Anda di halaman 1dari 44

Dept IKM/IKP/IKK

FK USU
Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak dua sampai
tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati
Demam Berdarah Dengue di Indonesia
masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan merupakan penyakit
endemis hampir di seluruh provinsi.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah
kasus dan daerah terjangkit terus
meningkat dan menyebar luas serta sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB
Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 ( IR :
19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR : 1,3 %),
Tahun 2003 jumlah kasus sebanyak 52.566 (IR :
24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR : 1,5
%),
Tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR :
37,01/100.000 penduduk) dengan 957 kematian (IR : 1,20 %),
Tahun 2005 jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR :
43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 kematian (CFR : 1,36
%)
tahun 2006 jumlah kasus sebanyak 114.656 (IR :
52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR : 1,04
%).
Sampai dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai
124.811 (IR: 57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277
kematian (CFR: 1,02%).
Gambar 1. Distribusi Kasus DBD Tahun 2000 - 2005 Di Kota Medan

450

400

350
300

250

200

150
100

50

2000 2 1 4 7 6 8 10 6 9 14 16 23

2001 28 26 32 20 17 25 28 34 41 41 39 15

2002 10 11 12 10 13 19 13 13 14 26 55 16

2003 15 25 31 15 12 18 29 39 263 103 15 29

2004 9 15 13 9 10 11 14 15 17 20 197 412

2005
Penyebab peningkatan kasus

Transportasi dari satu daerah ke daerah lain


makin baik
Munculnya pemukiman baru
Penyimpanan air tradisional masih dipertahankan
Perilaku masyarakat terhadap pembersihan
sarang nyamuk masih kurang
Vektor nyamuk terdapat di seluruh pelosok tanah
air, kecuali daerah dgn ketinggian > 1000 m dari
permukaan air laut
Upaya pengendalian penyakit DBD yang
telah dilakukan sampai saat ini adalah
memberantas nyamuk penularnya baik
terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya
karena obat dan vaksinnya untuk
membasmi virusnya belum ada.
Penularan Virus Dengue
Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes albopictus
Aedes aegypti merupakan vektor penting
di daerah perkotaan (daerah urban)
Daerah pedesaan (daerah rural) kedua
spesies nyamuk tersebut berperan dalam
penularan
BAGAIMANA CARA
PENULARANNYA?
Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia
Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk
Nyamuk yang telah menggigit orang yang
terinfeksi DBD, berarti telah membawa virus,
selanjutnya akan menularkan kepada orang
yang sehat pada gigitan berikutnya.
Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypti
betina,yang menggigit di pagi dan siang hari
Tiga faktor yang memegang peran pada
penularan infeksi dengue,
manusia,
virus, dan vektor perantara
Siklus

7 hari

4-7 hari
( Viremia )

7 hari
Tempat Potensial Bagi
PenularanDBD
Wilayah yang banyak kasus DBD
(rawan/endemis)
Tempat-tempat umum itu antara lain :
sekolah, RS/puskesmas, hotel, pasar,
resto, tempat ibadah
Pemukiman baru di pinggiran kota
DI MANA NYAMUK DEMAM
BERDARAH BERKEMBANG BIAK ?
Tempat-tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari seperti drum, tangki
reservoir, bak mandi/wc, ember, gentong
air/tempayan dan lain lain
Tempat-tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti : tempat minum
burung, vas bunga, kaleng, botol, plastik
Tempat-tempat penampungan air alamiah
seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah
daun dan lain-lain
BAGAIMANA CARA MENCEGAH
DEMAM BERDARAH
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan yaitu :
1. Pencegahan primer,
2. Pencegahan sekunder,
3. Pencegahan tersier
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya
untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit

1. Surveilans Vektor
2. Pengendalian Vektor
3. Surveilans Kasus
4. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
1.Surveilans Vektor

Surveilans untuk nyamuk Aedes aegypti


sangat penting untuk menentukan
distribusi, kepadatan populasi, habitat
utama larva, faktor resiko berdasarkan
waktu dan tempat yang berkaitan
dengan penyebaran dengue, dan tingkat
kerentanan atau kekebalan insektisida
yang dipakai,
Kegiatan : survei jentik
Survei jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau


memeriksa semua tempat atau bejana yang
dapat menjadi tempat berkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang
untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu
dengan cara visual.
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada
tidaknya jentik disetiap tempat genangan air
tanpa mengambil jentiknya
Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui
kepadatan jentik Aedes aegypti
adalah :
1. House Indeks (HI), yaitu persentase rumah
yang terjangkit larva dan atau pupa.
2. Container Indeks (CI), yaitu persentase
container yang terjangkit larva atau pupa
3. Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container
yang positif per-100 rumah yang diperiksa.
4. Angka Bebas Jentik (ABJ),yaitu jumlah rumah
yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah
yangdiperiksa.
Survei perangkap telur (ovitrap)

Survei ini dilakukan dengan cara memasang


ovitrap yaitu berupa bejana, misalnya potongan
bambu, kaleng (seperti bekas kaleng susu atau
gelas plastik) yang dinding sebelah dalamnya
dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya

Ke dalam bejana tersebut dimasukkan padel


berupa potongan bilah bambu atau kain yang
tenunannya kasar dan berwarna gelap sebagai
tempat meletakkan telur bagi nyamuk
Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah di tempat
yang gelap dan lembab. Setelah 1 minggu dilakukan
pemeriksaan ada atau tidaknya telur nyamuk di padel.
Perhitungan ovitrap index adalah:
Ovitrap Index: Jumlah padel dengan telur x 100%
Jumlah padel diperiksa

Untuk mengetahui gambaran kepadatan populasi


nyamuk penular secara lebih tepat, telur-telur padel
tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya.
Kepadatan populasi nyamuk:
Jumlah telur = telur per ovitrap
Jumlah ovitrap yang digunakan
2. Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor adalah upaya untuk


menurunkan kepadatan populasi nyamuk
Aedes aegypti. Secara garis besar ada 3 cara
pengendalian vektor yaitu :
A. Pengendalian Cara Kimiawi : insektisida yang
ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva.
organoklorin, organofosfor, karbamat, dan
pyrethoid Bahan-bahan insektisida dapat
diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan
(spray) terhadap rumah-rumah penduduk.
B. Pengendalian Hayati / Biologik

menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan


mikroorganisme hewan invertebrate atau
vertebrata
Beberapa jenis ikan kepala timah
(Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia affinis)
adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk.
Beberapa jenis golongan cacing nematoda seperti
Romanomarmis iyengari dan Romanomarmis
culiforax merupakan parasit yang cocok untuk larva
nyamuk.
c. Pengendalian lingkungan
Mencegah nyamuk kontak dengan
manusia yaitu memasang kawat kasa
pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi
di seluruh bagian rumah.
Hindari menggantung pakaian di kamar
mandi, di kamar tidur, atau di tempat
yang tidak terjangkau sinar matahari
3. Surveilans Kasus

Surveilans kasus DBD


1. Surveilans aktif
2. Surveilans pasif.
Surveilans aktif
Surveilans aktif adalah yang bertujuan
memantau penyebaran dengue di dalam
masyarakat sehingga mampu mengatakan
kejadian, dimana berlangsung penyebaran
kelompok serotipe virus yang bersirkulasi,
(didukung laboratorium diagnostik yang baik).
Surveilans seperti ini pasti dapat memberikan
peringatan dini atau memiliki kemampuan
prediktif terhadap penyebaran epidemi penyakit
DBD.
Surveilans pasif
Berguna untuk memantau kecenderungan
penyabaran dengue jangka panjang.
Pada surveilans pasif setiap unit
pelayanan kesehatan ( rumah sakit,
Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan,
dokter praktek swasta, dll) diwajibkan
melaporkan setiap penderita termasuk
tersangka DBD ke dinas kesehatan
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
4. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

PSN adalah kegiatan


memberantas jentik di tempat
berkembangbiaknya nyamuk
dengan cara 3M Plus :
1. Menguras dan menyikat
tempat-tempat penampungan
air, seperti bak mandi/wc,
drum, dll seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan
air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan.
4. Plus adalah tindakan memberantas jentik dan
menghindari gigitan nyamuk dengan cara :

Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah


(Abatisasi)
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
Mengusir nyamuk dengan menggunakan obat
nyamuk
Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai
obat nyamuk gosok
Memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi
Tidak membiasakan menggantung pakaian di
dalam kamar
KAPAN PENGASAPAN
HARUS DILAKUKAN
Pengasapan atau fogging hanya
dilakukan bila di lokasi ditemukan 3 kasus
positif DBD dengan radius 100 meter (40
rumah) dan bila di daerah tersebut
ditemukan banyak jentik nyamuk DBD.
Pencegahan Sekunder
1. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan
Penderita
Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan
gejala penyakit DBD, berikan pertolongan
pertama dengan banyak minum, kompres
dingin dan berikan obat penurun panas yang
tidak mengandung asam salisilat serta segera
bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan
Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan
pemeriksaan/diagnosa dan pengobatan segera
melaporkan penemuan penderita atau tersangka
DBD tersebut kepada Puskesmas,
Puskesmas yang menerima laporan segera
melakukan penyelidikan epidemiologi dan
pengamatan penyakit dilokasi penderita dan
rumah disekitarnya untuk mencegah
kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
Kepala Puskesmas melaporkan hasil
penyelidikan epidemiologi dan kejadian
luar biasa (KLB) kepada Camat, dan
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, disertai
dengan cara penanggulangan seperlunya
Alur Pelaporan Kasus DBD

Dokter/unit pelayanan kesehatan keluarga

Puskesmas desa Penyelidikan


Epidemiologis

Dinas Kesehatan
Penyelidikan Epidemiologis(PE)

Tujuan : untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD


tanbahan dan luas penyebarannya.
Pencarian penderita DBD tambahan/tersangka DBD
dan pemeriksaan jentik rumah pasien dan 20 rumah
sekitarnya. Tujuannya untuk mengetahui ada/tidaknya
resiko penularan.
Penanggulangan fokus di lapangan : penyemprotan
insektisida bila sesuai indikasi : bila ditemukan >= 1
kasus lainnya, ditemukan 3 penderita panas tanpa
sebab yg jelas, ditemukan jentik > 5% rumah yg
diperiksa.
Penggerakan masyarakat untuk PSN
dikoordinasi oleh kelurahan setempat
Jika diperlukan dilakukan larvadinasi
Penyuluhan pada masyarakat tentang
gejala dini DBD.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk
mencegah kematian akibat penyakit DBD dan
melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini
dapat dilakukan dengan :
Transfusi Darah :Penderita yang menunjukkan
gejala perdarahan seperti hematemesis dan
malena diindikasikan untuk mendapatkan
transfusi darah secepatnya.
Stratifikasi Daerah Rawan DBD
Stratifikasi Daerah Rawan DBD

1. Endemis Kecamatan, Kelurahan, yang dalam


3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD.
Kegiatan yang dilakukan adalah fogging
Sebelum Musim penularan(SMP), Abatisasi
selektif, dan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat
2. Sporadis : Kecamatan, Kelurahan, yang dalam
3 tahun terakhir ada kasus DBD. Kegiatan yg
dilakukan PJB, PSN(Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dan 3M, dan penyuluhan
3. Potensial
Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun
terakhir tidak ada kasus DBD. Tetapi
penduduknya padat, mempunyai hubungan
transportasi dengan wilayah lain dan persentase
rumah yang ditemukan jentik > 5%. Kegiatan
yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan
penyuluhan
4. Bebas
Yaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah
ada kasus DBD. Ketinggian dari permukaan air
laut > 1000 meter dan persentase rumah yang
ditemukan jentik 5%. Kegiatan yang dilakukan
adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan
Kebijakan Departemen Kesehatan
5 kegiatan pokok pengendalian penyakit DBD yaitu
1. Menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai
protap,
2. Memutuskan mata rantai penularan dengan
pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-
jentiknya),
3. Kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD (Kelompok
Kerja Operasional DBD),
4. Pemberdayaan masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus)
5. Peningkatan profesionalisme pelaksana program.

Anda mungkin juga menyukai