Oleh :
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR
SURVEI JENTIK
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
A. ALAT DAN BAHAN
a) Senter
b) Form Jumantik atau daftar survey Jentik
c) Alat tulis menulis
d) Larva (Jentik nyamuk)
B. CARA KERJA / KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Penyebaran virus ini sangat luas terlebih pada daerah tropis di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai pembawa virus Dengue, Aedes aegypti
merupakan pembawa utama (Primary Factor) bersama dengan Aedes albopictus
dapat menciptakan siklus persebaran Demam Dengue di desa maupun di kota.
Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana cara mengendalikan vector
tersebut.
Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk
mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan
mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering
dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan
mengubur.
Tujuan dari praktikum Survei Jentik ini secara umum adalah sebagai
kegiatan aplikatif di lapangan untuk mata kuliah pengendalian vector dalam
rangka jumantik atau Juru Pemantau Jentik. Selain itu, agar mahasiswa mengerti
atau mengetahui keberadaan serta kepadatan larva nyamuk.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Dengue and the
Aedes aegypti mosquito. https://www.cdc.gov/dengue/re..pdf. 11
Desember 2018
FOGGING
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a) Fog Machine / fog generator dan kelengkapannya
b) Jerican plastic vol 20 Liter
c) Jerican plastic vol 50 Liter
d) Alat Penakar 1 Liter
e) Ember Plastik
f) Aalat Pelindung Diri
g) Alat Tulis
h) Metran hygrometer
i) Anemometer
2. BAHAN
e) Pestisida cair
f) Bahan pelarut (solar)
g) Bahan bakar (bensin)
h) Batu baterai (4 buah)
i) Serbet
j) Sabun cuci
k) Pewarna Minyak
l) Kertas saring wathman
B. CARA KERJA
Kemudian putar kran bensin ke arah kiri untuk mengatur asap agar keluar
lagi dari moncong mesin. Kemudian putar kran bensin ke arah kanan untuk
mengurangi asap dan mengurangi asap yang keluar dari moncong mesin.
Jika target fogging sudah selesai, tutup kran ke arah kanan sehingga asap
tidak lagi keluar dari ujung moncong mesin dan kemudian mematikan Thermal
Fog Machine dengan cara menutup kran bahan bakar.
Ketika sudah dipompa dan berhasil menyala, mesin Thermal Fog tersebut
tidak mengeluarkan banyak asap. Bahkan ketika sudah tiga kali digunakan, mesin
tersebut tidak mengeluarkan asap sama sekali sehingga kami hanya bisa
menyalakan mesin tanpa melakukan fogging dengan asap.
Pada saat melakukan fogging ada 4 orang yang bekerja dengan satu
sebagai pembawa alat thermal Fog, satu lagi sebagai pengarah dari si pembawa
alat dan satu lagi sebagai pengecek di dalam rumah masih adakah orang atau
makhluk hidup lainnya yang mungkin bisa terkontaminasi pestisida dari fogging.
Selain itu diharapkan pula para mahasiswa dengan bekal pengetahuan dan
ketrampilan tersebut permasalahan yang berkaitan dengan penyakit DBD dapat
ditekan sekecil-kecilnya, antara lain turunnya jumlah kasus penderita (insidence
rate) DBD, turunnya angka kematian (case fatality rate) karena DBD, turunnya
angka kepadatan jentik di setiap rumah (house index), dan meningkatnya angka
bebas jentik (ABJ) dari hasil pemantauan jentik berkala.
Fogging pula dapat terlaksana dengan baik apabila seluruh warga dapat
berkoordinasi dengan baik, terlebih setelah dilakukannya fogging dan diberi
pengarahan tentang PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk yang bisa
dilakukan dengan 3M+ serentak oleh seluruh warga, maka akan mengurangi
resiko tingginya terkena DBD.
D. FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
SPRAYING
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
A. ALAT DAN BAHAN
3. ALAT
j) Alat semprot (spray-can) Hudson X-Pert
Alat Semprot yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan
rumah adalah merk Hudsin X-Pert dengan karakteristik sebagai
berikut :
1) Kapasitas Tangki : 11,36 Liter
2) Tinggi Tangki : 56 cm
3) Berat Tangki : 5 Kg
4) Sabuk Penyandang : Panjang 1 m, Lebar 5 cm, Tebal 3
mm
k) Alat Pelindung Diri
l) Masker
4. BAHAN
m) Insektisida cair
B. CARA KERJA / KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Setelah mengisi tangki dengan insektsida cair dan sudah mencapai batas
pengisian kemudian menutup tangki dengan rapat, karena jka tidak rapat atau
salah saat menutup maka saat dipompa akan mengeluarkan angin, maka perlu
ditutup dengan benar dan rapat.
Setelah tertutup dengan benar maka putar klep pada posisi menyala agar
dapat menutup larutan dengan rapat dan dapat mengalirkan larutan pada pipa
nozzle.Setelah dapat dipastikan jika tertutup rapat, mulai dipompa pompa tangki
sampai menunjukkan tekanan 55. Kemudian mulai mengangkat tangki dengan
menggendong tangki menyampirkan selempang dan pada bahu kiri dan
menggendong tangki dibelakang. Pada tangan kanan memegang pipa pancaran.
Kemudian mulai berdiri dengan jarak kira-kira satu meter dari bidang
meluruskan tubuh dengan tegap dan mulai menyemprot dengan tangan lurus. Dan
mulai menyemprot bidang dengan jarak antar tangan dan bidang kira-kira 45 cm.
Usahakan semprotan spray berbentuk kipas, bergerak dari atas ke bawah secara
perlahan selama 10 detik untuk satu bidang. Dimana satu bidang terhitung satu
meter.
Jika sudah selesai dengan bidang pertama bergeser pada bidang kedua,
ketiga dan melakukan hal yang serupa sampai bidang akhir. Pada praktikum kali
ini kami melakukannya pada tiga bidang berbeda, sehingga dapat mengerti
bagaimana bergerser tanpa berlebihan, menyemprot bidang sesuai tanpa terlalu
tergesa-gesa.
Pada saat praktikum kesulitan terjadi pada saat memompa dan menutup
tangki insektisida. Seringnya salah memutar dan tidak rapat dalam menutup
membuat lama proses praktikum sehingga seringkali mengulang-ulang dalam
menutup tangki. Setelah pas sekalipun memompa juga menjadi kendala karena
berat sehingga memakan waktu yang cukup lama.
Kehabisan isi tangki yang mana berisi air biasa membuat beberapa kali
terhenti untuk mengisi air, dan kendala pada saat penutupan kembali terulang
yang mana kembali memakan waktu yang cukup lama dalam pengisian ulang
tangki insektisida dan penutupan tangki tersebut.
Dalam menghasilkan bentul semprotan nozzle dapat membentuk beberapa
bentuk seperti kipas atau plate yang mana tujuannya untuk menyemprot bagian
tembok outdoor maupun indoor. Sedangkan bentuk kerucut atau yang sering
disebut hollow cone berfungsi untuk menyemprot larva Anopheles sp pada daerah
rawa atau sawah. Berbentuk satu arah atau solid stream yang berfungsi untuk
menyemprot lubang-lubang serangga.
Dengan menyemprot spray dari jarak 45 cm, tekanan dalam tangki akan
memperoleh lebar pancaran 75 cm. Dalam praktiknya lebar pancaran yang efektif
adalah 70 cm yakni pada bagian tengah yang mana artinya racun serangga atau
insektisida menempel dibagian tepi pancaran ditumpangkan sebanyak 5 cm pada
kolom pancaran sebelumnya. Agar penyemprot secara otomatis menempatkan
nozzlenya dengan jarak 46 cm salah satu caranya ialah melekatkan bamboo atau
sapu lidi dan ditempelkan pada alat semprot.
D. FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
SURVEI LALAT
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
A. ALAT DAN BAHAN
a. Fly grill
b. Counter
c. Alat tulis menulis
d. Stopwatch
Survei lalat ini dilakukan dengan cara menaruh fly grill diatas tempat yang
banyak dikerubungi lalat, kemudian saat sudah menaruh alat tersebut diatas
tempat, maka mulai menghitung berapa banyak lalat yang ada atau hinggap
selama 30 detik dengan menggunakan stopwatch.
Mulai berjalan dari atas pasar menuruni tangga kemudian berhenti di salah
satu tempat penjualan yang dekat dengan sampah dan menaruh Fly grill di dekat
sana. Kemudian dengan menggunakan stopwat mendapatkan lalat yakni sebanyak
14 lalat. Kemudian terus berlanjut sampai ke tempat tempat penjualan daging,
ikan, buah, dan sampai ke titik terakhit atau ke sepuluh di warung makan.
Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa
mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa
berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna Ó 2001 digitized by USU
digital library 2 merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium
yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3
hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar
dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai
sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1
jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa
kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari
setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap
8 hari pada kondisi yang menguntungkan (Dianing, 2010).
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah.
Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit
disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan
hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang
terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia (Dianing, 2011).
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik
yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium
pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung.
Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta
manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta
manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium
pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti
sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah (Dianing, 2010).
Pada praktikum kali ini, tujuan umum daripada praktikum ialah untuk
mengetahui cara survey lalat dengan melakukan praktikum survey lalat ini.
Tujuan dilakukannya survei ini adalah untuk mengetahui gambaran kepadatan
lalat di daerah Pasar Sidodadi Kleco sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan
dan penanggulangannya.Adapun tujuan lainnya yakni seperti :
D. FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
NIM : J410170065
SHIFT :E
2018
A. CARA KERJA
Pada kost salah satu anggota tersebut kami berinisiatif menaruh Trap di
lubang saluran pembuangan air di area kost, berharap agar tikus datang. Namun,
kenyataannya tikus tersebut tidak datang dan begitupun umpan yang masih utuh.
Namun, tetap tidak ada tikus satupun terperangkap pada trap kami.
Kemudian kami pun berinisiatif untuk mengecek keadaan trap di rumah salah satu
anggota kami, namun ternyata trap tersebut tidak bisa membuka dan menutup
dengan baik sehingga tikus dapat mengambil umpan namun tidak terperangkap.
Dan yang pertama dilakukan adalah mengukur tubuh tikus tersebut untuk
mengetahui jenis dari tikus. Mulai dari panjang keseluruhan (dari kepala sampai
ekor), panjang ekor, panjang telapak kaki belakang, panjang telinga, panjang
badan dan jumlah putting susu. Kemudian setelah melakukan pengukuran
panjang, kami kemudian melakukan penimbangan berat tikus. Dengan berat badan
35,9 gr, kemudian setelah dilihat pada ciri –cirinya. Tikus tersebut termasuk ke
dalam spesies Suncus murinus, yakni celurut.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus
yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus)
yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model
yang penting dalam biologi (Ahmad, 2011).
Dalam rangka mencegah penyakit yang disebabkan oleh tikus, maka perlu
memperhatikan kepadatan tikus. Adanya tikus di lingkungan pemukiman perlu
diwaspadai pula keberadaan ektoparasit terutama pinjal yang berpotensi
menularkan penyakit pes, murine typhus, dan tularemia (Priyambodo, 2003).
Pes merupakan penyakit bersifat akut. Penyakit Pes dikenal ada 2 macam
yaitu Pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh menggigil, perasaan tidak
enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjer (lipat
paha,ketiak dan leher). Sedangkan Pes pneumonic ditandai dengan gejala batuk
hebat, berbuih, air liur berdarah, dan sesak nafas.Penyakit yang ditimbulkan oleh
vektor diantaranya adalah penyakit pes dan leptospirosis.
Pengendalian Tikus perlu di lakukan apabila populasi tikus banyak dan
mengganggu kehidupan manusia sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Ada
beberapa cara untuk mengendalikan tikus diantaranya :
1. Pengendalian secara Biologi
Dengan menggunakan musuh alami dari tikus sendiri
seperti ular, burung hantu, elang, kucing dan hewan pemakan tikus
lain. Dengan pengendalian secara biologi, populasi tikus yang
tinggi dapat ditekan dengan menjaga kelestarian hewan dalam
rantai makanan yaitu hewan pemangsa tikus.
2. Pengendalian secara Kimia
Pengendalian secara kimia ini sebenarnya kurang bagus
dalam prakteknya, karena berhubungan dengan bahan kimia yaitu
dengan menggunakan racun tikus (rodentisida) yang dapat
mempengaruhi lingkungan sekitar. Hal ini tidak boleh dilakukan
sembarangan mengingat masih banyak hewan yang dapat
memakan racun ini. Selain itu, sisa tikus yang mati karena telah
memakan racun dapat menimbulkan masalah baru semisal bangkai
tikus yang mati di tempat yang sulit dijangkau.
3. Pengendalian secara Fisika
Ada sebuah cara unik yang dilakukan untuk mengusir dan
mengendalikan tikus yaitu dengan menggunakan gelombang
ultrasonik. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan akan
mengganggu tikus sehingga tikus takut kemudian menjauh. Hal ini
dapar terjadi karena pendengaran tikus yang tajam sehingga tikus
sangat sensitif. Untuk kemudian waktu pengendalian ini masih
perlu dilakukan peningkatan yaitu melakukan variasi gelombang
sehingga tikus tidak datang lagi.
4. Pengendalian dengan cara lainya
a. Memperhatikan sanitasi dan higinitas lingkungan sehingga
tikus tidak dapat hidup atau tinggal
b. Menggunakan tempat sampah yang tertutup untuk
mencegah tikus masuk
c. Mendesain kembali bangunan agar tidak dapat dimasuki
tikus dan agar tikus tidak dapat bersarang
Tujuan umum yang dapat diambil dari praktikum ini ialah, memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Pengendalian Vektor bab Trapping. Dan juga agar
mahasiswa mengerti bagaimana cara trapping tikus dan juga mencari dan tahu
ektoparasit apa yang ada di dalam tikus.
Selain itu adalah agar mahasiswa mengerti tikus bukan hanya vector
namun ia juga host yang membawa vector lain yakni pinjal atau, Xenopsylla
cheopsis yang juga parasit diluar tubuh tikus atau disebut dengan Ektoparasit.
Yang membawa kerugian baik untuk tikus itu sendiri atau untuk manusia. Dan
melalui pengetahuan tersebut mahasiswa juga mencari dan mengetahui cara
pengendalian vector pinjal tersebut dan menyampaikannya ke masyarakat agar
mengerti pentingnya pengendalian vector dan menjaga kebersihan di dalam
lingkungan
Salah satu syarat tempat tinggal yang sehat adalah bebas dari rodent.
Rodent merupakan binatang kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan
manusia karena selain mengganggu secara langsung juga sebagai perantara
penularan penyakit. Hewan mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang
tidak sedikit, merusak bahan pangan, merusak kabel sehingga dapat menyebabkan
terjadinya hubungan pendek yang bisa mengakibatkan terjadinya kebakaran serta
dapat menimbulkan penyakit.
Black Death atau Mati hitam, adalah suatu pandemi hebat yang pertama
kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan
membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir
bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah,
yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari
pandemi multi-regional. Wabah penyakit ini muncul melalui tiga varian
penularan. Paling umum merupakan Varian Pes berasal dari pembengkakan
kelenjar getah bening (Bubo) yang muncul di leher korban, ketiak ataupun
pangkal paha. Penyakit ini tumbuh dengan berbagai ukuran, dimulai dari sebesar
telur hingga sebesar apel. Penyebaran wabah Pes bermula dari seranggga
(umumnya kutu) yang terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan pengerat
termasuk di antaranya tikus dan marmot yang terinfeksi wabah. Setelah tikus
tersebut mati, kutu menggigit manusia dan menyebarkannya kepada manusia.
D. FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nasrurridlo (2011). Pengaruh Pemberian Pati Jagung Dan Ubi Kayu
Hasil Modifikasi Dengan Enzim Pullulanase Terhadap Kadar Glukosa
Darah Tikus Wistar (Rattus novergicus). Malang ; UIN Malang