Anda di halaman 1dari 4

Faktor Determinan.

1)Agent
 Virus penyebab Demam Dengue adalah flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe
1,2,3 dan 4 (dengue -1.-2,-3 dan -4). Virus yang sama menyebabkan Demam Berdarah
Dengue (DBD). Semua serotipe dengue dapat menyebabkan DHF/DSS pada unitan menurun
menurut frekwensi penyakit yang ditimbulkan tipe 2. 3,4 dan 1.

2) Host
yaitu faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh genetik yang berhubungan dengan
meningkat atau menurunnya kepekaan individu terhadap penyakit tertentu . Faktor pejamu
yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit adalah genetik, umur, jenis kelamin,
keadaan fisiologi, kekebalan, penyakit yang diderita sebelumnya dan sifat-sifat manusia.

3) Vektor
– Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk
rumah (Culex quinquefasciatus)
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya.
Morfologinya khas yaitu mempunyai gambaran lira  (lyre-form) yang putih pada punggungnya
(mesonotum). Telur  Ae.aegypti  mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai
gambaran kain kasa. Larva  Ae.aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral.
4

4) Reservoir
 – Virus dengue bertalian melalui siklus nyamuk   Aedes aegypti-manusia di daerah perkotaan
negara tropis; sedangkan siklus monyet-nyamuk menjadi reservoir di Asia Tenggara dan
Afrika Barat. 5) Lingkungan (environment)
– Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara
umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:

a. Lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik ialah lingkungan alamiah yang
terdapat di sekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi. Pada kasus DBD dapat berupa tempat
perindukan Ae. aegypti yang merupakan tempat-tempat berisi air bersihyang letaknya
berdekatan dengan rumah penduduk (±500m) dan udara yang lembab. Tempat perindukan
buatan manusia; speerti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi,
pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah; juga berupa
tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun anaman, tempurung kelapa, tinggak
bambu dan lubang pohon yang berisi air hujan.

b. Lingkungan non-fisik.Yang dimaksud dengan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang


muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia. Ke dalam lingkungan non-fisik ini
termasuk faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam-
macam. Salah satu di antaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental
reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang
paling sesuai bagi bibit penyakit.  

Cara Transmisi. Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terutama   Aedes aegypti. Ini
adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari dengan peningkatan aktivitas
menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari
tenggelam. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat
virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang
yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit,
walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat
menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia
selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.

    Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam


berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan)
yang kebersihan lingkungannya tidak terjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat
penampungan air (bak mandi. WC, dsb).

Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada
saat viremia yaitu : sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir,
biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap
darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

 
Surveilans

Data tentang penyakit menular yang pernah terjadi di suatu daerah merupakan hasil dari
sistem pengamatan (surveilans) yang dilakukan oleh petugas di daerah tersebut. Data ini
penting untuk mengetahui bahwa di daerah tersebut pada masa yang lalu pernah
mengalami kejadian luar biasa. Daerah itu dapat berupa: rumah sakit, sekolah, industri,
pemukiman transmigrasi, kota, kabupaten, kecamatan, desa, atau negara.

Pengamatan epidemiologis penyakit menular ialah kegiatan yang teratur mengumpulkan,


meringkas, dan analisis data tentang insidensi penyakit menular untuk mengidentifikasikan
kelompok penduduk dengan risiko tinggi, memahami cara penyebaran dan mengurangi atau
memberantas penyebarannya.

Setiap kasus harus dilaporkan dengan jelas dan lengkap meliputi diagnosis, mulai timbulnya
gejala, dan variabel demografi seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat dan asal data
(dokter, rumah sakit, puskesmas, sekolah, tempat kerja, dan lain-lain).

Dengan mengadakan analisis secara teratur, kita dapat memperoleh berbagai informasi
tentang penyakit musiman atau kecenderungan jangka panjang, perubahan daerah
penyebaran, kelompok penduduk risiko tinggi yang dirinci menurut umur, jenis kelamin,
suku, agama, sosial ekonomi, dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pengamatan epidemiologis secara garis besar dapat dilakukan secara:   aktif  dan  pasif.6

Surveilans pasif ialah pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi geografis tentang
berbagai penyakit menular, penyakit rakyat, perubahan-perubahan yang terjadi, dan
kebutuhan tentang penelitian sebagai tindak lanjut.

Surveilans aktif ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari
penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh petugas kesehatan
secara teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus
baru penyakit tertentu.

Pencatatan meliputi variabel demografis, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi, saat waktu timbul gejala, pola makanan, tempat kejadian yang berkaitan dengan
penyakit tertentu dan pencatatan tetap dilakukan walaupun tidak ditemukan kasus baru.

Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan 7

a) Surveillance epidemiologi

1. Tujuan:

Deteksi secara dini adanya “out break” atau kasus-kasus yang endemis, sehingga dapat
dilakukan usaha penanggulangan secepatnya.

Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya


penularan-penularan atau wabah.

2. Daerah pelaksanaan:

Surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimana sudah pernah terdapat


penderita/penularan DBD saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerah- daerah yang
receptive, yaitu daerah-daerah dimana diketahui terdapat Aedes aegepti saja sudah cukup
untuk dinyatakan receptive.

Pelaksanaan:

Penemuan penderita.

Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan konfirmasi
laboratorium dari DBD.

Pelaporan penderita.

Penderita yang telah ditemukan di Puskesmas/Puskesmas Pembantu perlu dilaporkan


kepada unit-unit surveillance epidemiologi.

Penelitian wabah. Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan,
maksudnya ialah: 1) Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-
penderita tersangka DBD yang perlu dikonfirmasi laboratorium. 2) Menentukan luas daerah
yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi. 3) Penilaian sumber-sumber
(inventory) mengenai keadaan umum setempat, mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang
berperanan penting pada timbulnya wabah. 4) Setiap kasus demam berdarah/tersangka
demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk
penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kasus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya.
Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada
umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas
fogging adalah pada areal dengan kasus-kasus demam berdarah yang mengelompok, dan
yang meninggal).

Surveillance vektor – Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim Dati II atau Dati I
dalam pelaksanaan surveillance vektor ini.

 
Teknik penemuan kasus DBD.

Penyelidikan epidemiologi DBD merupakan kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya


dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah
penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100
meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih
lanjut.

Metode pencarian kasus penyakit menular, terutama yang disebabkan nyamuk, di


Indonesia, dengan cara active case finding, passive case finding, ataupun survey (Mass survey,
Fever survey). Active Case Finding (ACD) umumnya dilaksanakan dengan cara kunjungan dari
rumah ke rumah oleh petugas kesehatan biasanya setiap 1 dan 2 bulan. Semua rumah harus
dapat dikunjungi dan dilakukan pemeriksaan terhadap adanya kemungkinan infeksi DBD.
ACD ini umumnya dilakukan di daerah non-endemis DBD. Umumnya di Indonesia, pencarian
kasus DBD menggunakan teknik Passive Case Finding (PCD). Pada teknik PCD si penderita
dengan gejala DBD datang ke di rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik untuk berobat, kemudian dilakukan pemeriksaan hingga didiagnosa penyakit DBD.
PCD biasanya diperuntukkan di daerah endemis.

Anda mungkin juga menyukai