BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................2
A. Latar Belakang....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam
proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu
berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita mengenal turunnya
Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita
mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-Qur’an.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan
perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dalam
penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang
turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah
disebut dengan surat Madaniyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas
dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2. Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul?
3. Sebab-sebab turunnya Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul itu.
2. Untuk memahami cara mengetahui dari asbabun nuzul.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab turunnya asbabun nuzul.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka setia,Bandung:2000, hlm 60.
2
Ibid, hal 60.
3
Subhi Al-shalih, Mabahits fi’ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li al-Malayyin, Bairut, 1988, hlm.
132.
3
B. Cara Memahami Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak
lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung
dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang
yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik
dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka
diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu
ayat Al-Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang
benar sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”.
Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah
apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini
merupakan nash yang nyata.4
َار َو ْليَ ِجدُوا فِي ُك ْ^م ِغ ْلظَةً ۚ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّقِين
ِ َّيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قَاتِلُوا الَّ ِذينَ يَلُونَ ُك ْ^م ِمنَ ْال ُكف
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang disekitar
kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS.At-Taubah : 123).
Abu Ja’far berkata: Allah SWT berfirman kepada orang yang beriman
kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, “wahai orang-orang yang membenarkan
Allah SWT dan Rasulnya, perangilah wali-walimu yang kafir dan tidak berada
jauh darimu,” atau dia berkata, “Mulailah perangi orang-orang terdekat dan
terdekat denganmu, jangan perangi yang jauh darimu,”
Yang diajak bicara pada saat itu adalah bangsa Roma, karena mereka tinggal
di negeri Syam, dan Syam lebih dekat dengan Madinah daripada Irak, tetapi
setelah Allah Swt memerdekakan negeri-negeri bagi umat muslim, maka
4
Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an (Bandung:PT.Alma’arif,1996),hal
46.
4
kewajiban berperang telah tetap atas umat mukmin untuk memerangi wali mereka
yang menjadi musuh bagi mereka, selama saudara seakidah mereka yang jauh
tidak diusik oleh musuh mereka yang kafir, tetapi jika saudara seakidah mereka
diusik dan diganggu kehormatannya, maka umat muslim yang lain wajib
menolong dan membebaskan mereka, karena muslim yang satu dengan muslim
yang lain merupakan penolong.5
5
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun.” (An-Nisa:43).
6
Didin saefudin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, Granada Pustaka, Bogor:2005,
hlm. 34-35.
6
^َ َاح َعلَ ْي ِه َأ ْن يَطَّ َّو
ف بِ ِه َما ۚ َو َم ْن َ صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِم ْن َش َعاِئ ِر هَّللا ِ ۖ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ َأ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجن َّ ِإ َّن ال
ع َخ ْيرًا فَِإ َّن هَّللا َ َشا ِك ٌر َعلِي ٌم ^َ تَطَ َّو
158. Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.
“Sesungguhnya Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka
barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa
baginya untuk mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab
ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan
bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena
berpegang pada arti tekstual ayat itu.7
7
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.113.
7
ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain...(Ali ‘Imran [3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan
Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya :
Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ?
maka suatu harti aku dikejutkan oleh suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia
membacakan : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35
Surat al-Ahzab.
8
Ibid, hal 134
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Asbabun Nuzul.
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”,
kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka
“Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata
“Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab
yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
2. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain
mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari
orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang
memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari
kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh
dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
3. Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
Asbabun Nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:
1. Peristiwa berupa pertengkaran.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
3. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita
Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Pertanyaan tentang masa lalu
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada
waktu itu
3. Pertanyaan tentang masa yang akan dating
9
B. Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi
juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada
para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritkan dan masukan yang bersifat
membangun.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Abu.2009. Ulumul Qur’an. Pekan Baru: Amzah
Muhammad al-Aruzi Abd Qodir, Masalah Takhsish al-Am bi al-Sabab,(t.p.;Jamiah
Umm Al-Qur’an,1983).
Sukardi K.D.2002.Belajar mudah ‘ulum Al-Qur’an.Jakarta:PT.Lentera Basritama
Didin saefudin Buchori, 2005, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, Granada
Pustaka : Bogor:
Manna’ Khalil Al-Qattan, 2001, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera
AntarNusa : Bogor
Rosihon Anwar, 2000,Ulum Al-Qur’an, Pustaka setia:
Bandung
11
12