TUMBUHAN
TIM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH KARANTINA TUMBUHAN
KONTRAK KULIAH
• Mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu dengan maksimal
keterlambatan 10 menit.
• Mahasiswa harus berpenampilan rapi (menggunakan kemeja dan sepatu),
tidak berbicara dengan rekannya di kelas, dan tidak mengganggu
jalannya perkuliahan.
• Mahasiswa tidak diperkenankan menerima panggilan handphone di
dalam kelas.
Produk pertanian yang wajib dilaporkan dan / atau diperiksakan di karantina pertanian
adalah media pembawa hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) serta benda lain yang dapat membawa masuk
dan / atau menyebarkan HPHK dan OPTK, diantaranya adalah :
• Hewan, yaitu : semua binatang yang hidup di darat, baik dipelihara maupun yang
hidup secara liar, termasuk hewan yang dilindungi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• Bahan asal hewan, yaitu : bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah lebih
lanjut, termasuk daging, susu, telur, bulu, tanduk, kuku, kulit, tulang dan mani
• Hasil bahan asal hewan, yaitu : bahan asal hewan yang telah diolah (kulit yang
disamak setengah proses, tepung tulang, tepung darah, tepung bulu, usus, organ-organ,
kelenjar, jaringan serta cairan tubuh hewan.
• Tumbuhan yaitu : semua jenis sumber daya alam hayati nabati dalam keadaan hidup
atau mati, baik belum diolah maupun telah diolah termasuk tumbuhan yang dilindungi,
kecuali rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae)
Dalam kondisi seperti apa produk pertanian
(komoditas wajib periksa karantina pertanian)
tersebut harus dilaporkan ke karantina?
Komoditas wajib periksa karantina yang harus
dilaporkan dan diperiksakan ke petugas karantina
pertanian bila hendak dilalulintaskan antar area dan
/ atau antar negara baik dengan alat angkut pesawat
udara maupun kapal laut.
Mengapa harus dikarantinakan, apa tujuannya?
Tahun 1966 dalam reorganisasi dinas karantina tumbuhan tidak lagi ditampung
dalam organisasi Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) yang merupakan
penjelmaan LPHT.
Kemudian Karantina menjadi salah satu Bagian di dalam Biro Hubungan Luar
Negeri Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Pada tahun 1969, status organisasi karantina tumbuhan diubah kembali dengan
ditetapkannya Direktorat Karntina Tumbuh-tumbuhan yang secara operasional
berada dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif di bawah Sekretariat
Jenderal.
Dengan status Direktorat tersebut, status organisasi karantina tumbuhan
meningkat dari eselon III menjadi eselon II.
Tahun 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan No. 861
tahun 1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang notabene baru diisi
karatina tumbuhan ex Direktorat Karantina Tumbuhan), mempunyai rentang
kendali manajemen yang luas.
Pusat Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari 5 Balai (eselon III), 14
Stasiun (eselon IV), 38 Pos (eselon V)dan 105 Wilayah Kerja (non
struktural)yang tersebar diseluruh Indonesia.
Pada tahun 1983 Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan
Litbang Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional
langsung di bawah Menteri Pertanian .
Namun kali ini kedua unsur karantina (hewan dan tumbuhan) benar-benar
diintegrasikan.
a. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
b. Keputusan Presiden No. 2 Tahun 1977 tentang Ratifikasi Amandemen International Plant Protection Convention.
c. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan
d. Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertanian.
e. Peraturan Menteri Pertanian No.341/Kpts./OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian.
f. Peraturan Menteri Pertanian No.37/Kpts/HK.310/4/2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Tindakan
Karantina Tumbuhan Tertentu oleh Pihak Ketiga.
g. Keputusan Menteri Pertanian No. 499/Kpts./ OT.210/8/ 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Stasiun
Karantina Tumbuhan.
h. Keputusan Menteri Pertanian No. 618/Kpts/OT. 140/12/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Karantina Tumbuhan.
i. Keputusan Menteri Pertanian No. 680/Kpts./ OT.140/11/ 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Pertanian No. 618/Kpts./ OT. 140/12/2003 Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Karantina Tumbuhan.
j. Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan
Daerah Sebarnya.
k. Keputusan Menteri Pertanian No. 264/Kpts/OT.140/4/2006 tentang Penetapan Focal Point Organisasi Perlindungan
Tumbuhan Nasional (National Plant Protection Organization)
DAERAH SEBARAN ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN (OPT) DI
INDONESIA
2016
Menurut Sudiono, 2013
Menurut Sudiono, 2013
PENYEBARAN HAMA BARU PADA JAGUNG
• Sejak pertama sekali ditemukan di Sumatera Barat pada bulan Maret 2019
sampai bulan April 2020, serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda pada
jagung sudah menyebar di 32 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Palembang, Lampung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat. Penyebaran ulat grayak yang sangat cepat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ngengat mempunyai kemampuan terbang
yang jauh, terbawa melalui alat transportasi dan keadaan iklim yang sesuai
PENYEBARAN HAMA BARU PADA JAGUNG
Menurut
Triwahyu dan
Suryaminasih
, 2009
Menurut Manti
2004 dalam
Prosiding Seminar
Nasional
Hortikultura