• di dalam ayat ini. Ia lalu menanyakan kepada Aisyah perihal ayat tersebut,
lalu Aisyah menjelaskan bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan
hukum fardhu. Peniadaan di situ dimaksudkansebagai penolakan terhadap
keyakinan yang telah mengakar di hati kaum muslimin ketika itu, bahwa
melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah termasuk perbuatan jahiliyah.
• Keyakinan tersebut didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra-
Islam di bukit Shafa terdapat sebuah patung yang disebut Isaaf dan di
bukit Marwah ada sebuah patung yang disebut Na’ilah. Jika melakukan
sa’i di antara dua bukit itu orang-orang jahiliyah sebelumnya mengusap
kedua patung tersebut.
• Ketika Islam lahir, patung-patung tersebut dihancurkan, dan sebagian
umat Islam enggan melakukan sa’i di tempat itu, maka turunlah ayat ini
(QS. Al-Baqarah/2: 158).
2.3. Pengetahuan asbab al-nuzul dapat
mengkhususkan
(takhsis) hukum terbatas pada sebab, terutama
ulama
yang menganut kaidah “sabab khusus”. Sebagai
contoh,
turunnya ayat-ayat Zhihar pada permulaan surah al-
Mujadalah, yaitu dalam kasus Aus ibn al-Shamit
yang
menzhihar istrinya, Khaulah binti Hakam ibn
Tsa’labah.
Hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat ini
khusus
ANHARANSYO
RY
56
ANHARANSYO
RY
62
ANHARANSYO
RY
64
ANHARANSYO
RY
Catatan akhir:
1
Quraish Shihab (Ketua Tim), Sejarah dan ‘Ulumul-Qur’an, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1999, hlm. 77.
2
Ibid, hlm. 78.
3
Ibid, hlm. 78.
4
Ibid, hlm. 79-
5
81.
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga
6
Abad XX, Penerjemah Samson Rahman, Akbar Jakarta, 2003, hlm.
7
87. M.Quraish Shihab (Ketua Tim), hlm. 84.
8
Ibid, hlm.
9
87. Ibid,
hlm. 88.
Ibid, hlm.
89.
67
Mukjizat Al-Qur’an bersifat universal dan
abadi,
yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir
zaman.