Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelabuhan laut dan udara merupakan gerbang lalu-lintas barang,
orang dan alat transportasi, baik dari dalam juga luar negeri. Terkai
dengan perdagangan arus, dan teknologi kemudian pindah ke penularan
penyakit melalui transportasi besar. Penularan penyakit dapat ditularkan
oleh hewan yang juga vektor pembawa penyakit yang terbawa oleh alat
transportasi maupun vektor yang telah ada dipelabuhan laut atau udara.
Serangga yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, pinjal, lalat,
kecoa, dan tungau.
Aspek penularan penyakit yang mengandung serangga/vektor
penular penyakit, baik yang dibawa melalui alat angkut kapal yang datang
dari luar indonesia atau sebaliknya, sesuai peraturan perundang-
undangan Kesehatan Nasional, semua alat angkut harus bebas dari
vektor, maka periksa kesehatan dikapal yang diperlukan, agar kapal dapat
membawa vektor penyakit. Dalam rangka melindungi negara dari
penularan dan penyebaran penyakit oleh vektor yang terbawa oleh alat
angkut, dan barang lintas yang masuk melalui pintu masuk negara, maka
setiap Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu menghubungkan
vektor.
Guna mengantisipasi ancaman penyakit global seperti penyakit
New Emerging Infectious Disseases, Emerging Disseases, Re Emerging
Disseases (penyakit karantina) serta masalah kesehatan lainnya yang
merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia disebabkan
oleh lalu lintas alat angkut yang masuk melalui pelabuhan, maka Kantor
Kesehatan Pelabuhan dituntut mampu melaksanakan dekontaminasi serta
upaya pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat angkut yang
digunakan.
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan kondisi pelabuhan yang bebas dari penularan

1|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


penyakit. Dengan adanya Peraturan Kesehatan Internasional/
International Health Regulation (IHR) tahun 2005 untuk mengatur tata
cara dan pengendalian penyakit, baik yang menular maupun yang tidak
menular, maka Kantor Kesehatan Pelabuhan harus kuat dan prima dalam
melaksanakan cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular.
Salah satu vektor yang perlu diwaspadai dalam penyebaran
penyakit di pelabuhan adalah nyamuk Aedes aegypti. Setiap pelabuhan
dan daerah perimeter suatu bandara udara harus dipertahankan bebas
Aedes aegypti dalam bentuk jentik dan bentuk dewasa. Untuk maksud ini,
International Health Regulation(IHR 2005) tindakan pemberantasan
nyamuk harus dilaksanakan dalam daerah penyanggah yang merentang
500 meter sekitar perimeter. Upaya pemberantasan demam berdarah
yang efektif adalah melalui pemberantasan nyamuk penularnya (Ae.
Aegypti), untuk itu sangat diperlukan data tentang kepadatan vektor
(indeks jentik), jenis sarang nyamuk, dan cara pengendalian veltor
wilayah beriklim tropis merupakan bagian terluas di seluruh
permukaan bumi, dan dihuni oleh 2/3 penduduk dunia. Kondisi kesehatan
di negara-negara tropis pada umumnya kurang baik, yang ditandai
dengan tingginya angka kejadian penyakit menular, namun juga diiringi
kejadian penyakit tidak menular yang terus meningkat. Transisi
epidemiologi ini menambah beban masalah kesehatan di negara-negara
ka!asan tropis, termasuk Indonesia.
Curah hujan di daerah tropis terjadi sepanjang tahun dan
menyebabkan semua jenis flora dan fauna dapat hidup dan berkembang
dengan baik, termasuk mikrobia patogen, beserta vektor dan reservoir
penyakit. Hal ini menyebabkan angka kejadian penyakit tular vektor
danrodent selalu tinggi dan cenderung terus meningkat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas laut yang besar
dan jumlah pulau 17.500 dan panjang garis pantai nomor dua terpanjang
didunia setelah Canada. Indonesia juga merupakan negara tropis yang
memiliki letak geografis sangat strategis, yaitu persimpangan jalur lalu

2|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


lintas antar benua. Jumlah pulau Kondisi ini terkait dengan padatnya lalu
lintas transportasi darat, laut maupun udara.
Pelabuhan merupakan salah satu jalur masuknya dan pintu keluar negara
yang memiliki risiko untuk terkena penyebaran penyakit global atau
masalah kesehatan internasional (PHEIC). Perlu adanya sistem ke!
aspadaan dini yang dapat diterapkan di pelabuhan agar dapat melakukan
pemantauan dan penga!asan terhadap penyakit yang berpotensi KLB.
Salah satu institusi yang erat hubungannya dengan masalah ini adalah
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Instansi inimemiliki peran strategi
dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit antar negara.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan unit organisasi
yang bertugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial !abah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,
penga!asan Obat Makanan Kosmetik Alat kesehatan dan Bahan Adiktif
(OMKABA) serta pengamanan terhadap penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas negara. KKP dipimpin oleh seorang
kepala dan di dalam melaksanakan tugas secara adminstratif
yangdilingkungan Kementrian Kesehatan, di bina oleh Sekretariat Jendral
dan setara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di lingkungan Direktorat
Jendral Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Dirjen

1.2.Tujuan

1.Tujuan Umum
Mahasis!a memperoleh pengalaman nyata tentang pekerjaan di KKP
Kelas III Jambi

2.Tujuan Khusus

a) Mahasiswa memahami tugas pokok dan fungsi KKP Kelas III Jambi

3|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


b) Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan surveilans
berbagai penyakit menular antar daerah-pulau dan antar Negara
c) Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan investigasi
kapal
d) Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan karantina
e) Mahasiswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan lain sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi KKP Kelas III Jambi di bidang
kesehatan masyarakat.
f) Mahasiswa mampu menerapkan ketrampilan manajemen data terkait
kegiatan magang, dan dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
spesifik.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup laporan hanya membahas tentang “Pelaksanaan
Praktek magang yang dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
III Wilker Kuala Tungkal Pada Tanggal 2 Juli s/d 10 Juli 2019”.

BAB II

4|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


TINJAUAN TEORI

2.1. Kantor Kesehatan Pelabuhan


Kantor Kesehatan Pelabuhanadalah unit pelaksana teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh seorang Kepala dan
dalam melaksanakan tugas secara administratif dibina oleh Sekretariat
Direktorat Jenderal sedangkan secara teknis fungsional dibina oleh
Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
KKP dikualifikasikan ke dalam empat kelas, yaitu: KKP kelas I, II, III
dan IV. Klasifikasi KKP didasarkan pada beban kerja di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara. KKP memiliki beberapa tugas,
yaitu: pengendalian kekarantinaan dan surveilans epidemiologi,
pengendalian faktor resiko lingkungan dan pelaksanaan upaya kesehatan
lintas wilayah.

2.2. Kekarantinaan & Surveilans Epidemiologi Di Pintu Masuk Negara


Karantina merupakan kegiatan pembatasan atau pemisahan
seseorang dari sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit
atau bagasi, container, alat angkut, komoditi, yang mempunyai risiko
menimbulkan penularan penyakit pada manusia.
Karantina kesehatan adalah tindakan karantina dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit serta faktor risiko gangguan
kesehatan dari dan atau keluar negeri serta dari suatu area lain dari dalam
negeri melalui pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat.Penyakit
karantina meliputi :
1. Pes (Plague)
2. Kolera (Cholera)
3. Demam kuning (Yellow fever)

5|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


4. Cacar (Smallpox)
5. Tifus bercak wabahi - Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne
Typhus);

2.2. Sanitasi Kapal (Alat Angkut)


Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral dari perilaku
kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan
perilaku sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku
kesehatan yang dikemukakan Blum (1979), bahwa derajat kesehatan
masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan
selain pelayanan kesehatan dan keturunan.
Menurut Permenkes No. 40 Tahun 2015 tentang Sertifikat Kapal,
sertifikat sanitasi kapal adalah dokumen kapal yang menerangkan kondisi
sanitasi kapal yang bebas tindakan sanitasi atau dilakukan tindakan
sanitasi. Tindakan sanitasi adalah upaya penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit atau
kontaminasi, meliputi disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi dan deratisasi.
Kapal yang telah dilakukan pemeriksaan sanitasi dan dinyatakan
bebas tindakan sanitasi oleh petugas KKP akan diberikan sertifikat
SSCEC (Ship Sanitation Control Exemption Certificate). Dan kapal yang
telah dilakukan tindakan sanitasi sesuai rekomendasi dalam pemeriksaan
sanitasi akan diberikan sertifikat SSCC (Ship Sanitation Control
Certificate). Sertifikat tersebut berlaku selama 6 bulan dan dinyatakan
tidak berlaku apabila : ditemukan Factor Resiko Kesehatan Masyarakat;
berganti nama; masa berlaku sudah berakhir; berubah bendera; sertifikat
dicoret, dihapus, atau dinyatakan rusak; dan keterangan dalam sertifikat
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya..
Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut
Permenkes No.356/Menkes/IV/2008, bahwa KKP mempunyai tugas

6|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan
penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan
terbatas di wilayah kerja Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta
pengendalian dampak kesehatan lingkungan.
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal
melalui nakhoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab
terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi
kapal. Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan
lingkungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai
usaha pencegahan penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan
penyakit.
Tujuan pemeriksaan sanitasi kapal menurut Permenkes No. 40
Tahun 2015 yaitu, untuk menilai kondisi sanitasi kapal terkait ada atau
tidaknya Factor Resiko Kesehatan Masyarakat
International Health Regulations (IHR) 2005 menekankan
pengawasan di pintu keluar masuk suatu negara melalui pelabuhan
maupun lintas batas. Untuk itu Sertifikat Sanitasi kapal (SSCC dan
SSCEC) diperlukan sebagai alat bantu suatu negara dalam mengurangi
faktor risiko penyebaran penyakit akibat dari pelayaran kapal Nasional dan
Internasional.
Menurut IHR tahun 2005, kapal yang sudah dinyatakan layak
sanitasinya akan diberikan sertifikat sanitasi sesuai dengan IHR tahun
2005, sertifikat Ship Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC)
berlaku maksimal selama 6 bulan. Masa berlaku ini dapat diperpanjang
satu bulan jika pemeriksaan atau pengawasan yang diminta tidak dapat
dilaksanakan di pelabuhan. 
Adapun standar dalam pemeriksaan sanitasi kapal laut
berdasarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (1989) adalah sebagai
berikut: 
1. Dek: Tiap hari dek dibersihakn sedikitnya satu kali, bila basah
dikeringkan, kotoran / sampah tidak boleh berserakan dan semua

7|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


barang-barang / alat-alat diatur dengan rapi. Dek yang bersih dan rapi
selain mencegah penyakit kecelakaan juga memberikan kesan awal
yang baik bagi setiap pengunjung serta membuat orang / penumpang
betah tingal di dalam kapal.
2. Kamar ABK dan Penumpang:  Ventilasi dan penerangan yang cukup
serta kebersihan dapat menjamin kesehatan, kesejahteraan serta
keamanan ABK maupun penumpang. Bila penerangan secara alami
tidak mencukupi, maka diberikan penerangan secara mekanis dengan
menggunakan lampu neon. Alat penerangan di dalam kapal tidak boleh
menggunakan lilin atau lampu minyak. Tujuan adanya ventilasi adalah
untuk memasukkan udara segar dan mengeluarkan udara yang kotor.
Bila kamar tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik, akan
menimbulkan beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan
seperti sesak nafas.
3. Kamar Mandi dan Kakus sebaiknya setiap waktu dalam keadaan
bersih. Di dalam kamar mandi juga sebaiknya tersedia pembersih lantai
atau kreolin 5% dalam larutan air dan selalu tersedia air bersih yang
cukup serta memenuhi syarat kesehatan. Diusahakan agar penyaluran
air kotor lancar. Diusahakan agar penyaluran air kamar mandi dan
kakus tidak diperkenankan sebagai tempat penyimpanan. Di samping
itu, kran harus berfungsi dengan baik, lantai tidak boleh licin dan tidak
diperkenankan para penumpang untuk mencuci alat makan dalam
kamar mandi / kakus.
4. Dapur merupakan tempat penyimpanan dan tempat pencucian alat-alat
dapur (alat makan / minum, dan sebagainya). Makanan dan minuman
yang disediakan, diolah, disimpan dan disajikan harus secara hygienis
untuk memperkecil kemungkinan timbulnya penyakit seperti disentri,
cholera, typus, keracunan dan sebagainya.
5. Kamar Pendingin, thermometer ditempatkan di kamar pendingin
dengan suhu ruangan 100C.

8|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


6. Tempat Penyimpanan Makanan yang tak membusuk:Selain bersih
tempat penyimpanan makanan juga memerlukan ventilasi yang cukup,
makanan yang berserakan akan menarik tikus dan serangga;
Pengaturan barang harus sedemikian rupa, sehingga tikus tidak
bersembunyi / bersarang di antara barang-barang;  Pestisida dan
sejenisnya dilarang disimpan di tempat penyimpanan makanan. 
7. Pengelola makanan:     Mempunyai perilaku hygienis dan saniter yaitu:
selalu mencuci tangan bila kotor, menutup hidung dan mulut sewaktu
batuk / bersin dan tidak merokok sewaktu bertugas; Personal hygienis
harus diperhatikan yaitu: tidak menderita penyakit menular, berpakain
bersih, badan, rambut tangan dan kuku bersih;  Bila ada pengelola
makanan yang terdapat dibebaskan sementara dari food handling,
maka pengelola tersebut tidak dapat mengelola makanan sampai ia
tidak lagi merupakan sumber penularannya.
8. Persediaan air bersih:  Air bersih sangat diperlukan dalam berbagai
kegiatan di kapal untuk kegiatan memasak air minum dan makanan,
mencuci, keperluan mandi dan sebagainya. Diantara kegunaan-
kegunaaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk
masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia.

2.4. Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (Tpm)

1. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN


Hal – hal yang perlu diperhatikan pada TPM pada dasarnya adalah :
a. Bersih dan teratur.
b. Letak jauh dari pencemaran (udara, air dan vektor).
c. Tersedia tempat pembuangan sampah pada masing-masing.
d. Penjamah makanan dalam keadaan sehat dan berpakaian khusus.
e. Peralatan yang digunakan dalam keadaan baik.

9|Laporan Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan


f. Bahan makanan yang digunakan baik.
g. makanan yang dijual tidak kadaluarsa.
h. Tersedia washtafel

2. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN ( BASAH DAN KERING )


a. Konstruksi
- Konstruksi kuat, kokoh dan permanen.
- Bangunan dibuat rapat serangga dan tikus.
- Tidak ada genangan air.
b. Lantai
- Bersih, tidak ada sampah berserakan.
- Kedap air dan tidak licin.
- Permukaan rata.
- Mudah dibersihkan.
c. Dinding
- Dinding dibuat kedap air dan kuat.
- Permukaan rata
- Cat berwarna terang.
- Tidak ada noda atau coretan.
d. Ventilasi
1) Alami :
- Tersedia ventilasi yang cukup memberikan kenyamanan.
- Berfungsi dengan baik.
- Lubang penghawaan langsung berhubungan dengan udara luar.
2) Buatan :
- Ventilasi mekanis : fan, exhauster.
- Dalam keadaan baik dan tidak terdapat debu.
- Masih dapat difungsikan
e. Pencahayaan
- Tersebar merata di seluruh ruangan.
- Pencahayaan minimal 100 lux.

10 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
- Tidak menyilaukan mata.
- Terdapat pencahayaan buatan pada malam hari.

f. Langit-langit
- Tinggi langit-langit minimal 2,75 m dari lantai..
- Tidak menjadi sarang tikus.
- Tidak terdapat sarang laba-laba.
- Cat berwarna terang
- Tidak terdapat lubang/ dalam keadaan utuh.
g. Pintu
- Rapat serangga.
- Rapat tikus.
- Terbuat dari bahan yang kuat.
- Berfungsi dengan baik.
- Mudah dibersihkan.
h. Tempat Sampah
- Terdapat tempat sampah pada setiap ruangan penghasil sampah.
- Kedap air dan permukaan rata.
- Tempat sampah tertutup.
- Terbuat dari bahan anti karat.
- Tidak menjadi sarang vektor.
i. Penjamah Makanan
- Tidak berpenyakit kulit, mata, ISPA, dan penyakit menular lainnya.
- Menggunakan APD ketika mengolah makanan.
- Berperilaku bersih dan sehat.

j. Bahan Makanan
- Berasal dari sumber resmi.
- Dalam kondisi baik atau segar.
- Disimpan di tempat atau wadah yang bersih.
- Tertata rapi sesuai dengan jenisnya.

11 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
- Suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan

k. Makanan Jadi
- Makanan tidak ditempatkan pada wadah yang terbuat dari bahan
atau logam berat.
- Ditempatkan dalam wadah yang tertutup.
- Di letakkan pada tempat yang bersih atau tidak kotor.
- Bebas dari gangguan serangga.
- Dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.
l. Peralatan
- Dalam keadaan bersih.
- Dalam keadaan utuh / tidak gopel / retak.
- Disimpan pada tempat yang bebas pencemaran.
- Bersih dan tertata rapi sesuai dengan jenisnya.
m. Rak Makanan
- Kuat dan kokoh.
- Berupa rak-rak yang tersusun rapi.
- Batas rak dengan lantai minimal 30 cm.
- Batas antara rak dengan atap minimal 50 cm.
- Makanan disusun dengan rapi sesuai jenisnya.
- Bebas dari serangga dan tikus.

2.5. Fogging
1. Definisi Dan Bentuk Fogging
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD
(Demam Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi
penularan DBD melalui penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus
DBD yang bertujuan memutus rantai penularan penyakit. Sasaran fogging
adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat dilalui mobil di
desa endemis tinggi.

12 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa maupun
larva. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara
penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda
yang tergantung seperti kelambu pada kain tergantung. Fogging
dilaksanakan dalam bentuk yaitu :
a. Fogging Fokus adalah pemberantasan nyamuk DBD dengan cara
pengasapan terfokus pada daerah tempat ditemukannya tersangka /
penderita DBD.
b. Fogging Massal adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan
menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.

1. Persyaratan Penggunaan Fogging


Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu :
a. Adanya pasien yang meninggal disuatu daerah akibat DBD.
b. Tercatat dua orang yang positif yang terkena DBD di daerah tersebut.
c. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama mengalami demam dan
adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. Apabila ada laporan DBD
di rumah sakit atau Puskesmas di suatu daerah, maka pihak rumah
sakit harus segera melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan
diadakan penyelidikan epidemiologi kemudian baru fogging fokus.

2. Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Melakukan Fogging


a. Konsentrasi bahan fogging
Konsentasi bahan yang digunakan harus mengacu pada label,
karena bila dosis yang digunakan tidak tepat akan menimbulkan
kerugian, tidak hanya dari segi biaya dan efikasi pengendalian tetapi
juga berpengaruh terhadap keamanan manusia itu sendiri serta
lingkungannya (magallona, 1980).
b. Arah dan kecepatan angin

13 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Dalam melakukan fogging, arah angin harus diperhatikan.
Kecepatan akan berpengaruh terhadap pengasapan di luar ruangan.
Untuk diluar ruangan space spray berkisar 1-4 m/detik atau sekitar
3,6-15 km/jam. Angin diperlukan untuk membawa asap masuk
kedalam celah-celah bangunan, namun jika terlalu kencang maka
asap akan cepat hilang terbawa angin. Pengasapan harus berjalan
mundur melawan arah angin sehingga asap tidak menganai petugas
fogging.

c. Suhu
Suhu adalah keadaan udara yang akan mempengaruhi
pengasapan. Pengasapan diluar ruangan pada waktu tengah hari
atau pada suhu tinggi akan sia-sia karena asap akan menyebar
keatas, bukan kesamping sehingga pengasapan tidak maksimal.
Oleh sebab itu fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore
hari.

d. Waktu
Waktu fogging harus disesuaikan dengan puncak aktivitas
nyamuk Aedes aegypti yang aktif mencari mangsa pada pagi hari
sekitar pukul 07.00-10.00, dan sore hari sekitar pukul 14.00-17.00.

e. Gambar Bagian-bagian Fogging

14 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar

Bagian-bagian Foggig

2.6.Surveilans Vektor Aedes


Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus denguepenyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (Yellow
fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di
seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegyptimerupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes
albopictusmenciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus
mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini
untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Ciri morfologi Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran
sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya
ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung
(dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan
kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk
pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan

15 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini
kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan
nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang
umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal
pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata
telanjang.
Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif
pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk
betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan
memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini
menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau
merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki
mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk
jenis ini.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1
bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat
menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang
cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat
memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh,
populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan
nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah.
Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-
nyamuk.
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat,
diperlukan survei yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei
perangkap telur (ovitrap). Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan
dengan menggunakan 2 metode ,yakni ;

16 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap
tempat-tempat yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk
selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap
tempat genangan air tanpa mengambil larvanya. Setelah dilakukan survei
dengan metodedi atas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai
berikut:
a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa.

HI = Jumlah rumah yang positif jentik  x  100%


Jumlah rumah yang diperiksa

b. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva


dari seluruh kontainer yang diperiksa

CI = Jumlah kontainer yang positif jentik  x  100%


   Jumlah kontainer yang diperiksa

c. Breteu Index (BI)adalah jumlah kontainer dengan larva dalam


seratus rumah

BI = Jumlah kontainer yang positif jentik  x  100%


      100 rumah yang diperiksa

Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang


merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang dinyatakan dengan
skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972 di bawahini :

17 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tabel 1  Larva Index
Density figure House Index Container Index Breteau Index
(DF) (HI) (CI) (BI)
1 1–3 1–2 1–4
2 4–7 3–5 5–9

3 8 – 17 6–9 10 – 19

4 18 – 28 10  -1 4 20 – 34

5 29 – 37 15  –  20 35 -49

6 38 – 49 21 – 27 50 – 74

7 50 -59 28 – 31 75 – 99

8 60 – 76 32  –  40 100 – 199

9 >77 >41 >200

Sumber: WHO (1972)

KeteranganTabel :

DF = 1    (kepadatan rendah)

DF = 2-5 (kepadatan sedang)

DF = 6-9 (kepadatan tinggi)

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Jentik Nyamuk


Instrumen :
1) Senter
2) Alat tulis
3) Form survey jentik nyamuk

Cara Survei :
1) Melakukan pengamatan langsung di container tempat genangan
air di dalam ataupun di luar ruangan.

18 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2) Jika ditemukan jentik nyamuk di ditulis di form yang disediakan
dan jika tidak ditemukan juga ditulis di form tsb.
3) Setelah selesai dilakukan penghitungan hasil survey.

2.7. PENGENDALIAN TIKUS DAN PINJAL DI PELABUHAN


Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan
kehidupan manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat
parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia
sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang :
kesehatan, pertanian, peternakan dan rumah tangga.

1. Karateristik Tikus
Karakteristik morfologi dari Rattus norvegicus, Rattus rattus diardii
dan Mus musculus dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Ciri-ciri morfologi dari Rattus norvegicus, Rattus rattus dan
Mus musculus.
Variabel Rattus norvegicus Rattus rattus Mus
diardii musculus
Berat 150-600 gram 80-300 gram 10-21 gram
Kepala Hidung tumpul, badan Hidung runcing, Hidung
& badan besar, pendek, 18-25 badan kecil, 16- runcing,
cm 21 cm badan kecil,
6-10 cm
Ekor Lebih pendek dari Lebih panjang Sama atau
Kepala + badan, bagian dari lebih panjang
atas lebih tua dan kepala+badan, sedikit dari
warna muda pada warna tua kepala +
bagian bawahnya merata, tidak badan, tak
dengan rambut pendek berambut, 19- berambut, 7-
kaku 16-21 cm 25 cm 11 cm

19 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Telinga Relatif kecil, separoh Besar, Tegak, besar
tertutup bulu, jarang tegak,tipis dan untuk ukuran
lebih tak binatang
dari 20-23 mm berambut, 25- 15mm/kurang
28 mm
Bulu Bagian punggung abu – Abu-abu Satu sub
abu kecoklatan, keabu- kecoklatan spesies :
abuan sampai abu-abu
pada bagian perut kehitam- kecoklatan
hitaman bagian
dibagian perut,
punggung, keabu-abuan,
bagian perut Lainnya :
kemungkinan keabu-abuan
putih atau abu- bagian
abu, hitam punggung
keabu-abuan dan putih
keabu-abuan
bagian
perut

2. Teknik Pengendalian Tikus


a. Secara Fisik
Penegndalian tikus secara fisik untuk mempertahankan populasi
tikus pada tingkat serendah-rendahnya, yaitu meliputi : perbaikan
sanitasi lingkungan seperti, penyimpanan sampah, pengumpulan
sampah pembuangan sampah yang saniter, membuat bangunan
kedap tikus, penyimpanan barang yang masih layak pada tempat
terang, menukar posisi meubeler secara berkala dan membuat

20 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
bangunan selalu dalam keadaan bersih dan memesang perangkap
tikus.
b. Secara kimia
Upaya pengedalian tikus secara kimia dilakukan dengan
peracuanan yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secar
lambat peracunan secara cepat dengan cara seperti; red squill, privel
fumarin, dan diphacinone. Sedangkan untuk pemberantasan tikus pada
bangunan ruang tertutup, menggunakan bahan kimia khusus yaitu
fumigan.

c. Secara bilogis
Pengendalian tikus secara biologis dengan memelihara hewan
sebagai predator seperti kucing, cerpelai, ular. Di Indonesia pada
umumnya memelihara kucing sebagai pengendalian secara biologis,
tetapi dalam hal ini, kucing tidak dapat mengatasi populasi tikus, karena
kucing dapat membawa penyakit setetlah memangsa tikus

BAB III

HASIL KEGIATAN MAGANG

3.1. Gambaran Umum


Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Kuala Tungkal
terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 00 530 - 010 41' LS dan

21 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1030 23' - 1040 21 BI, dengan luas wilayah 5.503 Km 2. Kabupaten Tanjung
Jabung Barat berbatasan dengan wilayah :Sebelah Utara berbatasan
dengan Propinsi Riau Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Batanghari Propinsi Jambi Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Batang hari dan Kabupaten Muara Jambi,Sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur  Tanjung Jabung Timur secara
geografis terletak pada 0°53’ - 1°41’ LS dan 103°23 - 104°31
BT.Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah 5.445 Km²,
Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Kerja Kuala Tungkal terdiri
dari 5 orang, dengan satu Kordinator Wilayah Kerja, satu orang
penanggung jawab Entomologi, satu orang penanggung jawab jawab
sanitasi, dan dua orang Kader.

Gambar 1. Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kuala Tungkal

3.2. Kegiatan Magang


3.2.1 Tabulasi Data
a. Survei Vektor Aedes
Tabel 2 Hasil Pengamatan Survei Vektor Aedes
Rumah Container
N
Wilayah Survei Dipeiksa Diperiksa HI (%) CI (%)
o
Jumlah (+) Jumlah (+)
1 - RT. 01 Kuala 31 21 171 69 67 40

22 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tungkal
- RT. 09 Kuala 30 10 112 22 33 19
Tungkal

Dari hasil survey di wilayah RT.01 dan RT. 09 Kuala Tungkal, pada RT.01
dari 31 Rumah yang dilakukan pengamatan, terdapat 21 Rumah yang
ditemukan larva aedes dengan nilai House Indeks (HI) sebesar 67 %.
Sedangkan dari 171 Continer (TPA) terdapat 69 Container ditemukan larva
aedes, dengan nilai CI sebesar 40 %. Dan pada RT. 09 dari 30 Rumah yang
dilakukan pengamatan, terdapat 10 Rumah yang ditemukan larva aedes
dengan nilai House Indeks (HI) sebesar 33 %. Sedangkan dari 112 Continer
(TPA) terdapat 22 Container ditemukan larva aedes, dengan nilai CI sebesar
19 %.

b. Pengamatan Kehidupan Tikus Dan Pinjal


Tabel 3 Hasil Pengamatan Kehidupan Tikus dan Pinjal
JML TIKUS TERTANGKAP
TITIK PER JML
TANGGAL Pinjal
PEMASANGAN ANG RT.DIA RT.NO RT.E SUNC MUS.C TIKUS
KAP RDI VER XU US.M ULUS
KANTOR
5 0 0 0 0 0 0 0
IMIGRASI
KANTOR
5 0 1 0 0 0 1 0
SATPOLAIR
31
Agustus – KANTOR BEA
5 0 0 0 0 0 0 0
02 DAN CUKAI
September
KANTOR TNI
2018 5 0 0 0 0 0 0 0
AL
KANTOR
PERHUBUNGA 10 0 0 0 0 0 0 0
N

TOTAL 20 0 0 0 0 0 1 0

Berdasarkan hasil pengamatan kehidupan tikus dan pinjal,


sebanyak 75 perangkap tikus dipasang di 3 titik lokasi yang berbeda
didapat dengan jumlah tikus yang terperangkap sebanyak 21 ekor.

23 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Dari hasil tersebut tikus yang terperangkap berjenis 13 Rattus
norvegicus, 7 Rattus diardi dan 1 Musmusculus tidak ditemukannya
pinjal pada tubuh tikus.

c. Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (Tpm)


Tabel Pemeriksaan Kelaikan Hygiene Sanitasi RM dan Restoran
1. Nama TPM : Gantino Baru
2. Alamat : Jln. Pelabuhan No.01
3. Nama Pengusaha/
Penanggung Jawab : Sopiyani
4. Jumlah Karyawan : 7 orang
5. Jumlah Penjamah : 3 orang
6. Nomor/tanggal izin usaha : 503.10/267/kppt/2014
Laik Hygiene Sanitasi (KKP): 443/002/p2Pi/2015
Angkasa Pura II :-
Perindo II :-
7. Nama Pemeriksa : Mahasiswa Magang Jurusan
Kesehatan Lingkungan Jambi

Tabel 4 Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan


No Objek yang Dinilai Bobot Nilai Skor
A. Lokasi dan

Bangunan

1 Lokasi 2 6 12

24 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
4 8
2 Bangunan 2 4 8
2 4
2 4
2 4
3 Pembagian ruang 1 4 4
2 2
1 1
1 1
1 1
1 1
4 Lantai 0.5 4 2

2 1
1 0
1 0
1 0
1 0
5 Dinding 0.5 4 2
3 1,5
3 1,5
6 Ventilasi 1 5 5
3 1

2 1
7 Pencahayaan / 1 5 4

penerangan 3 0

2 2
8 Atap 0.5 5 2,5
3 1,5
2 1
9 Langit – langit 0.5 4 2
4 2

25 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2 1
10 Pintu 1 4 4
3 3

3 2
B. Fasilitas sanitasi

11 Air bersih 3 5 15
2 6
2 6
1 3
12 Pembuangan air 2 3 4
3 0
limbah
2 4
2 4
13 Toilet 1 3 2
2 2
3
2 1

2 2
14 Tempat sampah 2 4 8

3 4
2 4
1 1
15 Tempat cuci tangan 2 5 10

3 4

2 4
16 Tempat mencuci 1 2 1

peralatan 2 1
2 2
4 2
17 Tempat pencuci 1 5 5
3 2

26 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
bahan makanan 2 0
18 Loker karyawan 1 2 0
3 0
3 0

2 0
19 Peralatan 3 6
2 0
pencegahan 2
2 4
masuknya serangga
3 6
dan tikus
C. Dapur, ruang makan

dan gudang bahan

makanan

20 Dapur 7 3 14
2 14
0
2 7
1 0
1 7
21 Ruang makan 5 3 10
2 10

2 0
2 10
1 5
22 Gudang bahan 3 4 9
2 3
makanan
2 3

2 3

27 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
D. Bahan makanan dan

makanan jadi

23 Bahan makanan 5 3 10
3 0

2 10
2 10
24 Makanan jadi 6 4 24
3 0
3 18
E. Pengolahanmakanan

Proses pengolahan

25 5 5 15
3 10
2 5
F. Tempat

penyimpanan bahan

makanan dan

makanan jadi

26 Penyimpanan bahan 4 3 0
2 0
makanan
2 8

2 4

1 4
27 Penyimpanan 5 6 0
4 15
makanan jadi
G. Penyajian makanan

28 Cara penyajian 5 3 0
3 15

28 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2 10
2 10
H. Peralatan

29 Ketentuan peralatan 15 4 30
2 30
2 0

1 15
1 15
I. Tenaga kerja

30 Pengetahuan/ 4 2 8
2 8
sertifikat hygiene
4 0
sanitasi makanan 2 0
31 Pakaian kerja 2 3 6
2 4

2 4

3 6
0 0
32 Pemeriksaan 2 3 0
2 0
kesehatan
1 0

2 4
2 0
33 Personal hygiene 7 6 42
Total Skor
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan kelaikan hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran, dengan total skor yang
diperoleh sebesar 495.

d. SANITASI GEDUNG/TEMPAT IBADAH (MASJID/MUSHOLLA)


Table 5 Sanitasi Gedung/Tempat Ibadah ( Masjid/Mushola)

29 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
No Variabel Upaya Bobot Nilai Skore

I Persyaratan Kesehatan Lingkungan Dan Bangunan

Umum
1 Lokasi 4 8 32
2 Lingkungan/halaman 4 8 32
Bagian Dalam
1 Lantai 6 9 54
2 Dinding 5 10 50
3 Atap 6 9 54
4 Langit-langit 5 9 45
5 Pagar 4 10 40
6 Pencahayaan 8 10 80
7 Ventilasi 8 10 80
Tersedia
8 10 9 90
perlengkapan ibadah
II Fasilitas sanitasi
1 Air bersih 12 8 146
Pembuangan air
2 10 10 100
limbah
3 Tempat sampah 8 0 0
4 Jamban/urinoir 10 8 80
Total Skor 883
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan sanitasi gedung /
tempat ibadah (masjid/mushola), dengan total skor yang diperoleh
sebesar 883.

e. SANITASI KAPAL
Nama Kapal : CB. Ina Sela
Jenis Kapal : MV
Besar Kapal : GT/GRT
Datang dari : Ambang Luar
Tanggal/Jam Tiba : 07 September 2018 / 14:00 WIB
Diperiksa Tanggal/Jam : 07 September 2018 / 15:00 WIB
Jumlah Awak Kapal : 10 orang

30 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Bendera :Indonesia
Nomor IMO : 9592551
Nama Pemilik/Agen :Sillo Maritim Perdana
Tujuan :Ambang luar Muara Sabak
Tanggal/Jam :
Lokasi Sandar : Pelabuhan Terminal 3 Muara Sabak
Jumlah Penumpang :

Tabel 6 Hasil Pengamatan Sanitasi Kapal

A. SUPERVISI CHECKLIST PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL


No LOKASI YANG KONDISI *) REKOMENDASI
MEMENUHI TIDAK
DIPERIKSA
SYARAT MEMENUHI
SYARAT
1. Dapur √
2. Ruang Rakit √
makanan
3. Gudang √
4. Palka √
5. Ruang tidur
- ABK √
- Perwira √
- Penumpang √
- Geladak √
6. Air minum √
7. Limbah cair √
8. Air ballast √
9. Limbah medis √
10. Air tergenang √
11. Ruang mesin √
12. Fasilitas medic √
13. Area laiinya √
B. SUPERVISI CHECKLIST PEMERIKSAAN VEKTOR DAN BPP
No LOKASI YANG KONDISI *) REKOMENDASI
TAMPAK TIDAK
DIPERIKSA
TANDA- TAMPAK

31 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
TANDA TANDA-
TANDA
1. Dapur √
2. Ruang Rakit √
makanan
3. Gudang √
4. Palka √
5. Ruang tidur
- ABK √
- Perwira √
- Penump √
ang
- Geladak √
6. Air minum √
7. Limbah cair √
8. Air ballast √
9. Limbah medis √
10. Air tergenang √
11. Ruang mesin √
12. Fasilitas medic √
13. Area lainnya √
d. SUPERVISI CHECKLIST PENYEHATAN AIR MINUM
N LOKASI YANG KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O DIPERIKSA
SESUAI
1. Persiapan
a) Persiapan √
petugas
b) Persiapan √
bahan
c) Persiapan √
alat bantu
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan √
kualitas air
a) Pemeriksa √
an fisik
b) Pemeriksa √

32 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
an biologi
c) Pemeriksa √
an kimia
2) Perlindungan
kualitas air
a) Desinfeksi √
b) Dekontami √
nasi
c) uji √
laboratoriu
m (fisik,
kimia dan
biologi)
3) peningkatan
kualitas air
a) hasil uji √
laboratoriu
m (fisik,
kimia dan
biologi)
3. Penilaian √
(sesuai/tidak
sesuai SOP)
4. Pelaporan √
F. SUPERVISI CHECKLIST PENGAMANAN LIMBAH
N LOKASI KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O YANG
SESUAI
DIPERIKS
A
1. Persiapan
2) Persiapan √
petugas
3) Persiapan √
bahan
4) Persiapan √
alat bantu

33 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan √
pengolahan
a) Pemeriksa √
an tempat
penampun
gan (TPS)
b) Pemeriksa √
an
peralatan
pengolaha
n
c) Pemeriksa √
an tempat
penyimpa
nan
2) Perlindungan
a) Pemeriksa √
an vektor
dan BPP
3) peningkatan
kualitas air
a) uji √
kebauan √
b) keberadaa
n (Indeks)
vektor dan
BPP
3. Penilaian √
4. Pelaporan √
G. SUPERVISI CHECKLIST PENGAMANAN RADIASI
N LOKASI KONDISI*) REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
O YANG
SESUAI
DIPERIKS
A

34 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
1. Persiapan
1) Persiapan √
petugas
2) Persiapan √
bahan
3) Persiapan √
alat bantu
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan
pejanan
a) Pemeriksa √
an sumber
radiasi
b) Pemeriksa √
an
kontamina
n
2) Perlindungan
a) Dekontami √
nasi
3. Penilaian √
4. Pelaporan √
Keterangan :
*) beri tanda (√) pada kolom sesuai dengan kondisi

Berdasarkan hasil kegiatan sanitasi kapal, bahwa kapal telah


memenuhi syarat.

3.3. ANALISA DATA


a. SURVEI VEKTOR AEDES
Pada tabel 3 hasil pengamatan survei vektor aedes di diwilayah
RT.01 dan RT. 09 Kuala Tungkal, pada RT.01 larva aedes diperoleh
nilai House Indeks (HI) sebesar 67% dan Container Indeks (CI) sebesar
40%, dan pada RT.09 larva aedes diperoleh nilai House Indeks (HI)

35 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
sebesar 33% dan Container Indeks (CI) sebesar 19%. Menurut
Internasional Health Regulation (IHR) 2005, bahwa angka indeks tidak
lebih dari 1%.

b. PEMASANGAN OVITRAP
Pada tabel 4 hasil pemasangan ovitrap di perkantoran sekitar
pelabuhan di peroleh indeks telur sebesar 31,03%. Menurut
Internasional Health Regulation (IHR) angka indeks tidak lebih dari 1%.

c. PENGAMATAN KEHIDUPAN TIKUS DAN PINJAL


Pada tabel 3 hasil pengamatan kehidupan tikus dan pinjal di 3 titik
lokasi yang berbeda didapat 21 vektor tikus dan tidak terdapat pinjal
pada tubuh tikus. Menurut Internasional Health Regulation (IHR) 2005,
setiap ruang kantor harus bebas tikus. Karena ditemukannya tikus
berjenis Rattus norvegicus,Rattus diardi dan Musmusculus, maka perlu
dilakukan pengendalian vektor tikus.

d. SANIASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)


Pada Tabel 4 Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan di Rumah
Makan Minang Family yang berada di Jalan Dolok Muara Sabak,
Tanjung Jabung Timur. Dari hasil pemeriksaan Kelaikan Hygiene
Sanitasi RM dan Restoran pada hari Kamis, 06 Agustus 2018
didapatkan total skor 495. Berdasarkan Kepmenkes RI
No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran, bahwa Rumah Makan Minang Family
belum memenuhi syarat kelaikan hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran karena kurang dari 700.

e. SANITASI GEDUNG / TEMPAT IBADAH (MASJID/MUSHOLA)

36 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Pada Tabel 5 Sanitasi Gedung/Tempat Ibadah
(Masjid/Mushola) dilakukan di Langgar Nurul Falah pada hari Kamis,
06 Agustus 2018 pukul 13.20 WIB. Dari tabel tersebut didapatkan
skor total 883. Berdasarkan Kepmenkes RI
No.1405/Menkes/SK/XI/02 tentang Lingkungan Kerja dan
Permenkes RI No.2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang organisasi
dan tata kerja KKP, bahwa Langgar Nurul Falah telah memenuhi
syarat karena total skor berada diantara 700 s/d 1400.

f. SANITASI KAPAL
Pada tabel 8 hasil kegiatan sanitasi kapal, dapat disimpulkan
bahwa sanitasi kapal Ina Sela telah memenuhi syarat.

3.4. PRIORITAS MASALAH


Banyaknya masalah yang ditemukan dalam kegiatan magang di
Kantor Kesehatan Pelabuhan tidak memungkinkan untuk diselesaikan
sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan
prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini
metode yang digunakan adalah Teknik Skoring. Dari masalah tersebut
akan dibuat plan of action untuk mencegah dan mengurangi masalah
yang ditimbulkan.
Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 tidak penting
Nilai 2 kurang penting
Nilai 3 cukup penting
Nilai 4 penting
Nilai 5 sangat penting
b. Kemungkinan intervensi

37 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Nilai 1 tidak mudah
Nilai 2 kurang mudah
Nilai 3 cukup mudah
Nilai 4 mudah
Nilai 5 sangat mudah
c. Biaya
Nilai 1 sangat mahal
Nilai 2 mahal
Nilai 3 cukup murah
Nilai 4 murah
Nilai 5 sangat murah
d. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 sangat rendah
Nilai 2 rendah
Nilai 3 sedang
Nilai 4 tinggi
Nilai 5 sangat tinggi

Tabel 7 Prioritas Masalah

Kriteria Urgensi intervensi Biaya Mutu Total


Rangking
Vektor aedes 5 4 3 4 16 I

Tikus dan 3 3 4 3 13 II
pinjal
TPM 3 2 1 3 9 III

Keterangan:

1) Vektor aedes
a) Urgensi : sangat penting
Vektor aedes menjadi masalah sangat penting di kegiatan
magang wilayah kerja Kuala Tungkal, karena tingginya HI dan CI

38 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
yang melebihi 1%. Masalah ini sangat penting karena waktu
perkembangbiakan vektor aedes dari telur hingga dewasa hanya
membutuhkan waktu 9-10 hari, serta waktu inkubasi virus DBD
pada umumnya hanya membutuhkan waktu 4 hari setelah
mendapat gigitan hingga munculnya gejala DBD. Selain itu jika
tidak segera ditangani maka dapat terus terjadi peningkatan
perkembangbiakan vektor aedes yang dapat menimbulkan kasus
penyakit DBD.

b) Intervensi: Mudah
Tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan
penyuluhan tentang pemberantasan vektor aedes.

c) Biaya: cukup murah


Biaya untuk melakukan sosialisai mengenai penyakit yang
ditimbulkan oleh vektor aedes digunakan untuk pamphlet. Selain itu
pembiayaan juga digunakan untuk penyuluhan, pemberian
Larvasida dan kegiatan fogging.

d) Mutu: tinggi
Vektor aedes yang dapat menimbulkan penyakit DBD akan
memberikan dampak negative, salah satunya penurunan
produktivitas individu. Usaha seperti penyuluhan, pemeriksaan
jentik, pemberian larvasida dan fogging dapat mencegah terjadinya
penyakit DBD. Apabila tidak timbulnya penyakit DBD, maka akan
terjadinya peningkaan derajat kesehatan masyarakat dan
penurunan angka kesakitan serta kematiaan.

2) Tikus dan pinjal


a) Urgensi: cukup penting

39 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Tikus dan pinjal dapat menyebabkan penyakit pes dimana tikus
terinfeksi Y.pestis melalui gigitan pinjal. Yersenia pestis
ditransmisikan melalui pinjal yang terinfeksi, manusia yang
terinfeksi ammpu menularkan pes secara lagsung ke manusia yang
lain. Oleh karena itu penyakit pes dapat dikendalikan dengan
melakukan pengendalian terhadap vektornya yaitu Excheopis dan
dapat dihindari dengan menghambat kontak langsung antara tikus
dan pinjal.

b) Inerfensi: cukup mudah


Tindakan yang dilakukan dengan cara pengedalian terpadu.
Pengendalian terpadu dilakukan mengingat keberadaan vektor
dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis, dan social budaya.

c) Biaya : murah
Biaya pengendalian vektor tikus dan pinjal digunakan untuk
menurunkan populasi pinjal dengan insektisida pembasmi pinjal
pada hewan peliharaan ataupun hospes lainnya.

d) Mutu: sedang
Dengan pengendalian vektor yang dilakukan dengan
pemberian insektisida pembasmi pinjal atau perangkap tikus akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3) Tempat Pengelolaan Makanan


a) Urgensi: cukup penting
Tempat pengelolaan makanan sangat sering kita jumpai
terutama didaerah sekitaran perkantoran, akan tetapi dalam
pengawasan kualitas makanan di rumah makan masih kurang.
Karena masih banyak ditemukan rumah makan yang belum
menjaga kebersihan lingkungannya.

40 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
b) Interfensi: kurang mudah
Kemungkinan interfensi pengawasan kualitas makanan
dirumah makan kurang mudah, karena kurangnya kesadaran atau
kurangnya pengetahuan pemilik rumah makan untuk menjaga
kebersihan dalam pengelolaan makanan.
c) Biaya: sangat mahal
Pengawasan terhadap kualitas tempat pengelolaan makanan
tidak membutuhkan dana yang besar, namun biaya pemeriksaan
dari sample makanan memerlukan biaya yang besar dan perbaikan
fasilitas dirumah makan juga membutuhkan dana yang besar,
sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pemilik rumah makan.
d) Mutu: sedang
Dengan pengawasan tempat pengelolaan makanan secara baik
dan benar maka dapat meningkatkan kualitas tempat pengelolaan
makanan dan secara tidak langsung akan meningkatkan derajat
kesehatan.

3.5. POA
Berdasarkan prioritas masalah yang telah ditentukan, dimana
peringkat pada metode skorsing yaitu vektor aedes. Maka planning Of
Action yang akan dilakukan yaitu pemberantasan serangga dengan
sosialisasi PHBS serta metode penggunaan bahan kimia untuk
menekan populasi vektor penular penyakit.

3.6. PELAKSANAAN KEGIATAN


Berikut pelaksanaan kegiatan menurut Planning Of Action (POA)
yang telah ditentukan :
Tabel 10 Planning Of Action (POA)

No Hari / Tanggal Planning Of Action (POA)


.
1. Selasa, 04 September 2018 Penyuluhan dan pemberian

41 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
larvasida
2. Rabu, 05 September 2018 Fogging

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

42 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan magang di Kantor Kesehatan


Pelabuhan (KKP) Kelas III Wilker Kuala Tungkal di peroleh House Indeks
pada vekor aedes diRT.01 diperoleh nilai sebesar 67% Container Indeks
(CI) sebesar 40%, dan pada RT.09 larva aedes diperoleh nilai House
Indeks (HI) sebesar 33% dan Container Indeks (CI) sebesar 19%, dan
Indeks telur sebesar 31,03%, berdasarkan International Health Regulation
(IHR) vektor aedes tidak boleh melebihi dari 1% maka dari itu dilakukan
tindakan pengendalian vektor berupa pemberian larvasida dan fogging.
Pada pengamatan kehidupan tikus dan pinjal didapatkan 21 tikus di tiga
titik lokasi berjenis Rattus norvegicus, Rattus diardi dan Musmusculus
dan tidak ditemukan pinjal pada tubuh tikus. pada sanitasi Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) di Rumah Makan Minang Family diperoleh
skor 495 yang berarti belum memenuhi syarat, berdasarkan Kepemenkes
RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Saniasi
RM dan Restoran skor tidak boleh kurang dari 700. Pada sanitasi tempat
umum yang dilakukan di Langgar Nurul Falah diperoleh skor 883 yang
berarti telah memenuhi syarat kesehatan dari Kepmenkes RI
No.1405/Menkes/SK/XI/02 tentang Lingkungan Kerja dan Permenkes RI
No.2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP,
jika skor 700 – 1400 maka memenuhi syarat kesehatan. Dan sanitasi
kapal telah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Internasional Health
Regulation (IHR) 2005.

A. Saran
1. Bagi Instansi magang untuk dapat melengkapi alat-alat yang
dibutuhkan oleh peserta magang di setiap wilker dan semoga dapat
lebih baik lagi untuk memberikan pengarahan kepada peserta

43 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
magang agar dapat memangsimalkan pengaplikasian disiplin ilmu
yang dimiliki.
2. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan
koordinasi kepada instansi yang berkaitan dengan peserta magang
3. Bagi peserta magang, diharapkan untuk dapat lebih mempersiapkan
apa-apa saja yang diperlukan saat melakukan kegiatan dan sangat
diharapkan agar dapat terlibat dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi terkait selama rentan waktu magang yang
berkaitan dengan disiplin ilmu yang dimilki sehingga dapat
memudahkan nantinya dalam menghadapi dunia kerja nyata.

LAMPIRAN

44 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
45 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
46 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
47 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
48 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
49 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
50 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
51 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
52 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
53 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
54 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
FOTO-FOTO KEGIATAN MAGANG

55 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 3. Air yang terdapat di Gambar 4. Peletakkan
ember dimasukkan ke dalam ovitrap di Kantor Imigrasi.
ovitrap.

Gambar 5. Peletakkan ovitrap Gambar 6. Peletakkan ovitrap


di bawah rumah. di bawah kantor BEA Cukai
Muara Sabak.

56 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 7. Peletakkan Gambar 8. Peletakkan
perangkap tikus di belakang perangkap tikus di gudang TNI
rumah. AL.

Gambar 9. Tikus yang di dapat Gambar 10. Pemberian


di kantor Satpolair Muara Chloroform ke tikus agar tikus
Sabak. tersebut pingsan.

Gambar 11. Identifikasi tikus.

57 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 12. Pemberian larvasida Gambar 13. Pemberian
ke salah satu warga yang larvasida ke salah satu rumah
dilakukan oleh mahasiswi. makan di Muara Sabak.

Gambar 14. Pemberian larvasida


ke salah satu warga yang
dilakukan oleh mahasiswa

58 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 15 Pengisian malation Gambar 16 Mahasiswa
dan solar melakukan pengecekan mesin
swingfog

Gambar 17 Fogging yang


dilakukan di sekitas rumah
warga

59 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 18 Kondisi di meja Gambar 19Keadaan dapur
makan Rumah Makan Rumah Makan Minang
Minang Family Family

Gambar 20 Foto bersama Gambar 21 Rak


dengan pemilik Rumah penyimpanan peralatan
Makan. makan

Gambar 22 Langgar Nurul Gambar 23 Tanya jawab


60Falah
| L a ptampak
o r a n dari
M a gdepan.
a n g d i K a n t o r Kmahasiswa
e s e h a t a nserta
P e l pengisian
abuhan
kuesioner dengan pengurus
Langgar Nurul Falah.
Gambar 24 Kondisi WC di Gambar 25 Foto bersama
Langgar Nurul Falah. dengan pengurus Langgar
Nurul Falah Muara Sabak.

Gambar 26 Ruang navigasi Gambar 27Tanya jawab


kapal CB. Ina Sela bersama pemilik kapal CB.
Ina Sela

61 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n
Gambar 28 Pelampung untuk Gambar 29 Kondisi ruang
keselamatan tidur

Gambar 30 Tong sampah Gambar 31 Foto bersama


khusus untuk sampah non dengan pembimbing
organik lapangan serta staf
pelabuhan

62 | L a p o r a n M a g a n g d i K a n t o r K e s e h a t a n P e l a b u h a n

Anda mungkin juga menyukai