PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelabuhan laut dan udara merupakan gerbang lalu-lintas barang,
orang dan alat transportasi, baik dari dalam juga luar negeri. Terkai
dengan perdagangan arus, dan teknologi kemudian pindah ke penularan
penyakit melalui transportasi besar. Penularan penyakit dapat ditularkan
oleh hewan yang juga vektor pembawa penyakit yang terbawa oleh alat
transportasi maupun vektor yang telah ada dipelabuhan laut atau udara.
Serangga yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, pinjal, lalat,
kecoa, dan tungau.
Aspek penularan penyakit yang mengandung serangga/vektor
penular penyakit, baik yang dibawa melalui alat angkut kapal yang datang
dari luar indonesia atau sebaliknya, sesuai peraturan perundang-
undangan Kesehatan Nasional, semua alat angkut harus bebas dari
vektor, maka periksa kesehatan dikapal yang diperlukan, agar kapal dapat
membawa vektor penyakit. Dalam rangka melindungi negara dari
penularan dan penyebaran penyakit oleh vektor yang terbawa oleh alat
angkut, dan barang lintas yang masuk melalui pintu masuk negara, maka
setiap Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu menghubungkan
vektor.
Guna mengantisipasi ancaman penyakit global seperti penyakit
New Emerging Infectious Disseases, Emerging Disseases, Re Emerging
Disseases (penyakit karantina) serta masalah kesehatan lainnya yang
merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia disebabkan
oleh lalu lintas alat angkut yang masuk melalui pelabuhan, maka Kantor
Kesehatan Pelabuhan dituntut mampu melaksanakan dekontaminasi serta
upaya pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat angkut yang
digunakan.
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan kondisi pelabuhan yang bebas dari penularan
1.2.Tujuan
1.Tujuan Umum
Mahasis!a memperoleh pengalaman nyata tentang pekerjaan di KKP
Kelas III Jambi
2.Tujuan Khusus
a) Mahasiswa memahami tugas pokok dan fungsi KKP Kelas III Jambi
BAB II
10 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
- Tidak menyilaukan mata.
- Terdapat pencahayaan buatan pada malam hari.
f. Langit-langit
- Tinggi langit-langit minimal 2,75 m dari lantai..
- Tidak menjadi sarang tikus.
- Tidak terdapat sarang laba-laba.
- Cat berwarna terang
- Tidak terdapat lubang/ dalam keadaan utuh.
g. Pintu
- Rapat serangga.
- Rapat tikus.
- Terbuat dari bahan yang kuat.
- Berfungsi dengan baik.
- Mudah dibersihkan.
h. Tempat Sampah
- Terdapat tempat sampah pada setiap ruangan penghasil sampah.
- Kedap air dan permukaan rata.
- Tempat sampah tertutup.
- Terbuat dari bahan anti karat.
- Tidak menjadi sarang vektor.
i. Penjamah Makanan
- Tidak berpenyakit kulit, mata, ISPA, dan penyakit menular lainnya.
- Menggunakan APD ketika mengolah makanan.
- Berperilaku bersih dan sehat.
j. Bahan Makanan
- Berasal dari sumber resmi.
- Dalam kondisi baik atau segar.
- Disimpan di tempat atau wadah yang bersih.
- Tertata rapi sesuai dengan jenisnya.
11 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
- Suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan
k. Makanan Jadi
- Makanan tidak ditempatkan pada wadah yang terbuat dari bahan
atau logam berat.
- Ditempatkan dalam wadah yang tertutup.
- Di letakkan pada tempat yang bersih atau tidak kotor.
- Bebas dari gangguan serangga.
- Dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.
l. Peralatan
- Dalam keadaan bersih.
- Dalam keadaan utuh / tidak gopel / retak.
- Disimpan pada tempat yang bebas pencemaran.
- Bersih dan tertata rapi sesuai dengan jenisnya.
m. Rak Makanan
- Kuat dan kokoh.
- Berupa rak-rak yang tersusun rapi.
- Batas rak dengan lantai minimal 30 cm.
- Batas antara rak dengan atap minimal 50 cm.
- Makanan disusun dengan rapi sesuai jenisnya.
- Bebas dari serangga dan tikus.
2.5. Fogging
1. Definisi Dan Bentuk Fogging
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD
(Demam Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi
penularan DBD melalui penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus
DBD yang bertujuan memutus rantai penularan penyakit. Sasaran fogging
adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat dilalui mobil di
desa endemis tinggi.
12 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa maupun
larva. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara
penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda
yang tergantung seperti kelambu pada kain tergantung. Fogging
dilaksanakan dalam bentuk yaitu :
a. Fogging Fokus adalah pemberantasan nyamuk DBD dengan cara
pengasapan terfokus pada daerah tempat ditemukannya tersangka /
penderita DBD.
b. Fogging Massal adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan
menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.
13 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Dalam melakukan fogging, arah angin harus diperhatikan.
Kecepatan akan berpengaruh terhadap pengasapan di luar ruangan.
Untuk diluar ruangan space spray berkisar 1-4 m/detik atau sekitar
3,6-15 km/jam. Angin diperlukan untuk membawa asap masuk
kedalam celah-celah bangunan, namun jika terlalu kencang maka
asap akan cepat hilang terbawa angin. Pengasapan harus berjalan
mundur melawan arah angin sehingga asap tidak menganai petugas
fogging.
c. Suhu
Suhu adalah keadaan udara yang akan mempengaruhi
pengasapan. Pengasapan diluar ruangan pada waktu tengah hari
atau pada suhu tinggi akan sia-sia karena asap akan menyebar
keatas, bukan kesamping sehingga pengasapan tidak maksimal.
Oleh sebab itu fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore
hari.
d. Waktu
Waktu fogging harus disesuaikan dengan puncak aktivitas
nyamuk Aedes aegypti yang aktif mencari mangsa pada pagi hari
sekitar pukul 07.00-10.00, dan sore hari sekitar pukul 14.00-17.00.
14 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar
Bagian-bagian Foggig
15 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini
kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan
nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang
umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal
pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata
telanjang.
Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif
pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk
betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan
memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini
menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau
merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki
mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk
jenis ini.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1
bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat
menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang
cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat
memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh,
populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan
nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah.
Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-
nyamuk.
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat,
diperlukan survei yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei
perangkap telur (ovitrap). Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan
dengan menggunakan 2 metode ,yakni ;
16 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap
tempat-tempat yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk
selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap
tempat genangan air tanpa mengambil larvanya. Setelah dilakukan survei
dengan metodedi atas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai
berikut:
a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa.
17 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tabel 1 Larva Index
Density figure House Index Container Index Breteau Index
(DF) (HI) (CI) (BI)
1 1–3 1–2 1–4
2 4–7 3–5 5–9
3 8 – 17 6–9 10 – 19
4 18 – 28 10 -1 4 20 – 34
5 29 – 37 15 – 20 35 -49
6 38 – 49 21 – 27 50 – 74
7 50 -59 28 – 31 75 – 99
KeteranganTabel :
Cara Survei :
1) Melakukan pengamatan langsung di container tempat genangan
air di dalam ataupun di luar ruangan.
18 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2) Jika ditemukan jentik nyamuk di ditulis di form yang disediakan
dan jika tidak ditemukan juga ditulis di form tsb.
3) Setelah selesai dilakukan penghitungan hasil survey.
1. Karateristik Tikus
Karakteristik morfologi dari Rattus norvegicus, Rattus rattus diardii
dan Mus musculus dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Ciri-ciri morfologi dari Rattus norvegicus, Rattus rattus dan
Mus musculus.
Variabel Rattus norvegicus Rattus rattus Mus
diardii musculus
Berat 150-600 gram 80-300 gram 10-21 gram
Kepala Hidung tumpul, badan Hidung runcing, Hidung
& badan besar, pendek, 18-25 badan kecil, 16- runcing,
cm 21 cm badan kecil,
6-10 cm
Ekor Lebih pendek dari Lebih panjang Sama atau
Kepala + badan, bagian dari lebih panjang
atas lebih tua dan kepala+badan, sedikit dari
warna muda pada warna tua kepala +
bagian bawahnya merata, tidak badan, tak
dengan rambut pendek berambut, 19- berambut, 7-
kaku 16-21 cm 25 cm 11 cm
19 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Telinga Relatif kecil, separoh Besar, Tegak, besar
tertutup bulu, jarang tegak,tipis dan untuk ukuran
lebih tak binatang
dari 20-23 mm berambut, 25- 15mm/kurang
28 mm
Bulu Bagian punggung abu – Abu-abu Satu sub
abu kecoklatan, keabu- kecoklatan spesies :
abuan sampai abu-abu
pada bagian perut kehitam- kecoklatan
hitaman bagian
dibagian perut,
punggung, keabu-abuan,
bagian perut Lainnya :
kemungkinan keabu-abuan
putih atau abu- bagian
abu, hitam punggung
keabu-abuan dan putih
keabu-abuan
bagian
perut
20 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
bangunan selalu dalam keadaan bersih dan memesang perangkap
tikus.
b. Secara kimia
Upaya pengedalian tikus secara kimia dilakukan dengan
peracuanan yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secar
lambat peracunan secara cepat dengan cara seperti; red squill, privel
fumarin, dan diphacinone. Sedangkan untuk pemberantasan tikus pada
bangunan ruang tertutup, menggunakan bahan kimia khusus yaitu
fumigan.
c. Secara bilogis
Pengendalian tikus secara biologis dengan memelihara hewan
sebagai predator seperti kucing, cerpelai, ular. Di Indonesia pada
umumnya memelihara kucing sebagai pengendalian secara biologis,
tetapi dalam hal ini, kucing tidak dapat mengatasi populasi tikus, karena
kucing dapat membawa penyakit setetlah memangsa tikus
BAB III
21 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1030 23' - 1040 21 BI, dengan luas wilayah 5.503 Km 2. Kabupaten Tanjung
Jabung Barat berbatasan dengan wilayah :Sebelah Utara berbatasan
dengan Propinsi Riau Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Batanghari Propinsi Jambi Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Batang hari dan Kabupaten Muara Jambi,Sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur secara
geografis terletak pada 0°53’ - 1°41’ LS dan 103°23 - 104°31
BT.Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah 5.445 Km²,
Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Kerja Kuala Tungkal terdiri
dari 5 orang, dengan satu Kordinator Wilayah Kerja, satu orang
penanggung jawab Entomologi, satu orang penanggung jawab jawab
sanitasi, dan dua orang Kader.
22 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tungkal
- RT. 09 Kuala 30 10 112 22 33 19
Tungkal
Dari hasil survey di wilayah RT.01 dan RT. 09 Kuala Tungkal, pada RT.01
dari 31 Rumah yang dilakukan pengamatan, terdapat 21 Rumah yang
ditemukan larva aedes dengan nilai House Indeks (HI) sebesar 67 %.
Sedangkan dari 171 Continer (TPA) terdapat 69 Container ditemukan larva
aedes, dengan nilai CI sebesar 40 %. Dan pada RT. 09 dari 30 Rumah yang
dilakukan pengamatan, terdapat 10 Rumah yang ditemukan larva aedes
dengan nilai House Indeks (HI) sebesar 33 %. Sedangkan dari 112 Continer
(TPA) terdapat 22 Container ditemukan larva aedes, dengan nilai CI sebesar
19 %.
TOTAL 20 0 0 0 0 0 1 0
23 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Dari hasil tersebut tikus yang terperangkap berjenis 13 Rattus
norvegicus, 7 Rattus diardi dan 1 Musmusculus tidak ditemukannya
pinjal pada tubuh tikus.
Bangunan
1 Lokasi 2 6 12
24 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
4 8
2 Bangunan 2 4 8
2 4
2 4
2 4
3 Pembagian ruang 1 4 4
2 2
1 1
1 1
1 1
1 1
4 Lantai 0.5 4 2
2 1
1 0
1 0
1 0
1 0
5 Dinding 0.5 4 2
3 1,5
3 1,5
6 Ventilasi 1 5 5
3 1
2 1
7 Pencahayaan / 1 5 4
penerangan 3 0
2 2
8 Atap 0.5 5 2,5
3 1,5
2 1
9 Langit – langit 0.5 4 2
4 2
25 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2 1
10 Pintu 1 4 4
3 3
3 2
B. Fasilitas sanitasi
11 Air bersih 3 5 15
2 6
2 6
1 3
12 Pembuangan air 2 3 4
3 0
limbah
2 4
2 4
13 Toilet 1 3 2
2 2
3
2 1
2 2
14 Tempat sampah 2 4 8
3 4
2 4
1 1
15 Tempat cuci tangan 2 5 10
3 4
2 4
16 Tempat mencuci 1 2 1
peralatan 2 1
2 2
4 2
17 Tempat pencuci 1 5 5
3 2
26 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
bahan makanan 2 0
18 Loker karyawan 1 2 0
3 0
3 0
2 0
19 Peralatan 3 6
2 0
pencegahan 2
2 4
masuknya serangga
3 6
dan tikus
C. Dapur, ruang makan
makanan
20 Dapur 7 3 14
2 14
0
2 7
1 0
1 7
21 Ruang makan 5 3 10
2 10
2 0
2 10
1 5
22 Gudang bahan 3 4 9
2 3
makanan
2 3
2 3
27 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
D. Bahan makanan dan
makanan jadi
23 Bahan makanan 5 3 10
3 0
2 10
2 10
24 Makanan jadi 6 4 24
3 0
3 18
E. Pengolahanmakanan
Proses pengolahan
25 5 5 15
3 10
2 5
F. Tempat
penyimpanan bahan
makanan dan
makanan jadi
26 Penyimpanan bahan 4 3 0
2 0
makanan
2 8
2 4
1 4
27 Penyimpanan 5 6 0
4 15
makanan jadi
G. Penyajian makanan
28 Cara penyajian 5 3 0
3 15
28 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2 10
2 10
H. Peralatan
29 Ketentuan peralatan 15 4 30
2 30
2 0
1 15
1 15
I. Tenaga kerja
30 Pengetahuan/ 4 2 8
2 8
sertifikat hygiene
4 0
sanitasi makanan 2 0
31 Pakaian kerja 2 3 6
2 4
2 4
3 6
0 0
32 Pemeriksaan 2 3 0
2 0
kesehatan
1 0
2 4
2 0
33 Personal hygiene 7 6 42
Total Skor
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan kelaikan hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran, dengan total skor yang
diperoleh sebesar 495.
29 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
No Variabel Upaya Bobot Nilai Skore
Umum
1 Lokasi 4 8 32
2 Lingkungan/halaman 4 8 32
Bagian Dalam
1 Lantai 6 9 54
2 Dinding 5 10 50
3 Atap 6 9 54
4 Langit-langit 5 9 45
5 Pagar 4 10 40
6 Pencahayaan 8 10 80
7 Ventilasi 8 10 80
Tersedia
8 10 9 90
perlengkapan ibadah
II Fasilitas sanitasi
1 Air bersih 12 8 146
Pembuangan air
2 10 10 100
limbah
3 Tempat sampah 8 0 0
4 Jamban/urinoir 10 8 80
Total Skor 883
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan sanitasi gedung /
tempat ibadah (masjid/mushola), dengan total skor yang diperoleh
sebesar 883.
e. SANITASI KAPAL
Nama Kapal : CB. Ina Sela
Jenis Kapal : MV
Besar Kapal : GT/GRT
Datang dari : Ambang Luar
Tanggal/Jam Tiba : 07 September 2018 / 14:00 WIB
Diperiksa Tanggal/Jam : 07 September 2018 / 15:00 WIB
Jumlah Awak Kapal : 10 orang
30 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Bendera :Indonesia
Nomor IMO : 9592551
Nama Pemilik/Agen :Sillo Maritim Perdana
Tujuan :Ambang luar Muara Sabak
Tanggal/Jam :
Lokasi Sandar : Pelabuhan Terminal 3 Muara Sabak
Jumlah Penumpang :
31 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
TANDA TANDA-
TANDA
1. Dapur √
2. Ruang Rakit √
makanan
3. Gudang √
4. Palka √
5. Ruang tidur
- ABK √
- Perwira √
- Penump √
ang
- Geladak √
6. Air minum √
7. Limbah cair √
8. Air ballast √
9. Limbah medis √
10. Air tergenang √
11. Ruang mesin √
12. Fasilitas medic √
13. Area lainnya √
d. SUPERVISI CHECKLIST PENYEHATAN AIR MINUM
N LOKASI YANG KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O DIPERIKSA
SESUAI
1. Persiapan
a) Persiapan √
petugas
b) Persiapan √
bahan
c) Persiapan √
alat bantu
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan √
kualitas air
a) Pemeriksa √
an fisik
b) Pemeriksa √
32 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
an biologi
c) Pemeriksa √
an kimia
2) Perlindungan
kualitas air
a) Desinfeksi √
b) Dekontami √
nasi
c) uji √
laboratoriu
m (fisik,
kimia dan
biologi)
3) peningkatan
kualitas air
a) hasil uji √
laboratoriu
m (fisik,
kimia dan
biologi)
3. Penilaian √
(sesuai/tidak
sesuai SOP)
4. Pelaporan √
F. SUPERVISI CHECKLIST PENGAMANAN LIMBAH
N LOKASI KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O YANG
SESUAI
DIPERIKS
A
1. Persiapan
2) Persiapan √
petugas
3) Persiapan √
bahan
4) Persiapan √
alat bantu
33 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan √
pengolahan
a) Pemeriksa √
an tempat
penampun
gan (TPS)
b) Pemeriksa √
an
peralatan
pengolaha
n
c) Pemeriksa √
an tempat
penyimpa
nan
2) Perlindungan
a) Pemeriksa √
an vektor
dan BPP
3) peningkatan
kualitas air
a) uji √
kebauan √
b) keberadaa
n (Indeks)
vektor dan
BPP
3. Penilaian √
4. Pelaporan √
G. SUPERVISI CHECKLIST PENGAMANAN RADIASI
N LOKASI KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O YANG
SESUAI
DIPERIKS
A
34 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1. Persiapan
1) Persiapan √
petugas
2) Persiapan √
bahan
3) Persiapan √
alat bantu
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan
pejanan
a) Pemeriksa √
an sumber
radiasi
b) Pemeriksa √
an
kontamina
n
2) Perlindungan
a) Dekontami √
nasi
3. Penilaian √
4. Pelaporan √
Keterangan :
*) beri tanda (√) pada kolom sesuai dengan kondisi
35 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
sebesar 33% dan Container Indeks (CI) sebesar 19%. Menurut
Internasional Health Regulation (IHR) 2005, bahwa angka indeks tidak
lebih dari 1%.
b. PEMASANGAN OVITRAP
Pada tabel 4 hasil pemasangan ovitrap di perkantoran sekitar
pelabuhan di peroleh indeks telur sebesar 31,03%. Menurut
Internasional Health Regulation (IHR) angka indeks tidak lebih dari 1%.
36 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Pada Tabel 5 Sanitasi Gedung/Tempat Ibadah
(Masjid/Mushola) dilakukan di Langgar Nurul Falah pada hari Kamis,
06 Agustus 2018 pukul 13.20 WIB. Dari tabel tersebut didapatkan
skor total 883. Berdasarkan Kepmenkes RI
No.1405/Menkes/SK/XI/02 tentang Lingkungan Kerja dan
Permenkes RI No.2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang organisasi
dan tata kerja KKP, bahwa Langgar Nurul Falah telah memenuhi
syarat karena total skor berada diantara 700 s/d 1400.
f. SANITASI KAPAL
Pada tabel 8 hasil kegiatan sanitasi kapal, dapat disimpulkan
bahwa sanitasi kapal Ina Sela telah memenuhi syarat.
37 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Nilai 1 tidak mudah
Nilai 2 kurang mudah
Nilai 3 cukup mudah
Nilai 4 mudah
Nilai 5 sangat mudah
c. Biaya
Nilai 1 sangat mahal
Nilai 2 mahal
Nilai 3 cukup murah
Nilai 4 murah
Nilai 5 sangat murah
d. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 sangat rendah
Nilai 2 rendah
Nilai 3 sedang
Nilai 4 tinggi
Nilai 5 sangat tinggi
Tikus dan 3 3 4 3 13 II
pinjal
TPM 3 2 1 3 9 III
Keterangan:
1) Vektor aedes
a) Urgensi : sangat penting
Vektor aedes menjadi masalah sangat penting di kegiatan
magang wilayah kerja Kuala Tungkal, karena tingginya HI dan CI
38 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
yang melebihi 1%. Masalah ini sangat penting karena waktu
perkembangbiakan vektor aedes dari telur hingga dewasa hanya
membutuhkan waktu 9-10 hari, serta waktu inkubasi virus DBD
pada umumnya hanya membutuhkan waktu 4 hari setelah
mendapat gigitan hingga munculnya gejala DBD. Selain itu jika
tidak segera ditangani maka dapat terus terjadi peningkatan
perkembangbiakan vektor aedes yang dapat menimbulkan kasus
penyakit DBD.
b) Intervensi: Mudah
Tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan
penyuluhan tentang pemberantasan vektor aedes.
d) Mutu: tinggi
Vektor aedes yang dapat menimbulkan penyakit DBD akan
memberikan dampak negative, salah satunya penurunan
produktivitas individu. Usaha seperti penyuluhan, pemeriksaan
jentik, pemberian larvasida dan fogging dapat mencegah terjadinya
penyakit DBD. Apabila tidak timbulnya penyakit DBD, maka akan
terjadinya peningkaan derajat kesehatan masyarakat dan
penurunan angka kesakitan serta kematiaan.
39 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tikus dan pinjal dapat menyebabkan penyakit pes dimana tikus
terinfeksi Y.pestis melalui gigitan pinjal. Yersenia pestis
ditransmisikan melalui pinjal yang terinfeksi, manusia yang
terinfeksi ammpu menularkan pes secara lagsung ke manusia yang
lain. Oleh karena itu penyakit pes dapat dikendalikan dengan
melakukan pengendalian terhadap vektornya yaitu Excheopis dan
dapat dihindari dengan menghambat kontak langsung antara tikus
dan pinjal.
c) Biaya : murah
Biaya pengendalian vektor tikus dan pinjal digunakan untuk
menurunkan populasi pinjal dengan insektisida pembasmi pinjal
pada hewan peliharaan ataupun hospes lainnya.
d) Mutu: sedang
Dengan pengendalian vektor yang dilakukan dengan
pemberian insektisida pembasmi pinjal atau perangkap tikus akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
40 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
b) Interfensi: kurang mudah
Kemungkinan interfensi pengawasan kualitas makanan
dirumah makan kurang mudah, karena kurangnya kesadaran atau
kurangnya pengetahuan pemilik rumah makan untuk menjaga
kebersihan dalam pengelolaan makanan.
c) Biaya: sangat mahal
Pengawasan terhadap kualitas tempat pengelolaan makanan
tidak membutuhkan dana yang besar, namun biaya pemeriksaan
dari sample makanan memerlukan biaya yang besar dan perbaikan
fasilitas dirumah makan juga membutuhkan dana yang besar,
sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pemilik rumah makan.
d) Mutu: sedang
Dengan pengawasan tempat pengelolaan makanan secara baik
dan benar maka dapat meningkatkan kualitas tempat pengelolaan
makanan dan secara tidak langsung akan meningkatkan derajat
kesehatan.
3.5. POA
Berdasarkan prioritas masalah yang telah ditentukan, dimana
peringkat pada metode skorsing yaitu vektor aedes. Maka planning Of
Action yang akan dilakukan yaitu pemberantasan serangga dengan
sosialisasi PHBS serta metode penggunaan bahan kimia untuk
menekan populasi vektor penular penyakit.
41 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
larvasida
2. Rabu, 05 September 2018 Fogging
BAB IV
42 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
4.1. Kesimpulan
A. Saran
1. Bagi Instansi magang untuk dapat melengkapi alat-alat yang
dibutuhkan oleh peserta magang di setiap wilker dan semoga dapat
lebih baik lagi untuk memberikan pengarahan kepada peserta
43 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
magang agar dapat memangsimalkan pengaplikasian disiplin ilmu
yang dimiliki.
2. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan
koordinasi kepada instansi yang berkaitan dengan peserta magang
3. Bagi peserta magang, diharapkan untuk dapat lebih mempersiapkan
apa-apa saja yang diperlukan saat melakukan kegiatan dan sangat
diharapkan agar dapat terlibat dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi terkait selama rentan waktu magang yang
berkaitan dengan disiplin ilmu yang dimilki sehingga dapat
memudahkan nantinya dalam menghadapi dunia kerja nyata.
LAMPIRAN
44 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
45 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
46 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
47 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
48 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
49 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
50 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
51 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
52 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
53 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
54 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
FOTO-FOTO KEGIATAN MAGANG
55 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 3. Air yang terdapat di Gambar 4. Peletakkan
ember dimasukkan ke dalam ovitrap di Kantor Imigrasi.
ovitrap.
56 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 7. Peletakkan Gambar 8. Peletakkan
perangkap tikus di belakang perangkap tikus di gudang TNI
rumah. AL.
57 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 12. Pemberian larvasida Gambar 13. Pemberian
ke salah satu warga yang larvasida ke salah satu rumah
dilakukan oleh mahasiswi. makan di Muara Sabak.
58 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 15 Pengisian malation Gambar 16 Mahasiswa
dan solar melakukan pengecekan mesin
swingfog
59 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 18 Kondisi di meja Gambar 19Keadaan dapur
makan Rumah Makan Rumah Makan Minang
Minang Family Family
61 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 28 Pelampung untuk Gambar 29 Kondisi ruang
keselamatan tidur
62 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n