PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas
barang, orang dan alat transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Seiring dengan meningkatnya arus pariwisata, perdagangan, migrasi dan
teknologi maka kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui alat
transportasi semakin besar. Penularan penyakit dapat disebabkan oleh
binatang maupun vektor pembawa penyakit yang terbawa oleh alat
transportasi maupun oleh vektor yang telah ada di pelabuhan laut atau
udara. Serangga yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat,
pinjal, kecoa, dan tungau (Christoper,2009).
Aspek penularan penyakit yang berupa serangga/vektor penular
penyakit, baik yang dibawa melalui alat angkut kapal yang datang dari luar
Indonesia maupun sebaliknya, sesuai peraturan Perundang-Undangan
Kesehatan Nasional, semua alat angkut harus bebas dari vektor, maka
pemeriksaan kesehatan di kapal mutlak diperlukan, mengingat kapal dapat
membawa vektor penyakit. Dalam rangka melindungi negara dari
penularan dan penyebaran penyakit oleh vektor yang terbawa oleh alat
angkut, dan barang bawaan yang masuk melalui pintu masuk negara, maka
setiap Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu melakukan
pengendalian vektor (Depkes RI, 2008)
Permenkes No 356/MENKES/PER/IV/2008 dan telah diperbaharui
dengan Permenkes Nomor 2348/Menkes/Per/XI/2011 yang menyatakan
bahwa KantorKesehatan Pelabuhan adalah unit pelaksana teknis Ditjen PP
dan PL Depkes RI, yang mempunyai tugas pokok untuk mencegah masuk
dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilan epidemologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak risiko lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,
kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja pelabuhan. bandara dan
pos lintas batas datar Negara
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan tersebut, Kantor Kesehatan
Pelabuhan Samarinda mempunyai 6 wilayah kerja, yaitu Bandara
APT.Pranoto , Pelabuhan laut Tanjung Santan, Pelabuhan Lhok Tuan,
Pelabuhan Tanjung Laut, Pelabuhan laut Sangatta dan Pelabuhan laut
Sangkulirang.
Kegiatan magang mandiri merupakan salah rangkaian pelaksanaan
kerja institusional yang diselenggarakan di Dinas Kesehatan, Puskesmas
atau institusi pemerintahan yang berkaitan dengan masalah Kesehatan
Lingkungan dengan harapan setelah lulus mampu melaksanakan tugas
dalam hal melaksanakan kegiatan pengawasan kesehatan lingkungan.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Magang ini adalah untuk mengetahui
Kegiatan-kegiatan yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Samarinda serta melatih diri untuk memperoleh pengalaman nyata
tentang pekerjaan di KKP
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami tugas pokok dan fungsi KKP Kelas II
Samarinda
b. Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan surveilans
berbagai penyakit menular antar daerah/pulau dan antar negara
c. Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan
investigasi kapal
d. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Melakukan Pengendalian Vektor
khususnya di Pelabuhan dan Identifikasi Vektor .
e. Mengetahui Bagaimana Melakukan Pengambilan Sampel Air di
kapal dan Pemeriksanya di Lab.
f. Mengetahui Bagaimana Melakukan Sanitasi Pada Kapal
Penumpang.
g. Mengetahui Bagaimana Melakukan Foging dan Larvasida/Abatisasi
h. Mengetahui Bagaimana Melakukan Pengisian Dokumen
SSCEC/SSCC dan PHC.
C. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai
kegiatan di bidang Pengendalian Resiko Lingkungan ( PRL ),
Pengendalian Karantina dan Surveilans & Epidemiologi ( PKSE ), dan
Upaya Kesehatan Serta Lintas Wilayah ( UKLW) di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Samarinda ( KKP ).
2. Bagi Pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda
Membantu dalam melaksanakan beberapa program kerja yang ada
di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda.
3. Bagi Akademik
Untuk Mempromosikan Tenaga Kesehatan Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur di masyarakat luas dan
membina hubungan antara Akademik dengan instansi terkait ( KKP
Samarinda ).
4. Bagi Masyarakat
Mengupayakan masyarakat terhindar dari penyakit Karantina dan
penyakit menular yang berpotensi wabah, baik yang masuk atau keluar
melalui pelabuhan maupun bandara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desinfektan
Pada tahun 1850, desinfektan sudah dipakai dengan menggunakan
metode klorinasi. Selama itu hipoklorit digunakan sebagai desinfektan
sebelum adanya penelitian. Pada tahun 1912, penggunaan klorin sebagai
desinfektan, penambahannya dilakukan secara sembarangan atau tidak
sesuai dengan dosis yang tepat sehingga malah mengakibatkan penyakit.
Penyakit yang terjadi seperti typhus, infeksi hepatitis dan juga bisa karena
protozoa. Dari sini maka Persatuan Negara melakukan penelitian dan
menghasilkan kesimpulan bahwa penambahan desinfektan harus melalui
perhitungan (Sawyer, C.N., et al, 2003).
Desinfektan umumnya diperoleh dari bahan kimia, bahan fisika,
mekanik dan radiasi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah klorin
dimana unsur ion-ionnya terdapat dalam senyawa kaporit. Desinfektan
dari bahan fisika dapat berasal dari cahaya matahari. Radiasi ultraviolet
sangat berguna dalam sterilisasi kualitas kecil pada air karena dapat
membunuh molekul dari organik dan juga organisme. Desinfeksi secara
mekanik mengutamakan kebersihan dari air kolam renang. Sedangkan
desinfeksi secara radiasi menggunakan sinar gamma pada cara sterilisasi
(Tchobanoglous, G, 1991).
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid),
terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% -
90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di
rumah tangga, laboratorium, dan rumah sakit (Shaffer, 1965; Larson,
2013).
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat
untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum
luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur,
dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat
korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau
yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan,
dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang
digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi
populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan,
temperatur, dan lingkungan sekitar (Pratiwi, 2008). sehingga merusak
membran sel, mendenaturasi protein, dan menghambat enzim. Pada kadar
optimal, senyawa ammonium kuartener menyebabkan sel mengalami lisis
sedangkan pada kadar yang lebih tinggi, terjadi denaturasi protein enzim
bakteri (Siswandono, 1995; Stevens, 2011).
B. Penggunaan Desinfektan
Hingga saat ini semakin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk
membunuh mikroorganisme, akan tetapi belum ada yang efektif dan
efisien.Karena belum ada bahan kimia yang efektif dan efisien yang dapat
di gunakan untuk berbagai macam keperluan, maka pilihan jatuh pada
bahan kimia yang mampu membunuh mikroorganisme dalam waktu
singkat dan tidak merusak bahan yang di infeksi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada disinfektan yaitu sifat mikrosidial ( membunuh
mikroorganisme), Sifat mikrostatik ( menghambat pertumbuhan jasad
renik), Kecepatan membunuh, Aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut
dalam air dan stabil dalam larutan. ( Srikandi, 1992 ).
BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
4. Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja di wilayah kerja berbeda-beda, ada wilayah kerja yang
berada di pusat kota, di kawasan perusahaan, dan ada pula yang berada di daerah yang
cukup jauh dari pusat kota. Berdasarkan Peraturan Menkes RI Nomor
2348/Menkes/Per/XI/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Menkes RI Nomor
356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kementerian KEsehatan, KKP
Kelas II Samarinda mempunyai wilayah kerja:
a. Kantor Induk
Kantor induk yang meliputi Pelabuhan Samarinda, Palaran, Pendingin,
Salikidan Muara Berau di Kutai Kartanegara.
b. Wilayah Kerja Temindung/ Wilayah Kerja Bandara Internasional APT. Pranoto
Wilayah Kerja Bandara Temindung merupakan wilayah kerja KKP Kelas II
Samarinda satu-satunya yang berupa bandar udara, yaitu berlokasi di Kota
Samarinda. Bandara Internasional APT Pranoto terletak di Sungai Siring,
Samarinda Utara.
c. Wilayah Kerja Tanjung Santan
Wilker Pelabuhan Laut Tanjung Santan berlokasi di Kabupaten Kutai
Kartanegara mengawasi Pelabuhan Khusus PT. Pertamina Hulu Kalimantan Timur.
d. Wilayah Kerja Lhok Tuan
Wilker Pelabuhan Lhok Tuan berlokasi di Kota Bontang, meliputi Pelabuhan
Khusus Pupuk Kaltim dan Pelabuhan Umum Lhok Tuan.
e. Wilayah Kerja Tanjung Laut
Wilker Pelabuhan Tanjung Laut di Bontang meliputi Pelabuhan Umum
Tanjung Laut, Pelabuhan Khusus PT. Indominco dan Pelabuhan Khusus Pertamina
Bontang.
1. S2Kesehatan 8 - - - - - - 8
2. S2 Umum 2 - - - - - - 2
3. Dokter Umum 3 - - 1 - 1 - 5
4. S1 Kesmas 14 1 - 1 2 3 1 22
5. S1 Ekonomi 2 - - - - - - 2
DIV
6. - - 1 - 1 - - 2
Keperawatan
7. DIII Kesling - 1 - 1 2 - 1 5
DIII
8. 6 - - - 1 - - 7
Keperawatan
9. DIII Farmasi 1 - - - - - - 1
DIII Analis
10. 1 - - - - - - 1
Kesehatan
13. DI Umum - - 1 - - - - 1
SMEA/SMK/
14. 1 - - - - - - 1
SMA/SPK
Jumlah 41 2 2 3 6 4 2 60
Pada Tahun 2019 terdapat penambahan pegawai non PNS sebanyak orang yaitu
tenaga Pengemudi, Satpam dan Cleaning Service sehingga jumlah tenaga pegawai non
PNS menjadi 27 orang. Distribusi tenaga honorer berdasarkan pendidikan sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Pegawai Honorer KKP Kelas II Samarinda Berdasarkan
Jenis Pendidikan Tahun 2019.
No Jenis Unit Kerja/Wilayah Kerja Jumlah
Pendidikan
IDK APT TST TL LTN SGT SKL
1. S1 Kesmas - - - - - - - -
2. S1 Umum 7 - - - - - - 7
DIII
3. - 3 - 1 - 1 1 6
Keperawatan
4. DIII Akutansi 1 - - - - - - 1
DIII Analis
5. 1 - - - - - - 1
Kesehatan
SMEA/SMK/
6. 9 1 - 1 - - - 11
SMA
7. SD 1 - - - - - - 1
Jumlah 19 4 - 2 - 1 1 27
1. Struktural 5
Total 59