Anda di halaman 1dari 14

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

SURVEY JENTIK NYAMUK

REGULER 2 / SEMESTER 4

KELOMPOK 2 :

1. Muhammad Iqbal Akbar (1813451051)


2. Rima Oktavia (1813451055)
3. Luthfi Zalfa Ismail (1813451061)
4. Sherly Novinda (1813451066)
5. Dian Anjarwati (1813451075)
6. Yasmin Putri Zahwa (1813451076)
7. Rizka Fajrin Utami (1813451089)
8. Clarisa Violeta (1813451090)
9. Theresia Ayu Fanella (1813451094)
10. Jasmine Rizky O.L.S.L (1813451095)
11. Afrido Nanda Setiawan (1813451099)
12. Akmal Alfaridho (18134510100)

PRODI DIII SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES TANJUNGKARANG

TAHUN 2020
PRAKTIKUM 1
SURVEI JENTIK NYAMUK

Hari , Tanggal : Senin , 20 Januari 2020


Waktu :
Tempat :
Tujuan :

I. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang ditularkan
oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria, dan filariasis. Ketiga
penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin
luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai 150 juta
kasus yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus DBD
tertinggi di ASEAN. DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Laju
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup cepat merupakan salah satu
penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2, 2010)
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk, masyarakat umum
perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan
pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan
terhadap dampak buruk akibat serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik merupakan
salah satu upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk. Dengan berbekal pengetahuan inilah masyarakat secara mandiri
dapat melakukan upaya pengendalian jentik nyamuk. Terdapat beberapa indikator yang
mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain
House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI).
A. Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita kenal, metode
pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), masih dianggap cara paling efektif. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah
memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survei jentik pada rumah-rumah warga.
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas khusus
yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemantauan jentik
nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan sebelumnya melakukan
pelaporan ke kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas dari Jumantik pada saat memantau
wilayah – wilayah diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih apakah
ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang sulit dikuras
diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik nyamuk.
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi
hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi peringatan
kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik-jentik
nyamuk.
Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk dilaporkan ke
kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas atau kelurahan
dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), tiap-tiap masyarakat juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan jentik di
wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak kamar
mandi, ember air, tempat air minum, penampungan air , lemari es ,dll
2. Menutup
Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang
ditampung seperti bak mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Mengubur
Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi sampah-sampah
atau benda yang sudah tidak dipakai lagi yang berpotensi untuk tempat
perkembangbiakan dan bertelur nyamuk di dalam rumah.
Plus Kegiatan-kegiatan Pencegahan, seperti :
a. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
b. Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit dibersihkan
c. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan horden
yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
d. Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.
e. Membersihkan lingkungan sekitar, terutama pada musim penghujan.
Dengan melakukan tindakan-tindakan positif seperti yang telah
disebutkan di atas akan dapat menekan atau mengurangi penyebaran dan
perkembangbiakan vektor nyamuk sehingga meminimalisasi ancaman
tertular penyakit DBD, Chikungunya, ataupun Malaria.

B. Definisi Container
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali ditemukan
jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk perindukan
telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air
jernih yang tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat
gelapsebagai tempat perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan
sehari–hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain–lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang–barang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa, lubang
di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll. Kontainer ini
pada umumnya ditemukan diluar rumah.

C. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera.
Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu
telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna,
yaitu telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air,
sedangkan stadium dewasa hidup diluar air. Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-
2 hari setelah terendam dalam air. Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari,
dalam keadaan normal berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa
yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan
berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan dari stadium telur
sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.

Nyamuk
Betina
Dewasa

Nyamuk Telur
Muda (1-2 hari)

Pupa (2-4 Jentik


hari) (7-9 hari)

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti


Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan tidak
mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau
bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.
2. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di permukaan air secara bergerombolan dan
bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
3. Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer dan
mengapung di permukaan air.
Gambar 2.2. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex
Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda
bergantung dari spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki adalah :
1. Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti pembentukan
telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah dekat perindukannya,
atau di tumbuh-tumbuhan.
2. Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis spesiesnya.
Misalnya nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga 3 km. Selain itu, hal
tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara. Penyebaran dari nyamuk itu sendiri bisa
bersifat aktif maupun pasif.
3. Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya nyamuk
Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam mencari
mangsanya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di siang hari. Ditinjau
dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam yaitu : (1) Nyamuk
yang senang berinduk di air payau (salt marsh type); dan (2) Nyamuk yang senang
berinduk di genangan air yang sifatnya sementara, dibedakan atas :
4. Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air yang sifatnya
sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan sebagainya
5. Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air yang terdapat
di kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya dibuang oleh manusia
disembarang tempat.
6. Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama seperti jenis
Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak ditemukan terutama pada daerah
yang sering hujan atau curah hujannya tinggi, misalnya di lubang-lubang pohon.
7. Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih pada
genangan air di lubang-lubang di batu karang atau padas.
Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat peristirahatannya,
maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
a. Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubang-
lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang
atau padas, dan lain sebagainya.
b. Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-tempat
yang terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja maupun
tidak sengaja misalnya dalam rumah disela-sela baju yang digantung, adanya
kaleng bekas, dan sebagainya.

D. Angka Kepadatan Jentik


Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan survei
yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei perangkap telur (ovitrap). Data-
data yang diperoleh, nantinya dapat digunakan untuk menunjang perencanaan program
pemberantasan vektor. Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 metode (Depkes RI, 2005), yakni :
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat yang
menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan identifikasi
lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya.
II. ALAT DAN BAHAN

1.
Alat Tulis

2.
Senter

3.
Form Pemeriksaan

III. PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengamati semua penampungan air baik di dalam maupun diluar rumah
3. Menanyakan kepada pemilik rumah letak penampungan air
4. Mengamati ada tidaknya jentik
5. Untuk TPA ukuran besar, menunggu antara 0,5-1 menit
6. Mengamati secara makroskopis apakah jentik Aedes dengan ciri-ciri:
a. Gerakan larva cepat dengan membengkokkan tubuhnya (sudut)
b. Sifat fotophobia
c. Tahan lama berada jauh dari permukaan air
d. Posisi larva dalam air tegak/ membentuk sudut
7. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, letak container, jenis, jumlah
dan waktu PSN serta pemberian bubuk abate
8. Menghitung kepadatan jentik dengan parameter : HI, CI, BI dan DF

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
 HOUSE INDEX
JUMLAH RUMAH DENGAN JENTIK
HI = x 100%
JUMLAH RUMAH YANG DI PERIKSA

8
HI = 24 x 100% = 25%

 CONTAINER INDEX
JUMLAH CONTAINER DENGAN JENTIK
CI = JUMLAH CONTAINER YANG DI PERIKSA x 100%

16
CI = 264 x 100% = 6.1%

 BRETEAU INDEX

JUMLAH CONTAINER DENGAN JENTIK


BI = x 100%
100 RUMAH YANG DI PERIKSA

16
BI = 100 x 100% = 16%

 AJB ( ANGKA BEBAS JENTIK)

JUMLAH RUMAH TANPA DENGAN JENTIK


AJB = JUMLAH RUMAH YANG DI PERIKSA
x 100%

16
AJB = 24 x 100% = 66,7%

B. PEMBAHASAN
LAMPIRAN
jenis kontainer
Dalam luar
nama vas vas
No pemilik bak ember dispenser aquarium kulkas bunga bak ember botol tempat minum hewan bunga
1 Nawawi - + - - - - - - - - -
2 Toni + - - - - - - - - - -
3 Rusly - - - - - - - - - - -
4 Ros - - - - - - - - - - -
5 Jeanny + - - - - - + + - - -
6 Joham - - - - - - - - - - -
7 Subar - - - - - - - - - - -
8 Yusuf + - - - - - - - - - -
9 Kamajaya - - - - - - - - - - -
10 Made - - - - - - - - - - -
11 Marson - - - - - - - - - - -
12 Sumiati - - - - - - - - - - -
13 Amoh - - - - - - - - - - -
14 Heri + - - - - - + + - - -
15 Edi - - - - - - - - - - -
16 Kumis - - - - - - - - - - -
17 Rahmat - - - - - - - - - - -
18 Rido - - - - - - - - - - -
19 Suging - - + - - - - - - - -
20 Suhinra - + - - - - - + - - -
21 Fauzan - - - - - - - - - - -
22 Iwan - - - - - - - - - - -
23 Erwin - - - - - - - - - - -
24 Anggrie + - + - - - - + + - -

Anda mungkin juga menyukai