Anda di halaman 1dari 12

1.

ASBAB AL-NUZUL, PENGERTIAN DAN MACAM-MACAMNYA SERTA


CONTOHNYA

Pengertian Asbab Al-Nuzul


Asbab Al-Nuzul menurut bahasa berarti sebab turunnya ayat Al-Qur'an. Asbab Al-Nuzul (sebab-
sebab turunnya Al-Qur'an) disini dimaksudkan sebab-sebab ayat yang secara khusus yang
berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu.Sedangkan menurut istilah, Shubhi Al-Shalih
memberikan defenisi Asbab Al-Nuzul sebagai berikut :
"Sesuatu yang dengan sebabnya turun ayat atau ayat yang mengandung sebab itu, atau
memberikan jawaban sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab
tersebut"
Defenisi ini memberikan pengertian bahwa sebabturun suatu ayat adakalanya terbentuk peristiwa
dan adakalanya terbentu pertanyaan. Suatu ayat atau beberapa ayat untuk menerangkan hal yang
berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberikan jawaban tertentu terhadap pertanyaan
tertentu
Macam-macam Asbab Al-Nuzul
Secara garis besar Asbab Al-Nuzul dapat dibagi menjadi 2 macam yakni dalam bentuk peristiwa
dan dalam bentuk pertanyaan.
Adapun dalam bentuk peristiwa dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sebagai berikut :
1. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk antara segolongan dari
suku Aus dan segolongan dari suku Khasraj. Peristiwa itu timbul dari intik-intik yang ditiupkan
orang-orang yahudi sehingga mereka bertetiak-teriak :"senjata-senjata". Peristiwa tersebut
menyebabkan turunnya beberapa ayat surah Ali imran melalui dari firman Allah :



"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orng yang diberi
Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman".
(QS.Ali'Imran ayat 100)
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang mengimami sholat
sedang dalam keadaan mabuk sehingga tersalah membaca surah Al-kafirun, dari peristiwa
tersebut maka menyebabkan turunnya ayat :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlahkamu menghampiri sholat sedang kamu dalam
keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...." (QS.An-nisaa ayat 43)

3. Peristiwa itu berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian Umarentuan-ket


Bin Khattab dengan ketentuan ayat Al-Qur'an. Dalam sejarah ada beberapa harapan umar yang
dikemukakan kepada Nabi Muhammad SWA. Kemudian turun ayat yang dikandungnya sesuai
dengan harapan-harapan Umar tersebut. Sebagian ulama telah menulisnya secara khusus.
Sebagai contoh Imam Al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Umar berkata
:" Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal : Aku katakan kepada Rasul, bagaimana
sekiranya kalau kita jadikan makam Ibrahim sebagai tempat sholat". Maka turunlah ayat surah
Al-Baqarah ayat 125

mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-


font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New
Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-
theme-font:minor-latin;}

"Dan jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat sholat".


Adapun Asbab Al-Nuzul dalam bentuk pertanyaan dapat juga dibagi menjadi tiga macam,
sebagai berikut :
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu, seperti pertanyaan tentang
Zulkarnain, maka turunlah ayat 82 surah Al-Kahfi

"Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang Zulkarnain, Katakanlah :"Aku akan
bacakan cerita tentangnya".
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlansung pada waktu itu, seperti
ayat 85 dalam surah Al-Isra'

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, Katakanlah "Roh itu termasuk urusan Tuhanku,
dan tidaklah kamu diberikan pengetahuan melainkan sedikit".
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti ayat 42 dari surah An-
Nazi'aat

"Mereka bertanya tentang hari kiamat, bila terjadinya".

Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul Dan Manfaatnya


Asbab al-Nuzul merupakan salah satu bagian terpenting dalam ulum al-Quran dan ilmu
tafsir,karena ia bisa membantu mufassir dalam mengungkap makna yang sebenarnya , hikmah di
balik penetapan sebuah hukum serta upaya memahami pesan al-Quran secara komprehensif dan
proporsional.
Imam ibnu Daqiq al-ied (wafat 702 H.) mengataakan bahwa mengetahui asbab al-Nuzul
merupakan jalan yang kuat ddalam memahami makna-makna al-Quran. Demikian halnya Ibnu
Taimiyah ( wafat 726 H.) , mengatakan bahwa mengetahui asbab al-Nuzul sangat membantu
untuk memahami ayat-ayat al-Quran,karena ilmu tentang sebab akan mewariskan ilmu tentang
musabbab.
Sehubungan dengan urgensi dan manfaat asbab al-Nuzul,para pakar ulum al-Quran
menarik beberapa manfaat ilmu asbab al-nuzul, di antaranya sebagai berikut:

a. Mengetahui hikmah dibalik penetapan hukum syari serta mengenal bagaimana syariat
memperhatikan kemaslahatan umat dalam setiap ketentuan hukumnya.Sebagai contohnya
,penetapan larangan minum khamer secara gradual dengan setting peristiwa yang berbeda
,larangan gossip yang termuat dalam haditsatu al-ifki dan lain-lain.
b. Membantu mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat dengan benar terutama yang termasuk
kategori mubhamat dan mujmal seperti contoh di atas.
c. Mempermudah seseorang untuk menghafal,memahami dan melekatkan pesan yang
dimuat ayat-ayat suci al-Quran,karena dengan menghubungkan sebab dengan
musabbab,hokum dengan peristiwa,peristiwa dengan waktu peristiwa,waktu peristiwa
dengan tempat,menguatkan atau melekatkan peristiwa tersebut dalam ingatan sehinngga
memudahkan untuk mengingatnya kembali,dan juga akan membawa kita seolah-olah
hadir dalam peristiwa tersebut.
d. Menegaskan fungsi al-Quran sebagai referensi dan frame work dalam mengarahkan
manusia dalam membentuk kebudayaan.Ngitab ( teguran ) kepada Rasulullah saw,
sebagai penyampai wahyu atas kekeliruannya dalam bersikap dan berijtihad seperti yang
terjadi antara beliau dengan Ibn Ummi Maktum, dan ijtihadnaya dalam menyelesaikan
kasus Sandra perang Badr al-Kubra, koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan para
sahabat dalam pembagian harta rampasan perang dan lain-lainnya merupakan contoh
kongkrit dari penegasan fungsi al-Quran tersebut.
e. Menunjukkan keuniversalan ajaran al-Quran dan bahwa ajarannya bisa diaktualisasikan
dalam berabagai masa dan generasi dengan tetap mengacu pada jati diri al-Quran
sebagai petunjuk dan referensi primier yang berfungsi mengarahkan dan bukan
diarahkan atau disesuaikan dengan perkembangan zaman.Hal ini mengingat bahwa
subtansi dari prilaku manusia sejak dulu hingga kini sama,yang berbeda hanya cara
mengaktualisasikannya saja.Dari sini seharusnya kita memahami mengapa mayoritas
ayat al-Quran diturunkan tanpa sebab tertentu yang menyertainya.1[4]

Asbab al-Nuzul suatu ilmu yang sangat penting dikuasai oleh seseorang dalam
menafsirkan Al-Quran.Tanpa bantuan ilmu ini seseorang bisa salah dalam menafsirkannya,
karena ayat Al-Quran kadang-kadang menjelaskan hukum secara umum sedangkan yang
dimaksud adalah khusus yang menyangkut dengan peristiwa itu saja.Al-Wahidi mengatakan;
tidak mungkin menafsirkan Al-Quran tanpa mengetahui kisah dan penjelasan turunnya. Sebagai
ilustrasi betapa pentingnya menguasai asbab al-nuzul dalam memahami suatu ayat, berikut ini
dijelaskan beberapa contoh:
1. Surah Al-Maidah (5) ayat 93:








93. tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena
memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman,
dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman,
kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan.
Jika ayat ini ditafsirkan tanpa memperhatikan asbab al-nuzulnya, maka mungkin saja
orang akan berkata; orang boleh memakan apa saja, asal dia dalam keberimanan dan beramal
shaleh, seprti yang pernah dipahami oleh Usman bin Mazun dan Umar bin Maadi Karb;
berdasarkan ayat itu, keduanya mengatakan khamr itu mubah. Hal ini jelas bertentangan dengan
surah Al-Maidah (5) ayat 3 yang melarang setiap muslim memakan babi, darah, bangkai,
khamr, dan lain sebagainya.
Sebetulnya, ayat di atas khusus berlaku bagi orang-orang mukmin yang telah meminum
khamr dan telah meninggal sebelum turun turun ayat yang melarang meminumnya.Mereka ini
tidak berdosa, sebab belum ada larangan pada waktu itu.Sebab turunnya Surah Al-Maidah (5)
ayat 93 itu adalah Setelah turunnya ayat larangan meminum khamr.Dan sekarang Allah
nyatakan bahwa khamr itu rjsun (perbuatan) setan? Maka untuk menjawab pertanyaan sahabat
tersebut terunlah ayat di atas.
Selain dari hal tersebut di atas, terdapat pula beberapa manfaat mengetahui asbab al-
nuzul, diantaranya:
1. Untuk mengetahui peristiwa atau kejadian yang menyebabkan diisyaratkannya suatu hukum, di
mana hukum itu juga bisa berlaku pada peristiwa yang sama jika terjadi kemudian.
2. Megetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan perhatian syariat terhadap kemaslahatan
umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai rahmat bagi umat.2[11]
3. Apabila lafazh yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang menunjukan
kekhususannya, maka adanya asbab an-nuzul akan membatasi takhshish (pengkhususan) itu
hanya terhadap yang selain bentuk asbab.
4. Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
itu tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.
5. Mengungkap sebab turunnya ayat Al-Quran melalui kisah salah satu cara menerangkan yang
jelas mengenai sesuatu yang bernilai tinggi.3[12]
6. Untuk mengetahui hukum-hukum khusus yang berkaitan dengan asbab al-nuzul, walaupun
lafalnya umum seperti yang dijelaskan di atas.
7. Mendapat makna yang dimaksud dan menghilangkan isykal (sesuatu yang sulit). Al-Wahidi
berkata, Tidak mungkin kita dapat menafsirkan ayat tanpa mengetahui kisah ayat itu dan uraian
tentang turunnya. Ibnu Daqiq al-Id berkata, mengetahui bayan(uraian) tentang asbabun nuzul
adalah cara yang kuat (efektif) untuk memahami Al-Quran. Ibnu Taimiyyah berkata,
Mengetahui sababin nuzul dapat menolong seseorang untuk memahami ayat, karena
mengetahui suatu penyebab itu akan mewariskan ilmu tentang musabab.
Maran bin Hakam pernah meras kesulitan dalam memahami firman Allah SWT: laa
tahsabannalladziina yafrahuuna bimaa atau Ali Imran : 188 dan dia berkata, jikalau setiap
orang merasa senang terhadap apa yang diberikan kepadanya dan ia merasa senang apabila dipuji
dengan apa yang tidak ia lakukan sebagai penyiksaan, niscaya kita semua akan disiksa, hingga
Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya : sesungguhnya ayat itu turun kepada ahlul kitab yaitu ketika
Nabi saw. Bertanya kepada mereka tentang sesuatu, maka menyembunyikan sesuatu itu dan
menceritakan sesuatu itu dengan yang lainnya dan memperlihatkan sesuatu itu bahwa mereka
telah menceritakannya dengan sesuatu yang ditanyakan oleh nabi saw.kepada mereka tentang
sesuatu itu, dan mereka meminta dipuji dengan demikian itu.(HR. Bukhari dan Muslim).4[13]
8. Dapat membantu Mufassir memahami suatu ayat yang tidak mungkin dipahami tanpa bantuan
asbab al-nuzul. Sebab, terkadang sebuah ayat bercerita tentang peristiwa yang dialami seseorang.
Hal ini seperti yang terdapat dalam firman Allah:





1. Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada
kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. Al-
Mujadilah (58): 1)

Yang dimaksud dengan ungkapan (perkataan seorang perempuan yang mengajukan gugatan
kepadamu) adalah perkataan Khulah binti Tsalabah yang telah dizihar oleh suaminya.Jadi,
dengan bantuan asbab al-nuzul seorang mufassir dapat menjelaskan makna ungkapan tersebut.
9. Al Imam Ibnu Daqiq Al-Id berkata,menjelaskan sebab turunnya Al-Quran merupakan cara yang
amat kuat untuk memahami makna-maknanya.
10. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata,Mengetahui sebab turunnya Al-Quran membantu
pemahaman ayat.Sebab pengetahuan tentang sebab akan menghasilkan pengetahuan tentang
Aqidah.5[14]

11. Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami Al-Quran dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa
pengetahuan sebab turunNya. Al-Wahidi menjelaskan, Tidak mungkin mengetahui tafsir ayat
tanpa mengetahui sejarah dan penjelasan sebab turunnya. Ibnu Daqiq Al-Id berpendapat,
Keterangan tentang sebab turunnya ayat adalah cara yang tepat untuk memahami makna Al-
Quran. Menurut Ibnu Taimiyah, Mengetahui sebab turunnya ayat akan membantu dalam
memahami ayat, karena mengetahui sebab akan mengantarkan pengetahuan kepada musababnya
(akibat).6[15]
12. Asbab al-nuzul menjelaskan kepada siapa ayat itu diturunkan, sehingga ia tidak ditanggungkan
atas yang lain. Hal ini seperti tergambar dalam ayat pada poin ke 3 di atas.7[16]
13. Untuk memahami ayat-ayat Al-Quran, terutama ayat-ayat Al-Quran, terutama ayat-ayat yang
khusus diturunkan untuk menjawab kasus-kasus tertentu yang tidak boleh hukum yang
dikandunginya digeneralisai untuk semua kasus, seperti firman Allah dalam Surah Al-Maidah
(5) ayat 93 dan Surah Al-Baqarah (2) ayat 115. Yang terakhir ini adalah:




115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-
Baqarah (2): 115)
Ayat ini, secara umum tanpa melihat asba al-nuzul-nya, berarti bahwa seseorang,dalam
shalatnya, boleh dan sah menghadap kemana saja, karena semua yang ada kepunyaan Allah.
Jika ayat ini dipahami seperti itu, maka ia terlihat kontradiktif dengan Surah Al-Baqarah (2) ayat
143-144, yang memerintahkan umat Islam agar dalam shalat menghadap kiblat, yaitu Kabah.
Sebenarnya ayat di atas hanya berlaku pada kasus tertentu yang sama dengan asbab al-nuzul-
nya.
Mengenai asbab al-nuzul Surah Al-Baqarah (2) ayat 155 tersebut, At-Tirmidzi mengatakan;
Amir berkata, kami pernah melakukan perjalanan bersam Nabi SAW dalam malam yang gelap.
Kami tidak tahu dimana arah kiblat.Maka setiap orang dari kami shalat menghadap ke suatu arah
sesuai perkiraannya.Setelah pagi tiba, kami menyampaikan hal itu kepada Nabi.Maka
selanjutnya turunlah ayat di atas.Dengan demikian, hukum yang terkandung dalam ayat ini hanya
berlaku pada kasus tersebut dan kasus-kasus yang serupa dengannya.8[17]

PERBEDAAN QIRAAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAFSIRAN

Ibrahim Al-Abyari mengemukakan bahwa ada tiga hal yang terkait dengan masalah qiraat al-
Quran, yaitu: pertama, yang berhubungan dengan huruf-huruf Arab atau bahasanya. Kedua,
yang berhubungan dengan penulisan mushhaf yang dibiarkan kosong tanpa titik dan tanpa syakal
sampai masa Abdul Malik yaitu ketika Hajjaj menyuruh kepada dua orang yaitu Yahya bin
Yamar dan Hasan Basri untuk memberi titik dan harakat, lalu keduanya melaksanakannya.
Ketiga, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penempatan kata di tempat kata yang lain atau
mendahulukan kata atas kata yang lain atau menambah atau mengurangi.
Masalah pertama terkait dengan masalah imalah, isymam, tarqiq, tafkhim, dan lain sebagainya.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pelafalan kalimat oleh kabilah-kabilah Arab yang
masing-masing tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh kabilah lainnya. Menurut
hemat penulis, perbedaan ini dapat terjadi baik sebelum dibukukannya al-Quran dan
dibakukannya tanda baca (syakal ) maupaun sesudahnya, karena masalah ini terkait pada
kebiasaan yang sulit diubah.

Masalah kedua terkait pada penentuan irab dan standarisasi tulisan (mushaf) al-Quran. Seperti
dikatakan oleh Nasaruddin Umar bahwa dalam proses standarisasi rasm al-Quran ditempuh
beberapa tahapan. Pertama, ketika al-Quran masih berangsur-angsur diturunkan. Setiap ayat
yang turun langsung disusun Nabi melalui petunjuk Jibril, kemudian disebarluaskan oleh Nabi
melalui petunjuk Jibril, kemudian disebarluaskan oleh Nabi melalui tadarrusan atau bacaan
dalam shalat di depan sahabat. Sampai di sini belum ada masalah, tetapi setelah dunia Islam
melebar ke wilayah-wilayah non-Arab mulailah muncul masalah, karena tidak semua umat Islam
dapat membaca al-Quran tanpa tanda huruf dan tanda baca. Pemberian tanda baca (syakl)
pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680M),
terutama ketika Ziyad ibn Samiyyah yang menjabat Gubernur Bashrah, menyaksikan kekeliruan
bacaan dalam masyarakat terhadap Q.S. al-Taubah: 3. Sebelumnya, menurut hemat penulis,
penentuan irab banyak ditentukan oleh ijtihad masing-masing pembaca atau menurut riwayat
bacaan yang sampai.
Sedangkan masalah ketiga, penulis cenderung mengatakan bahwa peran periwayatan bacaan
secara lisan ke lisan sampai kepada Nabimempunyai kontribusi yang sangat besar. Kita tahu
bahwa penyampaian al-Quran pada masa-masa awal hanya lewat periwayatan sampai al-Quran
dihimpun dan diverifikasi dari periwayatan-periwayatan yang tidak memenuhi syarat Sejauh
periwayatan itu shahih dan mutawatir maka, meskipun berbeda dengan mushhaf Utsmani, tetap
diakui keabsahannya.

Perbedaan Qiraat dan Perubahan Makna


Masalah-masalah yang terkait dengan qiraat di atas berhubungan dengan perbedaan-perbedaan
qiraat. Jika diteliti, perbedaan-perbedaan itu dapat terjadi pertama, pada tulisan itu sendiri,
seperti: 1) perbedaan irab, 2) perbedaan harakat baik pada isim maupun fiil, 3) perbedaan
huruf-huruf pada kata, 4) perbedaan kata-kata dan bentuk tulisan, 5) perbedaan dalam
mendahulukan dan mengakhirkan, 6) perbedaan dalam penambahan dan pengurangan.

Kedua, perbedaan cara atau aturan membacanya, seperti: 1) perbedaan pengucapan huruf dan
harakat seperti takaran madd, takhfif, tafkhim, imalah, isymam dan lain-lain, 2) perbedaan
tempat waqaf
Perbedaan qiraat dalam al-Quran ini adakalanya berpengaruh pada perbedaan makna yang
dikandung dan adakalanya tidak. Bahkan Khalid Abd al-Rahman al-Ak lebih tegas menyatakan
bahwa perbedaan qiraat ada yang berpengaruh pada tafsir bukan hanya makna dan ada yang
tidak. Ia menjelaskan bahwa yang tidak berpengaruh pada tafsir yaitu perbedaan pengucapan
huruf dan harakat seperti takaran mad, takhfif, imalah, dsb. Sedangkan yang berpengaruh pada
tafsir terbagi dua, yaitu:
1. Perbedaan dalam huruf atau kata, seperti pada :
2. Perbedaan dalam harakat fiil, seperti pada

dan

Pada beberapa contoh, pembagian ini memang telah memadai. Namun, bila kita menemui
adanya kedua jenis perbedaan di atas pada ayat-ayat lain namun tidak ditemui akibat dari tesis
yang dimaksud, hal ini menandakan bahwa kesimpulan al-Akk belum finis.
yang mempunyai versi qiraat lain seperti ketiganya
Misalnya saja kata
mempunyai makna sama yaitu: setara atau sebanding. Ini berarti perbedaan huruf atau kata tidak
selamanya berpengaruh pada tafsir.

Contoh lainnya adalah kata dengan


keduanya berbeda harakat dan
keduanya bukanlah fiil melainkan isim. Al-Ak tidak menjelaskan secara eksplisit apakah
perbedaan pada isim juga berpengaruh pada tafsir atau tidak. Tetapi jika al-Ak bermaksud
dengan tidak dimasukkannya perubahan pada isim dalam jenis qiraat yang mempengaruhi tafsir
berarti perubahan pada itu tidak mempengaruhi tafsir, maka al-Ak telah kurang teliti untuk yang
kedua kalinya. Karena, contoh di atas menyiratkan adanya perbedaan tafsir karena adanya
perubahan irab yang berfungsi membedakan jabatan kalimat.

Tesis lebih lengkap telah dikemukakan oleh Ibnu Qutaibah yang menyimpulkan, seperti yang
dikutip oleh Ibrahim Al-Abyari, bahwa segi-segi perbedaan pendapat dalam qiraat itu ada tujuh,
masing-masing ada yang berpengaruh pada perubahan makna dan ada yang tidak, yaitu:
1. Perbedaan dalam irab, atau harakat suatu kata yang tidak merubah tulisannya dan tidak
merubah makna (pengertian)nya. Seperti firman Allah Taala:

a. (78 : )
Artinya: Inilah putri-putriku mereka lebih suci bagimu.
Ada yang membaca : dengan nashab.
b. (17 : )
Artinya: Kami tidak menjatuhkan adzab melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat
kafir.
Dan ada yang membaca :
c. (24 : 27 : )
Artinya: Dan mereka menyuruh orang lain berbuat kikir.
Dan dengan fathahnya bada kha.
d.



Artinya: Maka Berilah tangguh sampai dia berkelapangan.
Dan dengan dhommah sinnya.
2. Perbedaan dalam irab dan harakat yang merubah makna (pengertian)-nya dan tidak merubah
bentuk tulisannya. Seperti firman Allah Taala:
a. (19 : )
Artinya: Wahai Tuhan, jauhkanlah jarak perjalanan kami.
Dan :
Artinya: Tuhan kami menjauhkan di antara jarak perjalanan kami.
b. (15 : )
Artinya: Di waktu kamu menerima berita itu dari mulut ke mulut.
Dan yang artinya: Kamu berbohong kepadanya.
c.
Artinya: Dan teringat (kepada Yusuf ) Sesudah beberapa waktu lamanya.
Dan yang artinya : Lupa.
3. Perbedaan pada huruf-huruf kata bukan irabnya dengan sesuatu yang merubah makna
(pengertiannya) dan tidak merubah bentuk tulisan seperti firman Allah Taala :
a. (259 : )

Artinya: Lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagaimana Kami menyusunnya kembali.
Dan yang artinya : Menyebarkannya.
b.
Artinya: Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka.
Dan : yang artinya: Diturunkan.
4. Perbedaan dalam kata-kata yang merubah benruk tulisan dan tidak merubah makna
(pengertian)nya dalam kalimat seperti firman Allah :
a. (28 )
Artinya: Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja.
Dan: yang artinya: Satu teriakan saja.
5. Perbedaan itu dalam kata-kata yang merubah bentuk dan makna (pengertian)nya , seperti
firman-Nya:
(29 : )
Artinya: Dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya.
Dan : yang artinya: Pohon pisang.
6. Perbedaan itu dengan mendahulukan dan mengemudiankan (taqdm wal takhir) seperti firman
Allah:
(19 : )
Artinya: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.


Artinya: Dana datanglah sekarat kebenaran dengan maut.
7. Perbedaan itu dengan penambahan dan pengurangan seperti firman Allah :
a. (25 : )
Artinya: Dan apa yang diusahakan tangan mereka.
Dan :
Artinya: Dan apa yang diusahakannya oleh tangan mereka.
b.
Artinya: Sesungguhnya Allah itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Dan:
Artinya: Sesungguhnya Allah itu Maha Terpuji, lagi Maha Kaya.

Dari ketujuh segi perbedaan di atas terlihat bahwa hanya perbedaan dari segi yang pertama dan
keempat yang tidak berpengaruh pada perubahan makna. Namun Ibnu Qutaibah tidak
menjelaskan secara jelas pasal segi perbedaan yang kelima dan keenam, apakah keduanya
mengubah makna atau tidak. Namun menurut hemat penulis, keduanya tidak mengubah makna
kata. Hanya saja, pada kedua segi ini ada kemungkinan terjadi perbedaan penafsiran ayat secara
utuh (lebih lanjut akan dijelaskan kemudian).

Anda mungkin juga menyukai