, caplak, tungau.

2. Myriapoda
Yang termasuk contoh dari myriapoda adalah kaki seribu dan lipan. Semua
miriapoda yang masih ada dibumi pada umunya hidup didarat. Bagian kepala
miriapoda memiliki sepasang antena dan tiga pasang tonjolan yang termodifikasi
sebagai mulut, termasuk mandibula (mandible) yang mirip rahang.Kaki seribu
(kelas Diplopoda) adalah hewan yang memiliki kaki dengan yang berjumlah
banyak, walaupun tidak seperti pada namanya. Pada setiap segmen tubuh
terbentuk dari dua pasang kaki. Daun dan bagian tumbuhan lain yang membusuk
merupakan makanan dari kaki seribu.Mereka diperkirakan salah satu hewan
paling awal di daratan, hidup dari memakan lumut dan tumbuhan primitive.
Berbeda dengan kaki seribu, lipan (kelas chilopoda) adalah hewan karnivor atau
yang memakan daging. Setiap segmen pada setiap daerah batang tubuh lipan
memiliki sepasang kaki. Lipan memiliki cakar yang beracun pada segmen tubuh
bagian depan yang dapat melumpuhkan mangsa serta membantu mempertahankan
diri.Karakteristik utama Myriapoda: kepala yang tampak jelas dengan antena dan
mulut pengunyah; teristrial; kaki seribu adalah herbivor dan memiliki dua pasang
kaki untuk berjalan di setiap segmen tubuh. Kaki seribu memakan daun dan
bagian tumbuhan lain yang membusuk, mereka mungkin merupakan salah satu
hewan paling awal didaratan, hidup dari memakan lumut dan tumbuhan vaskular
primitif; lipan adalah karnivor dan memiliki sepasang kaki untuk berjalan di
setiap segmen tubuh dan cakar beracun pada segmen tubuh paling depan yang
dapat melumpuhkan mangsa dan membantu memepertahankan diri.Contohnya:
kaki seribu dan lipan.

A. Pengertian Serangga
Serangga adalah salah satu kelompok hewan yang paling dominan di muka
bumi. Ratusan ribu jenis telah berhasil diidentifikasi, berjumlah sekitar tiga kali
dari jumlah seluruh hewan yang telah diketahui. Serangga dapat ditemukan di
tanah, air (tawar, payau, dan sejumlah kecil di laut), serta udara. Beberapa
serangga yang hidup memakan daun, mengebor batang tanaman, dan hidup di
dalam tubuh hewan lain.
Boror dkk. (1992), menduga jumlah total jenis serangga dapat mencapai tiga
puluh juta jenis. Manusia sudah sejak lama berjuang melawan serangga yang
sering kali bertindak sebagai pengganggu, penular penyakit, maupun pemakan
tanaman pertanian, kehutanan dan perkebunan . Walaupun demikian, hingga saat
ini manusia tidak mampu melenyapkan satu jenis serangga. Dengan segala daya
upayanya, manusia hanya mampu mengendalikan serangga sampai batas yang
tidak merugikan. Masyarakat sering kali beranggapan bahwa semua serangga
adalah perusak yang harus diberantas, walaupun jenis serangga yang
menguntungkan jauh lebih banyak.
Sebagai contoh, banyak hasil pertanian yang terbantu oleh aktivitas serangga
penyerbuk, ada pula serangga yang menghasilkan sutera, madu, lak, lilin, obat-
obatan, serta berperan besar proses daur ulang sampah organik. Manusia juga
memanfaatkan serangga dari kelompok parasitoid dan predator untuk mengatasi
serangga hama. Serangga yang memiliki masa hidup singkat, jumlah keturunan
besar, serta struktur tubuh dan fisiologi yang unik, menjadikannya sebagai obyek
penting dalam penelitian pada bidang biologi, kedokteran, mekanik, bahkan robot.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan modern yang dimiliki oleh
manusia sedikit banyak berhutang pada serangga.

Serangga sebagai bagian dari lingkungan mempunyai suatu keistimewaan


karena serangga merupakan hewan kosmopolit, yang keberadaannya tersebar
diseluruh penjuru bumi. Serangga mempunyai peranan yang sangat besar di
lingkungan, ada yang keberadaannya menguntungkan manusia dan ada yang
merugikan. Serangga yang menguntungkan berperan sebagai penyerbuk bunga,
pengurai bahan organik, bahkan pangan dan minuman, bahan pakaian, perhiasan
dan musuh alami hama. Serangga yang merugikan pada umumnya berperan
sebagai hama tanaman budidaya, merusak bahan bangunan dan menimbulkan
entomphobia.

Serangga dapat menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung.


Kerugian secara tidak langsung diperoleh jika serangga menyerang tanaman yang
dibudidayakan oleh manusia, merusak produk simpanan, pakaian dan makanan.
Serangga dapat merusak tanaman budidaya karena serangga memanfaatkan
tanaman tersebut sebagai pakan, tempat peletakkan telur dan secara tidak
langsung serangga berperan sebagai vektor penyakit tanaman. Banyak sekali
patogen yang dapat dipindahkan oleh serangga, baik dari kelompok virus, jamur
atau bakteri.

Serangga pemakan tumbuhan (herbivora) dapat memakan berbagai jenis


tumbuhan tergantung pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sumber
makanannya. Dalam proses makan, serangga dapat memanfaatkan seluruh
tumbuhan (belalang), seluruh biji (kumbang penggerek) atau sebagian tumbuhan
(pada sebagian besar serangga). Kumbang penggerek termasuk ordo coleoptera.
Serangga tennasuk golongan hewan yang jumlahnya paling besar dibandingkan
golongan hewan lainnya yang hidup di permukaan bmni. Selain melimpah dalam
jumlah spesies, jumlah individunyapun sangat banyak hingga sukar untuk
dihitung.

Serangga dapat dijumpai baik di darat maupun di perarran. Spesies serangga


yang hidup di Iautan tidak sebanyak spesies yang hidup di daratan. Serangga yang
hidup di daratan dijumpai tersebar mulai dari kutub sampai ke daerah tropis,
lembah sampai ke pantai. Serangga dijumpai pula di hutanhutan basah sampai ke
padang pasir; pada pobon yang tinggi sampai akar tanaman yang paling dalam;
bahkan dijumpai pada tubuh manusia dan hewan-hewan lain.

Serangga ada yang meng:untungkan bagi manusia tetapi ada juga yang
merugikan. Serangga yang menguntungkan bagi manusia, bilamana serangga
tersebut menghasilkan suatu bahan!zat yang berguna bagi manusia seperti
serangga penghasil madu. sheriac dan sutra. Selain itu serangga yang membantu
penyerbukan bunga-bungaan dan serangga yang menjadi musuh alami (parasitoid)
bagi hama tanaman pertanian juga termasuk dalam serangga yang inenguntungkan
bagi manusia. Serangga menjadi merugikan bagi manusia bila serangga tersebut
menjadi hama pada tanaman pertanirui sehingga populasinya hams dikendalikan
agar tidak merugikan secara ekonomis. Selain itu serangga juga dapat menjadi
musuh bagi manusia manakala serangga tersebut menularkan/membawa bibit
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia seperti lalat tse-tse
membawa bibit penyakit tidur, nyamuk Aedes agepty meuyebabkan penyakit
demam berdarah dengue.

Dibandingkan dengan manusia, serangga merupakan hewan yang sangat


khusus. Dapat dikatakan bahwa serangga adalah hewan berbentuk terbalik, karena
kerangka tubuhnya berada di bagian luar, susunan sarafnya memanjang di bagian
bawah tubuhnya, dan organ hatinya terletak di sebelah atas saluran pencernaan.
Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi dapat bernafas melalui sejumlah lubang
kecil di dinding tubuhnya dan di samping kepala, yang dikenal dengan istilah
trakea. Pada saat bernapas, udara (oksigen) masuk melalui lubang-lubang tersebut,
kemudian disalurkan ke seluruh tubuh langsung ke jaringan-jaringan melalui
tumpukan tabungtabung tipis yang bercabang sehingga darahnya tidak terlalu
penting dalam transpor oksigen ke jaringan. Darah serangga sendiri hanya
berfungsi sebagai media untuk mengantarkan nutrisi, sistem pertahanan tubuh,
dan sistem ekskresi serangga. Serangga juga dapat mencium dengan bantuan
antena, beberapa rasa dapat dilakukan melalui bagian tungkai, sebagian bunyi
dapat didengarnya dengan organ khusus di perut, tungkai depan atau antena.

Serangga termasuk ke dalam golongan hewan berdarah dingin. Saat suhu


lingkungannya menurun, suhu tubuh serangga juga ikut menurun yang
menyebabkan proses fisiologis menjadi rendah. Namun demikian, kita kenal
berbagai jenis serangga dapat tahan hidup pada suhu rendah (dingin), walaupun
hanya untuk periode tertentu saja. Hal ini dikarenakan serangga mampu
menyimpan senyawa gliserol dalam jaringan tubuhnya. Senyawa kimia tersebut
sering kali digunakan sebagai senyawa tambahan dalam air radiator kendaraan,
khususnya di negara empat musim, untuk mencegah membekunya air pada
radiator selama musim dingin.
Dalam hal kemampuan melakukan reproduksi, serangga merupakan hewan yang
sangat menakjubkan. Beberapa hal unik pada kemampuan reproduksi dari
serangga (berbeda untuk setiap jenis) adalah sebagai berikut:
1. Jumlah telur fertil yang diletakkan oleh setiap betina bervariasi dari satu hingga
ribuan.
2. Lama waktu satu generasi bervariasi dari beberapa hari hingga tahunan. Bila
alam tidak melalukan mekanisme untuk mengendalikan jumlah serangga maka
serangga dapat menutupi seluruh permukaan bumi. Sebagai contoh, pada kondisi
yang ideal, lalat buah (Drosophila) dapat menghasilkan 25 generasi setiap tahun.
Apabila setiap betina dapat menghasilkan sampai 100 telur, dengan nisbah
kelamin 50 : 50, maka dari satu pasang lalat ini (tanpa memperhitungkan
mortalitas), akan dihasilkan 100 individu generasi kedua, 5000 generasi ketiga,
demikian seterusnya. Sehingga pada generasi ke-25 (setelah satu tahun), akan
dihasilkan sekitar 1,92 × 1041 individu lalat.
3. Perbandingan individu betina pada setiap generasi untuk menghasilkan
keturunan betina kembali pada generasi berikutnya dapat dikendalikan, bahkan
ada serangga yang mampu menghasilkan keturunan 100% betina, contohnya lebah
madu.
4. Beberapa jenis serangga dari kelompok tawon dapat menghasilkan 18-60
individu dari satu telur. Hal ini merupakan suatu keunikan tersendiri karena pada
hewan lain umumnya satu telur yang fertil akan berkembang menjadi satu
individu. Pada manusia dan beberapa jenis hewan, kadang kala dapat terjadi
peristiwa kelahiran kembar dua, atau tiga, atau empat.
5. Pada beberapa jenis dari ordo Coleoptera atau bangsa kumbang
(Micromalthus, Phengodes, Thylodrias), dapat terjadi proses reproduksi yang
disebut paedogenesis, yaitu reproduksi yang dilakukan oleh larva.

Secara alamiah, tergantung pada jenisnya serangga, siklus hidup serangga


bervariasi, mulai dari yang sederhana hingga yang mengalami perkembangan
kompleks. Perkembangan serangga melibatkan perubahan bentuk yang dikenal
dengan istilah stadium. Seluruh proses perubahan tersebut dikenal sebagai proses
metamorfosis. Stadium terdiri dari telur, larva, pupa atau nympha, dan dewasa.
Setiap stadium memiliki makanan dan habitat yang berbeda. Contoh yang paling
nyata adalah perkembangan kupukupu. Pada kupu-kupu, telur menetas dan
berubah bentuk menjadi "ulat" atau larva, yang berbentuk seperti cacing. Ulat
tersebut akan selalu makan dan bertambah ukurannya sehingga secara periodik
berganti kulit untuk menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Pada masa akhir
pertumbuhannya, ukuran ulat ini dapat membesar hingga 100 kali. Selanjutnya
ulat ini berubah menjadi bentuk "kepompong" atau pupa yang dilapisi kokon.
Pada stadium ini, ulat akan menghasilkan sejenis senyawa yang menghancurkan
tubuhnya sebagai bahan dasar untuk membentuk organ-organ serangga dewasa.
Dari kepompong, pupa akan menetas menjadi kupu-kupu dewasa. Pada stadium
dewasa, ukuran tubuh serangga tidak akan bertambah lagi. Hal ini berlaku tidak
hanya pada kupu-kupu akan tetapi pada seluruh serangga.

Serangga memiliki variasi makanan dan cara makan yang berbeda antar jenis.
Kebanyakan serangga memakan tumbuhan atau disebut phytophagus atau
herbivor. Hampir seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat
dimakan oleh berbagai jenis serangga. Ribuan serangga juga dapat memakan
hewan lain atau disebut dengan karnivor atau predator. Beberapa serangga dapat
memangsa serangga jenis lainnya, disebut sebagai serangga predator, atau hidup
sebagai parasit pada serangga lainnya, yang dikenal sebagai parasitoid. Banyak
serangga memakan darah hewan vertebrata, seperti nyamuk, kutu, dan tungau.
Dalam hal mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serangga memiliki
cara yang sangat menarik dan efektif. Banyak serangga dapat mengelabui
musuhnya dengan berpura-pura mati, yaitu dengan menjatuhkan diri dan tidak
bergerak atau membentuk posisi tertentu sehingga terlihat mati. Ada juga
serangga yang mengubah warna tubuh maupun sayapnya, mengeluarkan senyawa
kimia sebagai alat pertahanan yang menimbulkan bau tidak sedap atau beracun
bagi musuhnya. Salah satu alat pertahanan serangga yang paling dikenal adalah
sengat yang terdapat pada lebah, tawon, dan beberapa jenis semut. Organ ini
biasanya merupakan modifikasi dari alat ovipositor yang berguna bagi serangga
betina untuk meletakkan telurnya. Organ ini terletak di bagian posterior pada
ujung perut.

Serangga juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Pada umumnya,


serangga memiliki sistem atau cara berkomunikasi menggunakan senyawa kimia
yang dikenal dengan nama feromon. Setiap feromon memiliki perbedaan pada
fungsi, antara lain untuk mengenali lawan jenisnya (feromon seksual), sedang
untuk mengenali jenis dari populasi lain atau kelompoknya (feromon jejak),
sebagai feromon tanda bahaya dan lainnya. Selain feromon, serangga juga dapat
berkomunikasi dengan bantuan suara dan cahaya.

Karakteristik Serangga

Serangga termasuk dalam filum Artropoda, kelas insect yang merupakan


kelas terbesar terlihat dari segi jumlah spesies untuk semua filum dalam kerajaan
binatang. Ciri khas dari bentuk dewasa kelas insect adalah sebagai berikut:
a. Bagian luar tubuh tertutupi oleh lapisan keras yang disebut integumen atau
eksoskleton.
b. Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut
(abdomen).
c. Kepala biasanya terdapat satu pasang antena, satu pasang mandibel, memiliki
maksila dan labium, serta memiliki sepasang mata majemuk.
d. Pada bagian dada terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap
dan sering tanpa sayap.
e. Abdomen atau perut biasanya tidak memiliki tungkai, kecuali pada masa
pradewasa terutama anggota-anggota ordo Lepidoptera ada yang bertungkai semu.
f. Struktur dari sistem pencernaan makanan berbentuk tabung dan sistem
peredaran darah terbuka.
g. Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui
sprirakel.
h. Ukuran serangga berkisar kira-kira 0,25 sampai 330 mm panjang dan kira-kira
0,5 sampai 300 mm dalam bentangan sayap.

B. Hubungan Serangga dan Manusia

Dari sekitar 5-10 juta jenis serangga yang diperkirakan hidup di muka bumi,
diduga tidak sampai 1% darinya berinteraksi secara langsung maupun tidak
langsung dengan manusia. Manusia mendapatkan keuntungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan keberadaan serangga. Tanpa adanya serangga,
kelangsungan kehidupan manusia tidak dapat terjadi. Contoh yang paling nyata
adalah penyerbukan. Albert Einstein pernah berkata bahwa “manusia tidak dapat
bertahan hidup lebih dari satu bulan bila tidak ada serangga-serangga yang
menyerbuki tumbuhan”. Pernyataan Einstein ini ada benarnya, karena membantu
penyerbukan lebih dari 67% dari total tumbuhan berbunga yang ada (Kearns &
Inouye, 1997), baik secara langsung maupun tidak langsung yang menghasilkan
lebih dari 80% produk makanan yang dikonsumsi oleh manusia.

Serangga juga menghasilkan produk-produk yang langsung dimanfaatkan


manusia, seperti madu, lak, sutera, dan bahan pencelup. Banyak jenis serangga
merupakan parasitoid atau predator, yang secara alamiah mengendalikan serangga
hama dan tanaman pengganggu (gulma). Selain itu banyak juga serangga yang
berperan besar dalam membantu proses pelapukan dan dekomposisi. Serangga
juga menjadi mangsa dari beberapa jenis burung, ikan, dan hewan lainnya,
termasuk manusia (di beberapa daerah). Beberapa jenis serangga banyak
digunakan oleh para peneliti dalam mempelajari dan menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam bidang genetika, evolusi, sosiologi, ekologi, polusi, dan
kedokteran. Karena bentuk dan warnanya, beberapa jenis serangga juga digunakan
sebagai sumber inspirasi oleh para seniman, perancang busana, selain menjadi
barang koleksi.
Di lain pihak, diperkirakan sekitar 10.000 serangga dapat dikategorikan
sebagai serangga pengganggu. Kategori tersebut muncul, karena serangga
berkompetisi dengan manusia untuk memperoleh makanan. Kadang kala dalam
proses ini serangga mengonsumsi berbagai jenis tanaman yang bernilai ekonomis
bagi manusia, selain sebagai perantara (vektor) bagi berbagai penyakit tanaman
(diperkirakan 12% dari hasil makanan, kayu, dan serat alam rusak oleh serangan
serangga). Serangga juga menyerang kepentingan manusia lainnya, termasuk
rumah, pakaian, makanan yang disimpan di gudang dan diperkirakan 20% produk
yang disimpan di gudang rusak oleh serangga dengan total kerugian diperkirakan
sebesar 31 miliar dolar dan 9 miliarnya dihabiskan untuk konsumsi insektisida,
(Pimentel, 2002).
Di samping itu, serangga menyerang hewan ternak dan menjadi vektor
berbagai penyakit berbahaya bagi manusia maupun hewan ternak peliharaan.
Karena manusia memiliki kecenderungan untuk mengingat segala sesuatu yang
merugikan maka sering kali peran positif dari serangga terlupakan. Pada modul
ini, akan dibahas topik serangga yang berguna dan serangga yang merugikan bagi
manusia.

MORFOLOGI SERANGGA
Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan
abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata
majemuk dan mata tunggal. Pada bagian torak, ditemukan tungkai tiga pasang dan
spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membrane timpani, spirakel,
dan alat kelamin. Pada bagian depan apabila dilihat dari samping dapat ditentukan
letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata
tunggal, postgena, dan antena.

1) Kepala (Caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala
terdapat antena, mata majemuk, mata tunggal (osellus), dan alat mulut.
Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu Hypognatus
(vertikal) apabila alat mulutnya menghadap ke bawah dan segemen-segmen
kepala ada didalam posisi yang sama dengan tungkai, contohnya adalah Belalang,
Prognatus (horisontal) apabila alat mulutnya menghadap ke depan dan biasanya
serangga ini aktif mengejar mangsa, contohnya adalah Kumbang, dan
Ephistognatus (oblique) apabila alat mulutnya menghadap ke belakang dan
terletak di antara sela-sela pasangan tungaki, contoh serangga adalah semua
serangga ordo Hemiptera.

2) Antena
Serangga mempunyai sepasang atena yang terletak pada kepala dan biasanya
tampak seperti „benang‟ memanjang. Antena merupakan organ penerima
rangsangan, seperti bau, rasa, raba, dan panas. Pada dasarnya, antena serangga
terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar dinamakan scape. Scape ini masuk ke dalam
daerah yang menyelaput pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas
berikutnya secara keseluruhan dinamakan flagela (tunggal=flagelum) Bentuk
antena serangga sangat bervariasi berdasarkan jenis dan stadiumnya.

3) Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yatiu mata tunggal dan mata
majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus (jamak=oselli).Mata tunggal dapat
dijumpai pada larva, nimfa maupun pada serangg dewasa, mata ini berfungsi
sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Mata majemuk dijumpai pada serangga
dewasa biasanya berjumlah sepasang, dengan letak pada masing-masing sisi
kepala dan posisinya sedikit menonjol ke luar, sehingga mata majemuk ini mampu
menampung semua pandangan dari berbagai arah, mata majemuk ini berfungsi
sebagai pendeteksi warna dan bentuk.

4) Alat mulut
Bagian-bagian mulut serangga secara umum terdiri atas; sebuah labrum,
sepasang mandibel, sepasang maksila dan sebuah labium serta hipofaring. Ada
beberapa tipe alat mulut serangga, yaitu: penggigit-pengunyah, penggigit-
pengisap, penusuk-pengisap, pemarut-pengisap, pengait-pengisap, pencecap-
pengisap, dan pengisap.

5) Toraks
Toraks merupakan bagian (tagma) kedua dari tubuh serangga yang
dihubungkan dengan kepala oleh semacam leher yang disebut serviks. Toraks
terdiri dari tiga ruas (segmen) yaitu, protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Torak
juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak
terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura
tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum.

6) Tungkai/kaki
Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain
sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama
disebut koksa (coxa), merupakan bagian melekat langsung pada toraks. Ruas
kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih pendek daripada koksa dan
sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur, merupakan ruas
yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut tibia, biasanya lebih ramping
tetapi kira-kira sama panjangnya dengan femur. Pada ujung tibia ini biasanya
terdapat duri-duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus. Tarsus ini biasanya terdiri
atas 1-5 ruas. Di ujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari
sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw.
Bentuk kaki serangga dewasa juga sangat bervariasi berdasarkan pada
fungsinya. Kaki yang digunakan untuk meloncat disebut saltatorial, menggali
disebut fosorial, berlari disebut kursorial, berjalan disebut gresorial, menangkap
mangsa disebut raptorial, dan berenang disebut natatorial.

7) Sayap
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian mesotoraks dan metatoraks.
Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin
tipis. Bagian-bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut
pembuluh sayap atau rangka sayap. Pembuluh atau rangka sayap memanjang
disebut rangka sayap membujur dan yang melintang disebut rangka sayap
melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka
disebut sel. Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga yang tidak bersayap
digolongkan ke dalam subkelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki
sayap digolongkan kedalam subkelas Pterygota.

8) Abdomen
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen
dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau
sternum adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit.
Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin
serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, di mana segmen-segmen ini
mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan telur.

KLASIFIKASI SERANGGA
Dunia hewan terbagi menjadi 14 fila, dengan dasar tingkat kekomplekan dan
mungkin urutan evolusinya. Karena itu fila hewan disusun dari filum yang
terendah ke filum yang tertinggi. Pada klasifikasi biologi yang resmi, kelompok –
kelompok demikian disebut taksa (tunggal, takson). Taksa ini disusun oleh pola
hirarki, kategori dan tingkatan yang paling umum dipakai dalam system
klasifikasi zoology adalah sebagai berikut.
Kingdom ,Filum, Sub filum, Super Kelas, Kelas, Sub Kelas, Cohort, Ordo, Sub
Ordo,Super Famili, Famili, Sub Famili, Suku (Tribe), Genus,Sub Genus, Spesies,
Sub Spesies.

Sedang kategori – kategori yang lazim digunakan adalah Filum, Kelas, Ordo,
Famili, Genus dan Spesies, dan kadang – kadang cukup dengan Ordo, Famili,
Genus dan Spesies.
Pembagian ordo ke famili menurut Borror dkk adalah sebagai berikut, Ordo
Protura (3 famili), Diplura (3), Thysanura (4), Collembola (5), Ephemeroptera
(15), Odonata (10), Orthoptera (16), Isoptera (4), Plecoptera (10), Dermaptera (4),
Embioptera (3), Psocoptera (11), 21Ibid., h. 125-126. 24 Zoraptera (1),
Mallophaga (6), Anoplura (3), Thysanoptera (5), Hemiptera (38), Homoptera (32),
Neuroptera (15), Coleoptera (124), Strepsiptera (4), Mecoptera (4), Trichoptera
(17), Lepidoptera (77), Diptera (104), Siphonaptera (9) dan Hymenoptera (71).

1) Ordo Archyptera atau Isoptera


Ciri-ciri ordo Archyptera adalah serangga ini berukuran kecil, bertubuh lunak
dan biasanya berwarna coklat pucat. Antena pendek dan berbentuk seperti benang
atau seperti rangkaian manik. Serangga dewasa ada yang bersayap dan ada yang
tidak bersayap. Jika bersayap, maka jumlahnya dua pasang, bentuk memanjang,
ukuran serta bentuk sayap depan dan belakang sama. Pada saat istirahat sayap
diletakkan mendatar di atas tubuh. Alat mulut mengigi mengunyah, mata
majemuk ada atau tidak ada. Serangga ini merugikan karena dapat merusak kayu,
misalnya kayu bangunan. Serangga ini juga menguntungkan, karena konversi
yang dilakukan mereka terhadap tanaman mati menjadi zat-zat berguna bagi
tanaman. Contohnya Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai).
2.Ordo Protura
Protura berasal dari kata Prot memiliki arti pertama dan ura yang berarti
ekor, ordo protura memiliki ukuran tubuh yang kecil berbentuk oval memanjang
(Lilies, 1991). Tubuhnya bewarna keputih-putihan, pada bagian kepalanya tidak
terdapat mata maupun sungut. Mulutnya tidak digunakan untuk mengigit tetapi
untuk menggerogoti partikel makananya yang kemudian akan dicampur dengan
20 air liurnya kemudian barulah dihisap masuk ke dalam mulutnya. Sepasang
tungkai yang pertama memiliki fungsi untuk sensorik dan terletak dalam posisi
terangkat seperti sungut (Borror, 1996). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu
tidak memiliki antena dan memiliki ukuran tubuh yang snagat kecil kurang lebi
1,5 mm (Lilies, 1991).
5. Ordo Diplura
Diplura berasal dari kata Dipl memiliki arti dua dan ura yang berarti ekor
(Lilies, 1991). Ordo diplura bertubuh kecil berbentuk oval memanjang dan
tubuhnya bewarna pucat. Tubuhnya tidak tertutup oleh sisik, tidak mempunyai
mata majemuk maupun mata tunggal, tarsi mempunyai satu ruas, pada mulutnya
terdapat mandibula yang tertarik kedalam kepala (Borror, 1996). Pada ordo
Diplura ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki antena yang panjang
dengn banyak ruas, abdomennya terdapat ruas-ruas kurang lebih 9 ruas, kaki
terdapat pada bagian sisi ventral dan mempunyai cerci (Lilies, 1991).

6. Ordo Thysanura
Thysanura berasal dari kata Thysan memiliki arti bulu dan ura yang berarti
ekor. Ordo Thysanura memiliki tubuh berbentuk pipih, panjang, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh sisik dan tidak
memiliki sayap. Pada bagian ujung posterior abdomen terdapat tiga ekor yang
ramping dan memiliki type mulut pengunyah (Lilies, 1991). Pada bagian
mulutnya terdapat mandibulat dan masing-masing madibel mempunyai dua
tempat artikulasi dengan kapsula kepala, memiliki mata majameuk yang kecil dan
sangat lebar terpisah. Tarsi mempunyai tiga sampai lima ruas, abdomennya terdiri
dari sebelas ruas (Borror, 1996).
7. Ordo Collembola
Collembola berasal dari kata Coll yang memiliki arti lem dan embola yang
berarti bedesakan. Ordo Collembola tubuhnya kecil, bewarna hitam, beruas 22
nampak merapat dan saling berlekatan satu sama lain, tidak memiliki sayap, ciri
utama dalam mengidentifikasi yaitu memilik antena pendek yang terdiri dari enam
ruas, abdomen terdiri kurang lebih 6 ruas dan mempunyai ekor seperti pegas yang
berfungsi untuk melompat (Lilies, 1991).
8. Ordo Odonata
Odonata memiliki arti bergigi, sehingga memiliki tipe alat mulut penggigit
pengunyah (Lilies,1994). Insekta ini merupakan salah satu serangga yang
berukuran besar, memiliki warna-warna yang sangat indah dan sebagian besar
hidupnya dihabiskan untuk terbang. Odonata memiliki ciri-ciri dua pasang sayap
berbentuk memanjang, bermata majemuk yang memiliki ukuran besar hampir
memenuhi sebagian kepala, toraks memiliki ukuran yang relatif kecil, sungut
relatif sangat kecil seperti rambut, abdomen pada odonata berbentuk memanjang
dan langsing (Borror, 1996). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu pada sayap
panjang dan bentukan sayap depan dan belakang, memiliki antena pendek seperti
bulu keras ada juga yang memiliki antena yang panjang dan ramping , abdomen
berbentuk panjang dan ramping (Lilies,1994).

9. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata Ortho yang berarti lurus dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ordo Orthoptera memiliki karakteristik yaitu memiliki sungut
tipe filiform, tipe mulut pengunyah, memiliki tungkai yang panjang dengan
terdapat satu sampai lima segmen pada bagian tarsusnya, serta tungkai depan
diadaptasi untuk menggali atau memegang makanan, sedangkan pada tungkai
belakang ukurannya besar dan diadaptasi untuk melompat. Sayapnya memiliki
banyak pembuluh dan dengan sayap depannya yang biasanya menyempit dan
menebal/mengeras yang disebut dengan tegmen, sedangkan sayap belakang lebar,
seperti selaput yang biasanya digunakan untuk terbang, dan pada ujung
abdomennya terdapat cerci yang biasanya pendek. Ordo Orthoptera terbagi
menjadi beberapa famili yaitu, Tetrigidae, Gryllotalpidae, Acrididae, Gryllidae,
Tettigonidae, Mantidae, Phasmidae, dan Blattidae (Elzinga, 1978). Ciri utama
dalam mengidentifikasi yaitu pada sayap memiliki sayap depan dan sayap
belakang yang lebih pendek, antena terdapat ruas lebih dari 12 dan kaki femur
yang membesar berfungsi untuk melompat dengan ukuran lebih dari 5mm
(Lilies,1991).

10. Ordo Dermaptera


Dermaptera berasal dari kata Derma yang berarti kulit dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki cerci tak
bersegmen berbentuk seperti penjepit dan ukurannya besar, sayap ada yang
pendek dan ada juga yang panjang menutupi sebagian perut. Dermaptera memiliki
ukuran sedang yaitu sekitar 5 mm hingga 35 mm, dengan karakteristik tipe
mulutnya pengunyah, memiliki tipe sungut filiform, sepasang mata utama yang
berkembang dengan baik, sedangkan tungkainya panjang dengan bersegmen tiga
pada tarsinya, serta pada sayap depannya mengalami penebalan dan memendek
membentuk tegmina,dan pada sayap belakang saat tidak digunakan untuk terbang
melipat memanjang seperti kipas dan melintang dua kali agar cukup dibawah
tegmina (Elzinga, 1978). Pada klasifikasi dermaptera terbagi menjadi tiga subordo
yaitu Arexinena, Diploglossata, dan Forficulina (Borror, 1996).

11. Ordo Plecoptera


Plecoptera berasal dari kata Pleco yang berarti terlipat dan ptera yang berarti
sayap. Tubuh dari plecoptera memiliki wrna yang pudar atau tidak mengkilap
(Lilies, 1991). Plecoptera memiliki ukuran panjang mulai dari 12 mm hingga 65
mm, dengan karakteristik terdapat sungut tipe filiform yang panjang, tipe mulut
pengunyah (Elzinga, 1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu sebagian
besar plecoptera memiliki dua pasang sayap yang berselaput tipis, pada sayap
bagian depan berbentuk memanjang dan agak menyempit sedangkan pada sayap
belakang memiliki ukuran yang lebih pendek dari sayap depan dan akan terlihat
seperti kipas ketika sayap dalam keadaan istirahat (Borror, 1996).
12. Ordo Hemiptera
Hemiptera berasal dari kata Hemi yang berarti setengah dan ptera yang
berarti sayap. Hemiptera memiliki tubuh yang pipih dan ada yang berukuran
besar maupun yang berukuran yang sangat kecil (Lilies,1991). Hemiptera
memiliki ukuran mata yang besar, sungutnya terdiri dari empat sampai lima
segmen dan biasanya lebih panjang dari kepalanya, tipe mulut penusuk-
penghisap dengan terdapat paruh yang muncul dari bagian anterior dari kepala
(Elzinga, 1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki antena yang
lebih panjang dari kepalanya tetapi ada juga yang pendek (Lilies,1991). Sebagian
banyak hemiptera memiliki sayap depan yang menebal dan terlapisi oleh selaput
yang tipis. Sedangkan pada sayap belakang memiliki ukuran yang lebih pendek
dari sayap depan dan keseluruhan sayap belakang terlapisi selaput tipis. Pada
saat sayap dalam keadaan istirahat maka sayap akan terletak sejajar di atas
abdomen dengan ujung-ujung yang beselaput tipis saling tumpang tindih
(Borror, 1996).
13. Ordo Homoptera
Homoptera berasal dari kata Homo yang berarti seperti atau seragam dan
ptera yang berarti sayap, sehingga dapat dikatakan bahwa homoptera memiliki
ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu 2 pasang sayap, dimana sayap depan
seragam, seperti selaput atau sedikit menebal, sedangkan sayap belakang seperti
membran, namun pada saat istirahat sayap tersusun seperti genting di atas tubuh.
Antenna ordo ini panjang, tipe mulutnya penghisap, dan abdomen berbentuk
panjang ramping dengan ukuran kurang dari 5mm (Lilies,1991). Homoptera
sebagian besar merupakan serangga hama yang memakan tumbuh-
tumbuhan.Pada ordo homoptera terbagi atas dua subordo yaitu Auchenorrhyncha
dan Stenorrhyncha (Borror, 1996)
14. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata Coleo yang berarti sarung pedang dan ptera
yang berarti sayap (Lilies, 1991). Ordo Coleoptera memiliki karakteristik mulut
dengan tipe mulut pengunyah, memiliki mata majemuk yang besar. Ciri utama
dalam mengidentifikasi yaitu sayap depannya mengalami penebalan yang
disebut dengan elytra, yang membentuk garis tipis ditengah saat terlipat,
sedangkan sayap belakang berupa sayap bermembran yang digunakan untuk
terbang, namun jika tidak digunakan untuk terbang sayap ini akan terlipat
dibawah elytra, dan pada antena terdapata kurang lebih 11 ruas. Tubuh
Coleoptera memiliki panjang 0.25 hingga 150 mm, dan biasanya seluruhnya
mengeras dan kuat. Ordo Coleoptera terbagi menjadi beberapa family,
diantaranya yaitu Curcolionidae, Tenebrionidae, Coccinellidae, Cerambycidae,
Chrysomelidae, Elateridae, Cantharidae, dan Buprestidae (Elzinga, 1978).

15. Ordo Thysanoptera


Thysanoptera berasal dari kata Thysano yang berarti rumbai dan ptera yang
berarti sayap(Lilies,1991). Ordo Thysanoptera memiliki tubuh yang kecil dan
langsing , type mulutnya menghisap berbentuk kerucut, memiliki mata majemuk
yang besar (Elzinga, 1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu pada syap
yang berbentuk panjang menyempit berumbai-rumbai dengan rambut panjang.
Mulutnya yang bertype penghisap terdapat probosis memiliki struktur gemuk,
konis yang terletak di bagian posterior bidang ventral kepala. Memiliki sungut
yang pendek terdapat pada empat sampai sembilan ruas. Ujung abdomen
memiliki bentuk seperti tabung (Borror, 1996).
16. Ordo Hymenoptera
Hymenoptera berasal dari kata Hymeno yang berarti selaput dan ptera yang
berarti sayap, sehingga ordo ini memiliki 2 pasang sayap yang seperti selaput.
Ordo Hymenoptera memiliki karakteristik yaitu memiliki sungut dengan tipe
filiform, tipe mulutnya pengunyah atau pengunyah peminum, memiliki mata
majemuk yang besar, tungkai yang panjang dengan lima segmen pada tarsi, tidak
memiliki cerci. Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu sayapnya panjang dan
sempit dengan vena-vena sayap yang menyatu sayap belakang lebih kecil dari
sayap depan dan memiliki antena yang berbentuk siku (Lilies,1991). Ordo
Hymenoptera terbagi menjadi beberapa famili, diantaranya yaitu Braconidae,
Ichneumonidae, Pompilidae, Vespidae, Xylocopidae, dan Apidae (Elzinga,
1978).
17. Ordo Lepidoptera
Lepidoptera berasal dari kata Lepido yang berarti sisik dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ordo Lepidoptera memiliki karakteristik terdapat tipe mulut
sifon yang melingkar dibawah kepala, mata majemuknya besar, tungkainya
panjang dengan terdapat lima segmen tarsi. Ciri utama dalam mengidentifikasi
yaitu memiliki dua pasang sayap bermembran yang dipenuhi dengan sisik, dan
seluruh tubuhnya juga dipenuhi dengan rambut dan sisik (Elzinga,1978).

18. Ordo Mallophaga


Mallophaga berasal dari kata Mallo yang berarti wool dan phaga yang
berarti makan (Lilies,1991). Ordo Mallophaga memiliki ukuran tubuh yang
kecil, yaitu sekitar 2 mm hingga 6 mm. Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu
kepalanya melebar, tipe mulutnya menggigit, tarsinya bersegmen dua hingga
lima, tidak memiliki cerci, tidak memiliki sayap, dan tubuhnya pipih pada bagian
dorsal dan ventral (Elzinga., 1978). Ordo ini hidup di rambut dan kulit unggas
dan mamalia, peranannya sebagai hama pada binatang dengan menghisap darah
dan menimbulkan luka pada inang (Lilies, 1991).
19. Ordo Ephemeroptera
Ephemeroptera berasal dari kata Ephemera yang berarti hidup pendek dan
ptera yang berarti sayap (Lilies,1991). Ordo Ephemeroptera memiliki tubuh
panjang dan lunak, dengan ukuran yang kecil hingga sedang, dan antena kecil.
Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki sayap depan dan belakang
yang bermembran dengan banyak vena, pada sayap depannya lebar dengan
bentuk segitiga, sedangkan sayap belakangnya kecil bulat, dan terkadang tidak
ada pada bagian abdomen terdapat caudal yang panjang (Lilies, 1991). Ordo
Ephemeroptera terdiri dari beberapa famili yaitu Neoephemeridae,
Polymitarcidae, Potamanthidae, Polingoniidae, Ephemeridae,
Tricorythidae,Caenidae, Baetiscidae, Baetidae, Caenidae, Oligoneuriidae,
Heptageniidae, Ephemerellidae, Leptophlebiidae, Ametropodidae,
Siphlonuridae, dan Metretopodidae (Borror, 1996).

20. Ordo Anoplura


Anoplura berasal dari kata Anopl yang berarti tidak bersenjata dan ura yang
berarti ekor. Ordo Anoplura memiliki ciri tubuh kecil, pipih, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu ukuran kepala lebih sempit dari pada thoraks, tidak
bersayap dan tipe mulutnya penusuk dan penghisap. Ordo ini memiliki tarsi
dengan 1 ruas dengan kuku besar untuk bergantung pada rambut inang biasanya
terdapat pada tubuh tikus, peranannya sebagai hama tikus, kera, dan mamalia
lainnya (Lilies, 1991).

21. Ordo Neuroptera


Neuroptera berasal dari kata Neure yang berarti urat dan ptera yang berarti
sayap. Ordo Neuroptera memiliki ukuran tubuh kecil hingga besar, dengan
antena yang umumnya panjang dan tipe mulut penggigit dan pengunyah. Ciri
utama dalam mengidentifikasi yaitu sayapnya bermembran dengan banyak vena
seperti susunan jala, dengan jumlah sebanyak 2 pasang, yaitu sayap depan dan
sayap belakang yang hampir sama ukurannya, tetapi sayap belakang dengan
pangkal agak melebar (Lilies, 1991). Ordo Neuroptera terdiri dari beberapa
famili yaitu Raphidiidae, Inocelliidae, Caniopterygidae, Ithonidae, Mantispidae,
Hemerobiidae, Chrysopidae, Dilaridae, Berothidae, Polystoechotidae, Sisyridae,
Myrmeleontidae, dan Ascalaphidae (Lilies, 1991).
22. Ordo Mecoptera
Mecoptera berasal dari kata Meco yang berarti panjang dan ptera yang berarti
sayap. Ordo Mecoptera ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu ukuran tubuh
kecil hingga sedang, agak ramping, dengan kepala memanjang kebawah seperti
paruh yang pendek. Sayapnya 2 pasang dengan bentuk, ukuran dan susunan vena
sama, yaitu ukurannya panjang, sempit dan berselaput. Ordo mecoptera terdiri
dari beberapa famili yaitu Boreidae, Bittacidae, Meropeidae, Panorpidae, dan
Panorpidadae (Lilies,1991).

SERANGGA BERGUNA

Untuk menghitung dampak positif serangga terhadap kehidupan manusia


dalam bentuk “rupiah” sangatlah sukar. Dalam hubungannya dengan proses
penyerbukan, di Amerika Serikat pernah diprediksi bahwa setiap tahun
sumbangan serangga penyerbuk dapat mencapai 19 miliar US$, dan dalam bentuk
produk komersial mencapai 300 juta US$. Dalam peranannya sebagai agensia
pengendali hama dan gulma, serta sebagai obyek dalam bidang penelitian, nilai
serangga sangat sulit untuk di-”rupiah”-kan.
1. Serangga Penyerbuk
Terdapat dua kelompok besar tumbuhan, yaitu tumbuhan tak berbunga
(Gymnospermae) dan tumbuhan berbunga (Angiospermae). Di antara kedua
kelompok tumbuhan ini, tumbuhan berbunga merupakan kelompok yang paling
dominan. Diyakini, dominansi tumbuhan berbunga ini merupakan hasil dari
proses penyerbukan (polinasi) yang dikembangkan oleh kelompok tumbuhan ini.
Inti dari proses penyerbukan adalah transfer serbuk, yang merupakan sel-sel
genitalia jantan, dari stamen ke stigma (putik). Dari stigma, serbuk sari akan turun
ke bagian bawah di mana terdapat sel-sel genitalia betina. Peristiwa tersebut
berlangsung pada hampir seluruh tanaman sebelum bunga menjadi biji. Dalam
perkembangan biji, jaringan-jaringan di sekitar biji berkembang menjadi daging
buah yang merupakan sumber makanan bagi biji.
Serangga penyerbuk merupakan serangga yang penting pada berbagai spesies
tanaman. Di lahan pertanian, serangga penyerbuk yang umum dijumpai adalah
lebah madu dan lebah liar yang dilaporkan mengunjungi 20-30% spesies tanaman.
Disamping lebah, serangga-serangga penyerbuk yang penting adalah kumbang
(Coleoptera), lalat (Diptera), dan kupu-kupu (Lepidoptera) (Atmowidi, 2008).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua per tiga dari total
tanaman berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian serangga yang
berperan dalam penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat, lebah, tawon, (ordo
Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga tersebut, lebah yang
memiliki sekitar 20.000 spesies, merupakan agens penyerbuk paling penting
(Schoonhoven et al., 1998; Delaplane & Mayer 2000 cit. Atmowidi et al., 2009).

Serangga berinteraksi dengan organisme lain dalam habitatnya baik yang


menguntungkan maupun merugikan. Salah satu bentuk interaksi yang
menguntungkan adalah interaksi mutualisme antara serangga dengan tanaman,
yaitu sebagai penyerbuk (pollinator). Tanaman yang diserbuki oleh serangga
disebut Entomophyli (Dennis, 1994 cit.Yuliani, 2013). Asosiasi mutualisme
antara serangga dengan tumbuhan bervariasi antara spesies dan terjadi dalam
spektrum luas. Bagi tumbuhan, asosiasi dengan serangga berdampak positif,
terutama dengan terjadinya penyerbukan silang. Bagi serangga, asosiasi dengan
tumbuhan memberi keuntungan, yaitu sebagai sumber pakan berupa serbuk sari
(polen) dan nektar. Serbuk sari mengandung 15-30% protein dan nektar
mengandung 50% gula dan senyawa lain, seperti lipid, asam amino, mineral, dan
senyawa aromatik ( Schoonhoven et al., 1998 cit. Yuliani, 2013).

Salah satu tanaman yang memanfaatkan penyerbukan serangga polinator


adalah semangka (Citrullus lanatus). Untuk budidaya tanaman Citrullus
diperlukan adanya serangga penyerbuk yang membantu penyerbukan secara
optimal sehingga mendukung usaha budidaya maupun perkebunan tanaman
semangka. Citrullus lanatus termasuk kedalam famili Cucurbitaceae yang
didominasi pada daerah tropis, 90% dari spesies banyak ditemukan di Afrika dan
Madagaskar, Amerika Selatan dan Tengah dan Asia Tenggara dan Malaysia
(Jeffrey, 1990). Secara ekonomi, spesies ini banyak di budidayakan. Selain itu,
sejumlah spesies liar ditemukan menjadi penting di Kenya sebagai sumber
makanan, obat-obatan dan pakan ternak (Njoroge, 1992; Njoroge & Newton, 1994
cit. Njoroge et al., 2004).

Untuk meningkatkan hasil produktivitas buah maka diperlukan serangga untuk


membantu proses penyerbukan semangka. Menurut Njoroge et al.,(2004) dari
hasil penelitiannya di Kenya, melaporkan bahwa penyerbuk utama semangka di
wilayah ini ditemukan lebah (Apis mellifera L.). Sedangkan tiga spesies liar
lebah, seperti Lasioglossum (Ctenonomia) scobe, Lasioglossum (Ctenonomia) sp.
dan Lasioglossum (Ipomalictus) nairobean hanya menjadi penyerbuk biasa
semangka dan tidak teratur seperti lebah madu. Penyerbuk liar ini juga
memanfaatkan kondisi tanah di bawah tanaman semangka untuk sarangnya.
Beberapa tanaman bergantung pada satu jenis atau tipe serangga polinator,
sedangkan tanaman lainnya bergantung pada beberapa jenis serangga polinator
lain . Beberapa tanaman dapat melakukan polinasi dengan pertolongan angin,
seperti jagung, gandum, beberapa jenis rumput, dan pepohonan dari pinus
(Conifera). Banyak jenis tanaman lain yang sangat bergantung pada serangga
sebagai polinator, misalnya tanaman buah-buahan (apel, jeruk, dan melon)
tanaman sayuran (kubis, bawang, wortel, dan mentimun), dan tanaman industri
(tembakau, cengkeh, dan kelapa sawit).
Lebah merupakan salah satu serangga polinator yang banyak melakukan
polinasi pada tanaman, misal lebah madu (Apis melifera) adalah jenis penyerbuk
yang sangat penting, karena banyak jenis tanaman memerlukan serangga ini.
Beberapa jenis tawon (wasp), beberapa jenis ngengat (mikrolepidoptera), serta
lalat (flies) dapat pula berperan sebagai serangga polinator.
2. Serangga Entomopatogen
Dari penjelasan di atas, sudah diketahui bahwa serangga memiliki kemampuan
reproduksi yang tinggi sehingga berpotensi untuk menutupi seluruh permukaan
bumi. Akan tetapi kita tidak pernah menemukan hal tersebut karena alam
memiliki mekanisme untuk menekan populasi serangga dengan menggunakan
musuh alami dari serangga tersebut. Pengetahuan ini dimanfaatkan oleh manusia
untuk mengendalikan serangga-serangga hama. Serangga-serangga yang
digunakan untuk mengendalikan populasi dari serangga atau hewan lain dikenal
dengan istilah serangga entomopatogen. Walaupun tergolong baru, pemanfaatan
serangga-serangga entomopatogen untuk mengatasi masalah hama di Indonesia
sudah dilakukan.
Beberapa contoh dari serangga-serangga tersebut adalah (1) penggunaan
kumbang dari Famili Cochinelidae dalam mengendalikan kutu loncat, Aphis
gossypii pada tanaman lamtoro, (2) Nimfa dari kepinding mirid, Crytorhinus
lividipennis (Hemiptera: Miridae) yang digunakan untuk pengendalian populasi
wereng, (3) beberapa jenis anggang-anggang, seperti (Microvelia douglasi
atrolineata Bergroth (Hemiptera: Veliidae), Mesovelia vittigera Howarth
(Hemiptera: Mesoveliidae), dan Limnogonus fossarum Fabricius (Hemiptera:
Gerridae) digunakan untuk mengendalikan populasi telur, nimfa, dan dewasa dari
wereng, (4) capung sebagai predator handal bagi semua stadia wereng, (5) banyak
jenis tabuhan (ordo Hymenoptera) dari Familia Braconidae merupakan parasitoid
dari berbagai serangga hama utama pada tanaman pangan, sayur-sayuran,
hortikultura, buah-buahan, dan kehutanan.
Kelebihan dari penggunaan serangga entomopatogen sebagai pengendali serangga
hama adalah:
a. dapat berkesinambungan bila serangga-serangga tersebut mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Kesinambungan ini memberikan efek lanjutan, yaitu
turunnya biaya produksi akibat tidak ada lagi biaya untuk aplikasi insektisida;
b. bila seluruh persyaratan dipenuhi, metode ini aman terhadap lingkungan;
c. dapat meningkatkan nilai jual produk pertanian, dengan tingginya perhatian
konsumen terhadap masalah lingkungan dan kesehatan.
Walaupun demikian, terdapat efek negatif dari penggunaan serangga sebagai
musuh alami, yaitu:
a. Efek negatif terhadap hewan-hewan asli atau lokal melalui kompetisi dan
perkawinan silang.
b. Serangga-serangga ini dapat menjadi hama, Oleh karena itu, penggunaan
serangga sebagai musuh alami perlu dikaji secara detail sebelum aplikasi.

3. Serangga Pengurai Senyawa Organik


Salah satu proses penting di alam yang belum dapat dilakukan sepenuhnya
oleh manusia adalah proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah
sendiri merupakan proses lanjutan dari proses penguraian. Proses penguraian
diartikan sebagai proses penghancuran senyawa organik dari makhluk hidup yang
telah mati. Pada proses ini, senyawa organik diubah menjadi CO2, gas-gas, air,
mineral, dan energi. Dalam proses ini, serangga dan mikroba memainkan peranan
penting sebagaimana dilaporkan Vossbrinck (1979), bahwa hanya 5% dari
sampah organik akan terurai bila tidak terdapat serangga dan mikroba.

Peran serangga dalam proses dekomposisi sebagian besar dipengaruhi oleh


aktivitas mereka. Banyak serangga menggunakan sampah-sampah organik sebagai
sumber makanan, menggali tanah untuk membuat sarang, dan memindahkan
sampah-sampah tersebut. Kegiatan serangga ini menghasilkan kotoran,
meningkatkan jumlah pori-pori pada tanah yang berfungsi meningkatkan aliran
udara pada tanah, meningkatkan daya tampung air, dan menyediakan habitat
untuk sebagai tumbuh bagi jamur dan bakteri. Sehingga dapat dikatakan bahwa
peran serangga pengurai sangat penting dalam menjaga kestabilan biologi di alam.

4. Serangga sebagai Makanan Manusia


Di banyak daerah di dunia, serangga seperti belalang, larva kumbang, ulat,
larva semut, tawon dan lebah, rayap, dan berbagai serangga air secara tradisi
memainkan peran penting sebagai makanan manusia (DeFoliart, 1992, 1999).

Beberapa contoh dari bangsa yang memanfaatkan serangga sebagai makanan,


antara lain adalah (1) suku Aborigin yang mengonsumsi ngengat bogong (Agrotis
infusa) dalam jumlah besar antara bulan Desember sampai Februari (Flood, 1980),
(2) pada beberapa Negara di Afrika (Botswana, Afrika Selatan, Zaire, dan
Zimbabwe) terdapat pasar yang cukup besar untuk ulat mopanie (Gonimbrasia
bellina) yang dapat mengalahkan penjualan sapi pada saat musimnya (Ruddle,
1973), (3) serangga juga banyak dikonsumsi oleh banyak penduduk di berbagai
negara di Asia, (4) di Meksiko, "gusanos de maguey' adalah sejenis ulat daun
pohon "maguey" (Aegiale hesperiaris) yang banyak dijual segar di pasar.
Pengolahannya digoreng sebelum dimakan bahkan ada yang dijual dalam kaleng,
dan (5) di Indonesia banyak penduduk di beberapa daerah pulau Jawa gemar
memakan "laron" yaitu serangga dewasa dari rayap yang banyak terbang pada
malam hari di saat hujan selalu mendekati arah cahaya. Ada pula penduduk yang
memakan ulat jati. Di daerah Gunung Kidul, masyarakat mengonsumsi belalang
yang digoreng.

Beberapa peneliti, seperti Taylor dan Carter (1976), DeFoliart (1992, 1999),
dan Berenbaum (1995) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
popularitas dari serangga sebagai sumber makanan pengganti karena
dibandingkan dengan hewan ternak pedaging umumnya, serangga memiliki
efisiensi tinggi dalam mengonsumsi tumbuhan menjadi daging yang memiliki
nilai nutrisi tinggi. Akan tetapi, usaha ini tidak berhasil seiring dengan
meningkatnya pengaruh barat pada daerahdaerah miskin sehingga mengubah pola
makan dari masyarakat setempat. Hal ini selanjutnya dapat memunculkan
konsumsi serangga yang mungkin dapat menimbulkan masalah nutrisi (DeFoliart,
1999) selain perubahan fungsi lahan dengan penambahan jumlah lahan yang
digunakan untuk peternakan bagi pemenuhan kebutuhan protein.

5. Serangga sebagai Obyek Penelitian


Banyak jenis serangga digunakan sebagai obyek penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan penting, tidak hanya di bidang Biologi seperti
genetika, fisiologi, ekologi, dan evolusi, tetapi juga di bidang lain, seperti
kedokteran, forensik, dan robot. Sifat-sifat biologi dari serangga memudahkan
para peneliti menggunakan serangga sebagai obyek penelitiannya.
SERANGGA MERUGIKAN

Seiring perkembangan peradaban manusia, serangga telah menyerang


manusia, bersaing dengan manusia untuk makanan dan sumber daya alam yang
lain, serta bertindak sebagai vektor penyakit bagi hewan ternak dan manusia. Pada
awalnya efek dari serangga-serangga merugikan ini tidak terlalu besar. Akan
tetapi dengan perkembangan dan pergerakan populasi manusia menyebabkan
pengaruh dari serangga-serangga vektor penyakit menjadi semakin nyata.
Pertanian dalam skala besar dan sistem tanam monokultur menyebabkan ledakan
serangga hama dan penyakit tanaman yang ditularkan oleh serangga. Masalah ini
semakin kompleks dengan peningkatan mobilitas manusia.

1. Serangga sebagai Hama Tanaman


Hampir seluruh tanaman yang dibudidayakan manusia juga dikonsumsi oleh
serangga. Serangga-serangga tersebut dikelompokkan menjadi serangga herbivor
atau serangga phytophagus. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga dalam
bentuk serangan yang dilakukan oleh serangga dewasa maupun larva. Secara tidak
langsung serangga juga dapat berperan sebagai vektor bagi banyak penyakit
tanaman. Tingkat kerusakan akibat serangan serangga tersebut dapat berupa
penurunan hasil produksi sampai kematian dari tanaman tersebut. Kebanyakan
kerusakan tanaman disebabkan karena tanaman tersebut dimakan oleh serangga.
Tipe kerusakan dan metode pengendalian akan dijelaskan pada Modul 8 tentang
Entomologi Terapan. Kerusakan tanaman oleh serangga dapat pula menyebabkan
masuknya organisme patogen lain ke dalam tanaman. Diketahui terdapat sekitar
200 penyakit tanaman yang disebarkan oleh serangga vektor.Tiga cara penyakit
tanaman masuk ke dalam tanaman:
a. Patogen secara tidak sengaja masuk melalui lubang bekas masuknya telur atau
bekas gigitan serangga pada jaringan tanaman. Berbagai jenis cendawan dan
bakteri yang menyebabkan penyakit, dapat turut masuk ke jaringan tanaman.
b. Patogen dapat ditransmisikan pada atau di dalam tubuh serangga, dari satu
tanaman ke tanaman lainnya. Lalat lebah (familia Syrphidae) tidak sengaja
mengambil spora patogen tanaman yang berada di udara dan menyebarkannya ke
tanaman lainnya.
c. Patogen dapat berada dalam tubuh serangga, baik dalam waktu singkat
(nonpersisten atau semipersisten) atau dalam waktu lama (persisten atau
sirkulatif). Serangga menginokulasikan ke dalam tanaman pada saat menghisap
cairan tanaman.
2. Serangga Hama Gudang
Setelah tanaman dipanen dalam jumlah banyak dan dikembangkan menjadi
berbagai tipe produk, produk ini selanjutnya disimpan di gudang. Di gudang,
produk-produk tidak luput dari serangan serangga hama, terutama kumbang
(dewasa dan larva) dan Lepidoptera (hanya yang dewasa). Produkproduk yang
sering diserang oleh serangga ini adalah makanan pokok dan produk turunannya,
contohnya buncis, kacang, kacang polong, buah, daging, produk harian, kulit dan
produk yang berasal dari wol. Selain itu, produkproduk yang berasal dari kayu
sering kali diserang oleh rayap atau semut. Di Indonesia, hama gudang yang
ditemukan, antara lain Sithopilus oryzae dan Sitophilus zeamays yang
mengonsumsi beras dan jagung.

Metode atau teknik yang umum digunakan untuk mengendalikan populasi dari
serangga-serangga ini adalah dengan teknik fumigasi. Berbeda dengan
penggunaan insektisida, pada fumigasi digunakan adalah gas tertentu, yang
bertujuan untuk membunuh serangga hama. Umumnya gas yang digunakan adalah
sebagai berikut. a. Methyl Bromide (CH3Br) yang sejak 2005 tidak disarankan
kembali karena diduga bertanggung jawab dalam perluasan lubang ozon. b.
Nitrogen (N2). c. Phospine (PH3). d. Karbon dioksida (CO2).

Kelebihan dari teknik fumigasi dibandingkan dengan penyemprotan


insektisida adalah kemampuannya untuk membunuh serangga hama beserta
telurnya dan tidak meninggalkan residu yang dapat membahayakan manusia (hal
ini penting karena sebagian besar serangga gudang menyerang makanan pokok
manusia). Walaupun tidak meninggalkan residu, bukan berarti senyawa yang
digunakan untuk fumigasi tidak berbahaya. Senyawa yang digunakan adalah
senyawa-senyawa dengan berat molekul yang ringan, sangat beracun, dan mudah
menguap. Oleh karena itu, teknik tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-
hati, yang saat ini masih menjadi masalah di negara-negara berkembang.
Beberapa teknik baru fumigasi telah dikembangkan, antara lain sebagai berikut.
a. Penggunaan gas karbon dioksida sebagai senyawa yang digunakan untuk
fumigasi. Teknik ini menunjukkan hasil yang memuaskan pada gudanggudang
kecil. Pengembangan teknik ini telah dilakukan oleh BULOG dengan menyimpan
beras dalam ruangan plastik yang dipenuhi dengan karbon dioksida (Hodges &
Surendro, 1996).
b. Penggunaan gas karbon dioksida tekanan tinggi pada berbagai suhu. Metode ini
masih dalam tahap penelitian untuk pengendalian beberapa hama gudang, seperti
Lasioderma serricorne, Oryzaephilus surinamensis, Tribolium castaneum, dan
Sitophilus granaries.
c. Penggunaan teknik yang dikenal dengan istilah GOLD (Gas Operated Liquid
Dispensing) system. Pada sistem ini, digunakan campuran antara gas karbon
dioksida dengan konsentrat insektisida. Metode ini terbukti efektif untuk
mengendalikan Tribolium castaneum, Tribolium confusum, dan Lasioderma
serricorne.
3. Serangga yang Menyerang Hewan Ternak
Serangga sering kali menginjeksikan senyawa kimia beracun (toksin) ke
dalam tubuh hewan ternak. Toksin tersebut dapat menyebabkan iritasi,
bengkak/bentol, pusing hingga paralisis. Pada umumnya serangga dapat
menyerang hewan ternak dengan empat cara, yaitu: a. serangga dapat langsung
mengganggu; b. serangga dapat menginjeksikan racun ("bisa") dengan gigitan
atau tusukannya; c. serangga hidup pada manusia atau hewan ternak sebagai
parasit; d. serangga dapat bertindak sebagai agensia vektor penyakit.

Pada ternak, serangga juga dapat hidup sebagai parasit sehingga menyebabkan
iritasi. Kerusakan jaringan tubuh dapat menyebabkan kematian. Beberapa
serangga juga dapat menjadi parasit ganda, seperti pada berbagai jenis kutu atau
tungau sebagai ektoparasit pada mamalia dan burung, dengan memakan bulu,
rambut, dan kulit bagian luar tubuh lainnya. Selain itu, lalat Tabanidae yang
dikenal dengan nama “screwworm fly” yang dapat “mengebor” kulit hewan
ternak (seperti sapi, kuda, dan ayam) untuk meletakkan telurnya, kemudian telur
berkembang menjadi larva di dalam tubuh hewan dan memakan jaringan tubuh
hewan tersebut untuk perkembangan hidupnya.

4. Serangga sebagai Vektor Penyakit pada Manusia Serangga


Berperan sebagai agen yang menularkan penyakit ke manusia atau dikenal juga
dengan istilah vektor. Serangga-serangga ini selanjutnya dapat dikelompokkan
menjadi dua macam vektor, yaitu vektor mekanik dan vektor biologis. Pada
vektor mekanik, serangga hanya berperan sebagai “pembawa” patogen ke sumber-
sumber daya (umumnya makanan atau minuman) yang dikonsumsi oleh manusia.
Contoh serangga yang berperan sebagai vektor mekanik adalah lalat yang
membantu penyebaran patogen penyebab tifus, kolera, dan disentri.

Sedangkan serangga yang tergolong sebagai vektor biologis adalah serangga


yang membawa organisme patogen dan organisme tersebut menghabiskan
sebagian masa hidupnya pada tubuh serangga tersebut. Serangga vektor biologis
ini merupakan vektor penyakit yang sangat ditakuti, karena menularkan beberapa
penyakit manusia . Di antara penyakitpenyakit tersebut terdapat penyakit yang
memberikan efek besar pada peradaban manusia, seperti:

a. Malaria
Di antara penyakit yang ditularkan oleh serangga, malaria merupakan
pembunuh utama dari manusia. Penyakit ini umum ditemukan di negara tropis dan
diyakini penyakit pembunuh manusia nomor satu di beberapa negara tersebut
(Gambar 1.8). Penyebab utama dari penyakit ini adalah anggota dari protozoa
Plasmodium, yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Protozoa ini memanfaatkan
tubuh manusia dalam siklus hidupnya dan dalam prosesnya merusak sel-sel darah
merah manusia. Gejala dari penyakit ini adalah demam dan kedinginan yang
berkepanjangan yang selanjutnya menurunkan kondisi tubuh dan dapat
menyebabkan kematian.

Ada tiga jenis Plasmodium yang menyerang manusia, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum (80% penyakit malaria di tropis disebabkan oleh
Plasmodium ini dan menyebabkan kematian 90% manusia), dan Plasmodium
malariae yang sangat jarang ditemukan. Plasmodium membutuhkan manusia
dalam proses pembentukan sel-sel gamet jantan dan betinanya yang berfungsi
dalam perkembangbiakan seksual. Proses pembentukan gamet ini dimulai pada
saat sporozoit (yang merupakan salah satu tahapan hidup dari Plasmodium) yang
terdapat pada air liur nyamuk terjangkit malaria, kemudian masuk ke dalam sel-
sel parenkim hati manusia (umumnya hanya dalam waktu 40 menit sejak nyamuk
menghisap darah). Setelah beberapa saat, sporozoit berkembang menjadi schizont
yang bertanggung jawab dalam pembentukan merozoit. Merozoit selanjutnya
memasuki sel-sel darah merah dan berkembang menjadi tropozoit yang
berkembang menjadi schizont dan memulai kembali siklus ini. Siklus ini
berlangsung di darah manusia dan umumnya selama 24-72 jam.

Setelah beberapa generasi merozoit diproduksi, beberapa dari tropozoit


selanjutnya berkembang menjadi gametosit. Gametosit ini selanjutnya berpindah
ke tubuh nyamuk pada saat nyamuk menghisap darah penderita malaria dan siklus
malaria dimulai di dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang terbawa ke dalam tubuh
nyamuk tersebut berkembang di dalam sistem pencernaan nyamuk Anopheles dan
membentuk zigot. Zigot tersebut selanjutnya menempel pada dinding usus tengah
nyamuk dalam bentuk kista yang dikenal dengan istilah oosit. Oosit selanjutnya
berkembang menjadi sporosoit yang hidup di kelenjar saliva (air liur) nyamuk.

b. Demam berdarah dengue


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan dengan bantuan nyamuk dari genus Aedes. Uniknya, selain DBD,
nyamuk Aedes juga dapat menularkan suatu penyakit yang disebut “sakit kuning”.
Virus kedua penyakit tersebut berbeda inangnya. Inang dari virus sakit kuning
adalah manusia dan kera, sedangkan inang virus DBD hanya manusia. Jumlah
penderita akibat infeksi virus dengue sendiri jauh lebih besar dibandingkan
malaria. Diperkirakan di seluruh dunia 2,5 sampai 3 miliar manusia memiliki
potensi tinggi terjangkit oleh penyakit ini di mana jutaan orang telah menjadi
penderita dengue. Penyakit ini umum ditemukan di daerah tropis (Gambar 1.10),
di mana wabah sering ditemukan pada daerah pemukiman padat penduduk di Asia
Tenggara. Pada 20 tahun terakhir, penyakit ini mulai menarik perhatian dunia
internasional setelah ditemukan wabah demam berdarah di Cuba dan Venezuela
pada awal tahun 1980-an. Cuba dan Venezuela yang tergolong sebagai negara
subtropik menyebabkan kekhawatiran penyebaran wabah ini ke daerah-daerah
dingin di sisi utara dan selatan dari negara tropis.

Tiga macam demam berdarah, yaitu Dengue Fever (DF), Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF), dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Seluruh tipe
demam berdarah ini disebabkan oleh RNA virus yang dikenal dengan nama DEN-
1, 2, 3, dan 4 yang tergolong dalam genus Flavivirus. Di seluruh dunia setiap
tahun ditemukan 50 sampai 100 juta kasus DF dan 250.000- 500.000 kasus DHF
dan DSS. Di Indonesia, umumnya kematian disebabkan oleh tipe DHF atau DSS.
Penyakit demam berdarah umumnya ditularkan oleh Aedes aegypti di daerah
pemukiman penduduk. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Aedes
albopictus merupakan vektor di hutan pada negara-negara tropis dan Aedes
polynesiensis yang menjadi vektor di Kepulauan Pasifik.

Virus demam berdarah sendiri memperbanyak diri di sel-sel epitel dari usus
tengah nyamuk, selanjutnya bergerak dengan bantuan sel-sel darah nyamuk
menuju ke kelenjar ludah. Virus ini selanjutnya memperbanyak diri di sel-sel
kelenjar ludah dan ditularkan bersama air ludah pada saat nyamuk menghisap
darah manusia. Masa inkubasi virus pada tubuh nyamuk berlangsung sekitar 10
hari dan 4-7 hari di dalam tubuh manusia. Hal yang menyebabkan penyakit
demam berdarah menjadi penyakit yang sukar ditangani dengan tingkat penularan
yang tinggi adalah tingginya kontak nyamuk Aedes aegypti dengan manusia.
Tingginya kontak nyamuk ini dengan manusia karena tidak seperti nyamuk lain
yang menggunakan karbohidrat dari tumbuhan sebagai sumber energi dan darah
sebagai nutrisi untuk pembentukan telur.

Nyamuk Aedes aegypti hanya menggunakan darah sebagai sumber energi


dan nutrisi untuk pembentukan telur. Kemampuan ini disebabkan oleh adanya
asam amino isoleusin pada darah manusia. Karena kebutuhan energi yang tinggi,
nyamuk harus menghisap darah dari banyak manusia. Selain itu, nyamuk ini
umumnya menggunakan wadah-wadah penampungan air yang terdapat di
pemukiman manusia sebagai media hidup bagi larva. Pengendalian penyebaran
penyakit ini telah intensif dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia untuk
mengendalikan serangga dewasa maupun insektisida biologis untuk
mengendalikan larva.

PENGELOLAAN SERANGGA HAMA

Suatu jenis serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut merugikan


atau melakukan suatu "intervensi" pada aktivitas manusia. Pengertian "hama"
sendiri sangat bersifat "antroposentris", yang berarti berasal dari sudut pandang
manusia. Oleh karena itu, satu jenis serangga yang dinyatakan sebagai hama di
satu daerah dapat saja bukan merupakan serangga hama pada daerah lain. Sekitar
20.000 tahun yang lalu, manusia telah mengembangkan sistem pertanian dan
peternakan berdasarkan eksperimen mereka terhadap berbagai jenis hewan dan
tumbuhan. Dalam perkembangan lebih lanjut, manusia menyeleksi tumbuhan dan
hewan tersebut sehingga melahirkan sistem pertanian monokultur dan domestikasi
hewan.
Perkembangan teknologi pertanian menuju ke sistem pertanian monokultur
melahirkan habitat baru bagi beberapa serangga yang akan berkembang pesat
pada saat terdapat sumber makanan yang melimpah. Kondisi ini ditambah dengan
seleksi dari varietas yang ditanam. Karena tujuan utama pertanian adalah
memperoleh hasil sebanyak-banyaknya, berarti varietas yang ditanam umumnya
adalah varietas dengan produktivitas tinggi, tetapi memiliki sistem pertahanan
yang lebih rendah dibandingkan dengan kerabatnya yang tumbuh liar.

Penurunan pada sistem pertahanan ini merupakan salah satu faktor penting
karena pada umumnya serangga hama merupakan serangga-serangga asli daerah
tersebut. Sebagai contoh penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
hanya 57 dari 148 serangga hama utama pada sistem pertanian daerah tersebut
yang berasal dari luar (Pimentel, 1993). Hal yang sama juga ditunjukkan pada
serangga-serangga hama di Eropa, di mana hanya 20% merupakan jenis dari luar
Eropa (Pimentel, 1991b).
Di Afrika dan Asia, pembukaan lahan dengan teknik yang sangat murah, yaitu
"tebang bakar" telah meningkatkan epidemi penyakit malaria. Nyamuk Anopheles
tidak hanya menggigit dan menularkan Plasmodium ke hewan, tetapi juga ke
manusia. Permasalahan dengan serangga vektor penyakit juga menjadi meningkat,
dengan meningkatnya urbanisasi. Pembukaan lahan baru untuk berbagai
keperluan turut berperan dalam meningkatkan penularan penyakit. Berbagai
macam pendekatan untuk mengatasi serangga hama telah dikembangkan dari
tahun ke tahun. Sejak tahun 1940-an hingga 1960-an, pengendalian serangga
hama sering kali diterjemahkan sebagai pembasmian hama. Saat itu "alat"
pengendali yang sangat terkenal adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh
serangga atau insektisida.

Pada saat itu, efek samping dari penggunaan insektisida, seperti residu
insektisida di lingkungan (tanah, air, udara, dan rantai makanan) dan ikut
terbunuhnya organisme bukan sasaran (parasit/parasitoid, predator, musuh alami
lainnya, serangga berguna), bahaya bahan kimia tersebut terhadap resistensi
serangga hama dan munculnya hama sekunder, belum banyak diperhatikan.
Kajian penting yang banyak mengubah penggunaan insektisida adalah kajian
terhadap rantai makanan yang menemukan peningkatan residu insektisida DDT
(chlorinat hidrokarbon) sejalan dengan meningkatnya tingkatan trofik pada rantai
makanan. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah biomagnifikasi. Sebagai
contoh adalah peningkatan residu insektisida yang ditemukan di daerah perairan.

Residu DDT yang ditemukan pada ikan yang memangsa plankton jauh lebih
besar dibandingkan residu pada plankton tersebut. Peningkatan residu ini terus
terjadi sampai tingkat trofik tertinggi, yaitu pada burung pemangsa ikan.
Penemuan fenomena biomagnifikasi ini melahirkan pendekatan pengelolaan hama
yang dikenal sebagai Pengelolaan Hama Terpadu (PHT atau Integrated Pest
Management). Pada konsep ini pengelolaan hama tidak hanya terbatas pada
serangga hama saja, melainkan juga pada organisme hama lain, seperti tungau,
nematoda, mikroba, virus patogen tanaman, tikus, dan babi hutan, termasuk juga
gulma. Tujuan utama dari pendekatan tersebut adalah "mengurangi kehilangan
hasil panen" dengan cara yang efektif, ekonomis, dan ekologis. Banyak yang
beranggapan bahwa pengelolaan hama sama dengan perlindungan tanaman, suatu
pendekatan yang lebih difokuskan pada suatu objek daripada terhadap hama itu
sendiri. Walaupun demikian pengelolaan.

Hama memiliki pengertian lebih luas daripada perlindungan tanaman. Pada


metode pengendalian hama, selain hama yang menjadi obyek, di dalamnya terlibat
tanaman tersebut sebagai obyek lainnya. Pengelolaan hama juga memiliki
karakteristik unik, di mana seluruh teknik yang telah dikenal dapat dipadukan
secara terintegrasi terhadap suatu problem khusus. Dengan demikian, dalam satu
program pengelolaan hama terdapat beberapa teknik yang digunakan seperti
penggunaan pestisida, tanaman inang yang resisten, sanitasi, pemangkasan pohon
sampai pada pengendalian biologis menggunakan musuh alami.

Untuk menggunakan berbagai teknik tersebut secara efektif, pemahaman


ekologi, biologi dari hama, serta berbagai informasi yang terkait harus dipadukan.
Hal ini penting dilakukan sebab tujuan akhir dan harapan dari setiap program
pengelolaan hama, yaitu untuk menciptakan suatu solusi persoalan hama dalam
jangka panjang, tidak hanya sesaat (misalnya untuk satu musim tanam).

Serangga dalam Pertanian

Manusia memperoleh manfaat dari serangga dengan banyak cara; tanpa


mereka manusia tidak dalam bentuknya sekarang ini. Tanpa layanan penyerbukan
lebah madu dan serangga-serangga lainnya kita akan mendapat sedikit sayuran,
sedikit buah, juga tidak ada makanan ternak dan selanjutnya sedikit daging sapi,
daging domba, wol, tidak ada kopi, tidak ada tembakau, dsb. Benar-benar tanpa
adanya serangga kita tidak akan memiliki banyak barang maupun komoditas
pertanian yang merupakan bagian dari peradaban negeri ini. Selain itu banyak
juga serangga sebagai musuh alami dan yang lainnya membantu mengontrol
gulma yang merugikan, mampu membersihkan sampah, dan membuat dunia ini
lebih menyenangkan (Johnson & Triplehorn 2005).
Tumbuhan dan serangga dalam hubungan timbal balik akan dapat saling
memperoleh keuntungan. Tetapi pada umumnya serangga selalu mendapatkan
makanan dari tumbuh-tumbuhan, sehingga serangga dapat merugikan tumbuhan.
Serangga tertarik kepada tumbuhan adalah untuk tempat bertelur, berlindung dan
sebagai pakannya. Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai makanan
adalah daun, tangkai, bunga, buah, akar, cairan tumbuhan dan madu. Beberapa
bagian tanaman dapat digunakan untuk tempat berlindung atau membuat kokon.
Hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya
pemakan serangga lain atau sisasisa tumbuhan dan binatang. Pada umumnya
serangga pemakan tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu pemakan
bagian-bagian luar tumbuhan dan pemakan bagianbagian dalam tumbuhan.
Golongan pemakan bagian-bagian luar tumbuhan sebagian besar terdiri dari
serangga-serangga yang tipe mulutnya mengunyah.

Gejala kerusakan yang ditimbulkan pada permukaan daun yaitu dengan


adanya lubang-lubang dan meninggalkan bekas gerigitan. Selain daun, serangga
golongan ini memakan tunas, batang dan bahkan dapat memakan hampir seluruh
bagian tumbuhan. Contohnya serangga dari ordo Orthoptera, Lepidoptera dan
Coleoptera. Golongan serangga pemakan bagian dalam tumbuhan antara lain
serangga yang cara memakannya menusuk mengisap, menggerek, dan memakan
bagian dalam lainnya. Serangga yang memakan bagian dalam tumbuhan adalah
jenis dari ordo Lepidoptera, Coleoptera dan Diptera yaitu terutama yang larvanya
menggerek. Sedangkan golongan serangga mengisap adalah dari ordo
Thysanoptera dan Hemiptera (Sodiq 2009).

Serangga selain memakan tumbuhan juga ada yang berperan sebagai vektor
penyakit. Misalnya penyakit virus tungro padi ditularkan oleh wereng hijau yaitu
Nephotetix impicticeps dan Nephotetix apicalis. Serangga ini dapat menularkan
virus apabila minimum selama 30 menit mengambil pakan pada tanaman padi
yang sakit dan makan pada tanaman yang akan ditularinya minimum selama 15
menit. Jenis serangga lainnya yang menjadi vektor penyakit seperti Diaphorina
citri sebagai vektor penyakit CVPD tanaman jeruk, serangga Bemisia tabaci (kutu
kebul tembakau dan kapas) dikenal sebagai vektor dari banyak penyakit tanaman
(Sodiq 2009).

Pertanian dan hama merupakan dua sisi penting yang tidak terpisahkan
dalam upaya manusia untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki tingkat
kesejahteraannya. Pesatnya perkembangan pertanian biasanya diikuti dengan
berkembangnya populasi hama. Diperkirakan lebih dari 30% kerugian dari usaha
pertanian disebabkan oleh gangguan hama, kondisi tersebut mulai terjadi sejak
tahun 1940-an bersamaan dengan dimulainya era penggunaan produk-produk
kimia untuk pengendalian hama (Hill 1997). Dalam usaha pemenuhan pangan
satu satunya cara adalah dengan mengupayakan pertanian yang bagus. Hingga
saat ini, belum ada ilmu dan teknologi yang mampu menyintesis bahan pangan
dalam arti sesungguhnya.

Peningkatan jumlah manusia maka akan meningkat pula bahan pangan yang
diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka kegiatan pertanian harus
lebih intensif dengan skala yang lebih besar. Pertanian skala besar juga
memerlukan komoditas unggul yang seragam agar pengelolaannya lebih efisien.
Selain itu cara lain menggunakan bioteknologi dan kultur jaringan memungkinkan
para pemulian tanaman menghasilkan tanaman dengan kualitas unggul sehingga
produksi massal pertanian lebih dimungkinkan. Namun disisi lain, hambatan
dalam pertanian adalah adanya hama dan penyakit tanaman. Kemungkinan terjadi
outbreak populasi hama dan penyakit tanaman sangat rawan terjadi. Terdapat
beberapa kelompok hewan yang berperan sebagai hama, namun yang paling
merugikan usaha pertanian pada umumnya adalah golongan serangga.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan manusia dalam menciptakan


berbagai alternatif pengendalian untuk menaggulangi hama namun belum sanggup
untuk mengeradikasi serangga hama. Dalam beberapa kasus, kemajuan teknologi
pengendalian hama justru menyebabkan kerusakan tanaman semakin parah,
permasalahan hama pertanian, dan juga masalah ketidakseimbangan ekosistem
semakin parah. Dalam kurun waktu tertentu, terkadang terjadi „gencatan senjata‟
antara kegiatan pertanian dan serangan hama. Keseimbangan alami / equilibrium
pada umumnya terjadi akibat adanya dua fenomena yang berlawanan yaitu potensi
biotik (biotic potential) dan resistensi lingkungan (environtment resistence).
Potensi biotik adalah kemampuan dan kapasitas dari serangga hama untuk
berkembang biak sedangkan resistensi lingkungan adalah kekuatan alam yang
mampu menahan perkembangbiakan serangga hama sehingga populasinya tetap
dalam batas norma. Suatu ketika, pada saat resistensi lingkungan tidak mampu
mengontrol potensi biotik serangga hama maka akan terjadi ledakan populasi
serangga hama. Penelitian mengenai serangga telah menolong ahli-ahli
pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam keturunan, evolusi, sosiologi,
pencemaran sungai, dan bidang-bidang lainnya.

Pestisida banyak diandalkan sebagai racun pengendali hama. Menurut EPA


(2007) penjualan pestisida di dunia mencapai Rp. 552.202.000.000.000. Sampai
saat ini, sistem pengendalian yang paling aman dari aspek kesehatan dan
pencemaran lingkungan adalah pengelolaan hama terpadu (PHT) yang
mengombinasikan berbagai cara pengendalian (bercocok tanam, varietas tanaman,
pengendalian hayati terapan dan atau alami, dan pengendalian kimiawi). Dasar
utama PHT adalah pemahaman pola perkembangan, perilaku, dan ekologi OPT
serta ambang ekonomi.

Serangga Sebagai Penyerbuk dan Penyebaran Tumbuhan

Reproduksi kelamin pada tumbuhan yang lebih tinggi tingkatannya


dimungkinkan oleh proses penyerbukan. Proses ini terdiri dari pemindahan serbuk
sari (sel-sel kecambah jantan) dari benang sari ke putik; dari putik sebuah buluh
serbuk sari sel kecambah jantan tumbuh ke bwah stili menuju sel kecambah
betina. Proses ini harus terjadi pada hampir setiap tumbuhtumbuhan sebelum
bunga akan mengandung biji. Ketika biji berkembang, jaringan di sekitarnya
menggembung dan membentuk buah.
Hubungan yang saling menguntungkan antara tumbuhan dan serangga
terutama serangga berperan pada proses persilangan (polinasi) dan penyebaran
biji. Hubungan ini memberikan keuntungan bagi tumbuhan, karena memberi
peluang bagi tumbuhan untuk pertukaran gen dengan individu yang jauh pada
jenis yang sama tanpa kehilangan banyak serbuk sari (polen). Banyak tumbuhan
yang penyebarannya dilakukan oleh serangga dan sebaliknya serangga
memperoleh keuntungan mendapat pakan dari serbuk sari. Baik bunga maupun
serangga pada umumnya mempunyai struktur tertentu guna memungkinkan
terjadinya polinasi, seperti tanaman anggrek, coklat dan lain-lain. Hasil penelitian
Budijono et al. (1987) menunjukkan bahwa buah mangga yang diberi serangga
polinator (sejenis lalat dari ordo Diptera) dapat meningkatkan jumlah buah saat
dipanen sebesar 8,3% bila dibandingkan dengan bunga mangga tanpa diberi
serangga polinator. Serangga juga mempengaruhi evolusi tanaman. Beberapa
tanaman memiliki buah dengan rasa tertentu seperti sekarang karena ada tekanan
evolusi dari serangga (Hare 2012).

Produk perdagangan yang Berasal dari Serangga

Madu dan Malam Tawon


Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia.
Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang
pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan
produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly,
pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai
membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem
stup. Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut
tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang, kabau,
jawi dan sebagainya.

Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda


orang menyebutnya tawon Odeng. Manusia telah memanfaatkan serangga sebagai
bahan makanan sejak zaman kuno. Madu telah dimanfaatkan oleh manusia purba
sebagai makanan dan obat. Mereka mengambil madu dari sarang lebah madu
(Apis spp.) yang terdapat di alam. Di Indonesia, banyak dilakukan pengambilan
madu dari sarang lebah madu (A. cerana dan A. dorsata) di hutan-hutan. Madu
yang banyak dijual di took berasal dari lebah madu yang diternakkan, khususnya
jenis A. mellifera. Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili
Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di
Indonesia adalah A. cerana, A. dorsata A. florea. Jenis unggul yang sering
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4
jenis berdasar penyebarannya:
1) Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan,
Cina maupun Jepang.
2) Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani
dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
3) Apis dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran
sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya.
Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.
4) Apis florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India
sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon klanceng.

Madu adalah nektar tumbuhan yang diisap oleh lebah pekerja, yang telah
diubah sehingga kandungan airnya tinggal 18%. Warna, aroma, dan rasa madu
berbeda tergantung dari jenis tumbuhan sumber nectar. Royal jelly yang terkenal
sebagai makanan kesehatan kini banyak digunakan sebagai salah satu unsur dalam
formulasi multivitamin karena royal jelly tersebut dihasilkan oleh kelenjar pekerja
lebah madu muda (umur 4-10 hari). Royal jelly khusus diberikan sebagai
makanan larva calon ratu lebah.
Produksi royal jelly sangat sedikit, oleh karena itu harganya sangat mahal
dibandingkan dengan harga madu. Malam (Jawa) atau lilin lebah berasal dari
penutup sel sisir lebah, banyak dimanfaatkan untuk industri. Sebagai contoh
dalam industry kain batik dan juga industry kosmetika sebagai bahan dasar
lipstick dank rim kecantikan. Bisa lebah madu yang diproduksi dalam kelenjar
sengat lebah digunakan dalam pengobatan penyakit misalnya untuk obat alergi
dan rematik.

Sutera
Budidaya persuteraan alam merupakan kegiatan industri agronomi yang
memiliki tahap kerja yang cukup panjang, mulai dari penanaman tumbuhan
murbei (Morus sp.), pembibitan ulat sutra, pemeliharaan, pemrosesan kokon,
pemintalan dan penenunan. Teknologi yang diterapkan dalam usaha persuteraan
relatif sederhana sehingga dapat dilakukan sebagai usaha sambilan, dan juga
sebagai sumber pendapatan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan daya guna sumber daya alam hutan dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian masyarakat desa (Nursita 2010). Ulatsutera (Bombyx
mori L.) merupakan salah satu jenis serangga dari Ordo Lepidoptera. Serangga ini
bernilai ekonomis sangat tinggi bagi manusia, karena di akhir fase larvanya dapat
membentuk kokon dari serat sutera. Sutera ini merupakan bahan baku industri
tekstil, benang bedah, parasut dan berbagai keperluan lainnya.

Keistimewaan serat sutera sampai saat ini belum bisa terkalahkan oleh serat
sutera buatan (Nuraeni & Putranto 2010). Walaupun iklim Indonesia cocok untuk
budidaya ulat sutra, tetapi kenyataan belum banyak daerah yang
mengusahakannya. Dari awal diperkenalkannya sampai sekarang sentra produksi
serat sutra Indonesia tampaknya masih belum bertambah, baik dalam
pemeliharaan maupun penanganan kokonnya. Peternakan ulat sutera di Indonesia
terdapat di beberapa tempat antara lain di Sulawesi Selatan dan Tasikmalaya
(Jawa Barat).

Sirlak
Sampai saat ini produksi sirlak banyak di luar Indonesia. Sirlak berasal dari
sekresi serangga lak, Laccifer lacca yang merupakan serangga sisik yang terdapat
pada pohon Ficus, pohon beringin, dan tumbuhan-tumbuhan lain di India, Birma,
Indo Cina, Taiwan, Srilanka, dan kepulauan Filipina. Serangga ini membentuk
kerak setebal 6 sampai 13 mm pada dahan tumbuhan inang. Dahan atau ranting
yang mengandung kerak kemudian dikumpulkan dan digerus dan dijadikan
bentuk lempengan (Johnson & Triplehorn 2005). Sirlak tersebut kemudian
dikirimkan ke industri pemrosesan di tempat sirlak dibuat. Kutu lak pada umunya
hidup dalam koloni pada cabang dan ranting pohon inangnya.

Mereka mensekresikan bahan dari kelenjar kulitnya yang kemudian mengeras


dan menjadi kerak yang menutupi koloni tersebut, kerak itulah yang dipanen dan
menjadi bahan mentah lak. Perum Perhutani (Perusahaan Hutan Negara
Indonesia) mengusahakan produksi lak dengan memelihara kutu itu pada pohon
kosambi dan akasia. L. lacca tersebar di daerah tropika dan subtropika, terutama
di Asia. Lak digunakan sebagai bahan pernis, piringan hitam, dan bahan isolasi.

Serangga sebagai Bahan Makanan

Serangga sebagai sumber makanan telah dimanfaatkan manusia sejak


berabad-abad lalu bahkan sampai sekarang. Di Indonesia sejak dahulu ada orang
yang suka memakan laron goring (kasta bersayap dari rayap tanah) dan juga
ratunya. Penduduk di daerah hutan jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur suka
memakan kepompong ulat daun jati. Populasi ulat daun jati tersebut pada umumya
tinggi pada awal musim penghujan. Belalang Valanga nigricornis juga dimakan
orang di beberapa daerah di sekitar hutan jati yang merupakan habitatnya. Rayap
dan belalang mengandung gizi yang baik, antara lain mengandung 23% dan 46%
protein yang lebih tinggi daripada protein daging sapi.

Di berbagai daerah di Papua penduduk sangat menyukai memakan larva


kumbang sagu Rhynchophorus ferrugineus (Curculionidae), yang dimakan
mentah atau setelah dibakar. Bagi kelompok masyarakat tertentu, terutama di
Afrika dan beberapa kelompok di Asia, konsumsi larva dan serangga dewasa
ternyata memberikan sumbangan zart gizi yang sangat berarti. Di Eropa dan
Amerika, perburuan serangga untuk dimakan ternyata juga dilakukan, tetapi
tujuannya sebagian besar adalah untuk gaya hidup. Banyak orang di negara-
negara maju tersebut menyukai gaya hidup di alam bebas atau alam liar termasuk
cara mendapatkan makanannya. Bagi mereka, serangga merupakan makanan
favorit yang sering diburu. Aneka buku dan ribuan resep serta situs-situs di
internet tentang mengolah serangga sebagai bahan makanan telah dibuat dan
dikembangkan oleh kelompok masyarakat tersebut.

Sebagian besar serangga kaya akan protein (40-60 persen) dan lemak (10-15
persen). Serangga dewasa kadang-kadang membutuhkan penghilangan kulit
kerasnya sebelum dapat digoreng atau disangrai. Larva serangga baik dalam
bentuk serangga muda maupun ulat (sering disebut caterpillar) dapat langsung
dimasak, atau ditambahkan ke dalam saus atau rebusan makanan (daging dan
sayur/buah).

Serangga-Serangga Entomofagus

Banyak jenis serangga adalah pemangsa atau parasitoid dari jenis serangga lain
termasuk serangga hama pertanian dan kehutanan. Parasitisme dan predatisme
dalam kehidupan serangga telah diketahui kurang lebih sejak Prosiding Seminar
Nasional Perhimpunan Entomologi Malang, 1-2 Oktober 2015 9 setengah abad
lalu dan telah banyak dipelajari. Sebagai hasilnya adalah pemanfaatan serangga
predator dan parasitoid dalam pengendalian hayati serangga hama pertanian dan
kehutanan. Demikian pula serangga fitofag yang spesifik memakan satu jenis
gulma dapat digunakan untuk pengendalian hayati gulma tersebut. Beberapa jenis
gulma eksotik di Indonesia telah diupayakan dikendalikan secara hayati dengan
serangga eksotik dari daerah asal gulma. Seperti contoh enceng gondok
dikendalikan dengan kumbang moncong Neochetina spp. Yang berasal dari
Amerika Selatan. Walaupun sampai saat ini hasilnya belum cukup memuaskan.

Serangga mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi dan potensial


membuat ledakan populasi. Tetapi hal ini jarang terjadi karena sebagian dari
mereka dimangsa oleh serangga lain. Pengontrolan populasi yang dilakukan
terhadap serangga hama oleh serangga entomofagus adalah satu faktor yang
penting dalam menurunkan populasi jenis hama. Mungkin sampai saat ini belum
ada yang menandingi kontrol yang dilakukan oleh serangga entomofagus. Contoh
klasik pengendalian yang berhasil yaitu Icerya purchasi yang merupakan tanaman
jeruk di California. Hama tersebut dikendalikan oleh kumbang totol (ladybird
beetle). Serangga hama tersebut pertama kali ditemukan di California pada tahun
1968 dan selama 15 tahun mengancap pertanaman jeruk di California. Pada tahun
1988-1999 dimasukkan seekor kumbang totol Rodolia cardinalis yang
diintroduksi dari Australia. Dalam kurun waktu dua tahun hama I. purchasi
tersebut dapat terkontrol dengan baik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan. Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke16. Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.

serangga merupakan hewan yang sangat khusus. Dapat dikatakan bahwa


serangga adalah hewan berbentuk terbalik, karena kerangka tubuhnya berada di
bagian luar, susunan sarafnya memanjang di bagian bawah tubuhnya, dan organ
hatinya terletak di sebelah atas saluran pencernaan. Serangga tidak memiliki paru-
paru, tetapi dapat bernafas melalui sejumlah lubang kecil di dinding tubuhnya dan
di samping kepala, yang dikenal dengan istilah trakea. Pada saat bernapas, udara
(oksigen) masuk melalui lubang-lubang tersebut, kemudian disalurkan ke seluruh
tubuh langsung ke jaringan-jaringan melalui tumpukan tabungtabung tipis yang
bercabang sehingga darahnya tidak terlalu penting dalam transpor oksigen ke
jaringan. Darah serangga sendiri hanya berfungsi sebagai media untuk
mengantarkan nutrisi, sistem pertahanan tubuh, dan sistem ekskresi serangga.
Serangga juga dapat mencium dengan bantuan antena, beberapa rasa dapat
dilakukan melalui bagian tungkai, sebagian bunyi dapat didengarnya dengan
organ khusus di perut, tungkai depan atau antena.

B. Saran

1. Dimohon kritik dan sarannya kepada ibuk atau teman-teman apabila ada
kekurang didalam makalah yang saya buat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina Diah. 2004. Biologi SMA Kelas 1. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Artikelsiana. 2015. Coelenterata Pengertian Ciri Klasifikasi Peranan. (Online).
https://www.artikelsiana.com/2015/07/coelenterata-pengertianciri-klasifikasi-
peranan.html. (Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 11:17)
Artikelsiana. 2015. Pengertian Arthropoda, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi dan
Peranan. (Online).
https://www.artikelsiana.com/2015/07/arthropoda-pengertian-ciriklasifikasi-
reproduksi-peranan.html. (Diakses pada tanggal 25 November 2019, pukul 00:32)
Fahmi. 2018. Klasifikasi Hewan Invertebrata Filum Porifera. (Online)
http://fahmistkip98.blogspot.com/2018/05/makalah-
invertebratafilumporifera.html?m=1(Diakses pada 20 September 2019, Pukul
19:42)
Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Erlangga. Jakarta.
Man Abdurrahman. 2017. Makalah Coelenterata.
(Online).http://manabdurrahman.blogspot.com/2017/03/makalahcoelenterata.html
.(Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 10:10)
MediaPembelajaranBiologi.(online).
http://bioregulera.blogspot.com/2011/11/hirudinea.html. (Diakses pada tanggal 22
Oktober 2019, pukul16:43).
Error! Hyperlink reference not valid. (2007). BIOLOGI SMA Jilid 1 untuk Kelas
X Berdasarkan Standar Isi 2006. Jakarta: Penerbit Erlangga. ISBN : 979-781-726-
1.
Rusyana Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung :
Alfabeta
Sari Rahma.2016. Makalah: Annelida.(online)
http://rahmahsari37.blogspot.com/2016/08/makalah.annelida.html. (Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2019, pukul 16:56).
Taufan. 2014. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Klasifikasi Arthropoda. (Online).
http://taufan-web.blogspot.com/2014/04/pengertian-ciri-ciri-danklasifikasi.html.
(Diakses pada tanggal 25 November 2019, pukul 00:37)
Ting N Arif.2014.Filum Annelida.(online).
http://ariefnugrahaha.blogspot.com/p/biologi.html. (Diakses pada tanggal 22
Oktober 2019, pukul 16:46).
Zonasiswa. 2014. Mengenal Coelenterata Hewan Berongga.
(Online).https://www.zonasiswa.com/2014/06/mengenalcoelenterata hewan-
berongga.html. (Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 13:10)

Anda mungkin juga menyukai