ENTOMOLOGI
Dosen Pembimbing:
Instruktur :
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena peranannya
sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh vektor ini antara
lain penyakit demam berdarah, malaria, dan filariasis. Ketiga penyakit ini ditularkan dari orang
yang satu ke orang yang lain melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus yang
mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus DBD tertinggi di ASEAN.DBD
disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Laju perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang
cukup cepat merupakan salah satu penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2,
2010)
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan,
drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
segala dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk, masyarakat umum perlu mengetahui jenis,
kehidupan, permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai
kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat
serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik merupakan salah satu
upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
Dengan berbekal pengetahuan inilah masyarakat secara mandiri dapat melakukan upaya
pengendalian jentik nyamuk. Terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan suatu kepadatan
jentik nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain Angka Bebas Jentik (ABJ),House Index (HI),
Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali ditemukan jentik-
jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk perindukan telurnya. Misalnya
saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air jernih yang tidak langsung
berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat gelapsebagai tempat perindukan
telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan
seharihari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lainlain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barangbarang bekas (ban bekas,
kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera. Pada umumnya
nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Nyamuk Aedes aegyptimengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur larva pupa
dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar
air. Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air. Stadium jentik
biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal berlangsung 9-10 hari. Stadium
berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan
siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan dari
stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan tidak mengalir.
Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk
berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau
bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.
2. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di permukaan air secara bergerombolan dan bersatu
berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
3. Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer dan
mengapung di permukaan air.
Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda bergantung dari
spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki adalah :
1.) Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti pembentukan telur,
sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah dekat perindukannya, atau di tumbuh-
tumbuhan.
2.) Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis spesiesnya. Misalnya
nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga 3 km. Selain itu, hal tersebut dipengaruhi
oleh kelembaban udara. Penyebaran dari nyamuk itu sendiri bisa bersifat aktif maupun pasif.
3.) Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya
nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam mencari mangsanya.
Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di siang hari. Ditinjau dari tempat hidupnya,
nyamuk dibedakan atas beberapa macam yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk di air payau
(salt marsh type); dan (2) Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang sifatnya sementara,
dibedakan atas :
4.) Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air yang sifatnya
sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan sebagainya
5.) Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air yang terdapat di
kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya dibuang oleh manusia disembarang
tempat.
6.) Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama seperti
jenis Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak ditemukan terutama pada daerah
yang sering hujan atau curah hujannya tinggi, misalnya di lubang-lubang pohon.
7.) Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih pada genangan air
di lubang-lubang di batu karang atau padas.
Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat peristirahatannya, maka
nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
1.) Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubang-lubang yang
ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang atau padas, dan lain
sebagainya.
2.) Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-tempat yang
terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja maupun tidak sengaja misalnya
dalam rumah disela-sela baju yang digantung, adanya kaleng bekas, dan sebagainya.
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan survei yang meliputi
survei nyamuk, survei jentik serta survei perangkap telur (ovitrap). Data-data yang diperoleh,
nantinya dapat digunakan untuk menunjang perencanaan program pemberantasan vektor. Dalam
pelaksanaannya, survei dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode (Depkes RI, 2005), yakni :
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat yang menampung
air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai
jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat genangan air tanpa
mengambil larvanya.
Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai berikut:
1. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.
X 100 %
HI =
2. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa
X 100 %
CI =
3.
X 100 %
BI =
Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat tulis
b. Sifat fotophobia
c. Tahan lama berada jauh dari permukaan air
7. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, jumlah container di dalam, diluar,
terang, dan gelap
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil
Hasil pengamatan :
Nama
M. Rino Siregar
Rizky Ramadhan
Ainil Sakdiah
Annisa Zolanda
Aztika Ramadanti
Della Aprilia
Jumlah (Rumah) = 27
1. House Index
HI = x 100
HI = x 100 = 81,5
2. Container Index
CI = x 100
CI = x 100 = 45,03
3. Breteau Index
BI = x 100
BI = x 100 = 218,5
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di pemukiman penduduk pada tanggal 14 Oktober
2015 pukul 14.00 WIBdan dengan menggunakan visual larvae methode di temukan jumlah rumah
(+) larva ada 22 buah dari 27 rumah yang diperiksa. Sedangkan pada jumlah container (+) larva ada
59 buah dari 131 buah container yang diperiksa. Adapun container-container yang positif ini di
luar dan dalam rumah, serta di tempat terang dan gelap.
Dan adapun angka parameter yang digunakan yaitu : House Index, Container Index, Breteau Index
dan Angka Bebas Jentik. House Index merupakan jumlah rumah (+) larva dibagi dengan jumlah
rumah yang diperiksa dikalikan 100. Untuk Container Index merupakan jumlah container (+) larva
dibagi dengan jumlah container yang diperiksa dikalikan 100 dan Breteau Index merupakan
jumlah container (+) larva dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Dan adapun
hasil dari (HI) adalah 81,5 sedangkan (CI) adalah 45,03 dan (BI) adalah 218,5.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di pemukiman penduduk pada tanggal 14 Oktober
2015 pukul 14.00 WIBdan dengan menggunakan visual larvae methode di temukan jumlah rumah
(+) larva ada 22 buah dari 27 rumah yang diperiksa. Sedangkan pada jumlah container (+) larva
ada 59 buah dari 131 buah container yang diperiksa. Untuk nilai HI81,5 sedangkan
nilai CI 45,03 dan nilai BI adalah 218,5.
B. Saran
1. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1 minggu sekali,
3. Selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah ada sampah
seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat penampungan air alamiah,