Anda di halaman 1dari 11

ASBABUN NUZUL SURAT AL MAIDAH AYAT 90-91 DAN KAITANNYA

DENGAN AYAT 93
OLEH: CUT HAFIDA M.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al Quran merupakan satu pedoman yang sangat amat penting bagi umat
muslimin, sebab ia merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi
terakhir dan yang paling mulia Muhammad shalallau alaihi wasalam. Seperti
halnya pedoman pada idealnya maka hal pertama yang harus dilakukan
adalah membacanya kemudian memahami dengan benar. Pemahaman
terhadap Al Quran juga telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad melalui
kalamnya, perbuatannya dan dalam segala tindak-tanduk kesehariannya. Hal
ini pun direkam dalam sejarah oleh para pengikut setia yang kemudian kita
kenal sebagai Hadist atau Sunnah.
Ilmu Al Quran terdiri dari berbagai bidang fokus pemahaman. Salah
satunya adalah Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai latar
belakang turunnya suatu ayat/wahyu. Mengetahui ilmu syar’i adalah hal wajib
bagi para muslimin apalagi yang berkaitan dengan hukum atas ibadah wajib
seperti shalat, zakat, puasa dan lainnya. Maka terkadang timbul rasa cemas
dan khawatir jika ternyata ilmu yang baru datang kepadanya merupakan
hujjah atas betapa salahnya perbuatannya yang dahulu. Lantas bagaimana
sikap yang dimunculkan oleh seorang muslim? Perkara ini tentu telah dihadapi
oleh para sahabat berulang kali sebab mereka adalah generasi yang hidup pada
masa Al Quran sedang turun secara berangsur. Begitu banyak hukum yang
ditetapkan secara bertahap yang menuntut mereka membiasakan diri untuk
mencari tahu atau terus-menerus menuntut ilmu.
Begitu pun keadaan kita zaman ini, masih terpikul di pundak kita masing-
masing kewajiban terus-menerus memperbarui ilmu tentang hukum-hukum
syar’i, begitu pula kewajiban berlepas diri dan berhenti sesegera mungkin
setelah mengetahui larangan. Tidak sepantasnya kita berkata bahwa apa yang
kita hadapi lebih berat dari mereka para salaf jika kita tidak menilik pada
sejarah yang ada. Dengan mencari tahu perihal asbab an-nuzul surat Al
Maidah ayat 93 inilah semoga dapat menjadi penguat hati yang baru terisi oleh
iman yang tak sebanding dengan imannya para sahabat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari asbabun nuzul ?
2. Ada berapakah pembagian asbabun nuzul ?
3. Bagaimana cara mengetahui asbabun nuzul suatu ayat Al Quran ?
4. Apa saja kitab rujukan asbab an-nuzul suatu ayat Al Quran ?
5. Apa asbabun nuzul dari surat Al Maidah ayat 90, 91 dan 93 ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perngertian dari istilah asbabun nuzul.
2. Untuk mengetahui macam asbabun nuzul.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan informasi mengenai
asbabun nuzul suatu ayat Al Quran.
4. Untuk mengetahui kitab yang bisa dijadikan rujukan dalam rangka
mencari tahu asbabun nuzul suatu ayat.
5. Untuk mengetahui asbabun nuzul surat Al Maidah ayat 90,91 dan 93.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


1. Pengertian Etimologis
Asbabun-nuzul terdiri atas dua kata: asbab dan nuzul. Asbab adalah
bentuk plural dari kata sabab yang berarti sesuatu yang menyebabkan
adanya atau terjadinya sesuatu yang lain. Dalam terminologi Al-
Qur’an, kata sabab atau asbab juga digunakan untuk menunjukkan
beberapa arti lainnya, yakni:
a. Hubungan dan tali penyambung (Al Baqarah/2: 166)
b. Tali (Al-Hajj/22: 15)
c. Pintu (Gafir/40: 36-37)
Sementara itu, kata nuzul berarti jatuh dari tempat yang tinggi. (Al-
Kahf/18: 1 dan Al-Furqan/25: 48).
Dalam pembahasan ini, kata sabab atau asbab tergabung dengan
kata nuzul sebagai sebuah istilah bagi cabang ilmu Al-Qur’an yang
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi penurunan
ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Pengertian Terminologis
Beberapa ulama yang memberikan pengertian asbabun-nuzul, di
antaranya adalah:
a. Jalaluddin as-Suyutiy, yang menyatakan bahwa asbabun-nuzul
ialah sesuatu yang terjadi pada waktu atau masa tertentu dan
menjadi penyebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur’an.
b. ‘Abdul ‘Azim az-Zarqaniy, yang mengatakan bahwa asbabun-
nuzul adalah sesuatu yang terjadi pada waktu atau masa tertentu
dan menjadi penyebab turun satu atau beberapa ayat Al-Qur’an
sebagai penjelasan kandungan dan penjelasan hukum terkait
sesuatu tersebut. Pengertian serupa juga dikemukakan oleh
Muhammad Abu Syuhbah.
c. Manna‘ Khalil al-Qattan, yang mengungkapkan bahwa asbabun-
nuzul yaitu sesuatu, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan,
yang terjadi pada waktu atau masa tertentu, dan menjadi
penyebab turunnya Al- Qur’an. 1

B. Macam Asbabun Nuzul


1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/
wahyu.
2. Ta’adud An-Nazil wa Al-Asbab Wahid
Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat. 2

C. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul


Para ulama sepakat bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui
asbabun-nuzul adalah melalui pelacakan terhadap riwayat-riwayat hadis,
khususnya riwayat-riwayat hadis yang berkualitas sahih. Asbabun-nuzul
tidak dapat diciptakan melalui sebuah proses pemikiran/ijtihad karena
peristiwa-peristiwa yang termuat dalam asbabun-nuzul merupakan
peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dalam waktu dan masa
tertentu. Oleh karena itu, cara yang paling otentik untuk mengetahui
asbabun-nuzul adalah melalui riwayat-riwayat hadis yang disampaikan
oleh Nabi melalui para sahabatnya. 3

D. Sumber Rujukan/ Kitab Asbabun Nuzul

1
Muchlis M. Hanafi. 2017. Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu. Jakarta Timur:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Cet. 2. hlm.4-7.
2
Pan Suaidi, Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi, dalam Jurnal
Almufida, Vol. 1 No. 1, hlm. 113-114
3
Muchlis M. Hanafi. 2017. Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu. Jakarta Timur:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Cet. 2. hlm.30
Para ulama menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengetahui
asbabun-nuzul adalah melalui periwayatan. Maka dari itu, buku-buku yang
memuat hadis-hadis Nabi merupakan sumber yang pokok untuk
memperoleh informasi asbabun-nuzul. Begitu pula buku-buku tafsir (bil-
ma’sur) dan buku sejarah, khususnya yang terkait dengan sejarah Nabi
sallallahu ‘alaihi wasallam (as-sirah an-nabawiyyah).
Upaya para ulama dalam menyusun literatur khusus asbabun-nuzul
oleh beberapa ulama Al-Qur’an di masa modern, di antaranya:
1. Syekh Muqbil bin Hadi al-Wadi‘iy, as-Sahih al-Musnad min Asbab
an-Nuzul. (Diterbitkan oleh Maktabah Ibni Taimiyyah, Kairo, tahun
1990)
2. Syekh ‘Abdul Fattah al-Qadi, Asbab an-Nuzul‘an as-Sahabah wa al-
Mufassirin. (Diterbitkan oleh Dar as-Salam, Kairo, tahun 2005)
3. Syekh Khalid ‘Abdurrahman al-‘Ak, Ta’sil al-Wusul ila Ma‘rifah As-
sbab an-Nuzul. (Diterbitkan oleh Dar al-Marifah, Beirut, tahun 2000)
4. Syekh Ibrahim Muhammad al-‘Ali, Sahih Asbab an-Nuzul.
(Diterbitkan oleh Dar al-Qalam, Damaskus, tahun 2003)
5. Syekh Khalid al-Muzaniy, al-Muharrar fì Asbab an-Nuzul al-Qur’an.
(Diterbitkan oleh Dar Ibni al-Jauziy, Dammam, tahun 2008)
6. Syekh Yusuf ‘Umar Mabid, Sahih Asbab an-Nuzul li al-Wahidiy an-
Naisaburiy. (Diterbitkan oleh Mu’assasah ‘Ulum al-Qur’an, tahun
2003)4
Untuk kajian lebih mendalam mengenai sumber kitab yang bisa
dijadikan rujukan untuk mengetahui asbabun nuzul ayat Al Quran maka
penulis menganjurkan buku yang ditulis oleh Muchlis M. Hanafi yang
berjudul Asbabun Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al Quran.

E. Asbabun Nuzul Surat Al Maidah Ayat 90-91

4
Ibid. hlm.42
‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َوااْل َ ْن‬
٩٠ - َ‫ن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ ِ ‫ال َّشي ْٰط‬
ُ َ‫ض ۤا َء فِى ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬
‫ص َّد ُك ْم‬ َ ‫اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰط ُن اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬
٩١ - َ‫َن الص َّٰلو ِ†ة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ع َْن ِذ ْك ِر ِ َوع‬
[Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.
Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat,
maka tidakkah kamu mau berhenti?]

Ayat ini turun berkaitan dengan pertengkaran antara kaum


Muhajirin dan kaum Anshar yang juga melibatkan sahabat Sa’d bin Abi
Waqqash. Hal ini terjadi saat mereka mabuk hingga tidak sadar
mengeluarkan kata-kata yang menyinggung pihak lain kemudian saling
melukai satu sama lain. Mereka pun mendapati luka pada wajah mereka
ketika sadar lalu menyalahkan saudaranya yang lain dengan cara
menduga-duga.
Ibnu Jarir mengatakan : Al Husain bin Ash-Shuda’i menceritakan
kepada kami, dia berkata: Rabiah bin Kaltsum menceritakan kepada kami,
dari ayahnya dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, dia berkata:
Pengharaman khamer diturunkan berkenaan dengan dua kabilah Anshar,
mereka biasa minum khamer sampai mabuk, mereka saling mengganggu,
dan ketika mereka sudah sadar kembali, mereka baru menyadari bekas luka
yang ada pada wajah dan janggutnya, lalu mengatakan, “Ini akibat
perbuatan saudaraku, Fulan. -Padahal mereka semua bersaudara, dan
tadinya tidak ada dendam di dalam hati mereka.- Seandainya dia benar-
benar kasih sayang terhadapku, tentu dia tidak akan melakukan ini
terhadapku.” Lalu timbullah dendam di dalam hati mereka, maka Allah
menurunkan ayat: “sesungguhnya (meminum) khamer, berjudi” hingga:
“Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” Lalu orang-
orang yang biasa meminum khamer mengatakan, “Itu najis. Padahal itu ada
di dalam perutnya si Fulan yang gugur ketika perang Badar dan Fulan yang
gugur ketika perang Uhud.” Lalu Allah menurunkan ayat: “Tidak ada dosa
bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang shalih
karena memakan makanan yang telah dahulu.”5
Sanadnya Ibnu Jarir, para periwayatnya shahih kecuali Al Husain
bin Ali Ash-Shuda’i, dia periwayat yang tsiqah. 6

Muslim menyebutkan, dalam riwayat dari Sa’d bin Abi Waqqash:

Sa‘d bin Abi Waqqas bercerita bahwa ada beberapa ayat Al-Qur’an
yang diturunkan berkenaan dengan dirinya. Ia berkata, “ ... pada suatu
kesempatan aku berkumpul dengan sekelompok kaum Ansar dan
Muhajirin. Mereka mengajakku makan dan minum khamar—hal ini terjadi
sebelum khamar diharamkan. Kami berkumpul di sebuah kebun. Di sana
aku jumpai kepala unta panggang dan satu kendi khamar. Kami pun makan
dan minum bersama. Pembicaraan pun mengalir hingga topik tentang
keutamaan kaum Ansar dan Muhajirin. Dalam kondisi mabuk aku katakan
bahwa kaum Muhajirin lebih besar jasanya (atau lebih mulia) dibanding
5
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al Hakim (4/142); Al Baihaqi (8/286); Al Haitsami mengatakan
dalam Majma’ Az Zawaid (7/18): Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dan para periwayatnya shahih.
6
Abu Abdirrahman Muqabil bin Hadi Al Wadi’i. 2015. Ash-Shahih Al Musnad min Asbab An-Nuzul.
Pustaka Azzam. hlm.309-312
kaum Ansar. Pernyataanku ini membuat orang-orang yang hadir di tempat
itu tersinggung. Seseorang dari mereka lalu mengambil satu dari dua tulang
dagu unta dan melemparkannya ke arahku hingga hidungku terluka. Aku
kemudian menghadap Rasulullah dan menceritakan kejadian tersebut.
Berkaitan dengan peristiwa itu turunlah firman Allah innamal khamru wal
maisiru wal-ansabu wal-azlamu rijsun min‘amalisy-syaiian.7 (Hadits
riwayat Muslim no.1748)

F. Asbabun Nuzul Surat Al Maidah Ayat 93

‫ت ُجنَا ٌح فِ ْي َما طَ ِع ُم ْْٓ†ٓوا اِ َذا َما اتَّقَوْ ا‬


ِ ‫صلِ ٰح‬ ّ ٰ ‫ْس َعلَى الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬ َ ‫لَي‬
‫هّٰللا‬
ُّ‫ت ثُ َّم اتَّقَوْ ا َّو ٰا َمنُوْ ا ثُ َّم اتَّقَوْ ا َّواَحْ َسنُوْ ا َو ُ ي ُِحب‬ ّ ٰ ‫َّو ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ‫ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
[Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
tentang apa yang mereka makan (dahulu), apabila mereka bertakwa dan
beriman, serta mengerjakan kebajikan, kemudian mereka tetap bertakwa
dan beriman, selanjutnya mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat
kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.]

Ayat ini turun untuk menjawab keresahan sebagian sahabat terkait


teman-temannya yang wafat sebelum sempat meninggalkan kebiasaan
minum khamar, sedangkan ayat yang mengharamkan khamar baru turun
setelah mereka wafat.

Anas radiyallaahu ‘anhu bercerita, “Suatu hari aku


menghidangkan minuman (khamar) kepada para tamu di rumah Abu
7
Muchlis M. Hanafi. 2017. Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu. Jakarta Timur:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Cet. 2.
hlm.223-225.
Talhah. Khamar mereka kala itu adalah al-fadikh (arak dari kurma). Tiba-
tiba Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seseorang
untuk mengumumkan bahwa khamar telah diharamkan. Mendengar
pengumuman itu Abu Talhah berkata kepadaku, ‘Keluar dan
tumpahkanlah khamar ini!’ Aku pun keluar dan menumpahkannya hingga
khamar mengalir di jalan-jalan setapak kota Madinah. Kemudian sebagian
sahabat berkata, “Kawan-kawan kita telah meninggal dan di perut mereka
masih ada khamar; (akankah mereka masuk neraka?).” Untuk menjawab
keresahan mereka Allah menurunkan ayat laisa ‘alal-lazina amanu
wa‘amilus-salihati junahun fìma ta‘imu.” 8
Dalam tafsir Ibnu Abbas disebutkan:
Dia (Ibnu Abbas -pen) berkata, “Mereka bertanya, ‘Ya Rasulullah,
bagaimana menurut Engkau mengenai saudara-saudara kita dulu yang
pernah minum khamer dan memakan hasil judi?’ Allah pun menurunkan
ayat, ‘Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan yang shalih karena memakan makanan yang telah mereka makan
dahulu’. Maksudnya sebelum itu diharamkan, dan itu pun jika mereka
berbuat baik dan bertakwa.”
Pada kesempatan lain, Ibnu Abbas berkata, “tidak ada dosa bagi
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang shalih karena
memakan makanan yang telah mereka makan dahulu… dari barang haram
sebelum diharamkan, apabila mereka bertakwa dan berbuat baik sesudah
hal itu diharamkan (bagi mereka). Ini sesuai dengan firman Allah
subhanahu wa ta’ala, ‘Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu’.”9 (Quran Surat Al Baqarah:
275)

8
Muchlis M. Hanafi. 2017. Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu. Jakarta Timur:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Cet. 2.
hlm.225-226.
9
Ali bin Abi Thalhah. 2009. Tafsir Ibnu Abbas (Kumpulan Tafsir Bilma’tsur dari Riwayat Ibnu
Abbas. Jakarta: Pustaka Azzam. hlm.266
KESIMPULAN

Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta


beramal saleh tidaklah berdosa karena memakan makanan yang baik dan
halal. Juga tiada dosa bagi mereka yang memakan makanan haram di masa
lalu sebelum diketahui pengharamannya, selagi mereka takut kepada Allah
dan menjauhinya setelah mengetahui pengharamannya, kemudian selalu
takut kepada Allah dan membenarkan hukum-hukum yang disyariatkan,
tetap dalam ketakutan kepada Allah disetiap masa, tulus ikhlas dalam
perbuatan dan melaksanakannya dengan sempurna. Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang ikhlas dalam perbuatannya sesuai
dengan tingkat keikhlasan dan perbuatan mereka.10
Tidak mengapa bagi muslimin yang memakan makanan haram jika
memang dikarenakan kebodohannya dan bukan karena keengganannya
dalam mempelajari hukum-hukum yang ada di dalam agama Islam. Wajib
bagi seluruh muslim untuk segera berhenti dari larangan sesegera mungkin
setelah mengetahui.

10
https://mutiurridlo.blogspot.com/2018/01/asababun-nuzul-qs-al-maidah-5-93.html (diakses
pada 12 September 2021 pukul 10:57)

Anda mungkin juga menyukai