Oleh :
Arrsillaufiatma Mayhimamia Fahmuamalia (10319014)
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................................................3
C. Manfaat.............................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................4
A. Definisi Nyamuk...............................................................................................................................4
B. Definisi Container.............................................................................................................................4
C. Angka Kepadatan Jentik..................................................................................................................5
BAB III MEDIA........................................................................................................................................7
A. Alat dan Bahan.................................................................................................................................7
B. Langkah Kerja..................................................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................9
A. Hasil...................................................................................................................................................9
B. Pembahasan.....................................................................................................................................10
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
LAMPIRAN.............................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor dari berbagai penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh vektor ini
antara lain penyakit demam berdarah, malaria, danfilariasis. Tetapi pada masyarakat saat ini
penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas daerah
penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk,masyarakat umum perlu
mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan
pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan terhadap
dampak buruk akibat serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Untuk menghindari dampak buruk dari adanya jentik tersebut, maka perlu adanya
kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik merupakan salah satu
upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian penyakit yang dapat disebabkan oleh
nyamuk. Dalam pengamatan tersebut, terdapat beberapa indikator yang dapat
mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain
House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI).
B. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti di daerah Dsn.
Kedugwatu, Ds. Selorejo, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan
C. Manfaat
Manfaat dalam praktikum ini adalah mahasiswa mampu untuk menilai kepadatan jentik di
pemukiman, mengetahui bionomic dari jentik nyamuk dan mempu melakukan hasil
pengukuran House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI). sebagai indikator
sanitasi lingkungan untuk penegndalian dan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera. Pada
umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu telur,
larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu
telur –larva –pupa–dewasa. Pada stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan
stadium lalat dewasa hidup diluar air. Ketika telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah
terendam dalam air. Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan
normal berlangsung 9-10 hari. Pada stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi
nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal,
perkembangan dari stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu
sedikitnya 9 hari.
B. Definisi Container
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali ditemukan jentik-
jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk perindukan telurnya.
Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air jernih yang
tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat gelapsebagai tempat
perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan
sehari–hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain–lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang–barang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
a. Aedes
1) Single larva Pada setiap container yang diemukan ada jentik, maka satu ekor jentik akan
diambil dengan cidukan atau dengan pipet panjang jentik sebagai sampel, untuk
pemeriksaan specimen jentik (identifikasi) lebih lanjut. Jentik yang diambil ditempatlan
dalam botol kecil/vial bottle dan diberi label sesuai dengan nomor tim survey, nomor
lembaran formulir berdasarkan : nomor rumah yang disurvey dan nomor container dalam
formulir.
2) Visual Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat
genangan air tanpa mengambil jentik dan pemeriksaan specimen jentik. Survey ini dilakukan
pada survey lanjutan untuk memonitor indeks-indeks jentik atau menilai hasil
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan.
Setelah dilakukan survey dengan metode diatas, pada survey jentik nyamuk Aedes aegypti
akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai berikut:
Indeks jentik/larva :
Merupakan jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.
Merupakan jumlah kontainer positif jentik dari seluruh kontainer yang diperiksa.
Merupakan jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah atau bangunan.
Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI,
CI dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972di bawah
ini :
Density figure (DF) House Index (HI) Container Index (CI) Breteau Index (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-7 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
Berdasarkan hasil survey larva dapat ditentukan Density Figure. Density Figure ditentukan
setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel Larva Index. Apabila
angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan
diatas 5 risiko penularan tinggi.
BAB III
MEDIA
A. Alat dan Bahan
1. Senter
2. Kamera handpohone
3. Jas Lab
4. Masker
5. Alat tulis (bolpoin)
6. Buku tulis
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tentukan lokasi (rumah) yang akan diperiksa.
3. Lakukan observasi pada rumah yang ditentukan sebagai tempat survey untuk melihat jenis-
jenis container yang ada pada rumah tersebut.
4. kemudian catat hasil pengamatan jentik pada container
5. Lalu, total hasil jentik yang ada pada container diberi tanda (+) / positif
6. gunakan kamera pada handphone untuk memotret bukti adanya jentik pada container.
B.
Lilik
B.U
mina
B.Mar
ia
Din B.S B.
da ulis Sugi
k
BAB IV
1
= x 100 %=10 %
10
1
= 2 4 x 100 %=4,1 %
9
= 10 x 100 % = 90%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan House Indeks (HI) didapatkan persentase sebsar 10% yang
ditemukan jentik dari seluruh rumah yang diperiksa, maka artinya berdasarkan Density figure (DF)
berada dalam kategori kepadatan nyamuk rendah dari indikator kepadatan jentik. Dari perhitungan
pada Container Index (CI) didapatkan persentase sebesar 4,1% atau hanya 1 container positif. Dari
container yang ditemukan jentik dengan jumlah container yang diperiksa, maka berdasarkan Density
figure (DF) dari hasil tersebut dapat dartikan container masuk dalam kategori kepadatan rendah dan
jenis container yang peling banyak didapatkan adalah bak mandi dan tadak hujan, sedangkan untuk
container yang positif jentik dari suvei yang sudah dilakukan hanya terdapat satu container yaitu pada
container bak mandi. Untuk perhitungan Bretau Index (BI) didaptkan persentase sebesar 10% dari
jumlah container postif jentik per sepuluh rumah yang diperiksa, dari hasill tersebut maka berdasarkan
Density figure (DF) masuk dalam kategori kepadatan jentik sedang. Untuk perhitungan Angka Bebas
Jentik (ABJ) didapatkan hasil 90%, hal ini dapat diartikan bahwa 90% dari seluruh rumah yang
diperiksa merupakan rumah bebas jentik. Menurut Permenkes RI (2017), Angka Bebas Jentik
yang baik adalah tidak melebihi standar yaitu 95%. Dari hasil pemeriksaan rumah di Dusun
Kedungwatu, ditemukan 1 rumah psotif jentik yaitu milik Bu Umina. Jentik tersebut
ditemukan di bak mandi yang berada di dalam rumah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil perhitungan CI, BI,HI diketahui bahwa tingkat kepadatan jentik di wilayah Dusun
Kedungwatu, Desa Selorejo, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan dalam kategori rendah.
Namun, dari hasil tersebut tetap harus waspada karena berisiko terjadi penularan penyakit DBD.
Maka dari itu perlu dilakukannya pengendalian populasi jentik untuk memperkecil peluang
terjadinya DBD.
B. Saran
Berdasarkan hasil prektikum maka saran yang dapat diberikan yaitu kepada pemilik rumah
khususnya rumah dengan positif jentik agar membersihkan secara rutin pengurasan tempat
penampungan air yang ada dirumah. Selain itu, kepada kader jumantik untuk rutin melakukan
pemeriksaan di rumah- rumah warga.
DAFTAR PUSTAKA
2. Budiman, Hamidah. Karakteristik Tipe Kontainer Yang Disukai Oleh Jentik Aedes
aegypti Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulili. Promot J Kesehat Masy. 2017;7(2):107-112.
https://media.neliti.com/media/publications/223807-characteristics-of-continuity-type-
suppo.pdf