Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN KARANTINA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir


Kepaniteraan Klinik Madya SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat di RSUD
Jayapura

Oleh :
Fajriah Ramadhani
0120840092

Pembimbing : dr. Guy Yana Emma Come, MPH

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
KESEHATAN KARANTINA

1. DEFINISI
Karantina adalah kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari
sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit atau bagasi, kontainer,
alat angkut, serta komoditi yang mempunyai risiko menimbulkan penyakit
pada manusia.
Kesehatan karantina adalah tindakan karantina dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit serta faktor risiko gangguan
kesehatan dari dan atau keluar negeri, serta dari suatu area ke area lain dari
dalam negeri melalui pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat.

2. SEJARAH KARANTINA
Kata Karantina (Quarantine) berasal dan kata
“Quadraginta/Quarantum (bahasa Latin) atau Quaranta (bahasa Italia)” yang
artinya adalah 40, zaman dahulu semua orang yang menderita diisolasi
selama 40 hari. Sekitar 60 juta orang penduduk dunia meninggal akibat
wabah penyakit “Pes” (Black Death) pada tahun 1348. Tahun 1348-1359
telah menyebabkan kematian sekitar 30% dari penduduk Eropa pada waktu
itu. Saat itu Pelabuhan Venesia yang adalah pelabuhan terbesar di Eropa
berusaha melakukan upaya “Karantina” dengan cara mencegah atau menolak
masuknya kapal yang datang dari daerah terjangkit penyakit “Pes” dan juga
terhadap kapal yang dicurigai terjangkit atau membawa penyakit “Pes”.
Pada tahun 1377 di kota Rogusa dibuat suatu peraturan bahwa
penumpang dari daerah terjangkit penyakit “Pes” harus tinggal di suatu
tempat diluar pelabuhan selama kurang lebih 1-2 bulan (40 hari) supaya
bebas dari penyakit. Itulah sejarah suatu tindakan karantina dalam bentuk
isolasi yang pertama kali dilakukan terhadap manusia.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.425/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman penyelenggaraan karantina
kesehatan di kantor kesehatan pelabuhan, upaya kesehatan karantina adalah
segala kegiatan di Pelabuhan untuk mencegah tersebarnya penyakit karantina
dan atau faktor risiko ganggguan kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Dalam hal ini, petugas karantina kesehatan adalah pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan upaya kesehatan
karantina dan atau tindakan penyehatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan
karantina untuk menentukan keadaan sehat atau terjangkitnya seseorang,
pelabuhan, bagasi, kontainer, alat angkut atau barang bawaan lainnnya.

3. TUJUAN KESEHATAN KARANTINA


- Tujuan umum dari kesehatan karantina adalah terlakasananya kegiatan
kekarantinaan kesehatan di pelabuhan.
- Tujuan khusus dari kesehatan karantina, meliputi :
a. Tersusunnya pengorganisasian karantina kesehatan
b. Teridentifikasinya faktor risiko penyakit karantina di pelabuhan
c. Terlaksananya pengawasan, pemeriksaan kekarantinaan, dan dokumen
kesehatan kapal/pesawat
d. Tersusunnya indikator kegiatan kekarantinaan
e. Terlaksananya investigasi KLB
f. Terlaksananya jejaring kerja dan kemitraan kekarantinaan
g. Teridentifikasinya kebutuhan sumber daya
h. Tersusunnya sistem pelaporan kekarantinaan
i. Terlaksananya pengawasan dokumen orang sakit dan jenazah.

4. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARANTINA DAN


PENYAKIT MENULAR POTENSIAL WABAH
1. Ruang lingkup dalam penyelenggaraan identifikasi faktor risiko penyakit
karantina dan penyakit menular potensial wabah, meliputi alat angkut
(kapal laut, pesawat) dan muatannya (termasuk kontainer), manusia
(ABK/Crew, penumpang) dan lingkungan pelabuhan/bandara.
2. Jenis-jenis faktor risiko penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah, meliputi virus, bakteri, dan protozoa yang menginfeksi
penumpang maupun crew kapal/pesawat, serta vektor yang menjadi
perantara penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah.
3. Kegiatan Identifikasi Penyakit Karantina dan Penyakit Menular Potensial
Wabah
a. Identifikasi pada alat angkut
Alat angkut atau kapal yang singgah/berlabuh dalam waktu pendek
atau panjang perlu diwaspadai sebagai faktor risiko timbulnya
penyakit menular potensial wabah, seperti SARS, Flu Burung,
Influenza A. Pengawasan terhadap kapal dapat dilakukan setelah
kapal sandar di pelabuhan dengan memperhatikan hal-hal tersebut
dibawah ini antar lain :
1. Pelabuhan singgah terakhir, dengan tujuan untuk memastikan
adanya wabah/KLB penyakit menular di wilayah tersebut
(affected area)
2. Asal kapal, dengan tujuan untuk menentukan riwayat perjalanan
yang pernah dilakukan.
b. Identifikasi pada penumpang
Penumpang kapal meliputi awak kapal dan orang yang diantar dari
pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan dengan menggunakan alat
angkut/kapal. Penumpang merupakan faktor risiko yang paling rentan
untuk terjadinya suatu penyakit menular potensial wabah. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Ada tidaknya penumpang kapal yang sedang sakit
2. Ada tidaknya penumpang kapal yang menderita penyakit menular.
3. Jumlah penumpang kapal yang sedang sakit menular
4. Ada tidaknya penumpang yang berasal dari wilayah terjangkit
suatu penyakit menular.
c. Identifikasi pada barang
Barang yang dibawa penumpang maupun awak kapal yang diletakkan
dalam kabin maupun di bagasikan juga bisa menjadi faktor risiko
munculnya penyakit menular potensial wabah.
d. Identifikasi di lingkungan pelabuhan/bandara
Media lingkungan (air, tanah, udara, biota) dengan segala komponen
dan sifatnya merupakan faktor risiko yang harus dikendalikan.
Adapun kegiatan identifikasi di lingkungan yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Ada vektor di lingkungan pelabuhan yang menjadi perantara
penular penyakit.
2. Ada tidaknya pencemaran udara, air dan tanah yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Hygiene dan sanitasi makanan minuman yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Karantina


Kesehatan Di Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai