Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

KEGIATAN SURVEY JENTIK VEKTOR DBD (Aedes aegypty)


DI WILAYAH PELABUHAN MALUNDUNG TARAKAN
BULAN JANUARI 2021

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II TARAKAN


TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya
dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.),
malaria (Anopheles), kaki gajah (Culex quinquefasciatus Say.). Keadaaan
lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat, banyak
aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak pula
penyakit yang dapat dimulai, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan.
Di Indonesia sendiri sebagai daerah tropis merupakan tempat yang sangat
baik untuk perindukan nyamuk, hal ini dikarenakan suhu, cuaca, serta musim di
Indonesia sangat mendukung dalam proses perkembangbiakan nyamuk.
Sehingga populasi nyamuk di Indonesia tinggi. Nyamuk yang berkembang
didaerah Indonesia salah satunya Aedes aegepty yang merupakan vektor
penular penyakit DBD. Infeksi virus Dengue terus mengalami peningkatan
prevalensi. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 50 juta-100 juta kasus DBD
dan diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang atau dua perlima populasi penduduk di
dunia beresiko terserang DBD. Dari data dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD tiap tahunnya.
Selain menjadi vektor penular penyakit DBD, Aedes aegypti juga dapat
menyebabkan Yellow Fever (Demam Kuning). Yellow fever (demam kuning)
adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh flavivirus yang ditularkan
oleh nyamuk yang terinfeksi virus (terutama nyamuk Aedes aegypti, tetapi dapat
pula oleh spesies lain) ke inang atau host dalam hal ini adalah manusia dan
primata (monyet) yang menyebabkan kerusakan pada saluran hati, ginjal,
jantung dan sistem pencernaan. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala
klinis seperti demam, mual, nyeri dan dapat berlanjut ke fase beracun/toksik yang
terjadi setelah itu, ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis/ikterik atau
kulit menjadi berwarna kuning, gagal ginjal, meningitis dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian.
Penyakit Yellow fever  diperkirakan berasal dari benua Afrika, kemudian
menyebar ke Amerika Selatan melalui perdagangan budak pada abad ke 16.
Pada abad ke-19, Yellow fever dianggap salah satu penyakit menular paling
berbahaya di dunia. Yellow fever endemis di 31 negara di benua Afrika dan 13
negara di Amerika latin. WHO memperkirakan bahwa terdapat kasus yellow
fever sekitar 200.000 orang dengan 30.000 kematian setiap tahunnya di daerah
berpenduduk tanpa vaksinasi, sekitar 90% infeksi terjadi di Afrika.
Meskipun penyakit ini belum pernah ada di Indonesia, namun kemunculan
penyakit ini harus selalu diwaspadai. Pencegahan terhadap Yellow fever dapat
dilakukan dengan pengontrolan vektor. Melakukan pengawasan tempat
perkembangbiakan nyamuk dan pengendalian nyamuk di dalam rumah maupun
di lingkungan sekitar.
Pelabuhan merupakan pintu masuk bagi penularan penyakit termasuk
pelabuhan Tarakan. Menurut IHR 2005 pasal 22 (WHO, 2005) menyatakan
bahwa fasilitas umum pada pintu masuk (pelabuhan) dalam kondisi bersih dan
bebas dari sumber infeksi atau kontaminan termasuk vektor penyakit dan
reservoir. Kantor Kesehatan pelabuhan bertanggung jawab terhadap peti kemas,
alat angkut, barang dan orang dijamin bebas dari infeksi atau kontaminasi
termasuk vektor dan reservoir.
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki tugas dan fungsi untuk pengendalian
risiko lingkungan. Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk menjaga
kondisi wilayah pelabuhan dan alat angkut bukan menjadi sumber penularan
ataupun habitat yang subur bagi perkembangbiakan vektor penyakit. Salah satu
kegiatannya pengendalian vektor yaitu kegiatan pengawasan terhadap upaya
pengamatan dan pengendalian yang dilakukan untuk menurunkan populasi vektor
dan binatang penular penyakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengawasan terhadap jentik vektor Aedes aegypti di wilayah Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui habitat perindukan vektor Aedes aegypti di wilayah Perimeter dan
Bufer Pelabuhan Malundung Tarakan.
b. Mengetahui House Index (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI) di
Perimeter dan Bufer Pelabuhan Malundung Tarakan.
C. Ruang Lingkup
Kegiatan ini meliputi survei jentik yang dilakukan oleh kader dan diawasi pegawai
KKP Kelas II Tarakan

D. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984, tentang Wabah Penyakit Menular;
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;
4. PP Nomor 40 Tahun 1991, tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular;
5. PP No.24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana
6. PP No.61 Tahun 2009, tentang Kepelabuhan;
7. Peraturan Menkes No. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor
8. Permenkes RI No. 356 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan;
9. Kepmenkes RI No. 431 tahun 2007, tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Risiko Lingkungan di Pelabuhan / Pelabuhan / Pos Lintas Batas dalam
Rangka Karantina Kesehatan.
10. International Health Regulation, Revisi tahun 2005

E. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dalam kegiatan survey jentik nyamuk Aedes
aegypty adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Perimeter dan Bufer Pelabuhan Malundung Tarakan
2. Lingkungan perkantoran kargo di Pelabuhan Malundung Tarakan
3. Lokasi yang diduga menjadi tempat-tempat hidup nyamuk Aedes aegypti.

F. Manfaat
Kegiatan survey jentik memiliki banyak manfaat yaitu:
1. Mengetahui breeding place (tempat perindukan) jentik nyamuk Aedes aegypty.
2. Melindungi seluruh masyarakat umum di lingkungan Pelabuhan Malundung
Tarakan
3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan penyakit DBD di lingkungan
Pelabuhan Malundung Tarakan
4. Mencegah faktor resiko lingkungan terhadap penyebaran dan perkembangan
nyamuk Aedes aegypti.
BAB II
METODOLOGI

A. Langkah-langkah Kegiatan
Dalam melakukan kegiatan pengawasan jentik nyamuk di wilayah Pelabuhan
Malundung Tarakan perlu menyusun langkah-langkah kegiatan di antaranya yaitu:
1. Persiapan Sumber Daya Manusia
a. Pengawas yang melakukan survey jentik setidak-tidaknya fungsional
entomolog kesehatan atau sanitarian.
b. Petugas penunjang yaitu Kader Kesehatan yang telah ditunjuk sesuai SK
Kepala Kantor KKP Kelas II Tarakan .
c. Petugas tersebut di bawah tanggung jawab dari seksi Pengendalian Resiko
Lingkungan (PRL) kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan.
2. Sarana dan Prasarana
a. Kendaraan operasional
b. Senter
c. Pipet panjang dengan karet penghisap
d. Pipet sedang
e. Pipet kecil
f. Cawan petri
g. Botol kosong kecil/ vial
h. Loupe
i. Alat tulis
j. Kertas label
k. Formulir
3. Pelaksanaan fogging
a. Petugas yang akan melakukan pemeriksaan ke dalam bangunan atau ruma
harus izin terlebih dahulu kepada pemilik bangunan atau rumah.
b. Memeriksa container yang ada pada semua bangunan di lingkungan
Pelabuhan.
c. Apabila ada container positif jentik dengan investasi campuran pilihlah
seekor yang diperkirakan jentik Nyamuk Aedes aegyty (bergerak lamban
tetapi apabila disinari akan bergerak lincah seperti huruf ”S”, berwarna putih
keabu-abuan dengan ukuran 0,5-1 cm, bergerak menjauhi sinar/cahaya dan
apabila istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air).
d. Jentik yang diperkirakan Aedes diambil dengan pipet panjang dan
dimasukan ke dalam botol kecil.
e. Mencatat hasil survei larva.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Pelaksanaan
Kegiatan pengawasan nyamuk Aedes aegypty (survey jentik) yang dilaksanakan
oleh seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
II Tarakan dilaksanakan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan lingkungan
di wilayah perimeter dan buffer Pelabuhan Malundung Tarakan pada :
a. Lokasi dalam melaksanakan kegiatan survey jentik adalah di wilayah
Pelabuhan Malundung Tarakan
b. Lokasi yang diduga menjadi tempat hidup nyamuk Aedes aegypti.

B. Hasil Kegiatan
Pengamatan habitat (container) larva Aedes aegypti :
1. Dispenser
2. Ember
3. Pot bunga
4. Bak kamar mandi
5. Ban Bekas
6. Tempat yang ada genangan air bersih

Tabel 1
Pengamatan Habitat Vektor Aedes aegypti di wilayah Perimeter Pelabuhan
Malundung Tarakan
Jumlah Letak Jumlah Positif CI HI BI
Bangunan Kontainer Kontainer Larva (%) (%) (%)
12 Dalam 20 0 0 0 0
Gedung
Luar 8
Gedung

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah bangunan perimeter Pelabuhan yang
diperiksa ada 12 bangunan, sedangkan container yang diperiksa sebanyak 20
buah di luar gedung dan 8 buah di luar gedung. Untuk kepadatan jentik di wilayah
perimeter Pelabuhan, CI=0%, HI=0% dan BI=0%.
Tabel 2
Pengamatan Habitat Vektor Aedes aegypti di wilayah Buffer Pelabuhan
Malundung Tarakan
Jumlah Letak Jumlah Positif CI HI BI
Bangunan Kontainer Kontainer Larva (%) (%) (%)
170 Dalam 185 11 5,5 4,1 6,4
Gedung
Luar 15
Gedung

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah bangunan buffer Pelabuhan yang
diperiksa ada 170 bangunan, sedangkan container yang diperiksa sebanyak 185
buah di luar gedung dan 15 buah di luar gedung. Untuk kepadatan jentik di
wilayah perimeter Pelabuhan, CI=5,5%, HI=4,1% dan BI=6,4%.
BAB IV
PEMBAHASAN

Kegiatan yang telah dilakukan oleh petugas seksi Pengendalian resiko


Lingkungan tentunya perlu adanya sebuah evaluasi dari hasil kegiatan survey jentik
nyamuk yang telah dilaksanakan.Dalam rangka untuk mengevaluasi kegiatan survey
jentik Aedes aegypti dalam rangka pengawasan dan lingkungan masyarakat di
Pelabuhan Malundung Tarakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menentukan cara
dan metode kegiatan di waktu yang akan datang.
Hasil kegiatan survey jentik yang telah dilaksanakan di lokasi debarkasi yang
menjadi target dari kegiatan yaitu dalam rangka terhadap pengawasan lingkungan
Pelabuhan Malundung Tarakan, lokasi tersebut dilakukan survey jentik di
lokasi.Kegiatan survey jentik di lingkungan Pelabuhan Malundung Tarakan cukup
lancar tanpa hambatan karena dibantu oleh 1 kader dari orang yang bekerja dalam
wilayah Pelabuhan (area perimeter) dan 2 orang yang tinggal di wilayah sekitar
Pelabuhan (area buffer). Survey jentik harus dilakukan minimal satu bulan sekali
untuk mengetahui factor resiko yang ada, terutama kepadatan nyamuk aedes
aegypti yang menjadi vektor dalam menularkan penyakit DBD.
Setelah dilaksanakan survey, didapatkan hasil bahwa di area perimeter
Pelabuhan untuk House Index (HI) sebesar 0%, Container Index (CI) sebesar 0%
dan Breteau Index (BI) sebesar 0%, hal ini harus tetap dipertahankan karena
wilayah perimeter Pelabuhan merupakan pintu masuk dan keluar orang dari dan ke
dalam wilayah Kalimantan Utara, khususnya Kota Tarakan. Untuk wilayah buffer,
didapatkan hasil CI=5,5%, HI=4,1% dan BI=6,4%, hasil ini dikategorikan cukup
tinggi, hal ini dikarenakan pada bulan januari curah hujan di wilayah Kota Tarakan
cukup tinggi, sehingga banyak genangan-genangan air yang ada di wilayah sekitar
area buffer Pelabuhan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan survey jentik terhadap lingkungan Bandara Juwata
Tarakan dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk perimeter bandara, kepadatan
jentik Aedes aegypti rendah, namun pada area buffer kepadatan jentik cukup
tinggi.

B. Saran
1. Rutin melakukan tindakan pengendalian awal dengan melakukan PSN
minimal seminggu sekali. PSN dapat dilakukan oleh pegawai perusahaan
maupun kader yang telah dilatih.
2. Menyimpan barang bekas di tempat tertutup agar tidak menjadi tempat
perindukan larva nyamuk,
Demikian laporan kegiatan fogging dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan di lingkungan Pelabuhan Malundung Tarakan untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Tarakan, Januari 2021


Koordinator Pengendalian Risiko Lingkungan Pengawas kegiatan,
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan

Salim Akhmad, SKM


Akhmad Abu Khanifah
NIP 196907211994021001
NIP 198812022012121001
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai