Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting
karena peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang
ditularkan oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria, dan
filariasis. Ketiga penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang yang lain
melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah
satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai
150 juta kasus yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan
kasus DBD tertinggi di ASEAN.DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Laju
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup cepat merupakan salah satu
penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2, 2010)
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti
bak mandi, tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan
nyamuk, masyarakat umum perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang
disebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga
(khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik
merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Dengan berbekal pengetahuan inilah
masyarakat secara mandiri dapat melakukan upaya pengendalian jentik nyamuk.
Terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk.

Indikator-indikator tersebut antara lain House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan
Breteau Index (BI).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran kepadatan (density)
larva/jentik di permukiman/tempat-tempat umum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam
pemgamatan.
c. Mahasiswa mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi, bahan, dan
volume kontainer) dipergunakan.
d. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan
larva/jentik dengan parameter House Index, Container Index, Breteau Index dan
Density Figure.
e. Mahasiswa mampu

melakukan

dan

memberikan

upaya

pengendalian

keberadaan larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.


C. Manfaat
1. Dapat

melakukan

pengukuran

kepadatan

(density)

larva/jentik

di

permukiman/tempat-tempat umum.
2. Dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam pemgamatan.
3. Mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi, bahan, dan volume
kontainer) dipergunakan.
4. Mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan larva/jentik dengan
parameter House Index, Container Index, Breteau Index dan Density Figure.
5. Mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan
larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk


Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun
menyebabkan berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita

kenal, metode pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya


pemberantasan sarang nyamuk (PSN), masih dianggap cara paling efektif. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan
survei jentik pada rumah-rumah warga.
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas
khusus yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya
pemantauan jentik nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan
sebelumnya melakukan pelaporan ke kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas dari
Jumantik pada saat memantau wilayah wilayah diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih
apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang
sulit dikuras diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik
nyamuk.
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu
pagi hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi
peringatan kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih
dari jentik-jentik nyamuk.
Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk dilaporkan ke
kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas atau kelurahan
dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), tiap-tiap masyarakat juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan
jentik di wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti kolam renang, bak kamar mandi, ember air,
tempat air minum, penampungan air , lemari es ,dll
2. Menutup

Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang
ditampung seperti bak mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Mengubur
Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi sampah-sampah atau
benda yang sudah tidak dipakai lagi yang berpotensi untuk tempat
perkembangbiakan dan bertelur nyamuk di dalam rumah.
Plus Kegiatan-kegiatan Pencegahan, seperti :
a. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
b. Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit dibersihkan
c. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan
horden yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
d. Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.
e. Membersihkan lingkungan sekitar,terutama pada musim penghujan.
Dengan melakukan tindakan-tindakan positif seperti yang telah
disebutkan di atas akan dapat menekan atau mengurangi penyebaran dan
perkembangbiakan vektor nyamuk sehingga meminimalisasi ancaman tertular
penyakit DBD, Chikungunya, ataupun Malaria.

2. Definisi Container
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali
ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk
perindukan telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang
menampung air jernih yang tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan
berada di tempat gelapsebagai tempat perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta,
2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna
keperluan seharihari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain
lain.

2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barangbarang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa,
lubang di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll.
Kontainer ini pada umumnya ditemukan diluar rumah.
3. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde
Diptera. Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya
(metamorfosis), yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur larva pupa dewasa. Stadium
telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air.
Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal
berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2
hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung
kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan dari stadium telur sampai
menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.

N y
a
m
u k
M
u d
a

N y a
m u k
B e t in
a
D e w
a sa

Pu p
a
(2 -4
h a ri
)

J
e
n
ti
k

T
e
l
u
r

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti


Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair
dan tidak mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati.
Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1

Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau
bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.

Nyamuk Culex akan meletakkan telur di permukaan air secara bergerombolan dan
bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.

Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer dan
mengapung di permukaan air.

Gambar 2.2. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex


Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbedabeda bergantung dari spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki
adalah :

1.) Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti


pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah
dekat perindukannya, atau di tumbuh-tumbuhan.
2.) Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis
spesiesnya. Misalnya nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga
3 km. Selain itu, hal tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara.
Penyebaran dari nyamuk itu sendiri bisa bersifat aktif maupun pasif.
3.) Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya
nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam
mencari mangsanya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di
siang hari. Ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa
macam yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk di air payau (salt marsh
type); dan (2) Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang sifatnya
sementara, dibedakan atas :
4.) Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air
yang sifatnya sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan
sebagainya
5.) Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air
yang terdapat di kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya
dibuang oleh manusia disembarang tempat.
6.) Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama
seperti jenis Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak
ditemukan terutama pada daerah yang sering hujan atau curah hujannya
tinggi, misalnya di lubang-lubang pohon.
7.) Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih
pada genangan air di lubang-lubang di batu karang atau padas.

10

Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat


peristirahatannya, maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
1.) Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubanglubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang
atau padas, dan lain sebagainya.
2.) Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-tempat
yang terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja maupun
tidak sengaja misalnya dalam rumah disela-sela baju yang digantung, adanya
kaleng bekas, dan sebagainya.
4. Angka Kepadatan Jentik
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan
survei yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei perangkap telur
(ovitrap). Data-data yang diperoleh, nantinya dapat digunakan untuk menunjang
perencanaan program pemberantasan vektor. Dalam pelaksanaannya, survei dapat
dilakukan dengan menggunakan 2 metode (Depkes RI, 2005), yakni :
1 Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat
yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan
identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2 Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya.
Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes
aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran
sebagai berikut:
1

House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.

11

HI =

Jumlah rumah yang positif jentik


Jumlah rumah yang diperiksa

X 100 %

Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa

CI =

Jumlah kontainer yang positif jentik


Jumlah kontainer yang diperiksa X 100 %

Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus
rumah.
Jumlah kontainer yang positif jentik
BI =
X 100 %
100 rumah yang diperiksa
HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density

figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI,
CI dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun
1972di bawah ini :
Tabel 2.1 Larva Index
Density figure

House Index (HI)

(DF)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: WHO (1972)

13
47
8 17
18 28
29 37
38 49
50 -59
60 76
>77

Keterangan Tabel :
DF = 1

= kepadatan rendah

Container Index

Breteau Index

(CI)
1-2
3-5
6-9
10 -1 4
15 20
21 - 27
28 - 31
32 40
>41

(BI)
1-4
59
10 19
20 34
35 -49
50 74
75 99
100 199
>200

12

DF = 2-5 = kepadatan sedang


DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukanDensity Figure. Density
Figure ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan
dengan tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko
penularan rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan
tinggi

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 30 Mei 2014
Waktu
: 16.00 WITA s/d selesai
Tempat: Komplek Kesehatan Banjarbaru
B. Jenis kegiatan
Pengukuran kepadatan (density) larva/jentik dengan visual larvae methode di
permukiman Komplek Kesehatan Banjarbaru
C. Pembimbing Praktik

13

1. Bapak Yohanes Joko S, S.KM,M.Kes


2. Bapak Sabariyanto
D. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Form pengukuran kepadatan (density) larva/jentik
E. Uraian Kegiatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengamati semua penampungan air baik di dalam maupun diluar rumah
3. Menanyakan kepada pemilik rumah letak penampungan air
4. Mengamati ada tidaknya jentik
5. Untuk TPA ukuran besar, menunggu antara 0,5-1 menit
6. Mengamati secara makroskopis apakah jentik Aedes dengan ciri-ciri:
a. Gerakan larva cepat dengan membengkokkan tubuhnya (sudut)
b. Sifat fotophobia
c. Tahan lama berada jauh dari permukaan air
d. Posisi larva dalam air tegak/membentuk sudut
7. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, letak container, jenis,
jumlah dan waktu PSN serta pemberian bubuk abate
8. Menghitung kepadatan jentik dengan parameter : HI, CI, BI dan DF

14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
HASIL PENGAMATAN LARVA/JENTIK DI PERMUKIMAN KOMPLEK
KESEHATAN BANJARBARU
Hari/tanggal
Waktu
Lokasi pengamatan
Metode pengamatan
Hasil pengamatan

: Jumat, 30 Mei 2014


: Pukul 16.00 wita s/d selesai
: Komplek Kesehatan Banjarbaru
: Visual Larvae Methode
:

Nama KK

o
1
2
3
4
5

TPA
Indoor

Jenis
TPA

Daryatmo
H.Ahmad
Erfan
Samsul
Abdul Haris

1
1
1
5
2

Tondon
1
Bak
Bak
1
Bak
1
Bak
dan
tempayan

Status
(+) (-)

Bahan
TPA

Vol.
TPA

Plastik
Beton
Beton
Plastik
Plastik

100 lt
100 lt
150 lt
150 lt
100 lt
dan 50
lt

Ket.

15

Nama KK

o
1
2
3
4
5
6

TPA
Outdoor

Jenis
TPA

Daryatmo
H.Ahmad
Erfan
Samsul
Abdul Haris
Rumah no.37

15
1
1
1
1
14

Pot bunga
Pot bunga
ember
ember
ember
Tempat

Status
(+) (-)

Bahan
TPA

Vol.
TPA

Plastik
Plastik
Plastik
Plastik
Plastik
Seng

1 lt
2 lt
5 lt
5 lt
5 lt
0,5 lt

Plastik
Plastik

2 lt
2 lt

mandi
7
8

Rumah no.32
Rumah no.30

57
22

burung
Pot bunga
Pot bunga

Angka Parameter Digunakan


1. House Index
HI =

larva
x 100
Jumla h ruma h

HI =

5
8

x 100 = 62,5

2. Container Index
+

larva
CI =
x 100
Jumla h container

CI =

5
189

3. Breteau Index

x 100 = 2,6

Ket.

16

BI =

larva
x 100
Jumla h continer

BI =

5
8

x 100 = 62,5

4. Density Figure
DF = Konfirmasi nilai HI, CI dan BI ke dalam tabel
Tabel Density Figure
DF
1
2
3
4
5
6
7
8
9

HI
1-3
4-7
8-17
18-28
29-37
38-49
50-59
60-76
77 DST

Density Figure =

8+2+6
3

CI
1-2
3-5
6-9
10-14
15-20
21-27
28-31
32-40
41 DST

BI
1-4
5-9
10-19
20-34
35-49
50-74
75-99
100-199
200 DST

= 5,33

Interpretasi Hasil Pengukuran


No
1

Density
1-3

Keterangan
Daerah hijau, derajad penularan penyakit oleh

4-5

larva rendah atau tidak menularkan


Daerah kuning, derajad penularan penyakit oleh

>5

larva sedang atau perlu waspada


Daerah merah, derajad penularan penyakit oleh

larva tinggi, perlu pengendalian segera

B. Pembahasan

17

Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman komplek kesehatan


banjarbaru pada tanggal 30 Mei 2014 pukul 16.00 wita dan dengan menggunakan
visual larvae methode di temukan jumlah rumah (+) larva ada 5 buah dari 8 rumah
yang diperiksa. Sedangkan pada jumlah container (+) larva ada 5 buah dari 189 buah
container yang diperiksa. Adapun container-container yang positif ini berupa 1 buah
tondon, 2 buah bak mandi, 1 buah tempat mandi burung, dan 1 buah pot bunga.
Dan adapun angka parameter yang digunakan yaitu : House Index, Container
Index, Breteau Index dan Density Figure. House Index merupakan jumlah rumah (+)
larva dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Untuk Container
Index merupakan jumlah container (+) larva dibagi dengan jumlah container yang
diperiksa dikalikan 100 dan Breteau Index merupakan jumlah container (+) larva
dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Dan adapun hasil dari
(HI) adalah 62,5, sedangkan (CI) adalah 2,6 dan (BI) adalah 62,5. Untuk Density
figure mengkonfirmasi nilai HI, CI dan BI ke dalam tabel di bawah ini :
DF
HI
CI
BI
1
1-3
1-2
1-4
2
4-7
3-5
5-9
3
8-17
6-9
10-19
4
18-28
10-14
20-34
5
29-37
15-20
35-49
6
38-49
21-27
50-74
7
50-59
28-31
75-99
8
60-76
32-40
100-199
9
77 DST
41 DST
200 DST
Untuk nilai HI 62,5 maka angka density figure nya adalah 8, sedangkan nilai CI 2,6
maka angka density figure nya adalah 2 dan nilai BI adalah 62,5 maka angka density

figure nya adalah 6. Maka, Density Figure =

8+2+6
3

= 5,3

Adapun Interpretasi Hasil Pengukuran sebagai berikut:


No
1

Density
1-3

Keterangan
Daerah hijau, derajad penularan penyakit oleh

18

4-5

larva rendah atau tidak menularkan


Daerah kuning, derajad penularan penyakit oleh

>5

larva sedang atau perlu waspada


Daerah merah, derajad penularan penyakit oleh
larva tinggi, perlu pengendalian segera

Dari tabel interpretasi Komplek kesehatan banjarbaru mendapatkan hasil


>5 dimana dikatakan Daerah merah derajad penularan penyakit oleh larva tinggi,
perlu pengendalian segera. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi
setiap 1 minggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tondon, selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah
ada sampah seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat
penampungan

air

alamiah,

selalu

membersihkan

tempat

mandi

burung,

membersihkan pot-pot yang tergenang air dan menaburkan bubuk abate.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman komplek kesehatan
banjarbaru pada tanggal 30 Mei 2014 pukul 16.00 wita dan dengan menggunakan
visual larvae methode di temukan jumlah rumah (+) larva ada 5 buah dari 8 rumah

19

yang diperiksa. Sedangkan pada jumlah container (+) larva ada 5 buah dari 189 buah
container yang diperiksa. Adapun container-container yang positif ini berupa 1 buah
tondon yaitu di rumah keluarga bapak Daryatmo, 2 buah bak mandi, 1 buah yaitu di
rumah keluarga bapak Erfan, 1 buahnya lagi di rumah keluarga bapak Samsul, 1 buah
tempat mandi burung di rumah nomor 37, dan 1 buah pot bunga di rumah nomor 32.
Untuk nilai HI 62,5 maka angka density figure nya adalah 8, sedangkan nilai
CI 2,6 maka angka density figure nya adalah 2 dan nilai BI adalah 62,5 maka angka
density figure nya adalah 6. Maka, Density Figure nya adalah 5,3. Dari tabel
interpretasi Komplek kesehatan banjarbaru mendapatkan hasil > 5 dimana dikatakan
daerah merah derajad penularan penyakit oleh larva tinggi, perlu pengendalian
segera.
B. Saran
Setiap rumah di komplek kesehatan hendaknya melakukan pembenahan
sesegera mungkin seperti :
1. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1 minggu
sekali,
2. menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tondon,
3. selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah
ada sampah seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat
penampungan air alamiah,
4. selalu membersihkan tempat mandi burung, kolam dan lain-lain
5. membersihkan pot-pot yang tergenang air dan
6. menaburkan bubuk abate.

Anda mungkin juga menyukai