N
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Yulmira Yanti,S.Si,MP.
Puji Syukur untuk Tuhan Yang Maha esa, karena berkat pertolongan dan rahmat-
Nya kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi .Dan kami juga berterima kasih kasih untuk
dosen kami, yaitu Ibuk Dr.Yulmira Yanti,S.Si,MP.
Karena telah memberi kami tugas pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari katas sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat kritik dan saran nanti akan membuat kami lebih baik kedepannya.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat jangkauan dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang sudah. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Sekali lagi, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa dan kritik dan
saran dari pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................…………….............................i
DAFTAR ....,..................................………………............................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................……………..............................................1
A.Latar Belakang masalah.......................…………….......................................1
B.Rumusan masalah.......................…………….............................................3
C.Tujuan penulisan..........................……………............................................3
BAB ll PEMBAHASAN..........................………….......................................6
A.Pengertian Zoologi...................………………........................................6
B.Protozoa..................................................……………… .......................11
C.Coelenterata........................................……………….............................50
D.Porifera........................…………….......................................................70
E.Annelida.....................……………........................................................90
BAB lll PENUTUP...................................……….........................................108
A. kesimpulan..............................…………............................................108
B.Saran.......................................……………...........................................108
DAFTAR PUSTAKA....................……….....................................................109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan.Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke-16.Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.
kelompok hewan darat yang menghuni hampir setiapjenis habitat, beberapa
kelompok antara larn terdapatdi air tawaf dan sejumlah kecil yang terdapat dr
airIaut (Hoeve, 1996). Serangga merupakan salah satu kelas dari phylum
Arthropoda (hewan beruas-ruas),kelas lain adalah Crustacea, Myriapoda,
danArachnida.Hal yang menarik dari serangga adalahmempunyai beberapa
tahapan dalam daur hidupnrereka, yaitu tahap telur, larva. nympha.
kepompong,dan dewasa Sebagian dari serangga semua tahapankehidupan berada
di darat atau udara, tetapi ada Juga yang larva (nympha) berada di air
(akuatik)sedangkan dewasa hidup di darat atau udara.Beberapa serangga air
menggunakan udara'.langsung sebagai sumber oksigen, n'tisal larvanyamuk
mempunyai spirakel terbuka yang langsung berhubungan dengan udara luar pada
waktu dipermukaan air dan akan menutup waktu menyelamKumbang air
membawa udara di bawah sayap,dengan demikian dapat tinggal beberapa lama di
dalam air. Serangga yang bernafas seperti itu harus naik ke permukaan untuk
memperbarui persediaan di darat serangga memanfaatkan sayap denganbaik
untuk terbang, mobilitas yang tinggimemungkinkan menjelajahi kawasan yang
luas danmerupakan suatu cara menghindar dari musuh(predator) terutama
golongan Arachnida (laba-taba).Serangga air dan serangga darat yang habitat
dekat air mempunyaimusuh golongan Arachnida, ikankarnivora, dan
omnivora.Serangga dapat menguntungkan, namun jugadapat merugikan, yang
menguntungkan antara lainmereka dapat menyerbukkan tanaman,
sumbermakanan bagi ikan, penghasil sutera dan madu.Yang merugikan yartu
dapat merusak danmenghancurkan tanaman. bahkan dapat
menularkanoenvakrt.Beberapa rkan ekonomis penting yang bersifatomnrvora dan
karnivora memanfaatkan serangga airsebagai pakan utama dan pakan pelengkap
David(1963) mengatakan bahwa ikan patin (Pargasru.s sp )di alam bebas
makanan alami terdrri atas serangga,bilr-b|Jran ikan udang udangan.dan
Moluska.Sedangkan ikan belida bersifat karnivora denganpakan utama ikan pakan
pelengkap udang, dan serangga.Mlenurut Utomo & Asyari (1999), di perairan
hutanrawa air tawar serangga air banyak djumpai padaserasah daun dan kayu mati
yang terendam dalamair Ordo yang mendomrnasi adalah Coleopteraterutama
famili Dytiscrdae dan Hydrophillidae, ordoHemrptera famili Nepidae dan
Hydrometridae. ordoOdonata famili CordulrdaeTulisan ,ni menguraikan beberapa
kelompokserangga yang hidup di air tawar dan beberapa jenisikan yang bersifat
karnrvora dan omnrvora yangmemanfaatkan serangga air tersebut sebagai pakan
alami.
KLASIFIKASI
Kategori klasifikasi untuk semua hewan (termasukinsekta) pada dasar adalah
phylum, kelas ordo(bangsa), family (suku,marga), genus (keluarga), danspesies
(Jenis). N/lengingat begitu banyak famili (suku)dan serangga ini, maka dalam
pengklasifikasian ini hanya ditampilkan kelas dan ordo. Famili akandibahas pada
bab berikut, terutama famili-famiti dariserangga air dengan beberapa contoh
Lrtres (1991)telah mengklasifika sikan serangga .
Di negara Australia Timur, banyak peneliti yang menemukan pulau
kecil,dimana sekitarnya di kelilingi oleh batu karang yang meluas ke Samudra
PasifikSelatan. Hewan bercangkang berlimpah di perairan hangat dekat pantai
pulau, daerah Samoa, Fiji, Tonga, dan Tahiti. Di pulau-pulau tersebut terdapat
lebih dari 500 jenis moluska predator cone snail (conus)yang hidup selama jutaan
tahun. Manusia menemukannya sebagai makanan yang lezat dan cantik untuk
pajangan dll.
a. Porifera
b. Molusca
Pada saat kita mempelajari C.geographicus (Gambar 1.) peneliti Universitas
Utah menemukan gen yang berevolusi dalam pembentukan konotoksin
mempunyai akar purba. Pada hewanCone snail, gen nya mengodekan enzim
karboksilase gamma glutamil (GGC). Gen itu mulai muncul pada nenek moyang
umum siput, serangga, dan vertebrata. Pada pembahasan materi ini
menggambarkan karakter unik hewan invertebrata utama. Dari sekitar 2 juta
hewan yang telah dinamai, hanya sekitar 50.000 vertebrata-hewan bertulang
belakang. Kebanyakan hewan termasuk cone snail ialah invertebrata. Jangan
menganggap invertebrata sebagai hewan primitif. Invertebrata timbul jauh
sebelum vertebrata dan hidupnya yang sejak lama telah membuktikan seberapa
baik invertebrata ini beradaptasi terhadap lingkungannya.dilepaskan oleh lubang
sembur hidrotermal laut dalam hingga hingga ke tanah antartika yang berbatu dan
beku. Invertebrata beradaptasi dengan sangat bervariasi, sehingga menghasilkan
keanekaragaman bentuk yang luar biasa, dari spesies yang hanya terdiri dari sel-
sel lapisan ganda yang pipih hingga spesiesspesies lain dengan kelenjar pemintal
sutra, duri-duri yang berputar, lusinan kaki yang berbuku, atau tantakel yang
ditutupi dengan mangkok penghisap.Ada beberapa filum yang terdapat pada
keanekaragaman invertebrata, yaitu :- Calcarea dan Silicea(Sejenis Spons)
Hewan ini secara informal disebut spons. Jumlah spesies ini ada 5.500 spesies,
Spons adalah hewan sesil yang tidak memliki jaringan sejati yang hidup sebagai
pemakan suspensi, yang menjebak partikel-partikel dalam saluran-saluran internal
dalam tubuhnya.
- Placozoa (Seekor Plakozoa)
Spesies filum ini tidak terlihat seperti hewan yang terdiri dari beberapa ribu sel
yang tersusun dalam lempeng yang berlapis ganda,jumlah spesies ini ada 1 spesies
yang dapat bereproduksi dengan membelah menjadi dua individu atau bertunas,
melepaskan banyak individu multiseluler.
Serangga dapat ditemukan di bumi, diantaranya di tanah, air (tawar, payau, dan
sejumlah kecil di laut), serta udara. Terdapat serangga yang hidup dengan cara
mengebor batang tanaman, memakan daun, dan hidup di dalam tubuh hewan
lainnya. Diprediksikan sebanyak tiga puluh juta jenis serangga terdapat di alam
(Boror dkk., 1992). Warna serangga bervariasi, seperti abuabu merah, kuning,
hijau, hitam, oranye, biru dan lainnya, tidak ada seekor hewan di dunia ini yang
memiliki warna secerah serangga. Beberapa serangga terlihat sangat gemerlap
berwarnawarni, seperti perhiasan. Warna dan bentuk serangga sering kali
digunakan sebagai inspirasi para seniman. Sebagai contoh, kupu-kupu sayap
burung, Ornitopthoras paradisea dan Ornitophoras goliath adalah jenis kupu-kupu
yang sangat indah dan hampir punah hidup di Pegunungan Arfak, Papua yang
masuk ke dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endongered
Spesies of Wild Fauna and Flora). Kupu-kupu sayap burung ini telah berhasil
dikembangkan secara alamiah di habitat aslinya dan berwarna sangat menawan.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Zoologi
Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan.Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke-16.Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.
Semua hewan yang ada dimuka bumi ini berasal dari hewan-hewan pada zaman
Archeozoicum yang terdapat dalam air. Hal ini dapat kita lihat dari fosil-fosil
yang kita jumpai, sebagian dari hewan tersebut dalam perkembangannya pindah
ke darat, tetapi sebagian tetap dalam air, misalnya beberapa kelompok
Coelenterata dan hampir semua phylum Echinodermata masih di dalam air laut.
Bila kita bandingkan antara habitat air dan habitat darat, maka habitat air lebih
seragam, baik dalam kadar oksigen atau salinitasnya (kadar garamnya). Kadar
garam itu antara 34-36 bagian perseribu atau 34-36%, tergantung letak dalam
garis lintang bumi. Variasi sinar dan suhu sangat besar tergantung pada
kedalaman air, sehingga kondisi habitat tidak seragam dalam air, di mana 71%
permukaan bumi berupa air (terutama laut). Batas pulau atau benua dengan laut
adalah pesisir yang landai yang mencapai kedalaman antara 150-200 m, kemudian
menjorok ke dalam mencapai kedalaman 3000-5000 m lebih, sampai di dasar laut.
Dengan perbedaan kedalaman itu terbentuklah habitat yang berbeda, maka
Protozoa yang ada di lingkungan itu berbeda-beda pula. Hal yang serupa itu
terjadi juga pada danau, yang terdapat ditengah daratan yang luasnya tergantung
pada letaknya.
Habitat invertebrata meliputi air, maupun darat, dengan ukuran tubuh yang
bermacam-macam. Disamping hidup bebas, beberapa diantaranya yang termasuk
Protozoa, Cacing dan Arthropoda hidup secara parasit.Tanaman tingkat tinggi
yang dapat mengadakan fotosintesis tergantung pada Invertebrata, misalnya dalam
proses penyerbukan banyak dibantu oleh serangga, proses penyerapan nutrisi juga
tergantung pada beberapa cacing tanah yang membuat lorong-lorong udara dalam
tanah. Proses penguraian zat organic kecuali dilakukan oleh bakteri dan jamur,
juga banyak dilakukan oleh Invertebrata.Walaupun pada Invertebrata terdapat
banyak hal yang mempesonakan, hendaknya kita tidak lupa, terhadap 3 prinsip
yang menentukan dalam keberhasilan evolusi yakni:
(1) melakukan duplikasi,
(2) mengatur diri dan
(3) bekerja sama. Dalam prinsip duplikasi diri memerlukan sikap yang pasti dalam
melakukan adaptasi dengan melakukan perubahan.
PRINSIP TAKSONOMI
Pengertian dari taksonomi bervariasi dari berbagai sumber, tetapi inti dari
ilmu taksonomi adalah: konsepsi, penamaan, dan klasifikasi kelompok organisme.
Dua hal lain yang berhubungan dengan taksonomi, yaitu “sistematika” dan
“klasifikasi”. Hubungan yang tepat untuk taksonomi juga bervariasi dari sumber
ke sumber karena penggunaan tiga istilah dalam biologi.Prinsip taksonomi adalah
metode ilmiah untuk mengklasifikasi organisme sesuai dengan hubungan alam
dengan cara yang terstruktur. Dalam biologi dan zoologi, struktur hirarkis
biasanya, dimulai dengan “kerajaan” dan bekerja ke bawah untuk “spesies.”Dalam
biologi, taksonomi merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari
penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai adalah
penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial atau
binomial nomenclature. Dalam tatanama binomial,penamaan suatu jenis cukup
hanya menyebutkan nama marga (selaludiawali dengan huruf besar) dan nama
jenis (selalu diawali dengan hurufkecil) yang dicetak miring (dicetak tegak jika
naskah utama dicetak miring)atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini
seharusnya tidakakanmembingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk
tingkatan takson lain yang lebih tinggi.Perkembangan pengetahuan lebih lanjut
memaksa dibuatnyatakson baru di antara keenam takson yang sudah ada
(memakai awalan'super-' dan 'sub-'). Dibuat pula satu takson di atas Phylum, yaitu
Regnum(secara harafiah berarti Kingdom atau Kerajaan) untuk
membedakanProkariota (terdiri dari Regnum Archaea dan Bacteria) dan
Eukariota(terdiri dari Regnum Fungi atau Jamur, Plantae atau Tumbuhan,dan
Animalia atau Hewan).
1.Protozoa
Phylum Protozoarotozoa (protista mirip hewan) diklasifikasi dengan ciri-ciri
serta reproduksi yang masing-masing mempunyai perbedaannya sendiri. Sebelum
membahas ciri-ciri protozoa, mari kita membahas pertama-tama dengan mengerti
apa itu Pengertian Protozoa.
A. PENGERTIAN PROTOZOA
Ilmu yang mengkaji tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada
manusia disebut protozoologi. Protozoa adalah jasad renik hewani yang terdiri
dari satu sel, hidup sendiri-sendiri dari satu sel hidup sendiri-sendiri atau
berkelompok membentuk koloni. Protozoa banyak terdapat di alam antara lain di
dalam air laut, air tawar, tanah, dan di dalam tubuh organisme lain. Protozoa bisa
bergerak dengan memfungsikan alat geraknya, yakni:
1. Pseudopodia (kaki semu),
2. Silia (rambut getar), atau
3. Flagela (bulu cambuk)
Dalam kajian evolusi, Protozoa diduga akan menjadi suatu organisme hewan yang
sangat kompleks. Protozoa itu sendiri terdiri dari kurang lebih 65 ribu jenis yang
sudah dikenali oleh para ilmuan. Tiap Protozoa merupakan kesatuan yang
lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya. sanggup melakukan semua
fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel-sel khusus.Arti
penting protozoa:
a. Sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan untuk komunitas dalam
lingkungan akuatikContoh: zooplankton (hewan) hidup dari fitoplankton
(tumbuhan) yang fotosintetik
b. Sebagai protozoa saprofitik dan protozoa pemakan bakteri
C. HABITAT PROTOZOA
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya
hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa
spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang
bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata
yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah
atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan
kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.
E. KLASIFIKASI PROTOZOA
Protozoa diklasifikasi dengan berdasarkan alat geraknya yang terdapat empat
filum Protozoa. Macam–jenis dari Klasifikasi Protozoa ini antara lain ialah
sebagai berikut:
1. Superklas Infusoria
jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan silia (rambut getar). Ciliata
atau Infusoria merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah hewan yang
berbulu getar. Ciliata memiliki Silia yang berfungsi untuk bergerak, menangkap
makanan dan untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Ukuran silia lebih
pendek dari flagel.Ciliata memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti
besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis
RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang
dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Pada ciliata
juga ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
air dalam tubuhnya. Di samping itu terdapat vakuola makanan untuk mencerna
dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut untuk mengeluarkan sisa
makanan. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Mempunyai
bentuk tubuh yang tetap, dan oval. . Cilliata ada yang hidup bebas dan adapula
yang parasit. Contoh yang hidup bebas adalah Paramecium caudatum dan yang
parasit adalah Nyctoterus ovalis yang hidup di dalam usus kecoa serta
Balantidium coli parasit pada babi dan dapat menyebabkan penyakit balantidiosis
(disentri balantidium).
Superklas infusoria terbagi menjadi 2 klas yaitu kelas ciliata dan klas suctoria.
a) Klas Ciliata
Sebagian besar Ciliata berukuran mikroskopis, tetapi sepesies yang terbesar
berukuran 3 mm sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Anggota Ciliata
ditandai dengan adanya organ silia (bulu getar) pada suatu tahap dalam hidupnya.
Silia digunakan untuk bergerak dan mencari makan.
Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar paramecium
ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam paramecium terdapat
sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan
mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu animalcules karena
bentuknya seperti sepatu atau sandal.Paramecium bergerak maju sambil
mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang
berlawanan dengan arah jarum jam. Pergerakanya tersebut terjadi karena
perpaduan antara gerak silia tubuh seperti sistem dayung dan gerak silia pada oral
groove yang sangat kuat. Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri,
alga, dan ragi. paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama
dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan.
Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada
cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu,
melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan. Vakuola makanan berjalan
menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk vakuola dan
mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan
vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah
sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts
ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap
mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat
digunakan sebagai metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs.
bentuk umum mereka dari mangsanya adalah bakteri. Hewan ini banyak hidup di
air tawar, mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk. Selain itu
Paramecium juga memiliki beberapa sel dari Paramecium caudatum yang
memiliki fungsi masing–masing disini akan disebutkan fungsi tersebut :
a) Kelas Actinopodea
Kelas Actinopodea merupakan kelas yang anggotanya berupa organisme sesil
dan melayang terbesar, walaupun terdapat fase flagelata pada beberapa genus.
Kelas ini terbagi menjadi tiga ordo, antara lain:
(1) Helioflagellida, dengan 1 atau lebih flagel yang salah satunya merupakan
bentuk tetap atau karakteristik yang dominan pada siklus hidup,
(2) Heliozoida, dengan fase flagellata yang jarang dan pada sitoplasma bagian
dalam tidak dipisahkan dari daerah luar oleh central capsule, dan
(3) Radiolaria, central capsule merupakan karakteristik dan memiliki struktur
skeletal lebih tinggi dari Heliozoida.
Ordo 1: Helioflagellida
Ordo 2 : Heliozoida
Ordo 3: Radiolarida
Organisme laut, dengan sejarah geologi yang berasal dari Silurian dan dari
Cambrian, merupakan kelompok tertua hewan. Ciri khas yang paling mencolok
adalah rangka tubuhnya, yang telah mengalami spesialisasi ke tingkat tinggi.
Organisasi umum tubuh axopodia dihubungkan dengan heliozodia, tetapi
bentukan kapsul pusat yang ada memisahkan zona dalam dan luar protoplasma
yang menyebabkan perbedaan. Kapsul pusat berada pada lapisan yang berbeda,
biasanya tunggal namun terkadang ganda dan dapat dideteksi dengan mudah
kecuali pada Actipylina. Kapsul tersebut mungkin berbentuk bulat, bulat telur atau
bercabang, dan tersusun atas kitin, pseudochitin, atau tectin. Kapsul dapat diserap
dalam kadar yang tinggi maupun rendah tergantung spesiesnya, diperlukan dalam
peningkatan diameter seiring pertumbuhan organisme, dan mungkin agak
berubah-ubah dalam bentuk bahkan dalam organisme dewasa. Perforasi baik
terdistribusi secara merata atau hanya di satu atau lebih kelompok, sitoplasma
juga berfungsi sebagai taxonomic features.
Meskipun reproduksi telah dilacak pada spesies relatif sedikit, fisi terjadi
pada spesies dengan unsur-unsur kerangka yang sederhana. Kapsul pusat dibagi,
dan setiap elemen rangka diteruskan ke organisme yang sama. Fisi kerangka
berbentuk helm tripilina tertentu. Satu organisme mempertahankan shell tua, dan
lain dan mengembangkan yang baru. Menurut Brandt, Thallophysidae tertentu
dapat menjalani plasmotomi rumit yang berbeda dari induknya, dan menghasilkan
sejumlah organisme kecil, masing-masing dengan beberapa inti. Bukti untuk
fenomena seksual pada Radiolarida di literatur dijelaskan mengenai gamet.
Namun, syngamy belum diamati, dan chatton menyimpulkan bahwa beberapa
flagelata jelas tidak dinoflagellates dan mereka menunjukkan kemiripan gamet
dari Foraminiferida. Meskipun radiolarida bukan tipe perenang, setidaknya
beberapa dari mereka ternyata bisa naik atau tenggelam dalam menanggapi
perubahan kondisi lingkungan.
(1) Actipylina (“Acantharia”), dengan kerangka terdiri dari radial spine yang
masuk ke dalam pusat kapsula untuk berkumpul di tengah tubuh
(2) Peripylina (“Spumellaria”), sering tanpa kerangka atau satu terbatas untuk
memutuskan hubungan ektrakapsuler dan kurang umumnya dengan kulit yang
berlubang; bentuk yang tidak teratur di pusat kapsula menunjukkan satu bentuk
persebaran pori-pori; (3) Monopyla (“Nasselaria”), dengan kapsul pusat yang
tebal yang pori-porinya terbatas pada satu tempat, ataulempeng pori-pori (Gambar
2.4.a); dan Tripylina (Phaeodaria), kapsul pusalmemiliki satu atau dua asesori
besar yang terbuka (Gambar 2.4.b). ektoplasma dan granular ektoplasma biasanya
dapat dibedakan. Pada tahap flagellate beberapa spesies biasanya ditunjukkan
pada tingkat ordo, namun yang lain siklusnya adalah monomorpic. Banyak spesies
hidup pada alat pencernaan invertebrate dan vertebrata, hidup bebas di air dan di
tanah. Ordo amoebida terbagi dalam tiga family, yaitu :
a) Dimastigamoebidae
Dimastigamoebidae siklus hidupnya terdiri dari fase flagellate dan fase
amoeboid. Amoebidae spesies yang hidup bebas tanpa tahap flagellate, dan
Endamoebidae merupakan endoparasitik amoebae. Siklus dimorpik melibatkan
fase amoeboid (dominan) dan fase flagellate (durasinya relative pendek). Anggota
dari family dimastigamoebidae ditemukan pada air jernih dan inokulasi kultur
dengan feses insekta dan vertebrata (termasuk manusia). Naegleria gruberii
terkenal paling representative. Pada tahap amoeboid kecil biasanya salah satu
bentuknya lobopodium besar. Inti selnya mengandung Feulgen besar-endosome
negative yang terbagi ketika mitosis. Pada tahap flagellate mempunyai dua
persamaan flagella adalah kondisi sementara yang dilaporkan pada pencernaan
makanan. Transformasi dari amoeba menuju flagella disebabkan oleh pencairan
kultur medium dengan air. Membran kistamenunjukkan dua lapisan dan beberapa
opercula. Komposisi gen pada famili telah terjadi perselisihan. Pada tahap
amoeboid menghasilkan susunan pseudopodia bentuk ramping, pada tahap
flagellate memiliki perbedaan flagel (yang satu lemah). Genus Naegleria termasuk
spesies dengan tahap flagellata yang menunjukkan dua persamaan flagel, dan
tahap amoeboid merupakan perpindahan dari lobopodium tumpul. Tipe spesies
pada Vahlkampfia memiliki tahap flagellate, sehingga meletakkan genus ini pada
family Dimastigamoebidae. Vahlkampfia tachypedia menujukkan menujukkan
tahap flagellate yang menyerupai N. gruberi dan seharusnya dipindahkan ke
dalam genus Naegleria.
b) Amoebidae
Amoebidae merupakan amoeba yang hidup bebas dan tidak memiliki fase
flagellate. Meskipun telah dideskripsikan siklusnya kompleks yang melibatkan
polimorfisme dan syngamy, disebabkan karena kontaminasi kultur oleh spesies
lain pada Amoebidae, Mycetozoa, dan water mold. Sekarang ini siklus hidupnya
terbatas pada tahap amoeboid dan kista. Klasifikasi Amoebidae belum
memuaskan dan tidak mendapat perhatian pada genus yang seharusnya diakui.
Selanjutnya konsep single family untuk kehidupan bebas amoeba adalah subyek
untuk keberatan bahwa habitat tidak membutuhkan ukuran akurat pada hubungan
zoological.Akibatnya, ini menjadi berbasis layak untuk bebgai macam saran
bahwa kelompok ini seharusnya terpecah ke dalam heterogen family. Pengertian
disini, permasalahan taksonomi sangat rumit karenaamoeba sangat sederhana.
Tidak memiliki tipe karakteristik tertentu yang lebih jelas pada kelompok yang
lain membutuhkan taksonomi untukmempertimbangkan jarak pada ukuran, bentuk
tubuh, tipe pseudopodia, metode pada pergerakan, struktur nucleus, bentuk dan
pemasukan dari cytoplasmik. Penggunaan secara efektif sebagai ciri yang dinamis
pada taksonomi yang jelas untuk permintaan luas ilmu pengetahuan tentang
amoeba, khususnya pada makhluk hidup. Akibatnya membutuhkan study lebih
mendalam untuk banyak spesies yang belum sepenuhnya memiliki karakter. Pada
suatu kasus, karakterisasi yang memadai pada garis kultur untuk menetapkan jarak
pada bentuk dan tingkah laku menjadi diharapkan untuk keterangan spesies.
Penelitian sistematik pada struktur dan pembelahan nukleus, pada Naegleria
memberikan informasimengenai taksonomi. Dalam hal ini nucleus dengan
endosome yang besar adalah karakteristik dari Vahlkampfia dan Acanthamoeba,
tetapi gambar mitosis secara mencolok berbeda.
c) Endamoebidae
Endamoebidae merupakan amoeba yang parasit, yang ditemukan parasite pada
pencernaan invertebrate dan vertebrata. Semua Endamoebidae kemungkinanan
endokomensal. Pengecualian untuk Entamoeba histolytica pada manusia dan E.
invadens yang menghasilakn infeksi fatal pada berbagai macam reptil.
4. Ordo Testacida
Merupakan organisme yang bergerak dengan menggunakan lobopodia atau
filopodia dan memiliki satu sisi selubung pembungkus yang merupakan hasil
sekresi. Umumnya disebut pseudochitin, bersifat flekksibel, contohnya pada
Phampagus dan Cochliiopodium. Terdapat selubung yang merupakan gabungan
silika dan khitin contohnya Hyalosphenia. Selubung pada sebagian besar
Testacida terdapat dua lapisan (Gb. 2.5 J). Lapisan dalam mengandung kitin,
kadang bercampur dengan silica. Lapisan luar berbeda pada setiap genus. Pada
Arcella (Gb. 2.5 C-F) merupakan selubung dengan susunan yang agak membulat.
Pada Amphizonella (Gb. 2.5 L) bagian selubung kadang dilapisi dengan gelatin.
Pada Centropyxis (Gb.2.5 K) merupakan kitin dan silika, yang biasanya tidak
selalu akan menyebabkan lebih keras. Pada Lecquereusia, (Gb.2.5 A) berbentuk
butiran pasir atau diatom yang mengalami modifikasi bentuk sebelum menjadi
lapisan selubung. Sedangkan pada Euglypidae, (Gb. 2.5 G-I) partikel asing akan
digantikkan oleh sisik, yang dibentuk di sitoplasma terlebih dahulu untuk
pembelahan. Pada Euglyphidae menghasilkan sisik dari absorbs mineral.
Warna lapisan selubung bervariasi pada setiap spesies. Ada warna kuning dan
coklat serta warna lain yang mungkin menjadi lebih gelap seiring umur hewan
tersebut. Warna kuning-coklat dimungkinkan mengandung besi, yang kadang
berwarna ungu (Heleoptera) merupakan mangan.
5. Ordo Foraminiferida
Pada umumnya spesies yang hidup memiliki ukuran kurang dari 10 mm.
Paling banyak ditemukan di laut dan air payau, dan sebagian kecil dilaporkan dari
air tawar. Banyak tipe-tipe bagaimanapun foraminiferida merupakan organisme
yang bergerak atau merayap secara pelan, atau ketika muda bermigrasi tetapi
bersifat sesil saat tua. Berbagai macam organisme yang sesil telah ditemukan
menempel pada rumput laut. Penempelan pada rumput laut atau benda
mengambang yang lain mungkin akan menjadi faktor yang signifikan dalam
distribusi dari spesiesnya.
Sebagai contoh perairan dangkal, perairan payau, laut dalam, abisal, batial,
dan lain-lain. Karena keanekaragaman mereka, kelimpahan, dan morfologi
kompleks, fosil foraminifera berguna untuk biostratigrafi, dan akurat dapat
memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Para industri minyak
sangatbergantung pada mikroorganisme seperti foram untuk menemukan deposit
minyak potensial. Foraminifera digunakan sebagai penunjuk dalam ekspolrasi
minyak bumi dimulai sejak perang dunia pertama, pada saat revolus industry
dimulai pada saat itu pula dunia membutuhkan sumber minyak untuk berbagai
aktivitas ekonomi. Sel foraminifera dibagi menjadi endoplasm granular dan
ektoplasma transparan dari mana pseudopodial muncul melalui lubang tunggal.
Siklus hidup Foraminifera melibatkan pergantian antara haploid dan diploid,
meskipun mereka sebagian besar serupa dalam bentuk haploid atau gamet
awalnya memiliki satu nukleus, dan membagi untuk memproduksi berbagai
gamet, yang biasanya memiliki dua flagella. Diploid atau skhizon adalah
multinukleat, dan setelah meiosis fragmen untuk menghasilkan gamet baru.
Beberapa putaran dari reproduksi aseksual antar generasi seksual tidak jarang
dalam bentuk bentik.
Morfologi Sporozoa
Sistem Reproduksi
Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran
reproduksi aseksual dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk
serta membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakuka dengan
pembelahan biner. Reprodusi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.
Reproduksi Aseksual
Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah
manusia pada saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk dalam
system retikuloendotelial. Setelah beberapa hari berada dalam system
retikuloendotelial, barulah sporozoit ini menyerang eritrosit dan berubah menjadi
trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin. Selanjutnya, trofozoit berubah
menjadi schizont, yang kemudian membelah diri berulang-ulang menjadi 6-36
merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit-sporozoit baru,pembentukan
merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.Sporozoit yang terbentuk akan menyerang
eritrosit baru sehingga terulanglah pembiakan vegetatif ini. Di antara sporozoit
yang terdapat dalam eritrosit ada yang membentuk gametosit. Gametosit jantan
disebut mikrogamet, sedang gametosit betina disebut makrogamet. Reproduksi
SeksualGametosit yang terisap ketika nyamuk mengisap darah penderita malaria,
akan berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet. Perkawinan antara
mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan berubah
menjadi ookinet di dalam dinding usus nyamuk. Inti ookinet membelah berulang-
ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus diri dengan sedikit
protoplasma dan berubah menjadi sporozoit-sporozoit baru. Selanjutnya sporozoit
menyebar di dalam alat pencernaan nyamuk, sebagian ada yang sampai di kelenjar
ludah dan siap untuk dikeluarkan.
Klasifikasi Sporozoa
Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu
dengan genus yang lain, perbedaan itu berupa :
1) Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium
2) Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Isosporadan Genus Eimerie.
3) Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mono-nukleus, cairan tubuh,
sel jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang
terdapat pada genus toxoplasma.Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa
berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan seksual (sporogoni) secara
bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung dalam satu hospes,
seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung dalam dua
hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).
Secara umum Flagellata memiliki daur hidup dalam bentuk trofozoit dan kista.
Berkembang biak dengan cara vegetatif berupa pembelahan biner dan cara
generatif berupa konjugasi. Flagellata hidup secara soliter atau bentuk koloni.
Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau
daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organismeinang. Inang
protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae,
sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat
tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.Beberapa spesies
Flagellata memiliki peran yang penting dalam ekosistem air, yaitu sebagai
fiplankton dan zooplankton. Oleh karena itu, untuk lebih mendalami mengenai
Flagellata, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai beberapa aspek yang
meliputi morfogenesis, habitat, fisiologis, daur hidup, reproduksi dan peranan
Flagellata, sehingga diharapkan akan muncul penelitian lanjutan mengenai
Flagellata dan usaha pemanfaatannya untuk masa yang akan datang Fisiologi
Fagellata (Mastigophora)Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum
antara 16-25°C, sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi
dengan beberapa cara yaitu bersifat holozoik(heterotrof), apabila makanannya
berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof),
dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari
lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa
bahan organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara
menempel pada inang untuk mendapat nutrisi.Fitoflagellata bersifat
aerobikfotosintetik, karena sebagian besar spesies ini memiliki kloroplas,
sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Euglena viridisdapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan mencerna
organisme lain (holozoik).Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri karena
pada lapisan entoplasma terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b.
Pada keadaan lingkungan cukup cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan
zat tepung (amilum).Amilum ini disimpan didalam sitoplasma dalam bentuk butir-
butir paramilum.Habitat Fagellata (Mastigophora)Air merupakan faktor penting
keberaan Flagellata selain ketersediaan makanan, pH dan suhu. Flagellata dapat
ditemukan di lingkungan air tawar, di danau, sungai, kolam, atau genangan
air,misalnya Euglenoida dan Volvocida, maupun air laut, misalnya Dinoflagellata.
Spesies zooflagellata sebagian besar bersifat parasit, namun adapula yang
bersimbiosis dengan organisme lain, misalnya Myxotrica didalam usus rayap.
Euglena viridis banyak dijumpai di air tawar dengan ciri-ciri antara lain
sebagai berikut: Memiliki ukuran tubuh 35-60 mikron Ujung tubuh yang
meruncing dengan satu bulu cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dengan
flagela. Gerakan tersebut disebut juga dengan gerak euglenoid. Memiliki stigma
(bintik mata berwarna merah) untuk membedakan gelap dan terang. Memiliki
kloroplas yang mengandung klorofil yang digunakan untuk berfotosintetis. Ada
juga Euglena yang tidak berkloroplas, seperti Astasia. Makanan masuk melalui
sitofaring yang menuju ke vakuola, dan di vakuola tersebut makanan yang berupa
organismek kecil akan dicerna.
2. Dinoflagellata: Dinoflagellata memiliki bentuk tubuh yang bervariasi tetapi
kebanyakan lonjong dengan warna yang kecokelatan dan kekuningan.
Dinoflagellata merupakan penyusun plankton laut. Walaupun sebagian besar dari
habitat di laut, ada juga yang hidup di air tawar. Dinoflagellata bersimbiosis di
terumbu karang, ubur-ubur, anemopn, dan invertebrata lainnya. Flagelanya
terletak di cekungan transversal yang mengelilingi tubuh. Banyak spesies
dinoflagellata kehilangan flagelanya dan tumbuh sebagai fase vegetatif yang
nonmotil. Contoh anggota dinoflagellata antara lain. Ceratilum, Noctiluca
milliaris, dan Gymnodinium. Noctiluca milliaris kebanyakan hidup diair laut dan
mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
✓ Memiliki dua flagela yaitu satu panjang dan yang satunya pendek
✓ Melakukan simbiosis dengan jenis alga tertentu
✓ Tubuhnya dapat memancarkan sinar yang terkena rangsangan mekanis. Kita
dapat melihatnya pada waktu malam, ketika ombak memecah karang atau dayung
memukul air laut, akan timbul cahaya yang berkilauan yang dihasilkan oleh
Noctiluca.
2. Zooflagellata
zooflagellata adalah flagellata yang tidak berkoloroplas dan menyerupai hewan.
Zooflagellata habitat di air tawar dan air laut. Sebagian besari dari zooflagellata
adalah bersifat parasit, walaupun ada juga yang hidup bebas.
a. Struktur Tubuh
Bentuk tubuh Zooflagellata mirip dengan leher porifera. Zooflagellat
mempunya flagella yang memiliki fungsi untuk menghasilkan aliran air dengan
mengoyangkan flagela. Selain itu, flagela juga berfungsi sebagai alat gerak.
Hewan jenis ini mempunyai wujud fisik yang beraneka ragam, bisa dikatakan
mirip dengan tumbuhan, warna yang dihasilkan dari tubuhnya juga bervariasi
serta bisa mengalami perubahan. Karakteristik secara umum yang dimiliki oleh
porifera ialah mempunyai sel banyak pada tubuhnya, berbentuk asimetris (simetri
radial). Porifera mendapatkan oksigen dan juga makannanya dari siklus alami air
yang mengalir kemudian membawa benda-benda yang bisa menjadi santapannya.
Porifera mempunyai ukuran tubuh mulai dari yang berukuran kecil dalam
milimeter sampai yang berukuran besar dalam meter. Bagian-bagian dari sel akan
membentuk anggota tubuh dari porifera menjadi dua lapisan, namun jaringan
yang sudah terbentuk bisa dikatakan belum sempurna, dan pada kedua bagiaannya
terdapat gelatin. Pada bagian tubuhnya terdapat banyak pori, rongga-rongga yang
digunakan sebagai tempat mengalirnya air, serta terdapat saluran-saluran.
1. Tipe Ascon
Tipe askon merupakan bagian dimana lubang-lubang yang berada pada
bagian ostiumnya langsung terhubung kebagian saluran yang berbentuk lurus
dan secara langsung air akan mengalir menuju kebagian spongosol atau lebih
dikeal dengan rongga dalam. Tipe Askon ialah suatu tipe pada saluran air yang
mempunyai bentuk paling sederhana dibandingkan dengan tipe yang lainnya.
Pada tipe ini prosesnya bisa diawali dari bagian ostia yang nantinya akan
dihubungkan secara langsung pada bagian yang bernama spongocoel.
Selanjutnya dari bagian spongecoel air akan mengalir keluar melewati bagian
oskulum. Tipe askon misalnya : Leucoslenia.
2. Tipe Sycon
Definisi dari tipe sikon merupakan salah satu tipe saluran air yang bagian
lubang ostiummnya secara langsung terhubung pada bagian salurang yang
mempunyai cabang selanjutnya kebagian rongga yang secara terhubung dengan
bagian spongsool. Tipe ascon merupakan porifera yang mempunyai dua tipe
saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui
pori ke saluran radial yang berdinding koanosit-spongocoel-keluar melalui
oskulum. Contoh : Scypha.
Klasifikasi Porifera
Berdasarkan atas kerangka tubuh atau spikulanya, porifera dibagi menjadi tiga
kelas.
1. Kelas Calcarea
Kerajaan: Animalia
Filum: Porifera
Kelas : Calcarea
Calcarea merupakan spons yang hidup dilaut. Spon ini memiliki kerangka
spikula dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan
mikoskleres. Bentuk spoms ini barvariasi dari bentuk yang menyerupai vas
dengan simetri radial hingga bentuk-bentuk koloni yang berbentuk banguna
serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan bahkan
ada yang mencapai bentuk raksasa.
2. Kelas Hexactinellide
Kerajaan : Animalia
Filum: Porifera
Kelas : Hexactinellida (Schmidt, 1870)
Sub Kelas: Hexasterophora dan amphidiscophora
Ordo : Amphidiscosida
Order:Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa.
3. Kelas Demospongia
Kingdom: Animalia
Filum: Porifera
Kelas: Demospongiae
Ordo: Halichondrida
Dalam membedakan spesies dari filum porifera, maka perlunya kita mengetahui
ciri-ciri porifera secara umum. Ciri-ciri porifera adalah sebagai berikut :
1. Hewan yang bersel banyak (merazoa) yang paling sederhana atau primitif.
2. Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter.
3. Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga atau piala dan melekat pada dasar
perairan.
4. Tubuhnya terdiri dari dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luarnya
(epidermis) yang tersusun ata sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut dengan
pinakosit.
5. Pada epidermis yang terdapat porus atau lubang kecil disebut dengan ostia yang
dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel)
6. Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang disebut
dengan koanosit yang berfungsi untuk mencerna makanan.
7. Didalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel
skleroblas, sel arkheosit.
8. Diantara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan
kental yang disebut dengan mesoglea atau masenkin.
9. Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang
telah dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblasnya berfungsi dengan membentuk
duri (Spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat.
10.Spongin tersusun dari serabut-serabut spongin yang lunak berongga dengan
membentuk seperti spon.
11.Sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas,
pembentukan gamet, pembentukan bagian-bagian yang rusak dan regenerasi.
Makanan porifera berupa partikel zat organik atau makhluk hidup kecil yang
masuk bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan lalu ditangkap oleh
flagel pada koanosit yang kemudian dicerna didalam koanosit.dengan demikian
pencernaanya secara intraseluler.Setelah dicerna, zat makaknan tersebut diedarkan
oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Zat sisa makanan yang dikeluarkan
melalui oskulum bersama sirkulasi air.
Spons adalah hewan yang termasuk dalam filum porifera. Nama porifera berarti
pembawa pori, atau memiliki lubang. Mereka dianggap menjadi salah satu
organisme yang paling sederhana. Mereka memilki nilai ekonomi. Hewan
Demospongia yang hidup dilaut dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya spons untuk mandi dan pemberih kaca. Porifera memilki peran yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Peranan porifera bagi
kehidupanmanusia sebagai spons mandi dan alat gosok, zat kimia yang
dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker. Contohnya zat plakoridin
A. Pada spon plakortis di Jepang, dapat berguna sebagai sitotoksin bagi sel
Limfoma (Kanker Limpa). Selain hal itu, teryata porifera dapat mengebalikan zat
air. Hal ini dapat dibuktikan karena zat-zat yang tidak berguna yang berada di
sekitar porifera bisa tersedot melalui pori-pori dan porifera akan
menyaringnya.Adapun manfaat porifera dalam kehidupan manusia. Manfaat
porifera adalah sebagai berikut :
1. Hewan demospongia yang hidup dilaut dimanfaatkan sebagai spons.
2. Hewan Demospongia juga dimanfaatkn sebgaia alat pembersih. Zat kimia
yang dikeluarkan dapat mengobati penyakit kanker.Sebagai anti-inflammatory,
antitumor, dan anti biotik. Sebagai alat penggosok untuk madi dan mencuci.
Sebagai penyaring air. Sebagai hiasan akuarium.Porifera juga dijadikan sebagai
obat kontrasepsi (KB). Sebagai saran untuk berkembang biak dan mencari
makanan bagi beberapa hewan laut. Sebagai makanan hewan laut lainnya.
Sebagai tempat bersembunyi beberapa hewan laut dari predator. Sebagai
campuran bahan industri (Kosmetik).
3.Coelenterata
A. PENGERTIAN COELENTERATA
2. Lapisan Gastrodermis
Lapisan ini merupakan lapisan dalam yang berbatasan dengan rongga
gastrovaskuler, dimana lapisan gastrodermis tersusun oleh:
a. Sel sensoris
b. Sel epithelliomusculer
c. Sel gastrodermis (kelenjar) yang dilengkapi flagel dan memiliki fungsi untuk
enzim pencernaan.
2. Lapisan MesogleaLapisan ini terdapat di antara epidermis dan gastrodermis.
Lapisan mesoglea merupakan lapisan yang tidak tersusun oleh sel dan berisi
gelatin.
B. CIRI-CIRI COELENTERATA
Coelenterata memiliki bentuk tubuh polip dan medusa. Polip adalah bentuk
tubuh yang berbentuk tabung atau silindris dengan mulut di atas serta dilengkapi
tentakel yang mengarah ke atas, dimana biasanya polip menempel di dasar
perairan, sehingga tidak bisa bergerak bebas. Berkebalikan dengan polip, medusa
adalah bentuk tubuh seperti mangkok yang bisa bergerak bebas dengan mulut di
bagian bawah serta tentakel yang mengarah ke bawah.
d. Coelenterata memiliki sistem saraf difusi atau menyebar yang berupa sel
sensoris, tetapi belum memiliki saraf pusat. Sel-sel sensoris tersebar di lapisan
epidermis dan gastrodermis.
1. Habitat
Hampir semua Coelenterata hidup di perairan, baik di air tawar maupun air laut.
Dari 10.000 spesies sebagian besar hidup di laut, dan beberapa jenis yang hidup di
air tawar seperti hydra dan jellyfish.
2.Sistem Pencernaan
Coelenterata belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Sistem
pencernaannya hanya terdiri dari mulut dan rongga usus atau sering disebut juga
rongga gastrovaskuler. Coelenterata tidak memiliki anus, sehingga sisa makanan
akan dikeluarkan melalui mulut. Proses pencernaan Coelenterata terjadi secara
intraseluler dan ekstraseluler. Flagel yang berada disekeliling mulutnya
berfungsiuntuk menangkap makanan. Coelenterata yang berbentuk polip bersifat
pasif, yang berarti hanya menunggu dan menangkap makanan yang datang
kepadanya.
l
3. Sistem Respirasi, Transportasi, dan Eksresi
Coelenterata belum memiliki alat atau organel yang berfungsi untuk respirasi,
transportasi, dan ekskresi. Sebagai gantinya, Coelenterata menggunakan
permukaan tubuh untuk respirasi dan ekskresi. Sedangkan untuk transportasi
menggunakan rongga gastrovaskuler. Jadi rongga gastrovaskuler memiliki fungsi
ganda, selain sebagai saluran pencernaan juga sebagai sistem transportasi.
3. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara seksual dan aseksual. Di mana
reproduksi sekseualnya terjadi pada stadium polip sedangkan reproduksi
aseksualnya terjadi pada stadium medusa. Pada stadium polip, perkembang
biakkannya dilakukan dengan cara pertunasan (budding), pembelahan atau
pencabikan telapak kaki. Pada perkembangbiakan ini, suatu tunas terjadi dari
dinding tubuh yang menonjol keluar diikuti perluasan rongga gastrovaskuler.
Berbeda dari stadium polip, pada stadium medusa sel telur atau sel sperma
sebagian besar dihasilkan dari sel interstisial yang mengelommpok sehingga
memnbentuk ovari atau testis.
-
C. KLASIFIKASI COELENTERATA
Daur hidup pada Obelia sp. memiliki pergiliran keturunan antara bentuk polip
dan medusa yang terjadi secara aseksual atau vegetatif dan seksual atau generatif.
Pada reproduksi vegetatif,yang terjadi adalah polip gonangium akan melepaskan
tunas menjadi medusa muda. Lalu setelah itu masuk ke reproduksi generatif yang
mana setelah dewasa medusa akan menghasilkan gamet. Untuk fertilisasi ovum
Obelia sp. membutuhkan sperma dari medusa yang berbeda walaupun Obelia sp.
berumah satu. Fertilisasi ini terjadi di luar tubuh yang mana zigot akan
berkembang menjadi planula. Lalu planula ini akan berenang untuk menemukan
tempat yang cocok yang kemudian dia akan menempel dan menetap menjadi polip
baru.55Daur Hidup Obelia sp.Daur hidup pada Obelia sp. memiliki pergiliran
keturunan antara bentuk polip dan medusa yang terjadi secara aseksual atau
vegetatif dan seksual atau generatif.
b. Gonionemus sp.
Gonionemus sp. hidup di dalam air pasang surut dan merupakan hidrozot
dengan bentuk medusa yang besar. Medusa pada kelas ini sama dengan medusa
pada Obelia sp. Gonionemus sp. banyak digunakan dalam praktikum lab karena
ukurannya dan berkarakteristik lengkap. Berbeda dari Hydra sp. dan Obelia sp.,
generasi polip Gonionemus sp., memiliki jumlah yang sedikit, bahkan sering kali
tidak ada generasi polip. Dalam hal ini, Gonionemus sp. berbeda dengan Hydra
sp., sebab Hydra sp. tidak ada stadium medusa, sedangkan pada Gonionemus
sp.sedikit (tidak ada) polip, dan dengan demikian Gonionemus sp. berkembang
biak secara seksual.Stadium medusa berukuran sebesar ubur-ubur, dengan velum
sempit. Pinggiran medusa halus, dimana gonad berada pada saluran radial.
2. Kelas Scyphozoa
Salah satu contoh spesies dari kelas Scyphozoa ialah Aurelia auritayang juga
dikenal sebagai “Moon Jellyfish”.
a. Karakteristik Aurelia aurita
Sistem pencernaan Aurelia aurita terdiri atas pencernaan intrasel dan ekstrasel.
Pada pencernaan ekstrasel, flagel akan menyapu zooplankton yangmelekat atau
terkumpul di bawah tubuh dan selanjutnya akan ditangkap oleh tangan mulut
untuk dimasukkan ke dalam mulut yang mana bulu-bulu getar yang berada pada
tangan mulut cukup selektif untuk memilih makanan. Setelah bahan makanan
dapat maka kemudian akan dimasukkan ke dalam rongga gastrovaskuler melalui
manbrium. Di dalam rongga tersebut, makanan yang belum mati akan
dilumpuhkan oleh nematokist, yang selanjutnya makanan akan dicerna dengan
bantuan enzim yag dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Berbeda pada pencernaaan
ekstrasel, pada pencernaan intrasel zat-zat makanan yang belum berubah bentuk
menjadi molekul-molekul sederhana akan dicerna lebih lanjut di dalam vakuola
makanan.
c. Sistem Pernafasan dan Ekskesi Aurelia aurita
3. Kelas Anthozoa
Anthozoa sering disebut juga sebagai anemon laut yang memiliki bentuk tubuh
seperti bunga sehingga disebut juga sebagai mawar laut. Seorang ahli bernama
Hickman (1967) membagi anemon laut menjadi tiga bagian, yaitu: oradisc(keping
mulut), co-lumn (badan), dan bae (pangkal/dasar). Sedangkan ahli lain yang
bernama Dunn (1981) membaginya ke dalam empat bagian, yaitu: keping mulut,
badan, pangkal, dan tentakel-tentakelnya.
sepanjang hidup Anthozoa hanya sebagai sesil atau bentuk polip yang
menempel di dasar perairan, Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa itulah yang
menyebabkan mengapa ia hanya hidup di dasar perairan. Anthozoa memiliki
bentuk tubuh berbentuk silinder pendek, dengan salah satu ujungnya yang bebas
terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Sifonoglipa merupakan gullet atau
kerongkongan yang bersekat yang fungsinya unttuk menghubungkan mulut dan
usus. Jenis Anthozoa yang terkenal adalah Metridium marginatum, Tubiphora
musica, Euplexaura antipathies (akar bahar), dan Pleurobranchia.
4. Kelas Ctenophora
Ctenophora memiliki arti mengandung sisir. Maksudnya adalah lempengan
berjumlah delapan yang memiliki bentuk seperti sisir dan tersusun oleh silia yang
menyatu. Contoh dari Ctenophora adalah ubur-ubur sisir. Ctenophora bergerak
dengan silia. Memiliki bentuk tubuh menyerupai medusa Cnidaria dan dilengkapi
dengan sepasang tentakel panjang yang mengandung koloblas (sel laso). Koloblas
merupakan sel-sel lengket yang memiliki fungsi membantu menangkap makanan.
Karakteristik Ctenophora
a. Simetri radial, dimana susunan saluran internal dan posisi tentakel terletak
antara kombinasi dua simetri.
b. Bentuk tubuh elipsoidal dan sperikal dengan delapan lempengan sisir di
permukaan eksternal tubuhnya.
c. Susunan tubuh terdiri atas lapisan dalam dan lapisan luar yang mana di antara
keduanya terdapat mesoglea. Lapisan mesoglea terdiri atas serabutserabut otot dan
sel-sel yang tersebar, oleh karena itu dapat dianggap triploblastik.
d. Tidak mempunya nematokist kecuali Euchiora rubra, tetapi memiliki sel adesiv.
e. Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, stomodeum, lambung, dan beberapa
jenis saluran.
f. Sistem saraf terdiri dari organ sensoris yang terletak di bagian aboral dengan
plexus sub epidermal yang tersusun masuk ke bagian bawah dari kedelapan
lempengan pasif
g. Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.
h. Reproduksi monoecious, gonad dibentuk oleh lapisan endodermal, yang
terletak di dinding saluran pencernaan makanan. Larvanya disebut kidippid.
i. Habitat Ctenophra berada di laut dan umumnya nampak di permukaan laut yang
dalam.
g. Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.
h. Reproduksi monoecious, gonad dibentuk oleh lapisan endodermal, yang
terletak di dinding saluran pencernaan makanan. Larvanya disebut kidippid.
i. Habitat Ctenophra berada di laut dan umumnya nampak di permukaan laut yang
dalam.
FILUM PLATYHELMINTHES
1. DEFINISI PLATYHELMINTHES
Fillum platyhelminthes termasuk kelompok hewan yang tidak memiliki tulang
belakang(invertebrata) pertama yang langsung dapat memperlihatkan
pembentukan lapisan dasar ketiga yaitu, mesodermis. Dengan adanya lapisan
mesodermis pada embrio inilah yang sangat membantu terbentuknya sebagian
besar sistem organ pada kelompok platyhelminthes ini dan pada
kelompokkelompok hewan lainnya. Dengan terbentuknya mesodermis dan sistem
organ yang dibantu dengan mesodermis, maka terjadilah keadaan simetri bilateral
dan akan terdapat dua daerah, yaitu anterior dan fosterior. Tubuh bagian anterior
adalah bagian tubuh yang pertama kali akan menghadapi lingkungan pada waktu
berjalan, mempunyai paling banyak alat indera dibandingkan bagian
fosterior.Fillum platyhelminthes merupakan salah satu fillum yang paling primitif
diantara semua fila invertebrata. Fillum platyhelminthes dapat mengalami
perubahan-perubahan bentuk, mulai dari bentuk planuloid yang diradial menjadi
bentuk bilateral yang kompleks. Kata Platyhelminthes sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Platy: Pipih dan Helminthes: Cacing. Pada umumnya tubuh cacing
ini berbentuk pipih dorso-pentral.Filum platyhelminthes ini sendiri memiliki 4
kelas, yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Namun, hanya
pada kelas Turbellaria saja yang bisa hidup dengan bebas, sedangkan pada ketiga
kelas yang lain mereka hidup sebagai parasit pada inang yang lainnya.
3. CIRI-CIRI PLATYHELMINTHES
3.1 Multiseluler
Platyhelminthes merupakan hewan multiseluler atau bersel banyak. Bahkan
seluruh sel-sel yang menyusun tubuhnya telah membentuk jaringan dan organnya
tersendiri.Oleh karena itu, platyhelminthes termasuk organisme yang telah
sendirinya memiliki organisasi tingkat organ, meskipun bentuk organ yang
dimiliki masih sangat sederhana.
3.2 Simetris Bilateral
Platyhelminthes termasuk hewan simetris bilateral. Sehingga bagian tubuhnya
bisa dibagi menjadi dua bagian yang sama besar, melalui garis sumbu tubuh.
3.3 Tribloblastik
Pada lapisan embrional platyhelminthes sendiri tersusun atas 3 lapis, yaitu
lapisan epidermis, lapisan mesodermis, dan lapisan endoderm. Di setiap lapisan
akan berkembang dan mengalami deferensiasi menjadi jaringan dan organ(tidak
dapat kembali kebentuk semula).
3.4 Habitat di Air
Sebagian besar platyhelminthes ini memang hidup sebagai parasit. Ada yang
berupa Ekoparasit dan Endoparasit, ekoparasit adalah parasit yang hidup dengan
cara menempel(menumpang) ditubuh bagian luar makhluk hidup lain. Sedangkan
endoparasit adalah parasit yang hidup didalam tubuh makhluk hidup lain.
Alat eksresi pada platyhelmintes ini biasa disebut el api. Disebut sel api karena
bentuk selnya seperti nyala pentol korek api. Sel-sel api terletak dibagian dorsal
dan disusun secara berderet. Sistem eksresi platyhelminthes dilengkapi oleh
saluran memanjang dan sel api sebagai pori atau lubang keluarnya pengganti anus.
c. Sistem Saraf
Sistem saraf platyhelminthes disebut sistem saraf tangga tali. Pada sistem saraf
ini sendiri terdiri atas sepasang ganglion otak dan serabut-serabut saraf. Ganglion
otak akan memanjang mulai dari bagian anterior sampai kebagian posterior.
Serabut-serabut saraf yang keluar dari ganglion otak akan saling berhubungan dan
membentuk seperti anak tangga.
d. Sistem Respirasi & Transparansi Belum Ada
Pada proses pertukaran oksigen dan karbondioksida pada Fillum
platyhelminthes dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh atau kulit,
karena belum memiliki alat respirasi yang khusus, mereka lebih sering berespirasi
melalui kulit tubuhnya yang lembab. Sama halnya dengan sistem transportasi,
karena belum memiliki alat transportasi yang khusus, maka proses pengangkutan
zat di dalam tubuh terjadi dari sel ke sel secara difusi.
e. Sistem Reproduksi
Platyhelminthes merupakan hewan yang menghasilkan 2 macam gamet. Alat
penghasil gamet betina adalah ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur.
Sedangkan alat penghasil gamet jantan adalah testis, pori genetalia dan penis.
4. KLASIFIKASI PLATYHELMINTHES
5.1 Kelas Turbelaria
Turbellaria artinya tongkat, jadi kebanyakan orang-orang lebih sering menyebut
cacing ini sendiri sebagai cacing tongkat. Golongan cacing pada kelas ini bergerak
dengan menggunakan otot dibantu dan oleh bulu-bulu getar yang terdapat pada
diseluruh permukaan tubuh. Contoh yang paling terkenal dari kelas ini adalah
Pseudobiceros bedfordi,Pseudoceros dimidiatus, dan Planaria. Planaria hidup
dengan temperatur 18-24C dan dengan ketinggian antara 500-1500m dpl. Tubuh
planaria juga tersusun dari beberapa bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian
cranial terdapat pada bagian kepala dan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai
fotoreseptor. Dan sepasang Aurikel yang terletak dibagian lateral tubuh bagian
cranial. Planaria juga merupakan jenis hewan tribloblastikaselomata dengan
tubuhpalanaria tersusun solid tanpa adanya coelo.
Semua ruangan yang terletak diantara organ viseral tersusun oleh mesenkim,
yang sekarang dikenal dengan sebutan parenkim. Penelitian mengenai reproduksi
planaria banyak dilakukan,tetapi organ reprosukdi planaria yang tinggal di peraian
di Gunung Slamat belum pernah di teliti sama sekali.Bentuk tubuh Turbellaria ini
pada umumnya lonjong bahkan hampir panjang, pipih dan tidak mempunyai ruas
sejati. Namun, ada kalanya pada bagian kepala turbellaria terdapat tonjolan,
berbentuk tentakel atau pelebaran sisi kepala, cacing ini juga disebut Aurikel.
Mempunyai warna tubuh yang biasanya hitam, coklat atau kelabu, tetapi beberapa
jenis lainnya berwarna merah dan ada juga beberapa pesies turbellaria tertentu
yang berwarna hijau disebabkan bersimbiosis dengan ganggang.
Kelas ini biasanya memiliki ukuran 0,5 mm-60 mm, tetapi umunya 10 mm.
Sebagian Turbellaria memilih habitat hidup didasar laut, pada pasir, lumpur,
dibawah batu karang dan ganggang. Namun ada juga spesies yang pelagis. Spesies
air tawar biasanya berada dekat substrat; jenis turbellaria yang besar hampir mirip
lintah kecil baik bentuk maupun warna tubuhnya, sedangkan yang mikroskiopis
atau yang kecil mempunyai bentuk, ukuran, dan tingkah laku separti Ciliata. Jenis
darat selalu terdapat ditempat lembab. Turbellaria pada umumnya, terutama jenis
Tricladida adalah fotonegatif, mereka lebih sering bersembunyi di bawah batu
atau sampah pada siang hari dan mencari makan pada malam hari. kebanyakan
dari mereka hidup di daerah topis. Lingkungan Tubelaria air tawar biasanya
terbatas, tetapi beberapa spesies dari genusyangdapat hidup pada lingkungan
dengan kandungan oksigen yang cukup rendah.
a.Sistem Pencernaan
Alat pencernaan turbellaria terdiri dari mulut yang letaknya berada dibagian
perut, dilengkapi faring yang bisa dijulurkan keluar. Dari mulut terdapat usus
yang bercabang tiga, dimana tiga cabang dari usus itu menuju ke tubuh bagian
samping dan yang satu menuju kebagian anterior.Enteron atau usus pada sisitem
pencernaan Turbellaria terdiri dari mulut, pharynx dan rongga gastrovaskuler.
Turbellaria tidak memiliki anus, dinding usus turbellaria hanya terdiri dari satu
lapisan sel yang terdiri atas beberapa sel phagocyte dan sel kelenjar. Pada
turbellaria kecil memiliki usus berbentuk kantung sederhana, berbeda dengan
jenis acoela yang tidak memiliki rongga usus yang tetap, tetapi sel-sel usunya
membentuk massa sinsitial. Pelebaran dan percabangan lateral dialami pada usus
jenis turbellaria yang lebih besar, dimana kegunaannya untuk memperluas
permukaan dinding usus dalam hal pencernaan dan penyerapan makanan, juga
sebagai imbalan atas ketiadaan sistem transportasi makanan(sistem pereedaran
darah).
b. Sistem Saraf & Alat Indera
Filum ini memilki jenis saraf yang berpariasi. Berbentuk jala saraf seperti pada
coelenterata, dan pada turbellaria air mulai tertata menjadi beberapa pasang
benang saraf. Turbellaria juga memiliki sepasang bintik mata, namun ada juga
yang memiliki dua pasang atau lebih bintik mata. Turbellaria juga memiliki sel
peraba dan sel chemoreceptor.
c. Sistem Eksresi
Hampir semua kelas Turbellaria memiliki saluran bercabang-cabang kecuali
pada Acoela. Tubuh mereka terdiri dari sebuah sel cekung seperti bola lampu, dan
didalamnya juga terdapat cilia. Tetapi juga membentuk beberapa saluran kapiler
dengan beberapa flame bulb. Didalam tubuh juga terdapat cairan tubuh dan sel
ameboid yang bebas. Juga terdapat rongga yang berisi cairan tubuh dan berfungsi
sebagai sistem organ yang sederhana untuk peredaran makanan, pertukaran gas
dan eksresi.
5.2 Kelas Trematoda
Trematoda merupakan salah satu dari beberapa kelas pada platyhelimthes.
trematoda sendiri sering disebut sebagai cacing daun, karena memang bentuk
tubuhnya hampir mirip seperti selembar daun. Tubuh trematoda dilapisioleh
sejenis kutikula tetapitidak bercilia. Trematoda memeliki beberapa organ
pencernaan yang terdiri dari mulut, faring dan esofagus yang bercabang dua serta
memiliki saluran pencernaan yang disebut gastrovaskuler. Pada bagian mulut
trematoda biasanya dilengkapi dengan alat penghisap dan kait yang juga berfungsi
untuk menghisap sari makanan dari usus inangnya. Terdapat dua esofagus
bercabang-cabang
jumlahnya sangat banyak, sehingga lebih menyerupai percambangan ranting jika
diperhatikan. Trematoda memiliki alat eksresi berupa sel api atau penyembuyang
diteruskan ke saluran eksresi yang memanjang kearah posterior, sedangkan sistem
saraf yang dimiliki oleh trematoda tidak berkembang dengan cukup baik. Cara
bereproduksi trematoda terjadi secara seksual dan bersifat hermaprodit. Cacing
dewasa akan bertelur disaluran empedu dan kantong empedu inangnya. Kemudian
seluruh telur-telur trematoda akan dibawa menuju ke usus halus dan usus besar
bersama cairan empedu. Setelah berada diusus besar, telur cacing trematoda akan
dikeluarkan bersama feses inangnya.
c. Habitat
Anelida ada yang hidup di lautan, di sebagian besar air tawar, dan di tanah
lembap. Bagi sebagian besar cacing tanah seperti Planapheretima, pekarangan
rumah dengan kondisi permukaan tanah yang lembap serta adanya aliran air yang
kecil merupakan tempat hidup yang paling disukai jenis cacing tanah ini.95
C. Sistem Pencernaan Anelida
Makanan Anelida berupa detritus, cairan hewan (darah vertebrata) dan ada pula
yang bersifat sebagai herbivora dan carnivora. Sistem pencernaan Anelida dimuali
dari mulut, faring, esophagus, empedal, usus, dan yang terakhir anus.
J. Peranan Anelida
Peranan Anelida ini cukup banyak, yang paling penting adalah menjaga
keseimbangan lingkungan karena Anelida menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Di Kanada Amerika, cacing tanah dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhikebutuhan sehari-hari, misalnya dipergunakan sebagai umpan ikan,
untuk karet tutup spesies, dan bahan baku pembuatan kosmetik karena minyak
hasil ekstraksi cacing tanah ini dapat digunakan sebagai pelembap. Selain itu,
cacing tanah digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok yaitu sebagai
ramuan penyembuh penyakit, antara lain dapat meredakan demam, untuk
penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus.Cacing laut juga berperan dalam indikator pencemaran
yaitu dengan dengan mengukur kepadatan, komposisi jenis, dan biomas dari
cacing laut. Dari penelitian bentos di Puget Sound, Amerika Serikat diketahui
pada saat ditangkap dengan Van Veen Grab cacing laut mendominasi dalam hal
jumlah individu dan jumlah jenis, yaitu berkisar antar 49% sampai 70% dari
jumlah hasil tangkapan. Cacing laut ini sangat sensitif dari pengauh luar. Ada
beberapa jenis cacing laut yang memperlihatkan tingkah laku yang menarik
seperti pada daerah buangan industri dan perairan yang tercemar, kepadatan
cacing laut akan tinggi, sedangkan pada perairan yang normal maka kepadatannya
akan rendah. Contoh cacing laut yang dijadikan indikator pencemaran yaitu
spesies Capitella capitata japanica di Teluk Orido-Shimizu Jepang dan
Paraprionapsis pinnata di temukan di Teluk Toko, Teluk ISe, Teluk Osaka, dan
Teluk Nakasumi.100
K. Klasifikasi Anelida
Filum Anelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta,dan
Hirudinae.
1. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani yaitu oglio yang berarti sedikit dan
chaita yang berarti rambut panjang diberi nama demikian karena sesuai dengan
karakteristik tubuhna yang memiliki setae yang relatif tersebar atau rambut kejur
yang terbuat dari kitin. Kelas cacing ini mencakup cacing tanah yang merupakan
salah satu perwakilan dari Anelida.101
- Tubuhnya cacing tanah terbagi menjadi ruang selom dan memiliki segmen di
bagian luar dan dalam tubuhnya. Lapisan luar tubuhnya adalah kutikula sekreta
protein. Selom ini berisi cairan yang ada di sepanjang tubuhnya.
- Sistem sirkulasi cacing tanah tertutup dan pertukaran gas dilakukan melalui
permukaan tubuh.kebutuhan sehari-hari, misalnya dipergunakan sebagai umpan
ikan, untuk karet tutup spesies, dan bahan baku pembuatan kosmetik karena
minyak hasil ekstraksi cacing tanah ini dapat digunakan sebagai pelembap.Selain
itu, cacing tanah digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok yaitu sebagai
ramuan penyembuh penyakit, antara lain dapat meredakan demam, untuk
penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus.
Cacing laut juga berperan dalam indikator pencemaran yaitu dengan dengan
mengukur kepadatan, komposisi jenis, dan biomas dari cacing laut. Dari
penelitian bentos di Puget Sound, Amerika Serikat diketahui pada saat ditangkap
dengan Van Veen Grab cacing laut mendominasi dalam hal jumlah individu dan
jumlah jenis, yaitu berkisar antar 49% sampai 70% dari jumlah hasil tangkapan.
Cacing laut ini sangat sensitif dari pengauh luar. Ada beberapa jenis cacing laut
yang memperlihatkan tingkah laku yang menarik seperti pada daerah buangan
industri dan perairan yang tercemar, kepadatan cacing laut akan tinggi, sedangkan
pada perairan yang normal maka kepadatannya akan rendah. Contoh cacing laut
yang dijadikan indikator pencemaran yaitu spesies Capitella capitata japanica di
Teluk Orido-Shimizu Jepang dan Paraprionapsis pinnata di temukan di Teluk
Toko, Teluk ISe, Teluk Osaka, dan Teluk Nakasumi.
K. Klasifikasi Anelida
Filum Anelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta, dan
Hirudinae.
1. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani yaitu oglio yang berarti sedikit dan
chaita yang berarti rambut panjang diberi nama demikian karena sesuai dengan
karakteristik tubuhna yang memiliki setae yang relatif tersebar atau rambut kejur
yang terbuat dari kitin. Kelas cacing ini mencakup cacing tanah yang merupakan
salah satu perwakilan dari Anelida.
-Tubuhnya cacing tanah terbagi menjadi ruang selom dan memiliki segmen di
bagian luar dan dalam tubuhnya. Lapisan luar tubuhnya adalah kutikula sekreta
protein. Selom ini berisi cairan yang ada di sepanjang tubuhnya.
- Sistem sirkulasi cacing tanah tertutup dan pertukaran gas dilakukan melalui
permukaan tubuh.
2. Kelas Polychaeta
Kata Polychaeta berasal dari kata poly yang berarti banyak dan chaetomyang
berarti rambut. Jadi Polychaeta berarti hewan yang mempunyai banyak rambut.
Menurut Fauhalid (1977), kelas Polychaeta dibagi menjadi 17 bangsa (ordo), 81
suku (familia) dan 1540 marga (genus). Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang
mikroskopik, yaitu 2-3 mm dan dapat mencapai centimeter juga. Tetapi ada salah
satu jenis cacing ini yang ukurannya mencapai 2 meter yaitu dari spesies Eunice
aphroditois.
Pada permukaan tubuhnya mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang
dilapisi kutikula sehingga tubuhnya akan licin dan kaku.
- Setiap segmen tubuhnya terdapat parapodia yang digunakan sebagai alat gerak
atau alat berenang.
- Polychaeta ini mempunyai kelamin yang terpisah atau diseus dan sebagian lagi
ada juga yang monoseus. Fertilisasi dilakukan di luar tubuh atau secara eksternal.
Telur yang nantinya telah dibuahi akan tumbuh menjadi larva yang disebut
trakofora.
- Jenis Polychaeta yang terkenal adalah cacing palolo (Eunice viridis) dan cacing
wawo (Lysidice oele). Jenis lain yang memiliki warna indah antara lain Serpula
vermicularis, Bispira sp, Spirobrancheus giganteus dan Myxlola infundibulum.
- Sistem pencernaan makanan cacing ini dengan menggunakan mulut, faring,
esophagus, usus, dan anus.
- Alat ekskresi berupa nepridium yang terdapat di dalam selom.
- Sistem peredaran darah Polychaeta dengan memompa darah ke bagian depan
oleh pembuluh darah dorsal, sedangkan pembuluh darah ventral akan mengalirkan
darah ke bagian belakang. Untuk menghubungkan kepada organ-organ lain
dilakukan oleh pembuluh darah lateral
.- Sebagian kelas Poychaeta hidup di laut. Mereka mengambang dan berenang di
antara plankton-plankon dan banyak merayah du dasar laut. Ada juga yang hidup
di dalam tabung, seperti spesies cacing kipas. Cacing kipas ini membangun
tabungnya sendiri dengan mancampurkan mucus dengan pasir dan cangkang-
cangkang kerang yang telah pecah
4. Kelas Hirudinea
- Bentuk tubuhnya pipih dan segmentasi di tubuhnya tidak terlalu jelas.
- Tubuhnya bagian luar terbagi-bagi menjadi annulus yang berarti cincincincin.
- Di bagian tubuhnya tidak terdapat setae, tentakel maupun parapodia.
- Terdapat selom yang berisi jaringan penghubung dan otot-otot.
- Cacing ini bersifat hemafrodit (monoesius).
- Cacing ini biasanya hidup di air tawar, air laut atau di tanah yang lembap
B. Pengertian Artropoda
Artropoda (filum Artropoda) merupakan hewan bilateral dengan selom
tereduksi. Hewan ini memiliki rangka luar dengan sendi yang keras, sistem
pencernaan dan sistem sirkulasi yang sempurna serta organ respirasi dan organ
ekskresi. Salah Satu kerabat Antrophoda, yaitu trilobit yang telah musnah.
Pembagian kelompok modern ialah chelicerata, crustacea, miriapod, dan
serangga. Artropoda menunjukkan berbagai macam species (kira-kira 900.000
spesies) dan terdapat banyak habitat berbeda yang sering dikatakan berjaya di
antara semua hewan. Artropoda dapat dikatakan sebagai ‘kaki bersendi
Pada umumnya arthropoda memiliki satu atau lebih pasang mata. Pada
serangga dan crustacea, mata merupakan mata majemuk dengan banyak lensa.
Kecuali pada chelicerata, kebanyakan arthropoda memiliki antena yang dapat
mendeteksi sentuhan dan larutan pada bahan kimia. Rangka tubuh banyak
arthropoda berubah selama siklus hidupnya. Individu sering melakukan
metamorphosis: jaringan mengalami remodelisasi atau ketika remaja menjadi
dewasa, tiap tahap terspesialisasi untuk fungsi tertentu.
C. Klasifikasi dan Karakteristik Artropoda
Pada saat evolusi berlangsung, tonjolan dari beberapa artropoda telah
mengalami modifikasi dan spesialisasiyang berfungsi untuk berbagai fungsi
seperti berjalan, makan, reseptor indra, reproduksi dan pertahanan. Bagian
tubuhartropoda ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton yang terbuat dari
lapisan-lapisan protein dan polisakarida yang disebut dengan kitin.Kutikula bisa
berbentuk tebal dan keras pada beberapa bagian tubuh bahkan dapat
berbentuksetipis kertas dan fleksibel di bagian-bagian yang lain. eksoskeleton
yang kakudapat melindungi hewan dan menyediakan titik perlekatan bagi otot-
otot yang mengerakkan tonjolan.
Tetapi itu juga berarti bahwa artropoda tidak bisa tumbuh tanpa sesekali
mengganti eksoskeletonnya dan menghasilkan eksoskeleton yang lebih besar.
proses pergantian eksoskeleton (molting) ini banyak membutuhkanenergi.
Artropoda yang sedang atau baru saja melakukan pergantieksoskeleton sangat
rawan terhadap predasi dan bahaya-bahaya lain sehingga eksoskeleton yang baru
dan lunak berubah menjadikeras. Pada saat pertama kali eksoskeleton
artropodadievolusikan di lautan, fungsi-fungsi utamanya adalah untuk melindungi
dan sebagai tempat perlekatan otot-otot sehingga menjadikan artropoda tertentu
mampu hidup didarat. Eksoskeleton yang relatif tidak tembus iar membantu
mencegah terjadinya desikasi, dan kekuatannya yang memberikan dukungan pada
saat artropoda tidak lagi hidup ketika mengapung di air. Artropoda mulai
berdiversifikasi didarat setelah kolonisasi daratan oleh tumbuhan pada awal
paleozoikum.Artropoda mempunyai organindra yang berkembang dengan baik,
diantaranya mata, reseptor-reseptor olfaktorius (penciuman), dan antena yang
berguna untuk menyentuh maupun mencium bau. Pada umumnya organ indra
terkonsentrasi pada ujung anterior hewan. Seperti pada kebanyakan moluska,
artropoda mempunyaisistem sirkulasi terbuka(open circulatory system)dengan
cairan yang sering disebut himolinfe (hemolymph)yang didorong oleh jantung
melalui arteri-arteri yang pendek dan kemudian menuju ke ruang-runag yang
disebut sinus yang terdapat disekeliling jaringan dan organ. (istilah darahpada
dasarnya digunakan untuk cairan dalam sistem sirkulasi tertutup.)
Hemolinfe masuk lagi ke dalam jantung artropoda melalui pori-pori yang
biasanya dilengkapii dengan katup. Sinus tubuh yang terisi oleh hemolinfe secara
kolektif di sebut hemosol(hemocoel), yang bukan bagian dari selom. Meskipun
artropoda merupakan selomata, pada kebanyakan spesies beriringan dengan
berlanjutnya perkembangan selom yang terbentuk didalam embrio menjadi sangat
tereduksi seiringdan hemosol pun menjadi rongga tubuh utama pada artropoda
dewasa. Berbagai organ telah terspesialisasi telah dievolusikan pada
artropoda.Organorgan ini memungkinkan bahwa terjadinya difusi gas-gas
pernapasan meskipun ada eksoskeleton.
Pada umunya spesies akuatik memiliki insang dengan penjuluran yang tipis
dan berbulu. Hal ini memungkinkan terjadinya kontak antara area permukaan
yang luas dengan air disekitarnya. Artropoda darat umumnya memiliki permukaan
internal yang terspesialisasi untuk pertukaran gas. Kebanyakan serangga memiliki
sistem trakea, yaitu saluran-saluiran udar a yang bercabang-cabangyang menuju
bagian interior dari pori-pori kutikula.Bukti morfologis dan molekular
mengatakan bahwa artropoda yang masih ada terdiri dari empat garis keturunan
utama yang berdivergensi sejak awal pada evolusi filum tersebut antara lain:
1. Keliseriforma
Keliseriforma (subfilum Cheliceriformes, dari kata Yunani cheilos, bibir, dan
cheir, lengan) Dinamakan demikian karena berdasarkan tonjolannya yanguntuk
menangkap makanan dengan bentuk mirip cakar, disebut kalisera(chelicerae) yang
berperan sebagai capit atau taring. Karakteristik kaliseriforma memiliki sebuah
sefalotoraks anterior dan sebuah abdomen posterior. Mereka tidak memiliki
antena, dan kebanyakan memiliki mata sederhana (mata dengan lensa tunggal).
Keliseriforma paling awal adalaheuripterid (eurypterid)atau kalajengking air.
Predator yang hidup di laut dan perairan air tawar ini tumbuh hingga panjangnya
3m; diduga bahwa beberapa spesies mungkin berjalan didarat, mirip dengan
kepiting masa kini, kebanyakankeliseriforma laut, termasuk semua euripterid telah
punah. Diantara kaliseriforma yang masih hidup hingga kini adalah laba-laba
(pignogonid) dan mimi.Karakteristik utama Keliseriforma: tubuh memiliki satu
atau dua bagian utama; enam pasang tonjolan (kelisera, pedipalpus, dan empat
pasang kaki untuk berjalan); sebagian besar hidup didarat atau di
laut.Contonya:mimi, laba-laba, kalajengking, caplak, tungau.
2. Myriapoda
Yang termasuk contoh dari myriapoda adalah kaki seribu dan lipan. Semua
miriapoda yang masih ada dibumi pada umunya hidup didarat. Bagian kepala
miriapoda memiliki sepasang antena dan tiga pasang tonjolan yang termodifikasi
sebagai mulut, termasuk mandibula (mandible) yang mirip rahang.Kaki seribu
(kelas Diplopoda) adalah hewan yang memiliki kaki dengan yang berjumlah
banyak, walaupun tidak seperti pada namanya. Pada setiap segmen tubuh
terbentuk dari dua pasang kaki. Daun dan bagian tumbuhan lain yang membusuk
merupakan makanan dari kaki seribu.Mereka diperkirakan salah satu hewan
paling awal di daratan, hidup dari memakan lumut dan tumbuhan primitive.
Berbeda dengan kaki seribu, lipan (kelas chilopoda) adalah hewan karnivor atau
yang memakan daging. Setiap segmen pada setiap daerah batang tubuh lipan
memiliki sepasang kaki. Lipan memiliki cakar yang beracun pada segmen tubuh
bagian depan yang dapat melumpuhkan mangsa serta membantu mempertahankan
diri.Karakteristik utama Myriapoda: kepala yang tampak jelas dengan antena dan
mulut pengunyah; teristrial; kaki seribu adalah herbivor dan memiliki dua pasang
kaki untuk berjalan di setiap segmen tubuh. Kaki seribu memakan daun dan
bagian tumbuhan lain yang membusuk, mereka mungkin merupakan salah satu
hewan paling awal didaratan, hidup dari memakan lumut dan tumbuhan vaskular
primitif; lipan adalah karnivor dan memiliki sepasang kaki untuk berjalan di
setiap segmen tubuh dan cakar beracun pada segmen tubuh paling depan yang
dapat melumpuhkan mangsa dan membantu memepertahankan diri.Contohnya:
kaki seribu dan lipan.
A. Pengertian Serangga
Serangga adalah salah satu kelompok hewan yang paling dominan di muka
bumi. Ratusan ribu jenis telah berhasil diidentifikasi, berjumlah sekitar tiga kali
dari jumlah seluruh hewan yang telah diketahui. Serangga dapat ditemukan di
tanah, air (tawar, payau, dan sejumlah kecil di laut), serta udara. Beberapa
serangga yang hidup memakan daun, mengebor batang tanaman, dan hidup di
dalam tubuh hewan lain.
Boror dkk. (1992), menduga jumlah total jenis serangga dapat mencapai tiga
puluh juta jenis. Manusia sudah sejak lama berjuang melawan serangga yang
sering kali bertindak sebagai pengganggu, penular penyakit, maupun pemakan
tanaman pertanian, kehutanan dan perkebunan . Walaupun demikian, hingga saat
ini manusia tidak mampu melenyapkan satu jenis serangga. Dengan segala daya
upayanya, manusia hanya mampu mengendalikan serangga sampai batas yang
tidak merugikan. Masyarakat sering kali beranggapan bahwa semua serangga
adalah perusak yang harus diberantas, walaupun jenis serangga yang
menguntungkan jauh lebih banyak.
Sebagai contoh, banyak hasil pertanian yang terbantu oleh aktivitas serangga
penyerbuk, ada pula serangga yang menghasilkan sutera, madu, lak, lilin, obat-
obatan, serta berperan besar proses daur ulang sampah organik. Manusia juga
memanfaatkan serangga dari kelompok parasitoid dan predator untuk mengatasi
serangga hama. Serangga yang memiliki masa hidup singkat, jumlah keturunan
besar, serta struktur tubuh dan fisiologi yang unik, menjadikannya sebagai obyek
penting dalam penelitian pada bidang biologi, kedokteran, mekanik, bahkan robot.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan modern yang dimiliki oleh
manusia sedikit banyak berhutang pada serangga.
Serangga ada yang meng:untungkan bagi manusia tetapi ada juga yang
merugikan. Serangga yang menguntungkan bagi manusia, bilamana serangga
tersebut menghasilkan suatu bahan!zat yang berguna bagi manusia seperti
serangga penghasil madu. sheriac dan sutra. Selain itu serangga yang membantu
penyerbukan bunga-bungaan dan serangga yang menjadi musuh alami (parasitoid)
bagi hama tanaman pertanian juga termasuk dalam serangga yang inenguntungkan
bagi manusia. Serangga menjadi merugikan bagi manusia bila serangga tersebut
menjadi hama pada tanaman pertanirui sehingga populasinya hams dikendalikan
agar tidak merugikan secara ekonomis. Selain itu serangga juga dapat menjadi
musuh bagi manusia manakala serangga tersebut menularkan/membawa bibit
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia seperti lalat tse-tse
membawa bibit penyakit tidur, nyamuk Aedes agepty meuyebabkan penyakit
demam berdarah dengue.
Serangga memiliki variasi makanan dan cara makan yang berbeda antar jenis.
Kebanyakan serangga memakan tumbuhan atau disebut phytophagus atau
herbivor. Hampir seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat
dimakan oleh berbagai jenis serangga. Ribuan serangga juga dapat memakan
hewan lain atau disebut dengan karnivor atau predator. Beberapa serangga dapat
memangsa serangga jenis lainnya, disebut sebagai serangga predator, atau hidup
sebagai parasit pada serangga lainnya, yang dikenal sebagai parasitoid. Banyak
serangga memakan darah hewan vertebrata, seperti nyamuk, kutu, dan tungau.
Dalam hal mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serangga memiliki
cara yang sangat menarik dan efektif. Banyak serangga dapat mengelabui
musuhnya dengan berpura-pura mati, yaitu dengan menjatuhkan diri dan tidak
bergerak atau membentuk posisi tertentu sehingga terlihat mati. Ada juga
serangga yang mengubah warna tubuh maupun sayapnya, mengeluarkan senyawa
kimia sebagai alat pertahanan yang menimbulkan bau tidak sedap atau beracun
bagi musuhnya. Salah satu alat pertahanan serangga yang paling dikenal adalah
sengat yang terdapat pada lebah, tawon, dan beberapa jenis semut. Organ ini
biasanya merupakan modifikasi dari alat ovipositor yang berguna bagi serangga
betina untuk meletakkan telurnya. Organ ini terletak di bagian posterior pada
ujung perut.
Karakteristik Serangga
Dari sekitar 5-10 juta jenis serangga yang diperkirakan hidup di muka bumi,
diduga tidak sampai 1% darinya berinteraksi secara langsung maupun tidak
langsung dengan manusia. Manusia mendapatkan keuntungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan keberadaan serangga. Tanpa adanya serangga,
kelangsungan kehidupan manusia tidak dapat terjadi. Contoh yang paling nyata
adalah penyerbukan. Albert Einstein pernah berkata bahwa “manusia tidak dapat
bertahan hidup lebih dari satu bulan bila tidak ada serangga-serangga yang
menyerbuki tumbuhan”. Pernyataan Einstein ini ada benarnya, karena membantu
penyerbukan lebih dari 67% dari total tumbuhan berbunga yang ada (Kearns &
Inouye, 1997), baik secara langsung maupun tidak langsung yang menghasilkan
lebih dari 80% produk makanan yang dikonsumsi oleh manusia.
MORFOLOGI SERANGGA
Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan
abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata
majemuk dan mata tunggal. Pada bagian torak, ditemukan tungkai tiga pasang dan
spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membrane timpani, spirakel,
dan alat kelamin. Pada bagian depan apabila dilihat dari samping dapat ditentukan
letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata
tunggal, postgena, dan antena.
1) Kepala (Caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala
terdapat antena, mata majemuk, mata tunggal (osellus), dan alat mulut.
Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu Hypognatus
(vertikal) apabila alat mulutnya menghadap ke bawah dan segemen-segmen
kepala ada didalam posisi yang sama dengan tungkai, contohnya adalah Belalang,
Prognatus (horisontal) apabila alat mulutnya menghadap ke depan dan biasanya
serangga ini aktif mengejar mangsa, contohnya adalah Kumbang, dan
Ephistognatus (oblique) apabila alat mulutnya menghadap ke belakang dan
terletak di antara sela-sela pasangan tungaki, contoh serangga adalah semua
serangga ordo Hemiptera.
2) Antena
Serangga mempunyai sepasang atena yang terletak pada kepala dan biasanya
tampak seperti „benang‟ memanjang. Antena merupakan organ penerima
rangsangan, seperti bau, rasa, raba, dan panas. Pada dasarnya, antena serangga
terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar dinamakan scape. Scape ini masuk ke dalam
daerah yang menyelaput pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas
berikutnya secara keseluruhan dinamakan flagela (tunggal=flagelum) Bentuk
antena serangga sangat bervariasi berdasarkan jenis dan stadiumnya.
3) Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yatiu mata tunggal dan mata
majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus (jamak=oselli).Mata tunggal dapat
dijumpai pada larva, nimfa maupun pada serangg dewasa, mata ini berfungsi
sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Mata majemuk dijumpai pada serangga
dewasa biasanya berjumlah sepasang, dengan letak pada masing-masing sisi
kepala dan posisinya sedikit menonjol ke luar, sehingga mata majemuk ini mampu
menampung semua pandangan dari berbagai arah, mata majemuk ini berfungsi
sebagai pendeteksi warna dan bentuk.
4) Alat mulut
Bagian-bagian mulut serangga secara umum terdiri atas; sebuah labrum,
sepasang mandibel, sepasang maksila dan sebuah labium serta hipofaring. Ada
beberapa tipe alat mulut serangga, yaitu: penggigit-pengunyah, penggigit-
pengisap, penusuk-pengisap, pemarut-pengisap, pengait-pengisap, pencecap-
pengisap, dan pengisap.
5) Toraks
Toraks merupakan bagian (tagma) kedua dari tubuh serangga yang
dihubungkan dengan kepala oleh semacam leher yang disebut serviks. Toraks
terdiri dari tiga ruas (segmen) yaitu, protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Torak
juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak
terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura
tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum.
6) Tungkai/kaki
Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain
sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama
disebut koksa (coxa), merupakan bagian melekat langsung pada toraks. Ruas
kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih pendek daripada koksa dan
sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur, merupakan ruas
yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut tibia, biasanya lebih ramping
tetapi kira-kira sama panjangnya dengan femur. Pada ujung tibia ini biasanya
terdapat duri-duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus. Tarsus ini biasanya terdiri
atas 1-5 ruas. Di ujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari
sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw.
Bentuk kaki serangga dewasa juga sangat bervariasi berdasarkan pada
fungsinya. Kaki yang digunakan untuk meloncat disebut saltatorial, menggali
disebut fosorial, berlari disebut kursorial, berjalan disebut gresorial, menangkap
mangsa disebut raptorial, dan berenang disebut natatorial.
7) Sayap
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian mesotoraks dan metatoraks.
Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin
tipis. Bagian-bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut
pembuluh sayap atau rangka sayap. Pembuluh atau rangka sayap memanjang
disebut rangka sayap membujur dan yang melintang disebut rangka sayap
melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka
disebut sel. Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga yang tidak bersayap
digolongkan ke dalam subkelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki
sayap digolongkan kedalam subkelas Pterygota.
8) Abdomen
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen
dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau
sternum adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit.
Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin
serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, di mana segmen-segmen ini
mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan telur.
KLASIFIKASI SERANGGA
Dunia hewan terbagi menjadi 14 fila, dengan dasar tingkat kekomplekan dan
mungkin urutan evolusinya. Karena itu fila hewan disusun dari filum yang
terendah ke filum yang tertinggi. Pada klasifikasi biologi yang resmi, kelompok –
kelompok demikian disebut taksa (tunggal, takson). Taksa ini disusun oleh pola
hirarki, kategori dan tingkatan yang paling umum dipakai dalam system
klasifikasi zoology adalah sebagai berikut.
Kingdom ,Filum, Sub filum, Super Kelas, Kelas, Sub Kelas, Cohort, Ordo, Sub
Ordo,Super Famili, Famili, Sub Famili, Suku (Tribe), Genus,Sub Genus, Spesies,
Sub Spesies.
Sedang kategori – kategori yang lazim digunakan adalah Filum, Kelas, Ordo,
Famili, Genus dan Spesies, dan kadang – kadang cukup dengan Ordo, Famili,
Genus dan Spesies.
Pembagian ordo ke famili menurut Borror dkk adalah sebagai berikut, Ordo
Protura (3 famili), Diplura (3), Thysanura (4), Collembola (5), Ephemeroptera
(15), Odonata (10), Orthoptera (16), Isoptera (4), Plecoptera (10), Dermaptera (4),
Embioptera (3), Psocoptera (11), 21Ibid., h. 125-126. 24 Zoraptera (1),
Mallophaga (6), Anoplura (3), Thysanoptera (5), Hemiptera (38), Homoptera (32),
Neuroptera (15), Coleoptera (124), Strepsiptera (4), Mecoptera (4), Trichoptera
(17), Lepidoptera (77), Diptera (104), Siphonaptera (9) dan Hymenoptera (71).
6. Ordo Thysanura
Thysanura berasal dari kata Thysan memiliki arti bulu dan ura yang berarti
ekor. Ordo Thysanura memiliki tubuh berbentuk pipih, panjang, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh sisik dan tidak
memiliki sayap. Pada bagian ujung posterior abdomen terdapat tiga ekor yang
ramping dan memiliki type mulut pengunyah (Lilies, 1991). Pada bagian
mulutnya terdapat mandibulat dan masing-masing madibel mempunyai dua
tempat artikulasi dengan kapsula kepala, memiliki mata majameuk yang kecil dan
sangat lebar terpisah. Tarsi mempunyai tiga sampai lima ruas, abdomennya terdiri
dari sebelas ruas (Borror, 1996).
7. Ordo Collembola
Collembola berasal dari kata Coll yang memiliki arti lem dan embola yang
berarti bedesakan. Ordo Collembola tubuhnya kecil, bewarna hitam, beruas 22
nampak merapat dan saling berlekatan satu sama lain, tidak memiliki sayap, ciri
utama dalam mengidentifikasi yaitu memilik antena pendek yang terdiri dari enam
ruas, abdomen terdiri kurang lebih 6 ruas dan mempunyai ekor seperti pegas yang
berfungsi untuk melompat (Lilies, 1991).
8. Ordo Odonata
Odonata memiliki arti bergigi, sehingga memiliki tipe alat mulut penggigit
pengunyah (Lilies,1994). Insekta ini merupakan salah satu serangga yang
berukuran besar, memiliki warna-warna yang sangat indah dan sebagian besar
hidupnya dihabiskan untuk terbang. Odonata memiliki ciri-ciri dua pasang sayap
berbentuk memanjang, bermata majemuk yang memiliki ukuran besar hampir
memenuhi sebagian kepala, toraks memiliki ukuran yang relatif kecil, sungut
relatif sangat kecil seperti rambut, abdomen pada odonata berbentuk memanjang
dan langsing (Borror, 1996). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu pada sayap
panjang dan bentukan sayap depan dan belakang, memiliki antena pendek seperti
bulu keras ada juga yang memiliki antena yang panjang dan ramping , abdomen
berbentuk panjang dan ramping (Lilies,1994).
9. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata Ortho yang berarti lurus dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ordo Orthoptera memiliki karakteristik yaitu memiliki sungut
tipe filiform, tipe mulut pengunyah, memiliki tungkai yang panjang dengan
terdapat satu sampai lima segmen pada bagian tarsusnya, serta tungkai depan
diadaptasi untuk menggali atau memegang makanan, sedangkan pada tungkai
belakang ukurannya besar dan diadaptasi untuk melompat. Sayapnya memiliki
banyak pembuluh dan dengan sayap depannya yang biasanya menyempit dan
menebal/mengeras yang disebut dengan tegmen, sedangkan sayap belakang lebar,
seperti selaput yang biasanya digunakan untuk terbang, dan pada ujung
abdomennya terdapat cerci yang biasanya pendek. Ordo Orthoptera terbagi
menjadi beberapa famili yaitu, Tetrigidae, Gryllotalpidae, Acrididae, Gryllidae,
Tettigonidae, Mantidae, Phasmidae, dan Blattidae (Elzinga, 1978). Ciri utama
dalam mengidentifikasi yaitu pada sayap memiliki sayap depan dan sayap
belakang yang lebih pendek, antena terdapat ruas lebih dari 12 dan kaki femur
yang membesar berfungsi untuk melompat dengan ukuran lebih dari 5mm
(Lilies,1991).
SERANGGA BERGUNA
Beberapa peneliti, seperti Taylor dan Carter (1976), DeFoliart (1992, 1999),
dan Berenbaum (1995) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
popularitas dari serangga sebagai sumber makanan pengganti karena
dibandingkan dengan hewan ternak pedaging umumnya, serangga memiliki
efisiensi tinggi dalam mengonsumsi tumbuhan menjadi daging yang memiliki
nilai nutrisi tinggi. Akan tetapi, usaha ini tidak berhasil seiring dengan
meningkatnya pengaruh barat pada daerahdaerah miskin sehingga mengubah pola
makan dari masyarakat setempat. Hal ini selanjutnya dapat memunculkan
konsumsi serangga yang mungkin dapat menimbulkan masalah nutrisi (DeFoliart,
1999) selain perubahan fungsi lahan dengan penambahan jumlah lahan yang
digunakan untuk peternakan bagi pemenuhan kebutuhan protein.
Metode atau teknik yang umum digunakan untuk mengendalikan populasi dari
serangga-serangga ini adalah dengan teknik fumigasi. Berbeda dengan
penggunaan insektisida, pada fumigasi digunakan adalah gas tertentu, yang
bertujuan untuk membunuh serangga hama. Umumnya gas yang digunakan adalah
sebagai berikut. a. Methyl Bromide (CH3Br) yang sejak 2005 tidak disarankan
kembali karena diduga bertanggung jawab dalam perluasan lubang ozon. b.
Nitrogen (N2). c. Phospine (PH3). d. Karbon dioksida (CO2).
Pada ternak, serangga juga dapat hidup sebagai parasit sehingga menyebabkan
iritasi. Kerusakan jaringan tubuh dapat menyebabkan kematian. Beberapa
serangga juga dapat menjadi parasit ganda, seperti pada berbagai jenis kutu atau
tungau sebagai ektoparasit pada mamalia dan burung, dengan memakan bulu,
rambut, dan kulit bagian luar tubuh lainnya. Selain itu, lalat Tabanidae yang
dikenal dengan nama “screwworm fly” yang dapat “mengebor” kulit hewan
ternak (seperti sapi, kuda, dan ayam) untuk meletakkan telurnya, kemudian telur
berkembang menjadi larva di dalam tubuh hewan dan memakan jaringan tubuh
hewan tersebut untuk perkembangan hidupnya.
a. Malaria
Di antara penyakit yang ditularkan oleh serangga, malaria merupakan
pembunuh utama dari manusia. Penyakit ini umum ditemukan di negara tropis dan
diyakini penyakit pembunuh manusia nomor satu di beberapa negara tersebut
(Gambar 1.8). Penyebab utama dari penyakit ini adalah anggota dari protozoa
Plasmodium, yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Protozoa ini memanfaatkan
tubuh manusia dalam siklus hidupnya dan dalam prosesnya merusak sel-sel darah
merah manusia. Gejala dari penyakit ini adalah demam dan kedinginan yang
berkepanjangan yang selanjutnya menurunkan kondisi tubuh dan dapat
menyebabkan kematian.
Ada tiga jenis Plasmodium yang menyerang manusia, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum (80% penyakit malaria di tropis disebabkan oleh
Plasmodium ini dan menyebabkan kematian 90% manusia), dan Plasmodium
malariae yang sangat jarang ditemukan. Plasmodium membutuhkan manusia
dalam proses pembentukan sel-sel gamet jantan dan betinanya yang berfungsi
dalam perkembangbiakan seksual. Proses pembentukan gamet ini dimulai pada
saat sporozoit (yang merupakan salah satu tahapan hidup dari Plasmodium) yang
terdapat pada air liur nyamuk terjangkit malaria, kemudian masuk ke dalam sel-
sel parenkim hati manusia (umumnya hanya dalam waktu 40 menit sejak nyamuk
menghisap darah). Setelah beberapa saat, sporozoit berkembang menjadi schizont
yang bertanggung jawab dalam pembentukan merozoit. Merozoit selanjutnya
memasuki sel-sel darah merah dan berkembang menjadi tropozoit yang
berkembang menjadi schizont dan memulai kembali siklus ini. Siklus ini
berlangsung di darah manusia dan umumnya selama 24-72 jam.
Virus demam berdarah sendiri memperbanyak diri di sel-sel epitel dari usus
tengah nyamuk, selanjutnya bergerak dengan bantuan sel-sel darah nyamuk
menuju ke kelenjar ludah. Virus ini selanjutnya memperbanyak diri di sel-sel
kelenjar ludah dan ditularkan bersama air ludah pada saat nyamuk menghisap
darah manusia. Masa inkubasi virus pada tubuh nyamuk berlangsung sekitar 10
hari dan 4-7 hari di dalam tubuh manusia. Hal yang menyebabkan penyakit
demam berdarah menjadi penyakit yang sukar ditangani dengan tingkat penularan
yang tinggi adalah tingginya kontak nyamuk Aedes aegypti dengan manusia.
Tingginya kontak nyamuk ini dengan manusia karena tidak seperti nyamuk lain
yang menggunakan karbohidrat dari tumbuhan sebagai sumber energi dan darah
sebagai nutrisi untuk pembentukan telur.
Penurunan pada sistem pertahanan ini merupakan salah satu faktor penting
karena pada umumnya serangga hama merupakan serangga-serangga asli daerah
tersebut. Sebagai contoh penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
hanya 57 dari 148 serangga hama utama pada sistem pertanian daerah tersebut
yang berasal dari luar (Pimentel, 1993). Hal yang sama juga ditunjukkan pada
serangga-serangga hama di Eropa, di mana hanya 20% merupakan jenis dari luar
Eropa (Pimentel, 1991b).
Di Afrika dan Asia, pembukaan lahan dengan teknik yang sangat murah, yaitu
"tebang bakar" telah meningkatkan epidemi penyakit malaria. Nyamuk Anopheles
tidak hanya menggigit dan menularkan Plasmodium ke hewan, tetapi juga ke
manusia. Permasalahan dengan serangga vektor penyakit juga menjadi meningkat,
dengan meningkatnya urbanisasi. Pembukaan lahan baru untuk berbagai
keperluan turut berperan dalam meningkatkan penularan penyakit. Berbagai
macam pendekatan untuk mengatasi serangga hama telah dikembangkan dari
tahun ke tahun. Sejak tahun 1940-an hingga 1960-an, pengendalian serangga
hama sering kali diterjemahkan sebagai pembasmian hama. Saat itu "alat"
pengendali yang sangat terkenal adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh
serangga atau insektisida.
Pada saat itu, efek samping dari penggunaan insektisida, seperti residu
insektisida di lingkungan (tanah, air, udara, dan rantai makanan) dan ikut
terbunuhnya organisme bukan sasaran (parasit/parasitoid, predator, musuh alami
lainnya, serangga berguna), bahaya bahan kimia tersebut terhadap resistensi
serangga hama dan munculnya hama sekunder, belum banyak diperhatikan.
Kajian penting yang banyak mengubah penggunaan insektisida adalah kajian
terhadap rantai makanan yang menemukan peningkatan residu insektisida DDT
(chlorinat hidrokarbon) sejalan dengan meningkatnya tingkatan trofik pada rantai
makanan. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah biomagnifikasi. Sebagai
contoh adalah peningkatan residu insektisida yang ditemukan di daerah perairan.
Residu DDT yang ditemukan pada ikan yang memangsa plankton jauh lebih
besar dibandingkan residu pada plankton tersebut. Peningkatan residu ini terus
terjadi sampai tingkat trofik tertinggi, yaitu pada burung pemangsa ikan.
Penemuan fenomena biomagnifikasi ini melahirkan pendekatan pengelolaan hama
yang dikenal sebagai Pengelolaan Hama Terpadu (PHT atau Integrated Pest
Management). Pada konsep ini pengelolaan hama tidak hanya terbatas pada
serangga hama saja, melainkan juga pada organisme hama lain, seperti tungau,
nematoda, mikroba, virus patogen tanaman, tikus, dan babi hutan, termasuk juga
gulma. Tujuan utama dari pendekatan tersebut adalah "mengurangi kehilangan
hasil panen" dengan cara yang efektif, ekonomis, dan ekologis. Banyak yang
beranggapan bahwa pengelolaan hama sama dengan perlindungan tanaman, suatu
pendekatan yang lebih difokuskan pada suatu objek daripada terhadap hama itu
sendiri. Walaupun demikian pengelolaan.
Serangga selain memakan tumbuhan juga ada yang berperan sebagai vektor
penyakit. Misalnya penyakit virus tungro padi ditularkan oleh wereng hijau yaitu
Nephotetix impicticeps dan Nephotetix apicalis. Serangga ini dapat menularkan
virus apabila minimum selama 30 menit mengambil pakan pada tanaman padi
yang sakit dan makan pada tanaman yang akan ditularinya minimum selama 15
menit. Jenis serangga lainnya yang menjadi vektor penyakit seperti Diaphorina
citri sebagai vektor penyakit CVPD tanaman jeruk, serangga Bemisia tabaci (kutu
kebul tembakau dan kapas) dikenal sebagai vektor dari banyak penyakit tanaman
(Sodiq 2009).
Pertanian dan hama merupakan dua sisi penting yang tidak terpisahkan
dalam upaya manusia untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki tingkat
kesejahteraannya. Pesatnya perkembangan pertanian biasanya diikuti dengan
berkembangnya populasi hama. Diperkirakan lebih dari 30% kerugian dari usaha
pertanian disebabkan oleh gangguan hama, kondisi tersebut mulai terjadi sejak
tahun 1940-an bersamaan dengan dimulainya era penggunaan produk-produk
kimia untuk pengendalian hama (Hill 1997). Dalam usaha pemenuhan pangan
satu satunya cara adalah dengan mengupayakan pertanian yang bagus. Hingga
saat ini, belum ada ilmu dan teknologi yang mampu menyintesis bahan pangan
dalam arti sesungguhnya.
Peningkatan jumlah manusia maka akan meningkat pula bahan pangan yang
diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka kegiatan pertanian harus
lebih intensif dengan skala yang lebih besar. Pertanian skala besar juga
memerlukan komoditas unggul yang seragam agar pengelolaannya lebih efisien.
Selain itu cara lain menggunakan bioteknologi dan kultur jaringan memungkinkan
para pemulian tanaman menghasilkan tanaman dengan kualitas unggul sehingga
produksi massal pertanian lebih dimungkinkan. Namun disisi lain, hambatan
dalam pertanian adalah adanya hama dan penyakit tanaman. Kemungkinan terjadi
outbreak populasi hama dan penyakit tanaman sangat rawan terjadi. Terdapat
beberapa kelompok hewan yang berperan sebagai hama, namun yang paling
merugikan usaha pertanian pada umumnya adalah golongan serangga.
Madu adalah nektar tumbuhan yang diisap oleh lebah pekerja, yang telah
diubah sehingga kandungan airnya tinggal 18%. Warna, aroma, dan rasa madu
berbeda tergantung dari jenis tumbuhan sumber nectar. Royal jelly yang terkenal
sebagai makanan kesehatan kini banyak digunakan sebagai salah satu unsur dalam
formulasi multivitamin karena royal jelly tersebut dihasilkan oleh kelenjar pekerja
lebah madu muda (umur 4-10 hari). Royal jelly khusus diberikan sebagai
makanan larva calon ratu lebah.
Produksi royal jelly sangat sedikit, oleh karena itu harganya sangat mahal
dibandingkan dengan harga madu. Malam (Jawa) atau lilin lebah berasal dari
penutup sel sisir lebah, banyak dimanfaatkan untuk industri. Sebagai contoh
dalam industry kain batik dan juga industry kosmetika sebagai bahan dasar
lipstick dank rim kecantikan. Bisa lebah madu yang diproduksi dalam kelenjar
sengat lebah digunakan dalam pengobatan penyakit misalnya untuk obat alergi
dan rematik.
Sutera
Budidaya persuteraan alam merupakan kegiatan industri agronomi yang
memiliki tahap kerja yang cukup panjang, mulai dari penanaman tumbuhan
murbei (Morus sp.), pembibitan ulat sutra, pemeliharaan, pemrosesan kokon,
pemintalan dan penenunan. Teknologi yang diterapkan dalam usaha persuteraan
relatif sederhana sehingga dapat dilakukan sebagai usaha sambilan, dan juga
sebagai sumber pendapatan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan daya guna sumber daya alam hutan dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian masyarakat desa (Nursita 2010). Ulatsutera (Bombyx
mori L.) merupakan salah satu jenis serangga dari Ordo Lepidoptera. Serangga ini
bernilai ekonomis sangat tinggi bagi manusia, karena di akhir fase larvanya dapat
membentuk kokon dari serat sutera. Sutera ini merupakan bahan baku industri
tekstil, benang bedah, parasut dan berbagai keperluan lainnya.
Keistimewaan serat sutera sampai saat ini belum bisa terkalahkan oleh serat
sutera buatan (Nuraeni & Putranto 2010). Walaupun iklim Indonesia cocok untuk
budidaya ulat sutra, tetapi kenyataan belum banyak daerah yang
mengusahakannya. Dari awal diperkenalkannya sampai sekarang sentra produksi
serat sutra Indonesia tampaknya masih belum bertambah, baik dalam
pemeliharaan maupun penanganan kokonnya. Peternakan ulat sutera di Indonesia
terdapat di beberapa tempat antara lain di Sulawesi Selatan dan Tasikmalaya
(Jawa Barat).
Sirlak
Sampai saat ini produksi sirlak banyak di luar Indonesia. Sirlak berasal dari
sekresi serangga lak, Laccifer lacca yang merupakan serangga sisik yang terdapat
pada pohon Ficus, pohon beringin, dan tumbuhan-tumbuhan lain di India, Birma,
Indo Cina, Taiwan, Srilanka, dan kepulauan Filipina. Serangga ini membentuk
kerak setebal 6 sampai 13 mm pada dahan tumbuhan inang. Dahan atau ranting
yang mengandung kerak kemudian dikumpulkan dan digerus dan dijadikan
bentuk lempengan (Johnson & Triplehorn 2005). Sirlak tersebut kemudian
dikirimkan ke industri pemrosesan di tempat sirlak dibuat. Kutu lak pada umunya
hidup dalam koloni pada cabang dan ranting pohon inangnya.
Sebagian besar serangga kaya akan protein (40-60 persen) dan lemak (10-15
persen). Serangga dewasa kadang-kadang membutuhkan penghilangan kulit
kerasnya sebelum dapat digoreng atau disangrai. Larva serangga baik dalam
bentuk serangga muda maupun ulat (sering disebut caterpillar) dapat langsung
dimasak, atau ditambahkan ke dalam saus atau rebusan makanan (daging dan
sayur/buah).
Serangga-Serangga Entomofagus
Banyak jenis serangga adalah pemangsa atau parasitoid dari jenis serangga lain
termasuk serangga hama pertanian dan kehutanan. Parasitisme dan predatisme
dalam kehidupan serangga telah diketahui kurang lebih sejak Prosiding Seminar
Nasional Perhimpunan Entomologi Malang, 1-2 Oktober 2015 9 setengah abad
lalu dan telah banyak dipelajari. Sebagai hasilnya adalah pemanfaatan serangga
predator dan parasitoid dalam pengendalian hayati serangga hama pertanian dan
kehutanan. Demikian pula serangga fitofag yang spesifik memakan satu jenis
gulma dapat digunakan untuk pengendalian hayati gulma tersebut. Beberapa jenis
gulma eksotik di Indonesia telah diupayakan dikendalikan secara hayati dengan
serangga eksotik dari daerah asal gulma. Seperti contoh enceng gondok
dikendalikan dengan kumbang moncong Neochetina spp. Yang berasal dari
Amerika Selatan. Walaupun sampai saat ini hasilnya belum cukup memuaskan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta
klasifikasi hewan. Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain
melingkupi biologi molekular, anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan,
biologi evolusioner, ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari
ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar abad ke16. Invertebrata adalah
“hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal
yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem
bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah invertebrata. Dapat
disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan yang tidak bertulang belakang.
B. Saran
1. Dimohon kritik dan sarannya kepada ibuk atau teman-teman apabila ada
kekurang didalam makalah yang saya buat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina Diah. 2004. Biologi SMA Kelas 1. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Artikelsiana. 2015. Coelenterata Pengertian Ciri Klasifikasi Peranan. (Online).
https://www.artikelsiana.com/2015/07/coelenterata-pengertianciri-klasifikasi-
peranan.html. (Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 11:17)
Artikelsiana. 2015. Pengertian Arthropoda, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi dan
Peranan. (Online).
https://www.artikelsiana.com/2015/07/arthropoda-pengertian-ciriklasifikasi-
reproduksi-peranan.html. (Diakses pada tanggal 25 November 2019, pukul 00:32)
Fahmi. 2018. Klasifikasi Hewan Invertebrata Filum Porifera. (Online)
http://fahmistkip98.blogspot.com/2018/05/makalah-
invertebratafilumporifera.html?m=1(Diakses pada 20 September 2019, Pukul
19:42)
Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Erlangga. Jakarta.
Man Abdurrahman. 2017. Makalah Coelenterata.
(Online).http://manabdurrahman.blogspot.com/2017/03/makalahcoelenterata.html
.(Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 10:10)
MediaPembelajaranBiologi.(online).
http://bioregulera.blogspot.com/2011/11/hirudinea.html. (Diakses pada tanggal 22
Oktober 2019, pukul16:43).
Error! Hyperlink reference not valid. (2007). BIOLOGI SMA Jilid 1 untuk Kelas
X Berdasarkan Standar Isi 2006. Jakarta: Penerbit Erlangga. ISBN : 979-781-726-
1.
Rusyana Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung :
Alfabeta
Sari Rahma.2016. Makalah: Annelida.(online)
http://rahmahsari37.blogspot.com/2016/08/makalah.annelida.html. (Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2019, pukul 16:56).
Taufan. 2014. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Klasifikasi Arthropoda. (Online).
http://taufan-web.blogspot.com/2014/04/pengertian-ciri-ciri-danklasifikasi.html.
(Diakses pada tanggal 25 November 2019, pukul 00:37)
Ting N Arif.2014.Filum Annelida.(online).
http://ariefnugrahaha.blogspot.com/p/biologi.html. (Diakses pada tanggal 22
Oktober 2019, pukul 16:46).
Zonasiswa. 2014. Mengenal Coelenterata Hewan Berongga.
(Online).https://www.zonasiswa.com/2014/06/mengenalcoelenterata hewan-
berongga.html. (Diakses pada tanggal 24 september 2019, pukul 13:10)