Anda di halaman 1dari 40

Dr. dr.

Juliandi Harahap, MA, FISPH, FISCM, Sp,KKLP

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas


FK USU
Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak dua sampai tu-
juh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati
Demam berdarah dengue merupakan
penyakit menular yang bersifat endemik
di daerah tropis, khususnya di Kota Medan
DBD merupakan penyakit endemis artinya
sepanjang tahun kasus DBD terus ada/ter-
jadi. Sebagai penyakit menular DBD dapat
meningkat dengan cepat sehingga terjadi
epidemi/KLB dan dapat meluas ke daerah
lainnya sehingga terjadi pandemi.
Kejadian luar biasa (KLB), jika:
Timbulnya suatu penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut
penyakitnya (jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan
menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
Penyebab peningkatan kasus

Transportasi dari satu daerah ke daerah lain


makin baik
Munculnya pemukiman baru
Penyimpanan air tradisional masih diperta-
hankan
Perilaku masyarakat terhadap pembersihan
sarang nyamuk masih kurang
Vektor nyamuk terdapat di seluruh pelosok
tanah air, kecuali daerah dgn ketinggian > 1000
m dari permukaan air laut
Penularan Virus Dengue
Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes albopictus
Aedes aegypti merupakan vektor penting
di daerah perkotaan (daerah urban)
Daerah pedesaan (daerah rural) kedua
spesies nyamuk tersebut berperan dalam
penularan
CARA PENULARAN
Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia
Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk
Nyamuk yang telah menggigit orang yang terin-
feksi DBD, berarti telah membawa virus, selan-
jutnya akan menularkan kepada orang yang se-
hat pada gigitan berikutnya.
Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypti
betina,yang menggigit di pagi dan siang hari
Tiga faktor yang memegang peran pada
penularan infeksi dengue,
manusia,
virus, dan vektor perantara
Siklus

± 7 hari

4-7 hari
( Viremia )

± 7 hari
Tempat Perkembangbiakan Nyamuk
Dengue (breeding places)
Air yang bersih, tenang, tidak berhubungan
dengan tanah
Tempat-tempat penampungan air untuk keper-
luan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir,
bak mandi/wc, ember, gentong air/tempayan
dan lain lain
Tempat-tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti : tempat minum
burung, vas bunga, kaleng, botol, plastik
Tempat-tempat penampungan air alamiah
seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah
daun dan lain-lain
PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan yaitu :
1. Pencegahan primer,
2. Pencegahan sekunder,
3. Pencegahan tersier
Pencegahan DBD

1. Surveilans Vektor
2. Pengendalian Vektor
3. Surveilans Kasus
4. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
1.Surveilans Vektor

Surveilans untuk nyamuk Aedes aegypti


sangat penting untuk menentukan dis-
tribusi, kepadatan populasi, habitat
utama larva, faktor resiko berdasarkan
waktu dan tempat yang berkaitan den-
gan penyebaran dengue, dan tingkat
kerentanan atau kekebalan insektisida
yang dipakai,
Kegiatan : survei jentik
Survei jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau


memeriksa semua tempat atau bejana yang da-
pat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk
mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan
cara visual.
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada
tidaknya jentik disetiap tempat genangan air
tanpa mengambil jentiknya
Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui
kepadatan jentik Aedes aegypti
adalah :
1. House Indeks (HI), yaitu persentase rumah
yang terjangkit larva dan atau pupa.
2. Container Indeks (CI), yaitu persentase con-
tainer yang terjangkit larva atau pupa
3. Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container
yang positif per-100 rumah yang diperiksa.
4. Angka Bebas Jentik (ABJ),yaitu jumlah rumah
yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah
yangdiperiksa.
Survei perangkap telur (ovitrap)

Survei ini dilakukan dengan cara memasang ovi-


trap yaitu berupa bejana, misalnya potongan
bambu, kaleng (seperti bekas kaleng susu atau
gelas plastik) yang dinding sebelah dalamnya
dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya

Ke dalam bejana tersebut dimasukkan padel


berupa potongan bilah bambu atau kain yang
tenunannya kasar dan berwarna gelap sebagai
tempat meletakkan telur bagi nyamuk
Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah di tempat
yang gelap dan lembab. Setelah 1 minggu dilakukan
pemeriksaan ada atau tidaknya telur nyamuk di padel.
Perhitungan ovitrap index adalah:
Ovitrap Index: Jumlah padel dengan telur x 100%
Jumlah padel diperiksa

Untuk mengetahui gambaran kepadatan populasi


nyamuk penular secara lebih tepat, telur-telur padel
tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya.
Kepadatan populasi nyamuk:
Jumlah telur = ……telur per ovitrap
Jumlah ovitrap yang digunakan
2. Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor adalah upaya untuk menu-


runkan kepadatan populasi nyamuk Aedes ae-
gypti. Secara garis besar ada 3 cara pengen-
dalian vektor yaitu :
A. Pengendalian Cara Kimiawi : insektisida yang
ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva.
organoklorin, organofosfor, karbamat, dan
pyrethoid Bahan-bahan insektisida dapat diap-
likasikan dalam bentuk penyemprotan (spray)
terhadap rumah-rumah penduduk.
B. Pengendalian Hayati / Biologik

menggunakan kelompok hidup, baik dari golon-


gan mikroorganisme hewan invertebrate atau
vertebrata
Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpan-
chax), ikan gabus (Gambusia affinis) adalah
pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk.
Beberapa jenis golongan cacing nematoda
seperti Romanomermis iyengari dan
Romanomermis culiforax merupakan parasit
yang cocok untuk larva nyamuk.
Ikan kepala timah

Ikan gabus
Romanomermis iyengari
c. Pengendalian lingkungan
Mencegah nyamuk kontak dengan
manusia yaitu memasang kawat kasa
pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi
di seluruh bagian rumah.
Hindari menggantung pakaian di kamar
mandi, di kamar tidur, atau di tempat
yang tidak terjangkau sinar matahari
3. Surveilans Kasus

Surveilans kasus DBD


1. Surveilans aktif
2. Surveilans pasif.
Surveilans aktif
Surveilans aktif adalah yang bertujuan meman-
tau penyebaran dengue di dalam masyarakat
sehingga mampu mengatakan kejadian, dimana
berlangsung penyebaran kelompok serotipe
virus yang bersirkulasi, (didukung laboratorium
diagnostik yang baik).
Surveilans seperti ini pasti dapat memberikan
peringatan dini atau memiliki kemampuan
prediktif terhadap penyebaran epidemi penyakit
DBD.
Surveilans pasif
Berguna untuk memantau kecenderungan
penyabaran dengue jangka panjang.
Pada surveilans pasif setiap unit
pelayanan kesehatan ( rumah sakit,
Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan,
dokter praktek swasta, dll) diwajibkan
melaporkan setiap penderita termasuk ter-
sangka DBD ke dinas kesehatan selam-
bat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
4. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

PSN adalah kegiatan memberan-


tas jentik di tempat berkem-
bangbiaknya nyamuk dengan
cara 3M Plus :
1. Menguras dan menyikat tem-
pat-tempat penampungan air,
seperti bak mandi/wc, drum, dll
seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan
air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan.
4. Plus adalah tindakan memberantas jentik dan
menghindari gigitan nyamuk dengan cara :

Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah (A-


batisasi). Abate 1% ditaburkan ke dalam
penampungan air dengan takaran 1 gram untuk
10 liter air.
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
Mengusir nyamuk dengan menggunakan obat
nyamuk
Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai
obat nyamuk gosok
Memasang kawat kasa pada jendela dan venti-
lasi
Tidak membiasakan menggantung pakaian di
dalam kamar
ABATISASI
Bubuk Abate
(temephos) ditaburkan
pada tempat-tempat
penampungan air,
seperti gentong air,
kolam, vas bunga.

10 mg utk 100l air


Prosedur Fogging (Pengasapan):
a. Terdapat laporan kasus DBD dari Desa
atau Rumah Sakit.
b. Ada pemberitahuan dari Desa ke
Puskesmas setempat
c. Puskesmas menindak lanjuti laporan dari
desa dengan melaksanakan Penyelidikan
Epidemiologi (PE) yang tujuannya adalah
mengetahui ada tidaknya penderita DB
yang lain atau menemukan tersangka
DBD dan melaksanakan pemeriksaan
jentik pada radius 100 m dari penderita.
d. Apabila hasil PE menyatakan ada penderita
DB yang lain dan atau ditemukan ≥ 3
tersangka serta ditemukan ≥ 5 % rumah
terdapat Jentik nyamuk, maka puskesmas
akan meneruskan permohonan fogging ke
Dinas Kesehatan.

e. Tetapi apabila hasil PE tidak sesuai dengan


kriteria diatas, maka puskesmas akan
menindak lanjuti dengan PSN, pemberian
abate dan Penyuluhan tanpa dilanjutkan
fogging.
Stratifikasi Daerah Rawan DBD

1. Endemis Kecamatan, Kelurahan, yang dalam


3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD.
Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Se-
belum Musim penularan(SMP), Abatisasi se-
lektif, dan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat
2. Sporadis : Kecamatan, Kelurahan, yang dalam
3 tahun terakhir ada kasus DBD. Kegiatan yg
dilakukan PJB, PSN(Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dan 3M, dan penyuluhan
3. Potensial
Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun ter-
akhir tidak ada kasus DBD. Tetapi penduduknya
padat, mempunyai hubungan transportasi den-
gan wilayah lain dan persentase rumah yang
ditemukan jentik > 5%. Kegiatan yang dilakukan
adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan
4. Bebas
Yaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah
ada kasus DBD. Ketinggian dari permukaan air
laut > 1000 meter dan persentase rumah yang
ditemukan jentik ≤ 5%. Kegiatan yang dilakukan
adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai